PENDAHULUAN
1
Berbicara masalah reaksi asam-basa atau yang biasa juga
disebut reaksi penetralan, maka tidak akan terlepas dari titrasi
asam-basa. Perlu dipahami terlebih dahulu bahwa reaksi asam-
basa atau reaksi penetralan dapat dilakukan dengan titrasi asam-
basa. Adapun titrasi asam-basa ini terdiri dari titrasi asam kuat-
basa kuat, titrasi asam kuat-basa lemah, titrasi basa lemah-asam
kuat, dan titrasi asam lemah-basa lemah. Titrasi asam-basa ini
ditentukan oleh titik ekuivalen (equivalent point) dengan
menggunakan indikator asam-basa.
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant”
dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang
telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan
biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titrant
biasanya berupa larutan. Pada laporan kali ini akan di jelaskan
mengenai titrasi asam-basa.
2
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1.3.1 TUJUAN PENELITIAN LARUTAN ASAM BASA
- Untuk mengetahui tentang larutan asam dan basa
- Untuk mengetahui larutan-larutan yang termasuk larutan
asam dan larutan basa
- Untuk mengetahui cara menentukan sifat larutan asam atau
basa menggunakan kertas lakmus
- Untuk mengetahui cara menentukan sifat larutan asam atau
basa menggunakan ekstrak tanaman
1.3.2 TUJUAN PENELITIAN TITRASI ASAM BASA
- Untuk mengetahui apa itu titrasi asam basa
- Untuk mengetahui prinsip titrasi asam basa
- Untuk mengetahui kelebihan titrasi asam basa
- Untuk mengetahui kekurangan titrasi asam basa
3
Manfaat penelitian bagi pembaca :
Bagi pembaca siswa/pelajar
- Lebih memahami kompetensi dasar mata pelajaran Kimia kelas XI
IPA
- Dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta lebih mengerti
tentang pelajaran larutan asam basa dan titrasi asam basa
- Dapat mengetahui cara menentukan larutan asam basa dan titrasi
asam basa
- Mendapatkan nilai kimia yang lebih baik jika bacaan ini benar-
benar dimengerti.
Manfaat bagi masyarakat umum :
- Mengetahui bahan-bahan sehari-hari disekitar kita yang bersifat
asam maupun basa
- Mengetahui bahwa ekstrak bunga atau tanaman yang ada di sekitar
kita dapat dimanfaatkan menjadi indikator alami untuk menentukan
larutan asam atau larutan basa.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
5
maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang
melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi
yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.
Reaksi asam-basa dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi
larutan asam atau larutan basa. Penentuan itu dilakukan dengan cara
meneteskan larutan basa yang telah diketahui konsentrasiya ke dalam
sejumlah larutan asam yang belum diketahui konsentrasinya atau
sebaliknya. Penetesan dilakukan hingga asam dan basa tepat habis
bereaksi. Waktu penambahan hingga asam dan basa tepat habis disebut
titik ekuivalen. Dengan demikian, konsentrasi asam atau basa dapat
ditentukan jika salah satunya sudah diketahui. Proses penetapan
konsentrasi tersebut disebut titrasi asam-basa.
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan
biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah
diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya
diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titrant biasanya berupa
larutan.
Metode titrimetri yang didasarkan pada reaksi asam basa ini adalah
titrasi asam basa (Asidimetri dan alkalimetri). Titrasi ini termasuk
reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hydrogen yang berasal dari
asam dengan ion yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang
bersifat netral. Berdasarkan konsep lain reaksi netralisasi dapat juga
dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan penerima
proton (basa).
Dalam menganalisis sampel yang bersiaft basa, maka kita dapat
menggunakan larutan standar asam, metode ini dikenal dengan istilah
asidimetri. Sebaliknya jika kita menentukan sampel yang bersifat
asam, kita akan menggunkan lartan standar basa dan dikenal dengan
istilah alkalimetri.
Dalam melakukan titrasi netralisasi kita perlu secara cermat
mengamati perubahan pH, khususnya pada saat akan mencapai titik
akhir titrasi, hal ini dilakukan untuk mengurangi kesalahan dimana
akan terjadi perubahan warna dari indicator
6
BAB III
PEMBAHASAN
7
lebih lemah. Larutan baku asam dapat dibuat dari HCl, H 2SO4 atau
HClO4, sedangkan larutan baku basa dibuat dari NaOH atau KOH.
Larutan baku primer adalah larutan yang konsentrasinya dapat
ditentukan dengan perhitungan langsung dari berat zat yang
mempunyai kemurnian tinggi, stabil dan bobot ekivalen tinggi
kemudian dilarutkan sampai volume tertentu. Sedangkan larutan baku
sekunder, konsentrasinya harus ditentukan terlebih dahulu dengan
pembakuan/standarisasi terhadap baku primer.
Contoh:
Baku primer : Na2CO3, Na2B4O7, Kalium
Hidrogen Ptalat (KHP), H2C2O4
Baku sekunder : HCl, H2SO4, NaOH, KOH
8
Ka dan Kb. Bila nilai Ka>Kb (larutan lebih bersifat asam), maka
garam tersebut dapat dititrasi dengan basa, bila sebaliknya (Ka<Kb),
garam tersebut dapat dititrasi dengan asam. Titik ekivalen dicapai pada
pH larutan CH3COOH atau NH4OH.
9
Metil merah Merah Kuning Air
Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih
sedekat mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan
dengan memilih indikator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang
akan dilakukan.
Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan
warna indikator disebut sebagai “titik akhir titrasi”.
10
3.3 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ASAM BASA
Menurut Arrhenius, larutan bersifat asam jika senyawa tersebut
melepaskan ion hidronium (H3O+) saat dilarytkan dalam air, atau
asam adalah zat yang dalam air melepaskan ion H+.
Menurut Arrhenius, basa adalah senyawa yang dapat melepas ion
hidroksida (OH-) jika dilarutkan dalam air.
Kelebihan dan kekurangan teori asam basa arrhenius, yaitu :
1. Kelebihan
Mampu menyempurnakan teori asam yang dikemukakan oleh Justus
Von Liebig. Liebig menyatakan bahwa setiap asam memiliki hidrogen
(asam berbasis hidrogen). Pernyataan ini tidak tepat, sebab basa juga
memiliki hidrogen.
2. Kekurangan
a. Teori asam basa Arrhenius terbatas dalam pelarut air, namun
tidak dapat menjelaskan reaksi asam basa dalam pelarut lain atau
bahkan reaksi tanpa pelarut.
b. Teori asam basa Arrhenius hanya terbatas sifat asam dan basa
pada molekul, belum mampu menjelaskan sifat asam dan basa ion
seperti kation dan anion.
c. Tidak menjelaskan mengapa beberapa senyawa yang
mengandung hidrogen dengan bilangan oksidasi +1 (seperti HCl) larut
dalam air untuk membentuk larutan asam, sedangkan yang lain seperti
CH4 tidak.
d. Tidak dapat menjelaskan mengapa senyawa yang tidak memiliki
OH-, seperti Na2CO3 memiliki karakteristik seperti basa.
3.4 JENIS – JENIS TITRASI ASAM BASA
Titrasi asam basa dapat dikelompokan sebagai berikut :
11
1. Basa Lemah vs Asam Kuat
Titrasi basa lemah dan asam kuat adalah analog dengan titrasi asam
lemah dengan basa kuat, akan tetapi kurva yang terbentuk adalah
cerminan dari kurva titrasi asam lemah vs basa kuat. Sebagai contoh
disini adalah titrasi 0,1 M NH4OH 25 mL dengan 0,1 HCl 25 mL
dimana reaksinya dapat ditulis sebagai:
NH4OH + HCl -> NH4Cl + H2O
12
Dalam larutan sekarang akan bersifat asam disebabkan terdapat H+
dari hidrolisis parsial NH4Cl.
13
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
HCl + NaOH NaCl + H2O
H+ + OH- H2O
Reaksi umum yang terjadi pada titrasi asam basa dapat ditulis
sesuai dengan reaksi kedua diatas. Ion H+ bereaksi dengan
OH- membentuk H2O sehingga hasil akhir titrasi pada titik
ekuivalen pH larutan adalah netral. Kurva titrasi antara 50
mL HCl 0,1 M dengan 50 mL NaOH 0,1 M dapat ditunjukkan
dengan gambar berikut ini:
Kurva Titrasi 0,1 M HCl dengan 0,1 M
NaOH
4. Titrasi asam lemah dan basa lemah
Pada akhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari
asam lemah dan basa lemah. Misal : Asam asetat dan NH4OH
CH3COOH + NH4OH —> CH3COONH4 + H2O
14
Keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = Jumlah ion H +(pada asam) atau OH- (pada basa)
15
Titrasi asam basa berguna dalam bidang kefarmasian terutama
untuk raksi-reaksi dalam pembatan obat yang memerlukan sebuah
analisis tersendiri. Beberapa contoh asam basa yaitu :
1. Metanol yang digunakan sebagai pelarut untuk membuat
polimer dan senyawa organik yang lain seperti ester.
2. Etanol pada suhu kamar berupa zat cair bening, mudah
menguap dan berbau khas. Etanol terdapat dalam spiritus dan obat
pencuci luka.
3. Gliserol atau gliserin adalah zat cair yang kental, tidak
berwarna dan mempunyai rasa manis. Gliserol mudah larut dalam air
dengan segala perbandingan. Senyawa ini digunakan sebagai
pelembab pada tembakau dan kembang gula, pelarut obat- obatan, dan
membuat nitrogliserin (bahan pembuat peledak).
4. Eter (Alkoksialkana) digunakan sebagai pelarut dan obat
bius (anastesi) pada operasi yang diberikan melalui pernapasan.
5. Aseton digunakan untuk pembersih pewarna kuku (pelarut
senyawa karbon), bahan baku pembuat obat bius.
6. Asam asetat (asam cuka) digunakan sebagai asam yang
terdapat dalam cuka makanan.
16
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PERCOBAAN
2. Air kapur,
3. Larutan HCl,
4. Larutan NaOH,
5. Alkohol
17
6. Cocacola, dan
7. Sunlight.
3. plat uji,
18
4. Tumbukan
5. Gelas ukur,
6. Tabung kimia
19
3. Bougenfille
4. serta ada indokator buatan yaitu lakmus merah dan lakmus biru.
Kami melakukan percobaan ini dengan ditemani dan dibimbing
oleh ibu Dwi Susiloningtias, S.Si selaku guru mata pelajaran
Kimia kelas XI IPA 6
20
Larutan Lakmus Lakmus Kunyit Bunga Bougenfill Pacar kayu Sifat
merah biru sepatu
Langkah-langkah kerja :
Ambil ekstrak bunga
Tumbuk dengan lumpang dan alu hingga halus
21
Letakkan ekstrak pada beberapa tabung kimia serta letakkan pada
plat uji
22
Dari beberapa sampel yaitu ekstrak bunga bougenville, ekstrak
pacar kayu, ekstrak bunga kembang sepatu, dan ekstrak kunyit, kami
menyimpulkan bahwa ekstrak pacar kayu dapat digunakan sebagai
indikator alami larutan asam karena ekstrak tersebut dapat berubah
warna dari coklat menjadi coklat tua setelah ditetesi sampel larutan
asam dan tidak berubah warna saat ditetesi larutan bersifat basa.
Sedangkan ekstrak kunyit merupakan indikator yang baik
untuk larutan basa karena ekstrak tersebut dapat berubah warna dari
kuning muda menjadi coklat setelah ditetesi sampel berupa air kapur
dan tidak dapat berubah warna setelah ditetesi sampel berupa coca
cola.
Ekstrak bunga bougenville merupakan ekstrak bunga yang
dapat dijadikan indikator sempurna, karena dapat menjadi indikator
larutan yang bersifat asam juga dapat menjadi indikator larutan yang
bersifat basa. Ekstrak bunga bougenville dapat berubah warna saat
ditetesi sampel yang bersifat asam, warna pink menjadi berwarna
ungu. Juga dapat berubah warna saat ditetesi sampel air kapur yang
bersifat basa. Warna ekstrak yang sebelumnya berwarna pink berubah
warna menjadi kuning kecoklatan.
Sedangkan ekstrak bunga kembang sepatu juga dapat dijadikan
indikator alami penanda larutan asam dan larutan basa karena dapat
berubah warna saat ditetesi larutan yang bersifat asam maupun
basa.ketika di tetesi larutan basa warna merah berubah menjadi hijau
dan tidak berubah warna saat di tetesi larutan basa.
23
2. Larutan NaOH x M
3. Indicator PP
24
3. Tambahkan 3-5 tetes indicator pp
25
4.4 HASIL PENGAMATAN TITRASI ASAM BASA
26
BAB V
KESIMPULAN & SARAN
5.1 KESIMPULAN
5.1.1 KESIMPULAN LARUTAN ASAM BASA
- Larutan asam adalah larutan yang bersifat asam/terasa
asam dan memiliki PH kurang dari 7, sedangkan basa adalah
larutan yang bersifat basa/terasa pahit dan memiliki PH lebih dari
7. Sedangkan larutan netral adalah larutan yang tidak memiliki
sifat asam maupun basa dengan PH=7.
- Larutan yang bersifat asam sesuai dengan sampel
penelitian : coca cola, larutan HCl. Sedangkan larutan yang
bersifat basa sesuai dengan sampel penelitian yaitu : detergen,
larutan NAOH, air kapur,sunlight. Dan larutan yang bersifat
netral : alkohol
- Cara menentukan sifat suatu larutan dengan kertas
lakmus yaitu dengan meneteskan larutan tersebut ke kertas
lakmus tersebut lalu amati perubahan warna kertas lakmus.
- Cara menentukan sifat suatu larutan dengan indikator
ekstrak alami tumbuhan adalah dengan mengambil ekstrak
tumbuhan tersebut, lalu teteskan larutan asam, basa dan netral
kemudian amati perubahan warnanya. Jika warna ekstrak berubah
setelah ditetesi larutan asam, maka larutan tersebut dapat menjadi
indikator larutan asam, dan sebaliknya.
27
oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan
pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.
2. Prinsip titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa
sebagai titer ataupun titrant. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi
penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan
larutan basa dan sebaliknya.
3. Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada
titrasi asam basa, antara lain :
a. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama
titrasi dilakukan.
b. Memakai indikator asam basa.
28
DAFTAR PUSTAKA
29
LAMPIRAN-LAMPIRAN
30