Anda di halaman 1dari 8

Nama : Sinta Tri Utami

NIM : 1803096078

Jurusan/Prodi :PGMI 4B

Kelompok :3

Judul Praktikum : Percobaan Asam dan Basa

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA

PERCOBAAN ASAM DAN BASA

A. Tujuan

- Mempelajari sifat larutan asam, basa dan netral.

- Menentukan pH larutan asam, basa dan netral dengan menggunakan kertas lakmus dan
indikator universal.

B. Dasar Teori

Asam dan basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari, kita mengenal berbagai zat yang kita golongkan sebagai asam misalnya, asam cuka,
asam lambung dan asam sitrat. Setiap zat atau senyawa mempunyai sifat asam, basa, atau netral.
Kita dapat menentukan apakah zat atau senyawa tersebut asam, basa atau netral dengan
menggunakan indikator. Indikator ini dapat berupa indikator universal atau lakmus biru, lakmus
merah yang dimuat di laboratorium, atau juga dapat menggunakan indikator asam basa dengan
bahan dari alam, seperti bunga kembang sepatu, bunga bogenvil, bunga mawar, kunyit dan
sebagainya. Zat warna dari bahan – bahan tersebut memberi warna yang berbedadalam larutan
asam, basa, maupun netral.
A. ASAM

Istilah "asam" merupakan terjemahan dari istilah yang digunakan untuk hal yang sama dalam
bahasa-bahasa Eropa seperti acid (bahasa Inggris), zuur (bahasa Belanda), atau Säure (bahasa
Jerman) yang secara harfiah berhubungan dengan rasa masam. Dalam kimia, istilah asam
memiliki arti yang lebih khusus. Terdapat tiga definisi asam yang umum diterima dalam kimia,
yaitu definisi Arrhenius, Brønsted-Lowry, dan Lewis.

 Arrhenius: Menurut definisi ini, asam adalah suatu zat yang meningkatkan konsentrasi
ion hidronium (H3O+) ketika dilarutkan dalam air. Definisi yang pertama kali
dikemukakan oleh Svante Arrhenius ini membatasi asam dan basa untuk zat-zat yang
dapat larut dalam air.
 Brønsted-Lowry: Menurut definisi ini, asam adalah pemberi proton kepada basa. Asam
dan basa bersangkutan disebut sebagai pasangan asam-basa konjugat. Brønsted dan
Lowry secara terpisah mengemukakan definisi ini, yang mencakup zat-zat yang tak larut
dalam air (tidak seperti pada definisi Arrhenius).
 Lewis: Menurut definisi ini, asam adalah penerima pasangan elektron dari basa. Definisi
yang dikemukakan oleh Gilbert N. Lewis ini dapat mencakup asam yang tak
mengandung hidrogen atau proton yang dapat dipindahkan, seperti besi(III) klorida.
Definisi Lewis dapat pula dijelaskan dengan teori orbital molekul. Secara umum, suatu
asam dapat menerima pasangan elektron pada orbital kosongnya yang paling rendah
(LUMO) dari orbital terisi yang tertinggi (HOMO) dari suatu basa. Jadi, HOMO dari
basa dan LUMO dari asam bergabung membentuk orbital molekul ikatan.

SIFAT ASAM

Secara umum, asam memiliki sifat sebagai berikut:

- Rasa : masam ketika dilarutkan dalam air.


- Sentuhan : asam terasa menyengat bila disentuh, terutama bila asamnya asam kuat.
- Kereaktifan : asam bereaksi hebat dengan kebanyakan logam, yaitu korosif terhadap
logam.
- Hantaran listrik : asam, walaupun tidak selalu ionik, merupakan elektrolit.
B. BASA

Istilah basa (alkali) berasal dari bahasa Arab yang berarti abu. Basa digunakan dalam
pembuatan sabun. Juga sudah lama diketahui bahwa asam dan basa saling menetralkan. Di alam,
asam ditemukan dalam buah-buahan. Dalam kimia, istilah asam memiliki arti yang lebih
khusus.

Arrhenius : Basa merupakan suatu senyawa yang dapat menghasilkan ion Hidroksida [OH], bila
dilarutkan dalam air mempunyai rasa pahit dan bersifat kaustik.

Basa adalah lawan (dual) dari asam, yaitu ditujukan untuk unsur/senyawa kimia yang
memiliki pH lebih dari 7. Kostikmerupakan istilah yang digunakan untuk basa kuat. jadi kita
menggunakan nama kostik soda untuk natrium hidroksida (NaOH) dan kostik postas untuk
kalium hidroksida (KOH). Basa dapat dibagi menjadi basa kuat dan basa lemah. Kekuatan basa
sangat tergantung pada kemampuan basa tersebut melepaskan ion OH dalam larutan dan
konsentrasi larutan basa tersebut.

Reaksi: Kalsium Hidroksida + Asam Sulfat ————> Kalsium Sulfat + Air Ca(OH)2 (aq) +
H2SO4 ————> CaSO4(aq) + 2H2O

SIFAT BASA

- Nilai pH lebih dari sabun


- Mengubah warna lakmus merah menjadi biru
- Rasa : pahit
- Sentuhan : licin (diakibatkan korosif lemak pada permukaan kulit)
- Kereaktifan : Basa kuat bersifat Kostic (kulit terasa terbakar atau korosif oleh cairan
kimia).

Suatu larutan dapat digolongkan menjadi asam, basa atau netral. Untuk mengidentifikasi
suatu larutan bersifat asam, basa atau netral dapat digunakan indikator asam basa. Indikator asam
basa adalah suatu zat kimia yang memiliki warna yang berbeda jika dimasukkan dalam larutan
asam dan basa. Batas-batas ketika indikator mengalami perubahan warna disebut trayek
perubahan warna atau trayek indikator. Contoh indikator asam basa adalah kertas lakmus.
C. Alat dan Bahan

 Alat:

- Pipet tetes

- Plat tetes

- Kertas lakmus merah

- Kertas lakmus biru

- Indikator Universal

 Bahan:

- Larutan sabun cuci

- Jus buah jeruk

- Promag

- Larutan cuka makan (cuka makan)

- Larutan garam dapur

- Ekstrak kunyit.

- Air hujan

- Air sumur

D. Cara Kerja

- Cucilah dengan air bersih plat tetes hingga bersih

- Isi masing-masing plat tetes dengan sabun cuci, sabun mandi, jus jeruk, promag, larutan cuka,
larutan garam dapur, air hujan dan air sumur

- Ujilah masing-masing larutan dengan kertas lakmus merah dan biru

- Amati perubahan warna kertas lakmus.


- Dengan cara yang sama, Ujilah masing-masing larutan dengan indikator universal. Cocokkan
hasil perubahan warna yang terjadi dengan peta warna pada kotak kemasan indikator universal.

- Dengan cara yang sama, Ujilah masing-masing larutan dengan ekstrak kunyit

- Tuliskan semua hasil pengamatan atau perubahan warna pada lembar kerja.

E. Data Pengamatan

BAHAN WARNA ASLI PERUBAHAN PERUBAHAN


WARNA JIKA + WARNA JIKA +
ASAM BASA
WORTEL OREN KUNING OREN PEKAT
KEORENAN
KUNYIT KUNING KUNING MUDA MERAH BATA
BUNGA SEPATU MERAH PEKAT COKLAT TUA MERAH
KULIT MANGGIS UNGU OREN COKLAT TUA

F. Analisis dan Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan, pada percobaan menggunakan bahan kunyit
yang ditetesi larutan asam menjadi kuning muda, dan jika ditetesi larutan basa akan berubah
warna menjadi merah bata. Hal ini menunjukkan bahwa kunyit yang ditetesi larutan cuka
merupakan larutan asam. Ekstrak kunyit yang dilarutkan dalam air pada keadaan netral akan
berwarna kuning. Apabila ditetesi larutan asam, warna kuning akan berubah menjadi kuning
muda, sedangkan jika ditetesi (larutan detergen) warna kuning akan berubah menjadi merah
bata, hal ini menunjukan bahwa kunyit yang ditetesi larutan detergen merupakan larutan basa.

Pada percobaan menggunakan wortel, warna asli wortel yang tadinya oren. Berubah
warna menjadi kuning keorenan ketika dikasih larutan asam, sedangkan ketika wortel dikasih
larutan basa berubah warna menjadi oren pekat.

Pada percobaan menggunakan bunga sepatu, bunga sepatu yang tadinya berwarna merah
pekat. Berubah warna menjadi coklat tua ketika dimasukan larutan asam, sedangkan ketika
dimasukan larutan basa bunga sepatu berubah warna menjadi merah.
Pada percobaan menggunakan kulit manggis, kulit manggis yang tadinya berwarna
unggu. Berubah warna menjadi oren ketika diberi larutan asam, sedangkan kulit manggis yang
diberi larutan basa beerubah warna menjadi coklat tua.

G. KESIMPULAN

Dari hasil percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa masing-masing ekstrak dari bahan alami
yang telah diuji coba dapat menunjukan sifat larutan yang ditetesi, hal ini dapat ditunjukan
dengan adanya perubahan warna dasar dari masing-masing bahan.

Perubahan warna:

- Dari hasil uji coba diatas, umumnya larutan yang bersifat asam menghasilkan warna
kuning, merah atau oranye atau warna yang lebih muda dari warna awal.
- Selain larutan yang bersifat basa umumnya menghasilkan warna coklat tua atau hijau.

DOKUMENTASI

WORTEL
MANGGIS

KUNYIT
BUNGA SEPATU

DAFTAR PUSTAKA

Setiasih, Sumarni. 2007. Larutan Asam, Basa, dan Garam untuk guru SMP : Departemen
Pendidikan Nasional.

James E.1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Marwati, Siti.2010.Aplikasi Beberapa Ekstrak Bunga Berwarna sebagai Indikator Alami pada
Titrasi Asam Basa. Yogyakarta : Jurnal sains UNY.

Anda mungkin juga menyukai