Anda di halaman 1dari 11

1.

Indikator asam basa dapat digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi

2. Tritasi asam basa dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan asam basa

3.Larutan asam basa garam merupakan larutan elektrolit

4.larutan elektrolit dan non elektrolit memiliki sifat koligatif yang sering digunakan dalam kehidupan
sehari-hari

1.mengapa titik akhir titrasi asam basa yang berbeda tergantung pada kekuatan asam basa tersebut?

2. Apa itu indikator asam basa alami dan sintetik?

3. apa yang dimaksud dengan titik akhir titrasi dan bagaimana bisa mendapatkan titik akhir titrasi?

cara menentukan suatu larutan itu mengandung asam atau basa? Ada nih caranya, yaitu dengan
menggunakan indikator asam basa. Indikator itu merupakan suatu senyawa kompleks yang bisa bereaksi
dengan asam dan basa. Dengan indikator, kita jadi bisa mengetahui suatu zat bersifat asam atau basa.
Nah indikator sendiri terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu indikator alami, indikator universal, dan yang
paling umum digunakan adalah kertas lakmus dan pH meter. Biar lebih jelas lagi, yuk baca penjelasannya
di bawah ini!

Indikator Asam dan Basa

1. Kertas Lakmus

Cara yang paling sederhana untuk mengidentifikasi asam, basa dan netral adalah dengan menggunakan
kertas lakmus. Kertas lakmus adalah kertas indikator yang dapat berubah warna ketika di basahi dengan
atau dicelupkan pada larutan asam atau basa. Kertas lakmus terdiri dari 2 (dua) jenis, yakni lakmus biru
dan lakmus merah.

Lakmus biru adalah kertas lakmus yang apabila dicelupkan kedalam larutan asam akan berubah warna
menjadi merah sedangkan dalam larutan basa dan netral tetap berwarna biru.

Lakmus merah adalah kertas lakmus yang apabila dimasukkan kedalam larutan basa akan berubah
warna menjadi biru sedangkan apabila dalam larutan asam dan netral tetap berwarna merah.

Contoh kasus:

Suatu larutan diteteskan pada lakmus merah dan biru, larutan tersebut merubah warna lakmus merah
menjadi biru dan pada lakmus biru tetap biru (tidak mengalami perubahan warna), jadi dapat
disimpulkan bahwa sifat larutan tersebut bersifat basa.
Untuk mempermudah dalam penggunaan kertas lakmus untuk mengidentifikasi sifat asam, basa dan
netral, kami rangkumkan sebagai berikut:

Larutan asam: lakmus merah tetap merah, lakmus biru menjadi merah (semua kertas lakmus berwarna
merah)

Larutan basa: lakmus merah menjadi biru, lakmus biru tetap biru (semua kertas lakmus berwarna biru)

Larutan netral: lakmus merah tetap merah dan biru tetap biru (tidak ada perubahan warna lakmus)

2. pH Universal

Kertas pH universal adalah salah satu jenis indikator asam basa yang berbentuk kertas seperti lakmus.
Suatu kertas pH Universal memiliki beberapa warna. Warna pada kertas pH Universal menunjukkan
skala nilai pH yang dimulai dari pH 1 sampai pH 14. Oleh karenanya kertas pH Universal tidak hanya
berfungsi untuk mengetahui sifat asam-basa, tapi juga dapat untuk mengetahui dan mengukur nilai pH
suatu larutan. Cara kerja indikator universal adalah dengan mengalami perubahan warna menjadi warna
tertentu yang menunjukkan nilai pH larutan yang diuji.

Cara menggunakan pH universal sama dengan cara penggunaan kertas lakmus, yaitu dengan cara
dicelupkan ke dalam larutan yang ingin diuji atau diukur nilai keasaman/kebasaannya. Setelah
dicelupkan pada larutan, kertas pH universal akan mengalami perubahan warna. Selanjutnya
bandingkan perubahan warna yang terjadi dengan skala warna pH universal (biasanya warna standar
pembanding ini disediakan di wadah kertas ph universal). Pilih warna yang paling sesuai dengan warna
pembanding, maka akan diketahui nilai ph dari larutan yang kita uji tersebut.

3. Larutan Indikator Sintetis

Larutan indikator adalah suatu zat yang memiliki warna berbeda dalam larutan yang bersifat asam, basa,
ataupun netral. Karena memiliki warna yang berbeda dalam masing-masing larutan, indikator dapat
digunakan untuk membedakan sifat-sifat larutan, apakah itu asam, basa, atau netral.

Ada banyak macam jenis larutan indikator buatan, namun yang sering dijumpai dan biasa digunakan di
laboratorium adalah larutan indikator fenolftalin (pp), metil merah dan metil jingga.

1. Indikator alami
Kamu tahu apa itu indikator alami? Indikator alami itu adalah indikator yang dibuat menggunakan
ekstrak tumbuhan-tumbuhan seperti bunga, umbi, kulit buah, juga daun-daun berwarna. Nah contoh
spesifiknya itu kunyit, kubis merah, kubis ungu, bunga sepatu, bunga mawar, bayam merah, geranium.

Dengan menggunakan indikator ini, kita bisa nih menentukan suatu larutan bersifat asam, basa, atau
netral. Cara mengetahuinya itu dengan meneteskan ekstrak tumbuhan tadi ke dalam sebuah larutan,
kemudian lihat perubahan warnanya. Dari perubahan warna itulah kita bisa tahu mana larutan yang
mengandung asam atau basa.

2. Indikator universal

Berbeda dengan indikator alami, indikator universal


merupakan campuran dari berbagai macam indikator yang dapat menunjukkan pH (power of hydrogen)
suatu larutan dari perubahan warnanya. Untuk menunjukkan keasaman dan kebasaan, kamu bisa lihat
pada rentang pH 1-14. Oke, sekarang kita lihat warna-warna yang menandakan pH larutan yang telah
ditambahkan indikator universal

Kamu bisa lihat kan ada warna kuning, merah, hijau, juga biru. Untuk yang warna kuning sampai
merah itu menunjukkan larutan asam, kemudian warna biru sampai biru tua, begitu juga ungu itu
menunjukkan larutan basa, sedangkan warna hijau berarti menunjukkan bahwa larutan tersebut
netral.Sekarang kita lihat komponen indikator universalnya.

Secara umum suatu larutan dapat bersifat asam, basa, dan netral atau garam. Sifat keasaman atau
kebasaan larutan tersebut, apakah dia bersifat asam atau basa dapat diidentifikasi dengan
menggunakan suatu indikator asam-basa.

Berdasarkan rentang nilai pH (derajat keasaman), asam berarti larutan yang memiliki nilai pH dibawah 7,
sedangkan basa memiliki pH diatas 7, dan dikatakan bersifat netral jika larutan tersebut memiliki nilai pH
7.

2.Titrasi adalah pengukuran suatu larutan dari suatu reaktan yang dibutuhkan untuk bereaksi sempurna
dengan sejumlah reaktan tertentu lainnya.

Titrasi asam basa adalah reaksi penetralan.

Jika larutan bakunya asam disebut asidimetri dan jika larutan bakunya basa disebut alkalimetri.

larutan penguji disebut “TITRAN” sedangkan

larutan yang ingin diuji kadarnya disebut “TITRAT / TITER”

Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titrat ataupun titran. Titrasi asam basa
berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan
sebaliknya.

Titran ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara
stoikiometri titran dan titrat tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”.

Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titrat yang
diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titran, volume dan
konsentrasi titrat maka kita bisa menghitung kadar titran.
merupakan metode analisis kuantitatif untuk menentukan kadar (konsentrasi) suatu larutan dengan
cara menetesi larutan yang akan dicari konsentrasinya dengan larutan lain yang telah diketahui sampai
titik akhir titrasi disertai dengan penambahan indikator. Larutan yang telah diketahui konsentrasinya
dengan tepat disebut larutan baku atau larutan standar, sedangkan indikator adalah zat yang
memberikan tanda perubahan pada saat titrasi berakhir yang dikenal sebagai titik akhir titrasi.

Berdasarkan pengertian titrasi tersebut, titrasi asam basa merupakan metode penentuan kadar larutan
asam dengan zat peniter (zat yang diletakkan pada buret) suatu larutan basa atau penentuan kadar
larutan basa dengan zat peniter suatu larutan asam. Titik akhir titrasi adalah kondisi saat terjadi
perubahan warna dari indikator yang ditambahkan. Titik akhir titrasi diharapkan mendekati titik
ekuivalen titrasi, yaitu kondisi di mana larutan asam tepat bereaksi dengan larutan basa. Titrasi asam
basa berdasarkan jenisnya dibedakan menjadi 4:

Titrasi Asam Kuat oleh Basa Kuat

Titrasi Asam Lemah oleh Basa Kuat

Titrasi Basa Kuat oleh Asam Lemah

Titrasi Basa Lemah oleh Asam Kuat

Selain itu, dalam titrasi asam basa terdapat beberapa istilah y yaitu.beberapa istilah di antaranya:

Pentiter, merupakan zat yang mentitrasi suatu asam-basa yang ingin ditentukan kemolarannya.

Titik akhir titrasi, merupakan titik saat indikator asam-basa mengalami perubahan warna

Titik ekuivalen, merupakan titik saat asam-basa tepat habis bereaksi

Daerah perubahan pH drastis, merupakan daerah di mana saat terjadinya sedikit penambahan tetes
pentiter, akan mengubah warna indikator asam-basa

Titrasi asam basa bisa kamu lakukan ketika menggunakan sebuah indikator asam-basa serta zat pentiter.
Nah, indikator asam-basa yang baik untuk titrasi itu ada dua macam, yaitu:

Yang mempunyai trayek perubahan pH yang berada di sekitar titik ekuivalen atau pada titik ekuivalen
tersebut

Ketika perubahan warna terlihat jelas dan juga tajam.

Merupakan porses titrasi. Tidak selalunya basa sebagai pentitrasi, bisa juga sebaliknya,
asam yang menjadi pentitrasi

Kemudian, untuk menggunakan indikator asam-basa, kamu harus menggunakan beberapa prosedur
titrasi, di antaranya adalah:

1. Asam yang akan dititrasi, mula-mula ditetesi indikator asam-basa secukupnya.

2. Kemudian masukkan pentiter yang berupa basa, setetes demi setetes sambil menghitung.

3. Ketika warna indikator berubah, hentikan titrasi (titik akhir titrasi).

Titrasi harus dilakukan hingga mencapai titik ekivalen, yaitu keadaan saat asam dan basa tepat habis
bereaksi secara stoikiometri. Titik ekivalen umumnya dapat ditandai dengan perubahan warna dari
indikator. Sementara itu, keadaan saat titrasi harus dihentikan tepat pada saat indikator menunjukkan
perubahan warna disebut titik akhir titrasi.

Untuk memperoleh hasil titrasi yang tepat, maka selisih antara titik akhir titrasi dengan titik ekivalen
harus diusahakan seminimal mungkin. Hal ini dapat diupayakan dengan memilih indikator yang tepat
pada saat titrasi, yakni indikator yang mengalami perubahan warna atau trayek pH di sekitar titik
ekivalen.

pada titrasi asam-basa terdapat rumus titrasi yang berlaku, yaitu:

Asam-basa monovalen dan asam-basa divalen

Ma. Va = Mb. Vb

Asam divalen-basa monovalen

2. Ma. Va = Mb. Vb

Basa divalen-asam monovalen


Ma. Va = 2. Mb. Vb

3.Secara ideal larutan indikator yang baik adalah larutan indikator yang dapat berubah warna pada saat
pH di titik ekuivalen titrasi.

Bila tidak ada larutan indikator yang sesuai/cocok maka pilihan terbaik adalah larutan indikator yang
menunjukkan perubahan warna ketika dekat dengan titik ekuivalen tersebut.

KoAsalkan perubahan warna itu terjadi masih dalam rentang pH besar ketika penambahan setetes-dua
tetes titran maka indikator tersebut masih cocok, dan dapat digunakan.

Bila perubahan pH atau rentang pH sekitar titik ekuivalen tidak besar maka akan sulit untuk menentukan
larutan indikator yang cocok. Ini perlu perlakuan khusus agar tetap dititrasi dengan indikator tertentu.

Berikut ini contoh kasus:

Pada titrasi asam kuat dengan basa kuat, terdapat beberapa larutan indikator yang dapat digunakan.
Selama ini yang sering digunakan adalah larutan fenoftalein.

Dengan rentang pH yang cukup besar maka penambahan sedikit basa kuat bila sudah mendekati atau
mencapai titik ekuivalen sudah sulit dibedakan.

Oleh karena itu banyak pilihan yang tersedia. Tinggal sesuaikan yang tersedia yang mana, dan andai
tersedia semua tentu pilihannya adalah yang dekat dengan titik ekuivalen dengan perubahan warna
yang mencolok yang dipilih.

Sekali lagi dipilih adalah indikator yang memberikan perubahan mencolok ketika titik ekuivalen
tercapai.Indikator yang dapat digunakan adalah metil merah, bromtimol biru, dan fenolftalein (lebih
tajam)
4.Titrasi asam kuat dengan basa kuat

Sebagai contoh, 40 mL larutan HCl 0,1 M ditetesi dengan larutan NaOH 0,1 M sedikit demi sedikit.
Berikut kurva titrasi yang menggambarkan perubahan pH selama titrasi tersebut.

Dari kurva tersebut dapat disimpulkan:

Mula-mula pH larutan naik sedikit demi sedikit

Perubahan pH drastis terjadi sekitar titik ekivalen

pH titik ekivalen = 7 (netral)

Indikator yang dapat digunakan: metil merah, bromtimol biru, atau fenolftalein. Namun, yang lebih
sering digunakan adalah fenolftalein karena perubahan warna fenolftalein yang lebih mudah diamati.

Titrasi asam lemah dengan basa kuat

Sebagai contoh, 40 mL larutan CH3COOH 0,1 M ditetesi dengan larutan NaOH 0,1 M sedikit demi sedikit.
Berikut kurva titrasi berwarna biru yang menggambarkan perubahan pH selama titrasi tersebut
dibandingkan dengan kurva titrasi HCl dengan NaOH yang berwarna merah.
Dari kurva tersebut dapat disimpulkan:

Titik ekivalen berada di atas pH 7, yaitu antara 8 – 9

Lonjakan perubahan pH pada sekitar titik ekivalen lebih kecil, hanya sekitar 3 satuan, yaitu dari pH ±7
hingga pH ±10

Indikator yang digunakan: fenolftalein. Metil merah tidak dapat digunakan karena perubahan warnanya
terjadi jauh sebelum tercapai titik ekivalen.

Titrasi basa lemah dengan asam kuat

Sebagai contoh, 40 mL larutan NH3 0,1 M ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M sedikit demi sedikit. Berikut
ditampilkan kurva titrasi yang menggambarkan perubahan pH selama titrasi tersebut

Dari kurva tersebut dapat disimpulkan:

Titik ekivalen berada di bawah pH 7, yaitu antara 5 – 6

Lonjakan perubahan pH pada sekitar titik ekivalen hanya sedikit, sekitar 3 satuan, yaitu dari pH ±7
hingga pH ±4
Indikator yang digunakan: metil merah. Fenolftalein tidak dapat digunakan karena perubahan warnanya
terjadi jauh sebelum tercapai titik ekivalen

titrasi asam lemah menggunakan basa lemah dan sebaliknya tidak dilakukan karena:
1. Perubahan pH drastis terjadi sangat singkat.

2. Tidak ada indikator yang cukup teliti untuk mengamati perubahan.

3. Reaksi berlangsung lambat dan tidak tuntas.

5.

Anda mungkin juga menyukai