Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN ISLAM

Tentang
PENDIDIKAN ISLAM DI ERA GLOBALISASI

KELOMPOK 2
RIZKY ROBBANI 2014010048
MHD.ABDULLAH ZIKRI 2014010067

DOSEN PENGAMPU :

Dra.nini, MA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN
KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG
1444H / 2023 M
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami memanjatkan puji
syukur atas kehadirat Allah SWT atas rahmat, karunia dan hidayah Nya begitu pula shalawat
serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “kapita selekta Pendidikan islam”.Makalah ini disusun
bertujuan untuk memenuhi tugas dari ibu dosen Dra.nini, MA .pada mata kuliah kapita
selekta Pendidikan islam , di Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang.
Dalam penyusunan makalah ini kami sedikit mengalami kesulitan dan rintangan, namun
berkat bantuan yang diberikan dari berbagai pihak, sehingga kesulitan-kesulitan tersebut bisa
teratasi dengan baik. Dengan demikian kami lewat lembaran ini hendak menyampaikan
ucapan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada mereka, seiring doa agar segenap
bantuannya dalam urusan penyelesaian makalah ini, sehingga bernilai ibadah disisi Allah
SWT.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 03 maret 2023

Pemakalah
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Era globalisasi memberi dampak yang cukup luas dalam berbagai aspek
kehidupan,termasuk tuntutan kualitas dalam penyelenggaraan pendidikan. Pada era ini, setiap
bidang dalam kehidupan modernmenuntutsumber daya manusia berkualitas yang memiliki
kemampuan tinggi dan handal, sehingga persaingan
terutamayangterkaitdengankualitassumberdayamanusia sangatketat.Untuk memenuhi tuntutan ini
perbaikan dan pengembangan sistem penyelenggaraan pendidikan pada setiap satuan secara
berkesinambungan perlu dilakukan sejalan dengan dinamika perkembangan sains dan teknologi
serta dinamika perubahan mansyarakat itu sendiri
Globalisasi telah menempatkan mutu sumber daya manusia sebagai hal yang sangat
penting dalam proses pembangunan. Dalam konteks peningkatan mutu sumber daya manusia
tersebut, Pendidikan merupakan strategi utama. Namun krisis ekonomi mulai tahun 1997 telah
melemahkan posisi pemerintah sebagai pemain utama di sektor ini. Disamping itu, krisisjuga telah
melemahkan kemampuan rumah tangga untuk mengirimkan putra-putrinya ke sekolah.
Diperlukan cara untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitassistem alokasi pendanaan
pendidikan, yang pada gilirannya akan terkait dengan proses desentralisasi kewenangan dari
pemerintahan pusat ke pemerintahan daerah. Namun sampai saat ini studi mengenai pembiayaan
pendidikan masih sangat kurang di Indonesia. Hal ini sangat disayangkan, terutama mengingat
pentingnya aspek pembiayaan ini dalam upaya peningkatan mutu pendidikan
Pendidikan selalu berkembang mengikuti dinamika kehidupan masyarakat.Dewasa ini
masyarakat Indonesia sedang mengalami perubahan transisional dari masyarakat agraris ke arah
masyarakat industri. Bahkan, terjadi lompatan perubahan dari masyarakat agraris ke arah
masyarakat informasi.Perubahan tersebut meniscayakan desain pendidikan memiliki relevansi
dengan kebutuhan masyarakat yang terus berubah
Berdasarkan paparan di atas, pendidikan Islam harus diarahkan pada kebutuhan dan
perubahan masyarakat di era globalisasi.Menghadapi suatu perubahan, diperlukan suatu desain
paradigma baru di dalam menghadapi tuntutan-tuntutan yang baru
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah pengertian Pendidikan islam ?


2.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan islam

Pendidikan agama merupakan salah satu dari tiga subyek pelajaran yang harus
dimasukkan dalam kurikulum setiap lembaga pendidikan formal di Indonesia. Hal ini karena
kehidupan beragama merupkan salah satu dimensi kehidupan yang diharapkan dapat terwujud
secara terpadu 1Dalam bahasa Indonesia, istilah pendidikan berasal dari kata “`didik” dengan
memberinya awalan “pe” dan akhiran “an”, mengandung arti “perbuatan” (hal, cara atau
sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani “paedagogie”, yang
berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian ditejemahkan dalam
bahasa Inggris “education” yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab
pengertian pendidikan, sering digunakan beberapa istilah antara lain, al-ta’lim, al-tarbiyah,
dan al-ta’dib, al-ta’lim berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian
pengetahuan dan ketrampilan. Al-tarbiyah berarti mengasuh mendidik dan al-ta’dib lebih
condong pada proses mendidik yang bermuara pada penyempurnaan akhlak/moral peserta
didik Namun, kata pendidikan ini lebih sering diterjemahkan dengan “tarbiyah” yang berarti
Pendidikan.

Dari segi terminologis, Samsul Nizar menyimpulkan dari beberapa pemikiran ilmuwan
bahwa pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan secara bertahap dan simultan
(proses), terencana yang dilakukan oleh orang yang memiliki persayaratan tertentu sebagai
pendidik.4 Selanjutnya kata pendidikan ini dihubungkan dengan Agama Islam, dan menjadi
satu kesatuan yang tidak dapat diartikan secara terpisah. Pendidikan agama Islam (PAI)
merupakan bagian dari pendidikan Islam dan pendidikan Nasional, yang menjadi mata
pelajaran wajib di setiap Lembaga Pendidikan islam

Menurut Zakiyah Darajat (1987:87) pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk
membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara
menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta
menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. Mata pelajaran pendidikan agama Islam secara
keseluruhannya dalam lingkup Al-Qur’an dan Al-hadits, keimanan, akhlak, fiqh/ibadah, dan
sejarah, sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup
perwujudan keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah
SWT, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya.
Jadi pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam
rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran
Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dari pengertian tersebut dapat ditemukan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pembelajaran pendidikan agama islam, yaitu berikut ini :
1. Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan bimbingan,
pengajaran dan/atau latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar atas tujuan yang
hendak dicapai.
2. Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan, dalam arti ada yang
dibimbing, diajari dan/atau dilatih dalam peningkatan keyakinan, pemahaman, penghayatan,
dan pengamalan terhadap ajaran Islam.

1
PAI, A. (1997). Pendidikan agama islam. Jurnal, diakses pada, 18(10), 2018.
B. Pengertian globalisasi

Globalisasi berasal dari kata globe ,artinya bundar seperti bola, yang dimaksud bola disini
adalah bola dunia. Globalisasi artinya adalah proses seuatu yang sudah menduia, termasuk perubahan
sosial di indonesia. Globalisasi di picu oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
komunikasi dan telekomunikasi yang berlangsung sejak penghujung abad ke -20.
Perkembangannya berjalan dengan sangat cepat seolah-olah terjadi lompatan demi lompatan.
Jarak dan penyampaian suatu informasi sudah sedemikian pendek. Dunai semakin transparan, mudah
dilihat dan di denganr hiruk pikuknya. 2
Di era globalisasi seperti sekarang ini, bangsa Indonesia dihadapkan pada berbagai tantangan
yang berskala global. Globalisasi tidak hanya menyebabkan terjadinya transformasi peradaban dunia
melalui proses modernisasi, industrialisasi, dan revolusi informasi, tapi juga menimbulkan 3perubahan
dalam struktur kehidupan dalam berbagai bidang, baik dibidang sosial, budaya, ekonomi, politik
maupun pendidikan. Globalisasi selain menghadirkan peluang “positif ” untuk hidup mewah, nyaman,
murah, indah, dan maju juga dapat menghadirkan peluang “negatif ” yaitu menimbulkan keresahan,
penyesalan, dan penderitaan. Globalisasi bekerja selama 24 jam dengan menawarkan banyak pilihan
dan kebebasan yang bersifat pribadi. Pendek kata dewasa ini telah terjadi “banjir pilihan dan
peluang”, terserah kemampuan seseorang memilikinya. U Thant, mantan sekjen PBB pada tahun 1672
menyatakan bahwa sumberdaya tidak lagi membatasi keputusan, tapi keputusanlah yang menciptakan
sumberdaya.
Tugas pendidikan adalah membawa generasi ini merengkuh sedemikian agar manusia tidak
tercabut dari kemampuannya dalam menghadapi kontradiksi alam yang selalu mengalami perubahan.
Globalisasi sebagai proses terkait dengan globalution, yaitu paduan dari globalization dan evolution.
Dalam hal ini, globalisasi adalah hasil perubahan (evolusi) dari hubungan masyarakat yang membawa
kesadaran baru tentang hubungan atau interaksi antarumat manusia
Tuntutan perkembangan zaman globalisasi yang menekankan pada liberation (kebebasan),
competition (persaingan), knowledge (pengetahuan) melalui perkembangan information and
tecnology (teknologi dan informasi), mau tidak mau, harus direspons secara serius. Tentu pendidikan
harus mengawal bangsa Indonesia supaya dalam kancah global (internasional) negara kita mampu
bersaing dengan negara-negara lain. Pendidikan tidak mungkin menutup diri tanpa
mempertimbangkan aspek tersebut karena pendidikan merupakan senjata utama dalam
mempersiapkan SDM suatubangsa dalam menapaki arus perubahan
Namun demikian, hanya sedikit orang yang sadar dan secara kritis memahami bahaya
globalisasi yang secara sistematik mengancam kehidupan manusia. Sebab globalisasi hanya dipahami
dari aspek kemajuan teknologi saja bukan dari aspek-aspek lain yang sesungguhnya mempunyai
implikasi sosial luar biasa dalam kehidupan manusia
Isu globalisasi bukanlah wacana baru dalam lingkungan masyarakat, dan barang kali kita
memang tidak dapat lepas dari jeratan sistem yang dibentuk olehnya. Istilah globalisasi sendiri
menjadi pokok bahasan yang selalu hangat dan populer, baik dalam kajian-kajian kultural, diskusi di
pojok-pojok kampus, seminar, penelitian ilmiah, dan lain sebagainya

C. pendidikan islam di era globalisasi


2
Alfi Yuda, ‘Pengertian Globalisasi Menurut Para Ahli’, Sosiologi79.Com,Dosenpintar.Com, 2021.
3
Mahsun, A. (2013). Pendidikan Islam dalam arus globalisasi: Sebuah kajian deskriptif
analitis. Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman, 8(2), 259-278.
1. problematika pendidikan islam di era globalisasi
dalam aspek pendidikan, globalisasi telah berpengaruh terhadap penyelenggaraan
pendidikan, baik terhadap tujuan, proses hubungan peserta didik dan pendidik, etika,
metode maupun yang lainnya. Dalam hal tujuan misalnya, tujuan pendidikan terdapat
kecenderungan yang mengarah pada materialisme, sehingga hal yang pertama yang mungkin
ditanyakan oleh orang tua siswa atau siswa adalah lembaga pendidikan tempat ia belajar dapat
menjamin masa depan kehidupannya.
Demikian juga dengan kurikulumnya, lebih mengarah pada bagimana hal-halyang
materialistic itu dapat dicapai. Dalam hal ini belajar lebih terpokus pada aspek penguasaan ilmu
(kognitif) belaka ketimbang bagaimana seorang siswa memiliki sikap yang sesuai dengan nilai-
nilai Islam4

Beberapa problematika yang dihadapi lembaga pendidikan Islam ada dua yaitu bersifat
internal dan eksternal.5
1. Dalam segi internal, tantang yang dihadapi yakni:
a) Mutu. Penyelenggaraan dan pengelolaan madrasah umumnya belum dapat melahirkan
lulusan yang berkualitas
b) Pendidik. Sebagian besar tenaga pendidik dan kependidikan di madrasah belum
berkualifikasi sesuai dengan tuntutan perundang-undangan. Salah satu masalah besar
yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia sejak masa Orde Baru adalah
profesionalisme guru dan tenaga pendidik yang masih belum memadai. Secara
kuantitatif, jumlah guru dan tenaga kependidikan lainnya agaknya sudah cukup
memadai, tetapi dari segi mutu dan profesionalisme masih belum memenuhi harapan.
Banyak guru dan tenaga kependidikan masih unqualified, underqualified, dan
mismatch, sehingga mereka tidak atau kurang mampu menyajikan dan
menyelenggarakan pendidikan yang benar-benar kualitatif.
c) Kurikulum. Sebagian besar madrasah belum dapat mengimplementasikan standar isi
dan belum sepenuhnya dapat mencapai Standar kompetensi lulusan minimal. Serta
pengembangan kurikulum Pendidikan Islam tersebut mengalami perubahan-
perubahan paradigma, walaupun paradigma sebelumnya tetap dipertahankan. Hal ini
dapat dicermati dari fenomena berikut :
1) perubahan dari tekanan pada hafalan dan daya ingat tentang teks-teks dari
ajaran-ajaran agama islam, serta disiplin mental spiritual sebagaimana
pengaruh dari timur tengah, kepada pemahaman tujuan makna dan motivasi
beragama islam untuk mencapai tujuan pembelajaran Pendidikan Islam.
2) perubahan dari cara berfikir tekstual, normatif, dan absolutis kepada cara
berfikir historis, empiris, dan kontekstual dalam memahami dan menjelaskan
ajaran-ajaran dan nilai-nilai islam.

4
Baharudin. 2011. Pendidikan Islam dan isu-isu sosial. Yogyakarta: Kurnia
Kalam Semesta.
5
Muhaimin. 2013. Rekonstruksi Pendidikan Islam; Dari Paradigma Pengembangan,
Manajemen Kelembagaan, Kurikulum hingga Strategi Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
3) perubahan dari tekanan dari produk atau hasil Pemikiran keagamaan islam dari
para pendahulunya kepada proses atau metodologinya sehingga menghasilkan
produk tersebut.
4) Perubahan dari pola pengembangan kurikulum pendidikan islam yang hanya
mengandalkan pada para pakar dalam memilih dan menyusun isi kurikulum
pendidikan islam ke arah keterlibatan yang luas dari para pakar, guru, peserta
didik, masyarakat untuk mengidentifikasikan tujuan Pendidikan Islam dan
cara-cara mencapainya
d) Manajemen. Penyelenggaraan dan pengelolaan madrasah, yang 91,4% swasta,
umumnya belum dikelola dengan manajemen yang profesional
e) Sarana prasarana. Belum memadainya sarana dan prasarana pada sebagian besar
madrasah dan
f) Status. Belum sepenuhnya percaya diri dalam pengelolaan dan penyelenggaraan dan
terbatasnya peluang penegrian sehingga madrasah negeri yang umumnya telah
memenuhi standar minimal, hanya berjumlah 8,6%.

2. Dalam segi eksternal6, tantang yang dihadapi yakni:


a) Dichotomic.
Masalah besar yang dihadapi dunia pendidikan islam adalah dichotomy dalam
beberapa aspek yaitu antara Ilmu Agama Dengan Ilmu Umum, antara Wahyu dengan
Akal setara antara Wahyu dengan Alam. Munculnya problem dikotomi dengan segala
perdebatannya telah berlangsung sejak lama. Boleh dibilang gejala ini mulai tampak
pada masa-masa pertengahan. Dalam melukiskan watak ilmu pengetahuan Islam
zaman pertengahan menyatakan bahwa, muncul persaingan Yang tak berhenti antara
hukum dan teologi untuk mendapat Julukan sebagai mahkota semua ilmu.
b) To General Knowledge
Kelemahan dunia pendidikan islam berikutnya adalah sifat ilmu pengetahuannya yang
masih terlalu general/umum dan kurang memperhatikan kepada upaya penyelesaian
masalah (problem solving). Produk-produk yang dihasilkan cenderung kurang
membumi dan kurang selaras dengan dinamika masyarakat. Menurut Syed Hussein
Alatas menyatakan bahwa, kemampuan untuk mengatasi berbagai permasalahan,
mendefinisikan, menganalisis dan selanjutnya mencari jalan keluar/pemecahan
masalah tersebut merupakan karakter dan sesuatu yang mendasar kualitas sebuah
intelektual. Ia menambahkan, ciri terpenting yang membedakan dengan nonintelektual
adalah tidak adanya kemampuan untuk berfikir dan tidak mampu untuk melihat
konsekuensinya.
c) Lack of Spirit of Inquiry
Persoalan besar lainnya yang menjadi penghambat kemajuan dunia pendidikan islam
ialah rendahnya semangat untuk melakukan penelitian/penyelidikan. Syed Hussein
Alatas merujuk kepada pernyataan The Spiritus Rector dari Modernisme Islam, Al-
Afghani, Menganggap rendahnya “The Intellectual Spirit” (semangat intelektual)
menjadi salah satu faktor terpenting yang menyebabkan kemunduran Islam di Timur
Tengah.
d) Memorisasi
6
Wahid, Abdul. 2008. Isu-isu Kontemporer Pendidikan Islam. Semarang: Need’s Press.
Belajar Lebih banyak bersifat studi tekstual daripada pemahaman pelajaran yang
bersangkutan. Hal ini menimbulkan dorongan untuk belajar dengan sistem hafalan
(memorizing) daripada pemahaman yang sebenarnya.
e) Certificate Oriented Pola
yang dikembangkan pada masa awal-awal Islam, yaitu Thalab al’ilm, telah
memberikan semangat dikalangan muslim untuk gigih mencari ilmu, melakukan
perjalanan jauh, penuh resiko, guna mendapatkan kebenaran suatu hadits, mencari
guru diberbagai tempat, dan sebagainya. Hal tersebut memberikan isyarat bahwa
karakteristik para ulama muslim masa-masa awal didalam mencari ilmu adalah
knowledge oriented. Sehingga tidak mengherankan jika pada masa-masa itu, banyak
lahir tokoh-tokoh besar yang memberikan banyak konstribusi berharga, ulama-ulama
encyclopedic, karya-karya besar sepanjang masa.
Sementara, jika dibandingkan dengan pola yang ada pada masa sekarang dalam
mencari ilmu menunjukkan kecenderungan adanya pergeseran dari knowledge
oriented menuju certificate Oriented semata. Mencari ilmu hanya merupakan sebuah
proses untuk mendapatkan sertifikat atau ijazah saja, sedangkan semangat dan
kualitas keilmuan menempati prioritas berikutnya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dipahami bahwa globalisasi telah


menumbuhkan dua sisi yang paradoks yakni sisi positif dan sisi negative. Dalam sisi
positifnya globalisasi memberikan peluang besar bagi semua bangsa dan kalangan untuk
berekspresi dan berapresiasi dalam ruang global terhadap berbagai fenomena yang
berkembang baik secara politis, ekonomi dan akademik.7 Sisi negatifnya wajah globalisasi
tidak sepenuhnya ramah bagi kemanusiaan seperti kepastian negara-negara dunia untuk
bekerja sama sebagai komunitas yang hidup di bumi yang satu dalam mengatasi
ketidakadilan global, kemiskinan, kerusakan lingkungan, perdamaian dunia dan lain-lain.
Dari sisi perspektif Pendidikan Islam kedua dampak tersebut memberikan implikasi
yang siginifikan. Dengan terbukanya cakrawala dunia sebagai imbas perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, didukung dengan teknologi informasi yang canggih, semakin
mempermudah pelaksanaan proses pembelajaran dan pendidikan. Informasi bisa diakses
dengan mudah dan murah, transfer dan alih tangan IPTEK pun semakin mudah dan hemat
biaya.
kecendrungan global mendorong umat Islam untuk terus meningkatkan
kompetensinya dalam dunia persaingan yang semakin kompetitif. Keterbukaan akses dan
kemudahan komunikasi dan transportasi memudahkan para pelajar muslim untuk menimba
ilmu di luar negeri. Di satu sisi globalisasi juga memberikan efek yang negatif bagi
Pendidikan Islam dihadapkan dengan berbagai problem keummatan yang bersifat universal.
Bergesernya paradigma masyarakat dunia yang cenderung materialis dan hedonis,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat tapi tanpa nilai,
kegersangan ruhani, dehumanisasi dan lain-lain merupakan problem keummatan yang harus
dihadapi sebagai imbas negatif dari bergulirnya globalisasi.

D. Upaya Pendidikan Islam dalam Mengatasi Tantangan Globalisasi Abad


7
Askuri et. Al, 2003. Civic Education. Yogyakarta: Majlid Diktilitbang PP Muhammadiyah.
1.Bagi Pemangku Kebijakan Pendidikan Islam

Pendidikan Islam memiliki orientasi dan visi yang unik dalam konteks globalisasi.
Sebagai agama universal, Islam memiliki prinsip-prinsip dasar yang bersifat universal, yaitu
mencakup segala aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Oleh karena itu, dalam menghadapi
tantangan globalisasi, pendidikan Islam harus mampu mengembangkan orientasi dan visi
yang sesuai dengan prinsip-prinsip dasar Islam.

Dalam konteks ini, orientasi pendidikan Islam harus meliputi tiga aspek, yaitu:

1. Pembentukan akhlak mulia dan etika yang tinggi, yang berlandaskan pada ajaran
agama Islam. Hal ini penting untuk membentuk karakter dan kepribadian yang
kuat dan tangguh dalam menghadapi tantangan globalisasi.
2. Peningkatan kualitas intelektual dan akademik, dengan memperhatikan standar
global yang berlaku. Hal ini penting agar pendidikan Islam dapat bersaing dengan
pendidikan lainnya di dunia global.
3. Penguatan identitas keislaman dan pengembangan keterampilan hidup yang sesuai
dengan ajaran Islam. Hal ini penting untuk mempertahankan jati diri keislaman
dan dapat beradaptasi dengan perubahan global yang semakin cepat.

Sementara itu, visi pendidikan Islam haruslah berbasis pada prinsip-prinsip dasar Islam
yang universal, yaitu mencakup aspek spiritual, intelektual, sosial, dan fisik. Visi
pendidikan Islam harus memperhatikan tantangan globalisasi dan berusaha untuk
mengembangkan keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh pendidikan Islam, seperti:

1. Memperkuat nilai-nilai keislaman dan membangun jati diri keislaman yang


kuat dan tangguh.
2. Mengembangkan kualitas intelektual dan akademik yang tinggi, dengan
memperhatikan standar global yang berlaku.
3. Memperkuat keterampilan hidup yang sesuai dengan ajaran Islam, seperti
kepemimpinan, kewirausahaan, dan keterampilan komunikasi.
4. Mengembangkan rasa nasionalisme dan kecintaan terhadap bangsa dan
negara, yang berlandaskan pada ajaran Islam tentang cinta tanah air dan kesetiaan kepada
pemerintah.

Dalam konteks dampak globalisasi, orientasi dan visi pendidikan Islam haruslah
diperkuat dan dikembangkan secara terus-menerus, sehingga dapat bersaing dengan
pendidikan lainnya di dunia global dan dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas
dan mampu menghadapi tantangan globalisasi dengan baik.

2. bagi guru dalam pendidikan islam

Anda mungkin juga menyukai