Anda di halaman 1dari 11

Nama : I Putu Adi Payana Putra

NIM : 1913071015
Kelas : 2 A
LEMBAR KERJA MAHASISWA (P-7)

Pokok Bahasan : Kimia Larutan


Sub-Pokok Bahasan : Indikator dan Titrasi Asam-Basa, serta Sifat Koligatif
Larutan
Tujuan :
1. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep titrasi asam-basa
2. Mahasiswa dapat menjelaskan pemilihan indikator yang tepat dalam
titrasi asam-basa
3. Mahasiswa mampu menentukan konsentrasi larutan asam atau basa
dengan cara titrasi
4. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep sifat koligatif larutan
5. Mahasiswa mampu menentukan sifat koligatif larutan elektrolit dan non
elektrolit

Indikator dan Titrasi Asam-Basa, serta Sifat Koligatif Larutan

Indikator asam-basa ada yang sintetik ada yang alami. Indikator ini dapat
digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi. Titik akhir pada titrasi asam-basa
berbeda-beda tergantung pada kekuatan asam-basa tersebut. Titrasi asam-basa
dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau basa. Larutan
asam, larutan basa, dan larutan garam merupakan larutan elektrolit. Baik larutan
elektrolit maupun larutan non-elektrolit memiliki sifat koligatif yang banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Bacalah teks di atas dan tuliskan konsep/informasi penting yang anda diperoleh!
Informasi penting yang saya peroleh dari teks tersebut, yaitu:
1. Indikator asam-basa dibagi menjadi indikator sintetik dan indikator alami
dimana indikator tersebut digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi.
2. Titik akhir pada titrasi asam-basa berbeda-beda tergantung pada kekuatan
asam-basa.
3. Titrasi asam-basa dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan
asam atau basa.
4. Ada beberapa contoh larutan elektrolit, diantaranya larutan asam, larutan
basa, dan larutan garam.
5. Larutan elektrolit maupun larutan non-elektrolit sama-sama memiliki sifat
koligatif yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Tulislah Pertanyaan/Rumusan Masalah berdasarkan bacaan di atas yang mengacu


pada pencapaian tujuan pembelajaran!
Rumusan Masalah berdasarkan bacaan di atas yang mengacu pada pencapaian
tujuan pembelajaran, yaitu:
1. Bagaimana konsep titrasi asam-basa?
2. Bagaimana memilih indikator yang tepat dalam titrasi asam-basa?
3. Bagaimana menentukan konsentrasi larutan asam atau basa dengan cara
titrasi?
4. Bagaimana konsep sifat koligatif larutan?
5. Bagaimana menentukan sifat koligatif larutan elektrolit dan non elektrolit?

Mengumpulkan Informasi
Untuk menjawab permasalahan yang anda temui, bacalah buku teks kimia dasar
dan diskusikan dengan teman-temanmu dalam kelompok belajar masing-masing.

Menganalisis/Mengolah Informasi
1. Untuk menentukan sifat larutan asam, basa atau netral digunakan
indikator. Jelaskan konsep indikator asam-basa serta berikan dua contoh
indikator alami dan sintetik!
Pembahasan:
Larutan asam-basa akan memberikan warna tertentu jika direaksikan
dengan indikator. Indikator asam-basa merupakan suatu senyawa
kompleks yang bisa atau dapat bereaksi dengan senyawa asam-basa.
Melalui indikator, kita dapat mengetahui suatu zat bersifat asam ataupun
basa. Indikator tersebut juga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat
kekuatan pada suatu asam atau basa. Beberapa indikator terbuat dari bahan
alami, namun ada juga beberapa indikator yang dibuat secara sintesis pada
laboratorium.
a. Indikator alami
Indikator alami berasal dari tumbuhan berwarna, contohnya kubis
merah, bunga kembang sepatu, bunga mawar, bayam merah, dan
kunyit. Dengan menggunakan indikator ini, kita dapat menentukan
suatu larutan bersifat asam, basa, atau netral. Cara mengetahuinya
yaitu dengan meneteskan ekstrak tumbuhan tersebut ke dalam sebuah
larutan, kemudian diamati perubahan warnanya. Dari perubahan warna
itulah kita bisa mengetahui mana larutan yang mengandung asam atau
basa.
Ekstrak Warna asli Perubahan Perubahan
tumbuhan warna dalam warna dalam
larutan asam larutan basa
Kubis merah Ungu/merah Merah muda Hijau
lembayung
Bunga sepatu Merah tua Merah Kuning
Bunga mawar Merah muda Merah muda Hijau
Bayam merah Merah Merah muda Kuning
Kunyit Jingga Kuning Merah
tua/orange
b. Indikator sintetik
Indikator sintesis merupakan indikator asam-basa yang biasanya
digunakan di dalam laboratorium. Contoh indikator asam-basa secara
sintesis, yaitu:
1) Fenolptalein (PP)
Indikator ini dibuat dengan cara kondensasi anhidrida ftalein atau
asam ftalat dengan fenol. Memiliki trayek pH sebesar 8,2 – 10,0
dengan asam yang tidak berwarna dan berwarna merah pada
larutan basa.
2) Metil merah (Mm)
Indikator metil merah adalah salah satu indikator asam-basa yang
memiliki warna merah dalam asam dan kuning dalam basa dengan
trayek pH 4,2 – 6,3.
3) Metil jingga (Mo)
Indikator metil jingga merupakan salah satu indikator asam-basa
yang akan berwarna merah dalam asam dan berwarna kuning
dalam basa dengan trayek pH 3,1 – 4,4.
4) Bromtimol blue (BTB)
Indikator bromtimol blue merupakan salah satu indikator yang
akan berwarna kuning dalam larutan asam dan biru dalam larutan
yang bersifat basa dengan trayek pH 6,0 – 7,6.

2. Titrasi asam-basa dapat digunakan untuk menentukan konsentasi larutan


asam-atau basa. Jelaskan konsep titrasi asam-basa!
Pembahasan:
Titrasi merupakan metode analisis kuantitatif untuk menentukan
konsentrasi/kadar suatu analit (senyawa yang dianalisis) dalam sampel.
Reagen yang digunakan untuk menitrasi disebut titran. Sedangkan, larutan
yang dititrasi disebut titrat. Titrat pada volume tertentu direaksikan dengan
titran yang telah diketahui konsentrasinya tetes demi tetes hingga terjadi
perubahan yang menandakan titik ekuivalen. Sementara itu, titrasi asam-
basa dapat diartikan sebagai penentuan konsentrasi asam dalam larutan
dengan cara menitrasinya dengan larutan basa yang telah diketahui
konsentrasinya, atau sebaliknya. Pada proses titrasi terjadi perubahan pH,
misalkan pada titrasi asam kuat oleh basa kuat, maka pH akan meningkat
sedikit demi sedikit hingga mendekati titik ekuivalen, kemudian
meningkat secara signifikan dan kembali meningkat secara perlahan
setelah melewati titik ekuivalen.
Perubahan tersebut digambarkan pada kurva titrasi asam-basa.
Titik tengah dari garis signifikan tersebut merupakan titik ekuivalen,
dimana titrat bereaksi sempurna dengan titran. Pada aplikasinya digunakan
indikator untuk mempermudah penentuan titik ekuivalen yaitu ditandai
dengan berubahnya warna indikator.

3. Bagaimana memilih indikator yang tepat dalam titrasi asam-basa?


Pembahasan:
Titik ekuivalen titrasi asam-basa terjadi pada saat asam tepat bereaksi
dengan basa secara stoikiometri dan sebaliknya. Oleh sebab itu, untuk
memilih indikator mana yang harus dipergunakan dalam titrasi asam-basa
adalah dengan memilih indikator yang memiliki kisaran pH yang sama
atau setidaknya mendekati titik ekuivalen tersebut. Salah satu contohnya,
titrasi yang terjadi antara asam kuat dengan basa kuat yaitu antara NaOH
melawan HCl. Seperti yang kita ketahui jika asam kuat dan basa kuat
bereaksi, maka akan dihasilkan garam dan air. Garam yang terjadi dari
asam kuat dan basa kuat sifatnya tidak terhidrolisis. Dengan demikian,
titik ekuivalen terjadi pada pH 7.
Jika digambarkan, titrasi NaOH dengan larutan standar HCl maka
grafiknya adalah sebagai berikut:
Dari grafik diatas diberikan pula range pH indikator fenolptalein (8,2 – 10)
dan metil jingga (3,2 – 4,4). Titik ekuivalen titrasi asam kuat dengan basa
kuat adalah pada pH 7, dan indikator fenolptalein adalah pilihan yang tepat
untuk dipakai pada jenis titrasi ini.

4. Bagaimana menentukan kurva titrasi asam kuat-basa kuat, asam kuat-basa


lemah, basa kuat-asam lemah, dan asam lemah-basa lemah?
Pembahasan:
a. Kurva titrasi asam kuat dengan basa kuat
- Asam kuat sebagai titrat (analit) biasanya ditempatkan dalam labu
Erlenmeyer dan basa kuat sebagai titran (titer) ditempatkan dalam
buret.
- Dimulai dari pH rendah menuju pH tinggi. Titik ekivalen tepat di
pH (netral).
- Ujung kurva baik awal dan akhir kurva relatif datar.
b. Kurva titrasi basa kuat dengan asam lemah
- Basa kuat sebagaititrat (analit) biasa ditempatkan dalam labu
Erlenmeyer dan asam lemah sebagai titran (titer) ditempatkan
dalam buret. 
- Dimulai dari pH tinggi menuju pH rendah. Titik ekuivalen terjadi
pada pH di atas 7. 
- Ujung kurva awal relative datar. Ujung akhir kurva relative turun
cepat (pH turun cepat) dengan catatan basa kuat benar-benar telah
habis bereaksi. 
c. Kurva titrasi asam kuat dengan basa lemah
- Asam kuat sebagai titrat (analit) biasa ditempatkan dalam labu
Erlenmeyer dan basa lemah sebagai titran (titer) ditempatkan
dalam buret. 
- Dimulai dari pH rendah menuju pH tinggi. Titik ekuivalen terjadi
pada pH di bawah 7. 
- Ujung kurva awal biasanya relatif landai (pH naik perlahan). Ujung
akhir kurva terjadi sedikit kenaikan pH relatif cepat.
d. Kurva titrasi asam lemah dengan basa lemah
- Asam lemah sebagai titrat (analit) biasa ditempatkan dalam labu
Erlenmeyer dan basa lemah sebagai titran (titer) ditempatkan
dalam buret. 
- Dimulai dari pH rendah menuju pH tinggi. Titik ekuivalen terjadi
pada pH di sekitar 7, tergantung nilai Ka atau Kb. Bila Ka > Kb
maka titik ekuivalen sedikit di bawah pH 7, dan bila Ka < Kb maka
titik ekuivalen sedikit di atas pH 7.
- Ujung kurva awal naik relatif cepat walau tidak secepat pada
penambahan basa kuat, kemudian melandai. Ujung akhir kurva
terjadi sedikit kenaikan pH relatif cepat.
5. Bagaimana menentukan konsentrasi larutan asam atau basa dengan cara
titrasi?
Pembahasan:
Titrasi asam-basa digunakan untuk menghitung konsentrasi titrat dari mol
titran yang dibutuhkan dalam proses titrasi. Perhitungan tersebut
didasarkan pada perhitungan reaksi asam-basa. Selain melalui reaksi,
perhitungan juga dapat dilakukan dengan perhitungan jumlah grek (jumlah
gram ekuivalen). Adapun langkah-langkah menghitung konsentrasi larutan
asam atau basa pada titrasi asam-basa, yaitu:
a. Menuliskan persamaan reaksi netralisasi yang terjadi, missal antara
larutan asam A dengan larutan basa B.
aA +bB → cC+ dD
b. Menyatakan perbandingan jumlah mol asam A dan basa B yang
bereaksi agar tepat habis bereaksi.
n A : nB =a :b
c. Menghitung konsentrasi larutan asam atau basa dari persamaan
perbandingan tersebut.
n A =M A V A n B=M B V B
MA V A a
M A V A : M B V B =a : b =
MB MB b
Keterangan:
n A = jumlah mol asam A
n B = jumlah mol basa B
a = koefisien reaksi asam A
b = koefisien reaksi asam B
M A = molaritas asam A
M B = molaritas basa B
V A = volume larutan asam A
V B = volume larutan basa B
Jika valensi dari asam A dan basa B yang bereaksi diketahui,
konsentrasi larutan asam atau basa juga dapat dicari dengan rumus
sebagai berikut:
M A ×V A × valensi A=M B × V B × valensi B

Contoh soal:
Titrasi H2SO4 dengan larutan NaOH 0,1 M diperoleh berdasarkan tabel
berikut.
Percobaan ke- Volume H2SO4 (ml) Volume NaOH (ml)
1 20 15
2 20 16
3 20 14
Berdasarkan data tersebut, konsentrasi larutan H2SO4 sebesar… M
Pembahasan:
Diketahui: Volume HCl = 20 ml, 20 ml, 20 ml (tiap-tiap percobaan)
Volume NaOH = 15 ml, 16 ml, 14 ml (tiap-tiap percobaan)
[NaOH] = 0,1 M
Ditanya: [HCl] = …?
Jawab: Sebelum memasukkan ke rumus titrasi, perhatikan bahwa
volume NaOH berbeda-beda tiap percobaan. Lain halnya dengan
volume H2SO4 yang tetap 20 ml dari percobaan pertama sampai
percobaan ketiga. Maka, untuk mencari volume NaOH yang paling
tepat, dengan mencari rata-ratanya yaitu:
15 ml+16 ml+ 14 ml
Volume NaOH total = =15 ml
3
Sehingga, M A ×V A × valensi A=M B × V B × valensi B
M H SO × V H SO × valensi H SO =M NaOH ×V NaOH × valensi NaOH
2 4 2 4 2 4

M H SO × 20 ml ×2=0,1 M ×15 ml ×2
2 4

M H SO × 40=3
2 4

M H SO =0,075 M
2 4

6. Jelaskan sifat koligatif larutan!


Pembahasan:
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang hanya dipengaruhi oleh
jumlah partikel zat terlarut di dalam larutan dan tidak dipengaruhi oleh
sifat dari zat terlarut. Sifat koligatif larutan meliputi:
a. Penurunan tekanan uap (∆P)
Penguapan adalah perubahan wujud suatu zat, dari cair menjadi gas
dengan kecepatan penguapan yang berbeda-beda tergantung dari jenis
cairan. Banyak atau tidaknya uap pada permukaan cairan diukur dari
tekanan uapnya. Jika kondisi uap cairan suda mencapai kondisi jenuh,
akan terjadi pengembunan dan tekanan uapnya disebut tekanan uap
jenuh. Apabila suatu zat terlarut nonvolatile dimasukkan ke dalam air
murni, proses penguapan dapat terganggu sehingga air akan lebih sulit
menguap. Karena itu, jumlah uap air pada permukaan juga berkurang
dan tekanan uapnya turun. Francois Marie Raoult mempelajari
hubungan antara penurunan tekanan uap larutan dengan konsentrasi zat
terlarut dan mendapat kesimpulan: “Besarnya tekanan uap larutan
sebanding dengan fraksi mol pelarut dan tekanan uap dari pelarut
murninya.” Kesimpulan tersebut disebut Hukum Raoult dan memiliki
rumus sebagai berikut:
0
P=P X pelarut
Keterangan:
P = tekanan uap larutan
X = fraksi mol
P0 = tekanan uap pelarut murni
Penurunan tekanan uap larutan adalah selisih antara tekanan uap
pelarut murni dengan tekanan uap larutan, sehingga demikianlah
rumusnya:
0 0
∆ P=P −P X pelarut
0
∆ P=P −(1−X pelarut )
b. Kenaikan titik didih (∆Tb)
Titik didih sebuah cairan dipengaruhi oleh besarnya tekanan
lingkungan sekitar. Ketika sebuah zat pelarut seperti air dicampur
dengan zat terlarut seperti gula atau garam, maka titik didih larutan
tersebut akan berbeda dengan titik didih ketika hanya terdapat zat
pelarut saja. Selisihnya disebut dengan kenaikan titik didih. Rumusnya
adalah sebagai berikut:
∆ Tb=Kb× m
Keterangan:
∆Tb = kenaikan titik didih larutan
Kb = tetapan kenaikan titik didih molal perlarut
m = molal larutan
c. Penurunan titik beku (∆Tf)
Saat sebuah zat pelarut dicampur dengan zat terlarut yang kemudian
menjadi sebuah larutan, titik beku zat pelarut akan mengalami
penurunan karena titik beku sebuah larutan lebih rendah daripada titik
beku zat pelarut murni. Maka, berlaku rumus:
∆ Tf =Tf ( pelarut )−Tf (larutan)
Keterangan:
∆Tf = penurunan titik beku
Tf (pelarut) = titik beku pelarut
Tf (larutan) = titik beku larutan
d. Tekanan osmotik (π)
Tekanan osmotik adalah tekanan hidrostatis yang mengimbangi gerak
molekul-molekul pelarut melewati dinding semipermeabel. Rumusnya
adalah:
πV =n R T
Keterangan:
π = tekanan osmotik
V = volume
n = jumlah mol zat terlarut
R = tetapan gas ideal
T = suhu
7. Apakah terdapat perbedaan sifat koligatif larutan elektrolit dan non-
elektrolit? Jelaskan!
Pembahasan:
Iya. Perbedaan sifat koligatif larutan elektrolit dengan larutan non-
elektrolit, yaitu pada sifat koligatif larutan elektrolit banyaknya partikel zat
terlarut hasil reaksi ionisasi larutan elektrolit dirumuskan dalam faktor
Van’t Hoff. Sehingga perhitungan sifat koligatif larutan elektrolit selalu
dikalikan dengan faktor Van’t Hoff, seperti yang dirumskan di bawah ini:
i=1+ ( n−1 ) a
Dimana:
i adalah faktor Van’t Hoff
n adalah jumlah koefisien kation
a adalah derajat ionisasi
Sedangkan, persamaan-persamaan (rumus) yang digunakan dalam sifat
koligatif larutan non-elektrolit adalah tidak adanya keterlibatan faktor
Van’t Hoff tersebut.

8. Bagaimana menentukan sifat koligatif larutan elektrolit dan non elektrolit?


Pembahasan:
Penentuan sifat koligatif larutan elektrolit dan non-elektrolit dapat
ditentukan dengan ionisai larutan baik pada larutan non-elektrolit dengan
non-elektrolit.
Jika 1 mol molekul non-elektrolit seperti gula pasir C6H12O6 (s) C6H12O6
(aq) hal ini berbeda dengan larutan elektrolit berikut:

NaCl  Na+ + Cl-


1 mol 1 mol 1mol
Sifat koligatif suatu larutan hanya bergantung pada jumlah mol zat terlarut
sehingga sifat koligatif larutan elektrolit lebih tinggi dibandingkan non
elektrolit. Hal ini dikartenakan pada larutan elentrolit terdapat faktor
ionisasi yang mempengaruhinya (faktor Van’t Hoof) dengan lambang (i).
Nilai (i) ini bergantung pada jumlah ion dalam garam tersebut.
Contohnya : nilai (i) didasarkan pada
NaCl  Na+ + Cl- berarti nilai (i) = 2 asumsi garam tersebut
MgCl2 Mg2+ + 2Cl-berarti nilai (i) = 3 terionisasi sempurna
sedangkan untuk larutan non-eletrolit nilai (i) selalu 1
maka untuk perumusan sifat koligatif larutan elektrolit sebagai berikut:
a. Kenaikan titik didih ∆ Tb=i x Kb x m
b. Penurunan titik beku ∆ Tf =i x Kf x M
c. Tekanan Osmotik π=i x M R T

Menyimpulkan
Tuliskan kesimpulan yang anda peroleh dari kegiatan ini!
Kesimpulan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1. Indikator asam-basa merupakan suatu senyawa kompleks yang bisa atau
dapat bereaksi dengan senyawa asam-basa. Melalui indikator, kita dapat
mengetahui suatu zat bersifat asam ataupun basa. Indikator tersebut juga
dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kekuatan pada suatu asam atau
basa. Beberapa indikator terbuat dari bahan alami, namun ada juga
beberapa indikator yang dibuat secara sintesis pada laboratorium.
2. Titrasi merupakan metode analisis kuantitatif untuk menentukan
konsentrasi/kadar suatu analit (senyawa yang dianalisis) dalam sampel.
Reagen yang digunakan untuk menitrasi disebut titran. Sedangkan, larutan
yang dititrasi disebut titrat. Titrat pada volume tertentu direaksikan dengan
titran yang telah diketahui konsentrasinya tetes demi tetes hingga terjadi
perubahan yang menandakan titik ekuivalen. Sementara itu, titrasi asam-
basa dapat diartikan sebagai penentuan konsentrasi asam dalam larutan
dengan cara menitrasinya dengan larutan basa yang telah diketahui
konsentrasinya, atau sebaliknya.
3. Untuk memilih indikator mana yang harus dipergunakan dalam titrasi
asam-basa adalah dengan memilih indikator yang memiliki kisaran pH
yang sama atau setidaknya mendekati titik ekuivalen tersebut.
4. Menentukan kurva titrasi asam-basa adalah dengan memperhatikan titik
ekuivalen. Titik ekuivalen adalah titik dimana titran ditambahkan tepat
bereaksi dengan seluruh zat yang ditritasi tanpa adanya titran yang tersisa.
Dengan kata lain, pada titik ekuivalen jumlah mol titran setara dengan
jumlah mol titrat menurut stoikiometri.
5. Titrasi asam-basa digunakan untuk menghitung konsentrasi titrat dari mol
titran yang dibutuhkan dalam proses titrasi. Perhitungan tersebut
didasarkan pada perhitungan reaksi asam-basa. Selain melalui reaksi,
perhitungan juga dapat dilakukan dengan perhitungan jumlah grek (jumlah
gram ekuivalen).
6. Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang hanya dipengaruhi oleh
jumlah partikel zat terlarut di dalam larutan dan tidak dipengaruhi oleh
sifat dari zat terlarut. Sifat koligatif larutan meliputi: Penururunan Tekanan
Uap, Kenaikan Titik Didih, Penurunan Titik Beku, dan Tekanan Osmotik.
7. Perhitungan sifat koligatif larutan elektrolit selalu dikalikan dengan faktor
Van’t Hoff, sedangkan perhitungan sigat koligatif larutan non-elektrolit
tidak ada keterlibatan faktor Van’t Hoff.
8. Penentuan sifat koligatif larutan elektrolit dan non-elektrolit dapat
ditentukan dengan ionisai larutan baik pada larutan non-elektrolit dengan
non-elektrolit.

Merefleksikan
Tuliskan hasil refleksi dari kegiatan pembelajaran yang anda lakukan!
Melalui penugasan dalam bentuk LKM ini, saya selaku mahasiswa sedikit
tidaknya menjadi cukup paham terhadap materi “Kimia Larutan dengan Sub
Indikator dan Titrasi Asam-Basa, serta Sifat Koligatif Larutan”. Namun, kendala
dalam penyelesaian LKM ini adalah minimnya sumber atau referensi yang relevan
sehingga mengakibatkan kebingungan tersendiri bagi saya sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai