Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ANALISIS ASAM SALISILAT

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

1. ELSIANA PUTRI P (P27235020063)


2. ENDAH PUSPITA P (P27235020064)
3. ESTI PERWITA S (P27235020065)
4. EVI DEWI UTAMI (P27235020066)
5. FEBY VALERIE N R (P27235020067)
6. FITRIANA PUSPITA S (P27235020068)

D III ANALISIS FARMASI DAN MAKANAN


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah kimia farmasi tentang
senyawa asam salisilat.
Makalah ini berisi tentang penjelasan mengenai asam salisilat mulaidari
pengertian, rumus umum, struktur, sifat fisika kimia, pemerian,kelarutan dan cara
identifikasi yang telah kami selesaikan tepat pada waktunya.
Terimakasih kami panjatkan kepada pihak yang telah membantu dan
membimbing kami terutama kepada dosen pengampu mata kuliah Kimia Farmasi
yang telah banyak memberikan pengetahuan kepada kamisemua sehingga laporan
lengkap ini dapat terselesaikan dengan baik dandengan tepat waktu.
Kami sadar, makalah yang kami buat ini masih sangat jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saranyang bersifat membangun
dari semua pembaca. Sekian dan terimakasih.

Klaten, 25 Februari 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Titrasi Asam Basa
B. Prinsip Titrasi Asam Basa
C. Jenis-Jenis Titrasi Asam Basa
D. Pengertian Asam Salisilat
E. Stuktur Kimia
F. Sifat Fisika Kimia
G. Deskripsi
H. Cara Identifikasi

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya
dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai
contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi
redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri
untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.
Berbicara masalah reaksi asam-basa atau yang biasa juga disebut reaksi
penetralan, maka tidak akan terlepas dari titrasi asam-basa. Perlu dipahami terlebih
dahulu bahwa reaksi asam-basa atau reaksi penetralan dapat dilakukan dengan titrasi
asam-basa. Adapun titrasi asam-basa ini terdiri dari titrasi asam kuat-basa kuat, titrasi
asam kuat-basa lemah, titrasi basa lemah-asam kuat, dan titrasi asam lemah-basa
lemah. Titrasi asam-basa ini ditentukan oleh titik ekuivalen (equivalent point) dengan
menggunakan indikator asam-basa.
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya
diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya
disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun
titrant biasanya berupa larutan. Pada laporan kali ini akan di jelaskan mengenai titrasi
asam-basa.
Dalam kehidupan sehari-hari terkadang kita selalu mendengartentang aspirin,
asetosal yang meruapakan nama lain dari asam salisilat. Asam salisilat merupakan
golongan obat antiinflamasi non steroid.
Asam salisilat merupakan salah satu bahan kimia yang cukup
tinggikegunaannya dalam kehidupan sehari-hari serta mempunyai nilaiekonomis
yang tinggi karena dapat digunakan sebagai bahan intermedietdari pembuatan obat-
obatan seperti antiseptik dan analgesik sertapembuatan bahan baku untuk keperluan
farmasi.
Asam salisilat (asam ortohidroksibenzoat) merupakan asam yangbersifat iritan
lokal, yang dapat digunakan secara topical. Terdapatberbagai turunan yang digunakan
sebagai obat luar, yang terbagi atas 2kelas, ester dari asam salisilat dan ester salisilat
dari asam organik.Disamping itu, digunakan pula garam salisilat. Turunannya yang
palingdikenal adalah asam asetilsalisilat.
Karna banyaknya sediaan turunan asam salisilat yang beredardipasaran, maka
perlu dilakukan pengenalan terhadap senyawa itu sendirimulai dari pengertian, rumus
umum, sifatnya, deskripsi dan caraidentifikasinya agar tidak salah dalam
mengkonsumsi suatu obat untukmenyembuhkan penyakit tertentu. Penggunaan obat
ini sangat luas dimasyarakat dan digolongkan ke dalam obat bebas.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya, yaitu :
1. Apa itu titrasi asam basa?
2. Apa kegunaan titrasi asam basa?
3. Apa kelebihan titrasi asam basa?
4. Apa kekurangan titrasi asam basa?
6. Apa pengertian dari senyawa asam salisilat
7. Bagaimana rumus umum dari senyawa asam salisilat
8. Bagaimana sifat fisika kimia dari asam salisilat
9. Bagaimana deskripsi dari asam salisilat
10. Bagaimana cara identifikasi senyawa asam salisilat?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu titrasi asam basa.
2. Untuk mengetahui prinsip titrasi asam basa
3. Untuk mengetahui kelebihan titrasi asam basa
4. Untuk mengetahui kekurangan titrasi asam basa
5. Untuk mengetahui pengertian dari senyawa asam salisilat
6. Untuk Mengetahui rumus umum dari senyawa asam salisilat
7. Untuk mengetahui sifat fisika kimia dari asam salisilat
8. Untuk mengetahui deskripsi dari asam salisilat
9. Untuk mengetahui cara identifikasi senyawa asam salisilat
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Titrasi Asam Basa


Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya
dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai
contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi
redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri
untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.
Reaksi asam-basa dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan asam
atau larutan basa. Penentuan itu dilakukan dengan cara meneteskan larutan basa yang
telah diketahui konsentrasiya ke dalam sejumlah larutan asam yang belum diketahui
konsentrasinya atau sebaliknya. Penetesan dilakukan hingga asam dan basa tepat
habis bereaksi. Waktu penambahan hingga asam dan basa tepat habis disebut titik
ekuivalen. Dengan demikian, konsentrasi asam atau basa dapat ditentukan jika salah
satunya sudah diketahui. Proses penetapan konsentrasi tersebut disebut titrasi asam-
basa.
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya
diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya
disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun
titrant biasanya berupa larutan.
Metode titrimetri yang didasarkan pada reaksi asam basa ini adalah titrasi asam
basa (Asidimetri dan alkalimetri). Titrasi ini termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi
antara ion hydrogen yang berasal dari asam dengan ion yang berasal dari basa untuk
menghasilkan air yang bersifat netral.Berdasarkan konsep lain reaksi netralisasi dapat
juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan penerima proton
(basa).
Dalam menganalisis sampel yang bersiaft basa, maka kita dapat menggunakan
larutan standar asam, metode ini dikenal dengan istilah asidimetri. Sebaliknya jika
kita menentukan sampel yang bersifat asam, kita akan menggunkan lartan standar
basa dan dikenal dengan istilah alkalimetri.
Dalam melakukan titrasi netralisasi kita perlu secara cermat mengamati
perubahan pH, khususnya pada saat akan mencapai titik akhir titrasi, hal ini
dilakukan untuk mengurangi kesalahan dimana akan terjadi perubahan warna dari
indikator
B. Prinsip Titrasi Asam Basa
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant.
Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan
dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya.
Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan
ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan
ini disebut sebagai “titik ekuivalen”, yaitu titik dimana konsentrasi asam sama
dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama
dengan jumlah asam yang dinetralkan : [H+] = [OH-]. Sedangkan keadaan dimana
titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indikator disebut sebagai
“titik akhir titrasi”. Titik akhir titrasi ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik
akhir titrasi melewati titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering disebut
juga sebagai titik ekuivalen.
Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita
mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan
menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa
menghitung kadar titrant.
Titrasi netralisasi adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi antara suatu asam
dengan basa.
H3O++ OH– ⇔ 2 H2O
Dalam titrasi ini berlaku hubungan jumlah ekivalen asam (H3O+) sama dengan
jumlah ekivalen basa (OH–).
Larutan baku yang digunakan pada titrasi netralisasi adalah asam kuat atau
basa kuat, karena zat-zat tersebut bereaksi lebih sempurna dengan analit
dibandingkan dengan jika dipakai asam atau basa yang lebih lemah. Larutan baku
asam dapat dibuat dari HCl, H2SO4 atau HClO4, sedangkan larutan baku basa dibuat
dari NaOH atau KOH. Larutan baku primer adalah larutan yang konsentrasinya dapat
ditentukan dengan perhitungan langsung dari berat zat yang mempunyai kemurnian
tinggi, stabil dan bobot ekivalen tinggi kemudian dilarutkan sampai volume tertentu.
Sedangkan larutan baku sekunder, konsentrasinya harus ditentukan terlebih dahulu
dengan pembakuan/standarisasi terhadap baku primer.
Contoh:
Baku primer : Na2CO3, Na2B4O7, Kalium Hidrogen Ptalat (KHP), H2C2O4
Baku sekunder : HCl, H2SO4, NaOH, KOH
Titrasi netralisasi dapat berlangsung antara asam kuat dengan basa kuat; asam/basa
lemah dengan basa/asam kuat seperti:
NH4OH + H3O+ ⇔ NH4+ + 2H2O(basa lemah dengan asam kuat)
CH3COOH + OH– ⇔ CH3COO– + H2O (asam lemah dengan basa kuat)
CH3COO– + H3O+ ⇔ CH3COOH + H2O (garam dengan asam kuat)
NH4+ + OH– ⇔ NH3 + H2O (garam dengan asam kuat)
Kedua contoh terakhir di atas menggambarkan titrasi garam monofungsional.
Garam-garam tersebut dalam air mengalami hidrolisis menghasilkan larutan yang
bersifat asam atau basa. Apakah garam-garam ini dititrasi dengan asam atau basa
bergantung pada nilai Ka dan Kb. Bila nilai Ka>Kb (larutan lebih bersifat asam),
maka garam tersebut dapat dititrasi dengan basa, bila sebaliknya (Ka<Kb), garam
tersebut dapat dititrasi dengan asam. Titik ekivalen dicapai pada pH larutan
CH3COOH atau NH4OH.

C. Jenis-Jenis Titrasi Asam Basa


Titrasi asam basa dapat dikelompokan sebagai berikut :
1. Basa Lemah vs Asam Kuat
Titrasi basa lemah dan asam kuat adalah analog dengan titrasi asam lemah dengan
basa kuat, akan tetapi kurva yang terbentuk adalah cerminan dari kurva titrasi asam
lemah vs basa kuat. Sebagai contoh disini adalah titrasi 0,1 M NH4OH 25 mL dengan
0,1 HCl 25 mL dimana reaksinya dapat ditulis sebagai:
NH4OH + Hcl -> NH4Cl + H2O
Kurva titrasinya dapat ditulis sebagai berikut:

Illustration 1: Kurva titrasi 0,1 M NH4OH dengan 0,1 M HCl

Pada awal titrasi dalam Erlenmeyer hanya terdapat NH4OH, karena NH4OH
adalah basa lemah maka tidak semua akan terionisasi untuk mencari pH nya.
Setelah titrasi berlangsung maka akan terbentuk sistem buffer disebabkan
dalam larutan sekarang terdapat NH4OH dan NH4Cl. Pada saat ini kurva titrasi
berada pada daerah yang landai dan pH larutan ditentukan oleh pebandingan
[NH4Cl]/[NH4OH].
Pada titik tengah titrasi yaitu setengah jumlah mol baik HCl dan NH4OH
bereaksi maka [NH4Cl] akan sama dengan [NH4OH] akibatnya pH akan sama
dengan pKb (ingat persamaan Henderson-Hasselbalch. Kb NH4OH adalah 10-5.
pH = pKb = 5
Pada saat titik ekuivalen dicapai maka dalam larutan sekarang hanya terdapat
NH4Cl adalah garam dari asam kuat dan basa lemah sehingga dalam larutan akan
terhidrolisis parsial dengan reaksi sebagai berikut:
NH4Cl -> NH4+ + Cl-
NH4+ + H2O -> NH4OH + H+
Dalam larutan sekarang akan bersifat asam disebabkan terdapat H+ dari hidrolisis
parsial NH4Cl.
2. Asam Lemah vs Basa Kuat
Asam lemah yang dicontohkan disini adalah asam asetat CH3COOH (biasanya
kita singkat menjadi HOAc) dan dititrasi dengan basa kuat NaOH. Reaksi yang
terjadi dapat ditulis sebagai berikut:
HOAc + NaOH -> NaOAC + H2O
Dan kurva titrasi antara 0,1 M HOAc 50 mL dengan 0,1 M NaOH 50
mL dapat digambarkan sebagai berikut :

Illustration 2: Kurva titrasi 0,1 M CH3COOH dengan


0,1 M NaOH

Pada saat sebelum titrasi dalam Erlenmeyer hanya terdapat asam asetat. HOAc
adalah asam lemah sehingga dalam laruta tidak terdisosiasi sempurna, dan untuk
mencari konsentrasi H+ nya kita menggunaka rumus pH asam lemah. 0,1 M HOAc
dengan volume 50 mL memiliki pH sekitar 3.
Setelah titrasi dijalankan dengan penambahan sedikit demi sedikit NaOH maa
dalam larutan akan terbentuk NaOAc sebagai hasil reaksi antara NaOH dan HOAc.
Dalam larutan sekarang terdapat HOAc yang belum bereaksi serta NaOAc sehingga
terbentuk sistem buffer. pH larutan pun sedikit demi sedikit beranjak naik sebagai
fungsi perubahan perbandingan [Oac-]/[HOAc].
3. Asam Kuat vs Basa Kuat
Titran yang dipakai dalam jenis titrasi asam basa ini adalah asam
kuat dan basa kuat. Titik akhir titrasi mudah diketahui dengan membuat
kurva titrasi yaitu plot antara pH larutan sebagai fungsi dari volume titran
yang ditambahkan. Sebagai contoh titrasi asam kuat dan basa kuat adalah
titrasi HCl dengan NaOH.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Hcl + NaOH NaCl + H2O
H+ + OH- H2O
Reaksi umum yang terjadi pada titrasi asam basa dapat ditulis sesuai
dengan reaksi kedua diatas. Ion H+ bereaksi dengan OH- membentuk H2O
sehingga hasil akhir titrasi pada titik ekuivalen pH larutan adalah netral.
Kurva titrasi antara 50 mL HCl 0,1 M dengan 50 mL NaOH 0,1 M dapat
ditunjukkan dengan gambar berikut ini:

Illustration 3: Kurva Titrasi 0,1 M HCl dengan 0,1 M


NaOH

4. Titrasi asam lemah dan basa lemah


Pada akhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari asam lemah
dan basa lemah. Misal : Asam asetat dan NH4OH
CH3COOH + NH4OH —> CH3COONH4 + H2O

Anda mungkin juga menyukai