FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………. 1
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………………. 3
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………………….. 4
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………….. 5
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………………… 5
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………………... 5
1.3 Tujuan ………………………………………………………………………………... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………………… 6
2.1 Pendahuluan …………………………………………………………………………. 6
2.2 Teori Asam Basa …………………………………………………………………….. 6
2.2.1 Teori Arrhenius …………………………………………………………………. 6
2.2.2 Teori Bronsted Lowry ……………………………………………………………6
2.2.3 Teori Lewis ……………………………………………………………………… 7
2.3 Prinsip-prinsip Titrasi Asam Basa …………………………………………………. 7
2.4 Jenis Titrasi Asam Basa ……………………………………………………………... 7
2.4.1 Titrasi Asam Kuat dan Basa Kuat ………………………………………………. 7
2.4.2 Titrasi Asam Kuat dan Basa Lemah ……………………………………………. 8
2.4.3 Titrasi Asam Lemah dan Basa Kuat ……………………………………………. 8
2.4.4 Titrasi Asam Lemah dan Basa Lemah ………………………………………….. 9
2.5 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan pada Titrasi Asam-Basa ………………………. 10
2.5.1 Sebelum Melakukan Analisis …………………………………………………… 10
2.5.2 Saat Melakukan Analisis ………………………………………………………... 10
2.6 Komponen Sediaan Farmasi ………………………………………………………... 11
BAB III PEMBAHASAN ……………………………………………………………….. 13
3.1. Titrasi Asam Basa Feniramin Maleat dengan Medium Hydro-alkohol ………… 13
3.1.1 Akurasi & Presisi ……………………………………………………………… 13
3.1.2 Ketangguhan …………………………………………………………………… 13
3.1.3 Uji Perolehan Kembali ………………………………………………………… 13
3.1.4 Dasar Analisis …………………………………………………………………. 14
3.1.5 Reaksi Yang Terjadi …………………………………………………………… 14
3.1.6 Langkah-langkah Percobaan …………………………………………………… 15
1
3.1.7 Menghitung Penetapan Kadar …………………………………………………. 16
3.1.8 Mengambil Kesimpulan ……………………………………………………….. 16
3.2 Titrasi Asam Basa Hidroxyzine Dihydrochloride Pada Sampel Farmasetik ……. 17
3.2.1 Pembuatan Larutan Uji ………………………………………………………… 17
3.2.2 Prosedur Titrasi ……………………………………………………………….... 17
3.2.3 Analisis Metode Titrasi ………………………………………………………… 18
3.2.4 Reaksi yang Terjadi …………………………………………………………….. 18
3.2.5 Analisis Metode Titrasi .…………………………………………………………19
3.2.6 Metode Penetapan Kadar ……………………………………………………….. 20
3.2.7 Validasi Metode Analisis ………………………………………………………..20
3.2.8 Penerapan Metode ……………………………………………………………… 23
3.3 Titrasi Asam Basa Lisinopril ……………………………………………………….. 23
3.3.1 Prosedur ………………………………………………………………………… 23
3.3.2 Metode Validasi ………………………………………………………………… 24
3.3.3 Hasil dan Pembahasan ………………………………………………………….. 25
3.3.4 Kesimpulan ……………………………………………………………………... 28
BAB IV PENUTUP ……………………………………………………………………… 29
4.1 Kesimpulan …………………………………………………………………………... 29
4.2. Saran ………………………………………………………………………………… 29
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………. 30
2
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kurva Titrasi Asam Kuat dan Basa Kuat …………………………………… 8
Gambar 2.2 Kurva Titrasi Asam Kuat dan Basa Lemah ………………………………… 8
Gambar 2.3 Kurva Titrasi Asam Lemah dan Basa Kuat ………………………………… 9
Gambar 2.4 Jenis-jenis indikator untuk titrasi asam basa disertai perubahan warna yang
terjadi ………………………………………………………………………. 11
Gambar 3.1 Reaksi yang Terjadi pada Percobaan 1 ……………………………………... 14
Gambar 3.2 Reaksi yang Terjadi pada Percobaan 2 ………………………………………18
Gambar 3.3 Struktur Lisinopril …………………………………………………………... 26
3
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel beberapa indikator campuran …………………………………………… 9
Tabel 3.1 Tabel Akurasi dan Presisi data intra-day dan inter-day ……………………….. 13
Tabel 3.2 Tabel Metode Ketangguhan ditunjukkan dengan %RSD ……………………… 13
Tabel 3.3 Tabel Hasil Uji Perolehan Kembali ……………………………………………. 14
Tabel 3.4 Tabel Kesimpulan Percobaan 1 …………………………………………………17
Tabel 3.5 Tabel Hasil Penetapan Kadar Tablet dan Komparasi dengan
Metode Resmi ………………………………………………………………….. 20
Tabel 3.6 Tabel Akurasi dan Presisi Data Intra-Day d an Inter-Day ………………………
21
Tabel 3.7 Tabel Metode Ketangguhan dalam Bentuk RSD ……………………………… 22
Tabel 3.8 Hasil Uji Recovery Menggunakan Metode Standar …………………………… 22
Tabel 3.9 Hasil dari Pengujian Tablet dan Perbandingannya dengan
Official Method ……………………………………………………………….... 23
Tabel 3.10 Evaluasi Akurasi dan Presisi Intra-day dan Inter-day …………………………25
Tabel 3.11 Hasil Analisis Tablet dengan Metode yang Digunakan ……………………….27
Tabel 3.12 Penilaian Akurasi dengan Uji Perolehan Kembali …………………………… 28
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sediaan farmasi semakin lama semakin dibutuhkan oleh masyarakat. Untuk menjamin
kelayakan sediaan farmasi bagi masyarakat, tidak hanya dilihat dari khasiat asli sediaan
farmasi, tetapi juga dilihat dari mutu, keamanan, dan kualitas sediaan tersebut. Titrasi
asam basa merupakan titrasi yang melibatkan reaksi penetralan ion H+ dari asam oleh ion
OH- dari basa atau sebaliknya. Kadar asam atau basa dalam suatu senyawa dapat
ditentukan dengan titrasi penetralan. Untuk memenuhi persyaratan mutu, keamanan, dan
kualitas suatu sediaan harus memenuhi beberapa persyaratan sesuai dengan yang
tercantum pada farmakope. Salah satu persyaratan yang tercantum pada farmakope
adalah penetapan kadar. Penetapan kadar pada sediaan farmasi dapat dilakukan dengan
berbagai cara, salah satunya adalah titrasi. Terdapat berbagai macam metode titrasi, salah
satunya adalah titrasi asam basa. Titrasi asam – basa pada prinsipnya melibatkan reaksi
penetralan ion H+ dari asam oleh ion OH- dari basa, atau sebaliknya. Pada bidang
farmasi, titrasi asam basa digunakan untuk menguji kemurnian sampel.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa teori yang mendukung titrasi asam basa?
2. Bagaimana prinsip umum dari titrasi asam basa?
3. Bagaimana prosedur dalam melakukan titrasi asam basa?
4. Bagaimana penggunaan titrasi asam basa dalam analisis sediaan farmasi?
5. Bagaimana validasi metode pada sediaan farmasi?
1.3 Tujuan
1. Memahami teori dasar analisis titrasi asam basa
2. Memahami prosedur analisis dengan metode titrasi asam basa
3. Dapat melakukan kajian selektivitas, sensitivitas, rentang, akurasi dan presisi metode
analisis
4. Dapat melakukan perhitungan kadar terhadap hasil analisis
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendahuluan
Titrasi Asam Basa adalah penentuan kadar suatu larutan basa dengan larutan asam
yang diketahui kadarnya atau sebaliknya. Terdapat dua jenis titrasi asam basa, yaitu:
a. Asidimetri: Jika larutan baku berupa asam digunakan untuk menentukan kadar dari
suatu basa
contoh: HCL, asam cuka, asam oleat
b. Alkalimetri: Jika larutan baku berupa basa digunakan untuk menentukan kadar dari
suatu asam
contoh : NaOH, Al(OH)3
2.2 Teori Asam Basa
2.2.1 Teori Arrhenius
Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang ketika dilarutkan dalam air akan
meningkatkan konsentrasi ion hidrogen (H+) dalam larutan.
HCl (aq) → H+ (aq) + Cl- (aq)
Basa adalah zat yang ketika dilarutkan dalam air akan meningkatkan
konsentrasi ion hidroksida (OH-) dalam larutan.
NaOH (s) → Na+ (aq) + OH- (aq)
Jika asam dan basa direaksikan akan membentuk garam dan air.
HCl (aq) + NaOH (aq) → NaCl (aq) + H2O (l)
2.2.2 Teori Bronsted Lowry
Konsep utama teori Bronsted Lowry sebagai berikut.
- Asam merupakan donor proton
- Basa merupakan akseptor proton
- Reaksi asam-basa melibatkan transfer proton dari asam ke basa membentuk
asam baru dan basa baru
Beberapa spesi lain dapat bersifat amfiprotik, yaitu dapat berperan sebagai
asam atau basa tergantung pada reaksi. Contoh senyawa amfiprotik adalah air.
6
2.2.3 Teori Lewis
Asam Lewis adalah senyawa yang menerima pasangan elektron dari atom lain
untuk membentuk suatu ikatan. Sedangkan basa lewis adalah senyawa yang
mendonorkan pasangan elektron ke atom lain untuk membentuk suatu ikatan.
7
Gambar 2.1 Kurva Titrasi Asam Kuat dan Basa Kuat
Titik ekivalen dari hasil titrasi asam kuat dan basa kuat akan diperoleh pada
daerah pH asam. Indikator yang dapat digunakan untuk titrasi asam kuat dan basa
lemah, antara lain Methyl red, Methyl orange, Methyl yellow, Bromocresol green,
dan Bromophenol blue.
Titik ekivalen dari hasil titrasi asam lemah dan basa kuat akan diperoleh pada
daerah pH basa. Indikator yang dapat digunakan untuk titrasi asam lemah dan basa
kuat, antara lain Thymol blue, Thymolphthalein, dan Phenolphthalein.
8
Gambar 2.3 Kurva Titrasi Asam Lemah dan Basa Kuat
Titrasi asam lemah dan basa lemah jarang digunakan untuk analisis kuantitatif.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor berikut.
Meskipun demikian, titrasi asam lemah dan basa lemah dapat dilakukan
menggunakan indikator campuran yang memberikan perubahan warna dalam
rentang pH yang sangat sempit. Sebagai contoh adalah untuk titrasi larutan amonia
dan asam (etanoat) asetat dapat digunakan indikator neutral red-methylene blue.
9
2.5 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan pada Titrasi Asam-Basa
10
Gambar 2.4 Jenis-jenis indikator untuk titrasi asam basa disertai perubahan warna yang
terjadi (sumber: chem.libretexts.org).
11
Sediaan semisolid terdiri dari salep, pasta, krim, dan gel. Sediaan salep terdiri dari zat
aktif, basis, dan zat tambahan, seperti pelarut, emolien, pengawet, pendapar, pengkelat,
pengatur pH, pewarna, pewangi, dan lain sebagainya. Pada krim digunakan juga zat
tersebut dengan tambahan eksipien emulgator, dan gelling agent pada sediaan gel.
Sediaan cair terdiri dari larutan, suspensi, dan emulsi. Sediaan cair memiliki komponen,
yaitu zat aktif, eksipien utama dan eksipien tambahan. Eksipien utama adalah bahan
pelarut atau bahan pembasah atau surfaktan. Eksipien tambahan lain dapat berupa
pemberi rasa, antioksidan, pewarna, pengkelat, pengatur pH, pengaroma, dan lain-lain.
Pada emulsi digunakan pula emulgator, sedangkan pada suspensi menggunakan
suspending agent.
Matriks yang terdiri dari eksipien utama dan eksipien pendukung akan memengaruhi
jumlah zat aktif yang dititrasi. Semakin besar matriks maka jumlah zat aktif semakin kecil
karena terperangkap dalam matriks sehingga tidak semua zat aktif bereaksi saat titrasi
berlangsung. Hal ini dapat menyebabkan kesalahan dalam penetapan kadar zat aktif. Jika
diperlukan, sebelum melakukan analisis dapat dilakukan ekstraksi, penyaringan atau
pemisahan sampel zat aktif dari matriksnya terlebih dahulu.
Beberapa sampel yang dapat dianalisis menggunakan titrasi asam basa, antara lain
feniramin maleat, hidroksizin dihidroklorida, sildenafil sitrat, aspirin, ibuprofen, dan
antasida. Sebagian besar zat aktif tersebut dapat dianalisis dengan titrasi asam basa dalam
bentuk sediaan padat, misalnya tablet. Hal ini karena eksipien atau zat tambahan yang
digunakan dalam formulasi tablet umumnya bersifat inert sehingga tidak mempengaruhi
reaksi yang terjadi dalam proses analisis. Namun, beberapa sediaan semisolid dan cair
juga dapat dianalisis dengan titrasi asam basa selama eksipien yang terkandung dalam
sediaan tidak bersifat sebagai dapar, mengandung garam, atau bersifat asam/basa yang
dapat bereaksi dengan titran sehingga dapat menyebabkan hasil analisis menjadi bias.
Sebagai contoh, sediaan semisolid yang mengandung vaselin album masih dapat
dianalisis dengan titrasi asam basa karena netral dan inert.
12
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Titrasi Asam Basa Feniramin Maleat dengan Medium Hydro-alkohol
3.1.1 Akurasi & Presisi
Untuk mengetahui akurasi dan presisi dalam metode analisis ini, maka
dilakukan evaluasi dengan cara intra-day dan inter-day. Evaluasi dilakukan dengan
mengambil tiga kadar sampel yang berbeda dilakukan dalam 1 hari yang sama
(intra-day) dan 5 hari yang berbeda (inter-day). Baik pada intra-day dan inter-day
hasil evaluasi tergolong baik.
Tabel 3.1 Tabel Akurasi dan Presisi data intra-day dan inter-day
3.1.2 Ketangguhan
Ketangguhan dari suatu metode ditunjukkan dengan nilai RSD. Pada
percobaan ini dilakukan uji dengan mengulang prosedur/metode yang sama
sebanyak 4 kali menggunakan 4 buret yang berbeda. Hasil RSD yang didapat
sebesar 1,28% yang menandakan metode ini sudah tangguh (seragam).
13
kali. UPK yang didapat berada antara 97,48% - 106,3%. Yang mengartikan metode
ini cukup efektif walaupun terdapat penambahan beberapa eksipien.
14
hasil dari larutan PAM yang dititrasi dengan NaOH dapat mengganggu perolehan
titik akhir sehingga untuk mengatasi masalah itu ditambahkan alkohol.
3.1.6 Langkah-langkah Percobaan
Terdapat 2 metode dalam percobaan kali ini. Untuk metode yang pertama
menggunakan metode titrasi visual. Langkah-langkah yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Aliquot dari larutan obat berisi 2,0 – 20,0 mg pheniramin maleat dimasukkan
ke dalam labu 100 ml dan dimasukan 10 ml etanol netral
2. Ditambahkan 2 tetes phenolptalein 0,5% dan larutan dititrasi dengan larutan
standar NaOH 0,012 M sampai titik akhir titrasi dan larutan menjadi warna
merah muda.
3. Jumlah obat di dalam aliquot yang terukur dihitung dengan rumus:
Keterangan :
15
5. Titik ekivalen ditentukan dengan cara metode grafik dan jumlah obat dihitung
dengan cara yang sama dengan metode A.
3.1.7 Menghitung Penetapan Kadar
Penetapan kadar yang dilakukan pada sediaan tablet pada percobaan ini
menggunakan Avil 25 dan Avil 50. Cara yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Timbang 20 tablet dan gerus hingga menjadi serbuk halus. Ditimbang
sejumlah serbuk yang ekuivalen dengan 200 mg Pheniramin Maleat.
2. Masukan kedalam labu ukur 100 ml dan tambahkan 70 ml alkohol. Kocok 20
menit.
3. Cukupkan dengan alkohol hingga batas, kocok hingga homogen.
4. Saring larutan. 10 ml filtrat pertama dibuang dan lakukan filtrasi dengan sisa
filtrat.
Sedangkan pada obat injeksi penetapan kadar dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
1. Campurkan 5 ampul dan masukan 10 ml injeksi Avil (1 ml setara dengan
22,75 mg pheniramin maleat) ke dalam labu ukur 100 ml.
2. Tambahkan 70 ml alkohol dan kocok hingga homogen.
3. Cukupkan dengan alkohol hingga batas.
4. Lakukan analisis dengan larutan tersebut.
3.1.8 Mengambil Kesimpulan
Kesimpulan diambil dengan menggunakan rumus berikut
Jumlah obat (mg) = V x Mw x R / n
Keterangan:
16
Tabel 3.4 Tabel Kesimpulan Percobaan 1
17
Metode USP yang digunakan untuk menguji obat dalam tablet adalah sistem
kromatografi dengan deteksi UV, dimana HDH dapat dideteksi pada 232 nm. Namun,
teknik kromatografi untuk menentukan HDH membutuhkan operator yang memiliki skill
tinggi serta instrumennya yang mahal. Prosedur lainnya juga memakan waktu yang lama,
membutuhkan tahapan yang panjang, serta waktu reaksi yang lama. Selain itu, sebagian
besar metode yang dijelaskan juga membutuhkan pengaturan instrumen yang mahal.
Beberapa metode titrasi juga ditemukan dalam literatur untuk menguji HDH, antara
lain: presipitasi dari obat dengan sodium tetraphenylborate, filtrasi dan pelarutan
presipitat dalam aseton dan titrasi potensiometri dengan AgNO3. Selain itu, titrasi dengan
menggunakan merkuri (II) sebagai titran dan diphenylcarbazone-bromothymol blue
sebagai indikator. Pada penentuan HDH dalam obat-obatan digunakan metode yang
cepat dan ekonomis. Prosedur titrimetri merupakan teknik yang sangat mudah untuk
menentukan kadar obat dalam level miligram pada laboratorium quality control y ang
tidak memiliki instrumen modern dan mahal.
Dalam jurnal ini, dilakukan penentuan HDH dengan prosedur yang tidak
membutuhkan operasi eksperimental seperti metode yang telah dilaporkan. Metode
didasarkan dengan titrasi larutan obat dalam etanol netral dengan aqueous NaOH dengan
menggunakan indikator phenolphthalein untuk menentukan titik akhir. Prosedur ini
memiliki beberapa kelebihan karena pengujiannya yang cepat, mudah, akurat, presisi,
selektif, serta biaya yang dibutuhkan lebih murah.
18
dikalibrasi 100mL. Serbuk dilarutkan dengan 70 ml alkohol, campuran kemudian
dikocok selama 20 menit. Volume larutan ditingkatkan hingga batas kalibrasi dengan
penambahan Alkohol, larutan dikocok kembali. Larutan uji kemudian disaring dengan
kertas saring Whatmann no 40, 10 ml larutan filtrat pertama dibuang.
19
Fenolftalein digunakan sebagai indikator dalam titrasi asam basa karena memberikan
perubahan warna yang jelas pada titik akhir titrasi.
3.2.6 Metode Penetapan Kadar
Perhitungan kadar HDH diukur berdasarkan jumlah titran (NaOH) yang diperlukan
untuk mentitrasi sampel. Kadar HDH dapat dihitung dengan persamaan:
Dimana
R = molaritas NaOH
Tabel 3.5 Tabel Hasil Penetapan Kadar Tablet dan Komparasi dengan Metode Resmi
20
intra-day d ilakukan pada hari yang sama, sedangkan presisi inter-day
dilakukan pada lima hari berturut-turut sebanyak tiga kali setiap harinya.
Simpangan baku relatif dari studi intra-day dan inter-day untuk HDH
menunjukkan presisi metode yang baik. Akurasi metode ditentukan dari
persentase penyimpangan rata-rata dari konsentrasi yang telah diketahui.
B. Ketangguhan (Ruggedness)
Ketangguhan (ruggedness) suatu metode merupakan derajat ketertiruan
hasil uji yang diperoleh dari analisis sampel yang sama dalam berbagai
kondisi uji normal (laboratorium, analisis, instrumen, bahan pereaksi, suhu,
dan hari) yang berbeda. Ketangguhan metode merupakan ukuran ketertiruan
pada kondisi operasi normal antara lab dan antar analis.
Ketangguhan metode dinyatakan sebagai RSD dari prosedur yang
sama yang diaplikasikan oleh empat analis berbeda dengan empat buret
berbeda. RSD inter analis berada dibawah 2%. Sedangkan, RSD inter buret
hasilnya sekitar 2,2% yang menunjukkan metode yang dikembangkan
tangguh.
21
Tabel 3.7 Tabel Metode Ketangguhan dalam Bentuk RSD
22
Tabel 3.8 Hasil Uji Recovery Menggunakan Metode Standar
Tabel 3.9 Hasil dari Pengujian Tablet dan Perbandingannya dengan Official Method
23
dan jumlah berikutnya dari ekstrak tablet dititrasi dengan mengikuti prosedur
yang disebutkan di bawah.
b. Metode Titrasi Asam-Basa
10,0 ml aliquot larutan standar yang mengandung 2,0-20,0 mg LNP
diukur secara akurat dan dipindahkan ke dalam labu titrasi 100 mL. Dua tetes
fenolftalein 0,2% ditambahkan dan dititrasi terhadap larutan standar 0,005 N
natrium hidroksida hingga mencapai titik akhir atau berwarna warna merah
muda.
24
Tabel 3.10 Evaluasi Akurasi dan Presisi Intra-day dan Inter-day
c. Presisi
Presisi dari metode yang diajukan dievaluasi secara intra-day dan inter-day.
Tiga konsentrasi berbeda dari Lisinopril dianalisis sebanyak tujuh kali pada hari
yang sama (presisi intra-day) dan pada lima hari berturut-turut (presisi
inter-day). Nilai standar deviasi relatif (RSD) dari uji intra-day dan inter-day
dari lisinopril menunjukkan bahwa presisi dari metode yang digunakan bagus.
d. Ketangguhan
Metode ketangguhan dapat diketahui dari standar deviasi relatif (RSD) pada
prosedur yang sama yang diaplikasikan pada empat analis yang berbeda juga
menggunakan tiga buret yang berbeda. RSD yang didapatkan dari empat analis
yang berbeda adalah 1,1% dan RSD yang didapatkan dari buret yang berbeda
untuk konsentrasi lisinopril yang sama berkisar dari 2,54-3,14% sehingga
metode yang digunakan cukup tangguh.
25
pelarut protogenik dan dititrasi sebagai asetat amina dengan asam perklorat. Titik akhir
terdeteksi oleh perubahan keseimbangan protolitik indikator kristal violet. Reaksi
stoikiometri yang ditemukan adalah 1:2 (LNP:HClO4), menandakan kedua amina terlibat
dalam titrasi. Metode B melibatkan netralisasi gugus asam karboksilat yang ada dalam
LNP dalam media berair oleh NaOH menggunakan fenolftalein sebagai indikator. Salah
satu gugus asam karboksilat pada posisi α-amino terlalu lemah untuk dilacak dalam
media berair dan karenanya rasio molar ditemukan 1:1 (LNP:NaOH); dimana seperti pada
metode C, kedua gugus asam karboksilat menunjukkan sifat asam yang ditingkatkan
dalam media pelarut 3:1 benzena-metanol ketika dititrasi terhadap natrium metoksida
menggunakan fenolftalein sebagai indikator sebagaimana disimpulkan oleh reaksi
stoikiometri 1:2 (LNP:MeONa). Pelarut benzena-metanol (3:1) telah berhasil digunakan
dalam titrasi banyak asam organik lemah karena seluruh kurva titrasi berada dalam
kisaran potensial pelarut. Umumnya, benzena yang merupakan pelarut relatif netral dari
konstanta dielektrik rendah digunakan bersama dengan pelarut asam atau basa apa pun
untuk meningkatkan sensitivitas titik akhir titrasi dan untuk atribusi diferensial. Dalam
titrasi potensiometri (metode D), LNP dalam metanol dititrasi terhadap KOH metanol dan
menunjukkan salah satu kelompok karboksilat terlalu lemah untuk dititrasi secara
kuantitatif dan pada saat yang sama puncak yang sesuai tidak signifikan kecil.
26
Oleh karena itu, reaksi stoikiometri 1:1 digunakan untuk tujuan perhitungan.
Selanjutnya, titrasi potensiometri dilakukan dengan memvariasikan rasio
benzena-metanol sebagai pelarut dan natrium metoksida sebagai titran dan menemukan
bahwa puncaknya agak luas dan terdistorsi. Demikian pula, 5:1 benzena-metanol
menunjukkan banyak fluktuasi dalam pembacaan potensial.
a. Aplikasi Untuk Analisis Tablet
Tablet LNP komersial dianalisis menggunakan metode yang terdiri dari
pengukuran absorbansi kompleks transfer muatan yang terbentuk antara LNP
dan asam para-chloranilic dalam metanol pada 525 nm. Hasil yang diperoleh
dibandingkan secara statistik dengan uji-t Student dan uji-varians rasio-F. Nilai
t- dan F- yang dihitung tidak melampaui nilai yang ditabulasikan pada tingkat
kepercayaan 95% dan untuk empat derajat kebebasan, yang menunjukkan
kesamaan antara metode yang diusulkan dan metode referensi dengan akurat.
27
pra-dianalisis dibubuhi dengan LNP murni pada tiga tingkat yang berbeda dan
total ditemukan dengan metode yang diusulkan. Setiap penentuan diulang tiga
kali. Persentase pemulihan LNP murni yang ditambahkan berada dalam batas
yang diizinkan yang menunjukkan tidak adanya bahan aktif dalam pengujian.
3.3.4 Kesimpulan
Metode yang digunakan selektif karena obat tersebut mengandung gugus amino dan
asam karboksilat, yang secara khusus dinetralkan oleh asam dan alkali. Semua metode
tidak menunjukkan interferensi dari eksipien dan zat tambahan yang umum. Parameter
statistik dan data pemulihan mengungkapkan akurasi dan presisi yang baik dari metode
yang diusulkan. Oleh karena itu, disimpulkan bahwa metode yang diusulkan selektif
untuk penentuan LNP dalam bentuk murni dan bentuk sediaan komersial.
28
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Titrasi asam basa merupakan titrasi yang melibatkan reaksi penetralan ion H+
dari asam oleh ion OH- dari basa atau sebaliknya. Kadar asam atau basa dalam suatu
senyawa dapat ditentukan dengan titrasi penetralan. Metode Titrasi Asam Basa ini dapat
digunakan untuk melakukan penetapan kadar dan kemurnian dari suatu sediaan obat.
Setiap metode dan tahapan yang digunakan harus disesuaikan kembali dengan
karakteristik senyawa yang diuji. Modifikasi metode Titrasi Asam Basa dilakukan untuk
meningkatkan keakuratan, presisi, sensitivitas dan selektivitas.
Pada pengujian terhadap Pheniramin Maleat yang menggunakan metode titrasi
asam basa dilakukan berdasarkan prinsip netralisasi pada dua gugus karboksilat. Pelarut
yang digunakan pada pengukuran tersebut, yaitu hidroalkohol. Hidroalkohol digunakan
untuk menghindari terbentuknya endapan putih pada titrasi PAM dengan NaOH.
Terbentuknya endapan putih tersebut dapat mengganggu perolehan titik akhir, sehingga
sensitivitas akan menurun. Dengan menggunakan pelarut hidroalkohol dapat
meningkatkan sensitivitasnya.
Pada pengujian terhadap Lisinopril, metode yang digunakan selektif karena
obat tersebut mengandung gugus amino dan asam karboksilat, yang secara khusus
dinetralkan oleh asam dan alkali. Pelarut yang digunakan dalam pengujian ini adalah
HClO4, NaOH, MeONa, dan benzena-metanol. Semua metode tidak menunjukkan
interferensi dari eksipien dan zat tambahan yang umum. Parameter statistik dan data
pemulihan mengungkapkan akurasi dan presisi yang baik dari metode yang diusulkan.
4.2. Saran
Untuk mengetahui lebih dalam tentang titrasi asam basa disarankan untuk lebih
banyak membaca jurnal-jurnal tentang titrasi asam basa dan juga referensi buku buku
terkait dengan titrasi asam basa.
29
DAFTAR PUSTAKA
Allen, Loyd V., Popovich, Nicholas G., Ansel, Howard C. 2011. Ansel’s Pharmaceutical
Dosage Forms and Drug Delivery Systems. Philadelphia : Lippincott Williams Wilkins
Basavaiah, K., Tharpa, K., & Vinay, K. (2010). Titrimetric assay of lisinopril in aqueous and
non-aqueous media. Eclética Química, 35(2), 07-14. doi:
10.1590/s0100-46702010000200001
British Pharmacopoeia Commision Office. (2009). British Pharmacopoeia 2009. London :
The Department of Health..
Council of Europe., European Pharmacopoeia Commission., & European Directorate for the
Quality of Medicines & Healthcare. (2010). European pharmacopoeia. Strasbourg:
Council Of Europe.
Kotz, J. C., Treichel, P. M., & Townsend, J. R. (2015). Chemistry & chemical reactivity.
Stamford, CT: Cengage Learning.
Vogel, Arthur I. (Arthur Israel). (1989). Vogel's textbook of quantitative chemical analysis.
Harlow, Essex, England : New York :Longman Scientific & Technical ; Wiley,
30