Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH VOLUMETRI

‘’ANALISA ASAM CUKA MAKAN CARA ASIDI-ALKALIMETRI’’

Nama : Syahri Safitra Kelimutu

Kelas : XI.A

NIS : 185948

Kelompok : A.2.3

SMK-SMAK MAKASSAR
TAHUN PELAJARAN 2019/2020

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Warahmutullahi Wabarokatuh
Alhamdulillahirobbila’lamiin, segala puji bagiMu ya Allah yang senantiasa melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya bagi seluruh mahkluk, langit dan bumi. Penulis dapat
menyelesaikan tugas dengan judul Analisa Asam Cuka Makan Cara Asidi-Alkalimetri ini
atas bantuan dan dorongan dari berbagai pihak.

Penulis menyadari adanya keterbatasan kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman


sehingga dalam penulisan makala ini masih terdapat banyak kekurangan. Penulis sangat
berharap akan adanya saran dan kritik yang membangun. Akhirnya besar harapan
penulis agar makala ini berguna bagi pembaca sekalian.

Makassar, 22 Maret 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG

Asam asetat atau lebih dikenal sebagai asam cuka (CH 3COOH) adalah suatu
senyawa berbentuk cairan, tak berwarna, berbau menyengat, memiliki rasa asam yang
tajam dan larut di dalam air, alkohol, gliserol, eter. Asam asetat mempunyai aplikasi
yang sangat luas di bidang industri dan pangan (Hardoyo, dkk., 2007). Asam asetat
merupakan salah satu produk industri yang banyak dibutuhkan di Indonesia (Hidayat
dan Nurika, 2001). Industri asam asetat dikembangkan karena begitu luasnya
penggunaan asam asetat sebagai bahan dasar pada industri kimia dasar, pembuatan
plastik, industri farmasi, pembuatan cat, insektisida, bahan kimia untuk fotografi,
koagulan latex serta pengasaman yang baik untuk minyak dan lain-lain. Dalam industri
makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. Kebutuhan asam asetat di
Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Meningkatnya kebutuhan asam asetat ini belum dapat dipenuhi. Sehingga
ketergantungan terhadap impor dari tahun ke tahun semakin naik (Kurniawati, 2012).

Asam asetat dapat dibuat dari substrat yang mengandung etanol, yang dapat
diperoleh dari berbagai macam bahan seperti buah-buahan, kulit nanas, pulp kopi, dan
air kelapa. Pembuatan asam asetat dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara
sintesis/khemis dan secara mikrobiologis atau fermentasi, namun demikian cara
fermentasi lebih disukai, karena lebih murah, lebih praktis dan resiko kegagalan relatif
lebih kecil (Hidayat dan Nurika, 2001).

B.TUJUAN ANALISA

1. Mempelajari salah satu penggunaan metode analisis volumetri untuk penentuan


asam asetat pada cuka makanan
2. Dapat membuat larutan NaOH dan asam oksalat
3. Dapat melakukan standarisasi
4. Menentukan kadar asam asetat yang terdapat dalam asam cuka yang beredar di
pasaran
BAB II
LANDASAN TEORI
Merupakan salah satu gugus asam karboksilat yang paling sederhana. Cuka
atau yang mempunyai nama lain asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah
senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma
dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali
ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat murni atau
disebut juga asam asetat glasial adalah cairan higroskopis tak berwarna yang
memiliki titik beku 16.7°C.

Manfaat cuka sangat banyak. Selain sebagai pemberi rasa dan aroma pada
masakan, cuka juga dapat digunakan sebagai bahan pengawet, antiseptik,
desinfecktan dan obat-obatan. Sebagai obat cuka dapat menurunkan kolesterol, kontrol
diet, dan kontrol gula darah pada penderita diabetes.

Cuka mempunyai banyak jenis. Berikut ini adalah beberapa jenis-jenis cuka
yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari:

1.Cuka Anggur Merah


itu telah digunakan selama berabad-abad baik untuk tujuan pengobatan dan
kuliner. Hal ini digunakan di seluruh dunia, terutama di negara-negara Mediterania, di
berbagai resep, dan juga sebagai agen acar untuk buah-buahan dan sayuran. warnanya
dapat bervariasi dari cahaya naik menjadi merah tua dan kandungan asam yang dapat
bervariasi dari 5 untuk 7%.

2.Cuka putih/Cuka makan


tidak seperti cuka anggur putih, yang dibuat dari anggur, cuka putih disuling dari
alkohol. Cuka putih ini mempunyai 5% tingkat keasaman. Jadi cuka ini keras dan
memiliki rasa tajam. Cuka jenis ini lebih murah dibandingkan jenis cuka lainnya
dan dapat ditemukan di toko-toko kelontong. Cuka putih ini adalah cuka yang paling
banyak diproduksi setiap tahun sesuai dengan kbutuhannya yang setiap tahun
mengalami peningkatan sejalan dengan meningkatnya industri.
Macam-macam Cuka berdasarkan metode fermentasinya:

1. Slow fermentation, adalah pembuatan cuka dengan metode tradisional. Pada


metode ini fermentasi biasanya dilakukan pada tong-tong lalu difermentasi
dalama waktu yang cukup lama yaitu minimal 3 bulan, bahkan sampai bertahun-
tahun. Bahan yang akan dibuat dihancurkan terlebih dahulu lalu di fermentasi
dalam tong-tong. Flavor dari cuka dengan slow fermentation lebih kaya dan
enak.
2. Fast Fermentation, biasanya dikenal sebagai fermentasi modern. Pada
pembuatannya menggunakan kultur murni. Waktu fermentasi juga lebih cepat
yaitu dalam hitungan hari. Flavornya lebih spesifik asam asetat karena mikroba
yang digunakan hanya tertentu saja.

4.Cuka Buah
cuka ini dibuat dari berbagai macam buah-buahan yang mengandung gula tinggi.
Pada cuka ini tidak diperlukan penambahan flavor karena menghasilkan flavor sesuai
dengan jenis buah yang digunakan. Flavor umum yang biasa digunakan untuk cuka
buah adalah apel, black current, raspberry, dan tomat.

Titrasi asam basa sering disebut asidi-alkalimetri, sedang untuk titrasi


pengukuran lain-lain sering dipakai akhiran-ometri mengggantikan simertri. Kata metri
berasal dari bahasa yunani yang berarti ilmu proses seni mengukur. I dan O dalam
hubungan mengukur sama saja, yaitu dengan atau dari (with or off). Akhiran I berasal
dari kata latin dan O berasal dari kata Yunani. Jadi asidimetri dapat diartikan
pengukuran jumlah asam ataupun pngukuran dengan asam (yang diukur dalam jumlah
basa atau garam). (Harjadi, W. 1990)

Reaksi penetralan asam basa dapat digunakan untuk menentukan kadar


larutan asam atau larutan basa. Dalam hal ini  sejumlah tertentu larutan asam ditetesi
dengan larutan basa, atau sebaliknya sampai mencapai titik ekuivalen (asam dan basa
tepat habis bereaksi). Jika molaritas salah satu larutan (asam atau basa) diketahui,
maka molaritas larutan yang satu lagi dapat ditentukan. (Michael. 1997)

Jika larutan asam ditetesi dengan larutan basa maka pH larutan akan naik,
sebaliknya jika larutan basa ditetesi dengan larutan asam maka pH larutan akan turun.
Grafik yang menyatakan perubahan pH pada penetesan asam dengan basa atau
sebaliknya disebut kurva titrasi. Kurva titrasi berbetuk S, yang pada ttik tengahnya
merupakan titik ekuivalen. (Michael. 1997)

Titrasi asam basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk
itu digunakan pengamatan dengan indikator bil pH pada titik ekuivalen 4-10. Demikian
juga titik akhir titrasi akan tajam pada titirasi asam atau basa lemah, jika penitrasian
adalah basa atau asam kuat dengan perbandingan tetapan disosiasi asam lebih besar
dari 104 .pH berubah secara drastis bila volume titrannya. Pada reaksi asam basa, proton
ditransfer dari satu molekul ke molekul lain. Dalam air proton biasanya tersolvasi
sebagai H30. Reaksi asam basa bersifat reversibel. Temperatur mempengaruhi titrasi
asam basa, pH dan perubahan warna indikator tergantung secara tidak langsung pada
temperatur. (Khopkar, S.M. 1990)
Pada kedua jenis titrasi diatas, dipergunakan indikator yang sejenis yaitu
fenoftalen (PP) dan metil orange (MO).  Hal tersebut dilakukan karena jika
menggunakan indikator yang lain, misalnya TB, MG atau yang lain, maka trayek pHnya
sangat jauh dari ekuivalen. (Harjadi, W. 1990).

Pada titrasi asidi-alkalimetri dibagi menjadi dua bagian besar  yaitu :


(Susanti,1995)
1.   Asidimetri. Titrasi ini menggunakan larutan standar asam yang digunakan
untuk menentukan basa. Asam yang biasa digunakan adalah HCl, asam cuka, asam
oksalat, asam borat.
2.  Alkalimeri. Pada titrasi ini merupakan kebalikan dari asidi-alkalimetri karena
larutan yang digunakan untuk menentukan asam disini adalah basa.

Titirasi asam-basa merupakan cara yang tepat dan mudah untuk menentukan
jumlah senyawa-senyawa yang bersifat asam dan basa. Kebanyakan asam dan basa
organik dan organik dapat dititrasi dalam larutan berair, tetapi sebagian senyawa itu
terutama senyawa organik tidak larut dalam  air. Namun demikian umumnya senyawa
organik dapat larut dalam pelarut organik, karena itu senyawa organik itu dapat
ditentukan dengan titrasi asam basa dalam pelarut inert. Untuk menentukan asam
digunakan larutan baku asam kaut misalnya HCl, sedangkan untuk menentuan basa
digunakan larutan basa kuat misalnya NaOH. Titik akhir titrasi biasanya ditetapkan
dengan bantuan perubahan indikator asam basa yang sesuai atau dengan bantuan
peralatan seperti potensiometri, spektrofotometer, konduktometer. (Rivai, H, 1990)

Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant.
Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya.
Titrant ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya
secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi) yang biasanya ditandai
dengan berubahnya warna indikator. Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”, yaitu
titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah
basa yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan : [H+] = [OH-].
Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna
indikator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik akhir titrasi ini mendekati titik
ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik
akhir titrasi sering disebut juga sebagai titik ekuivalen. (Esdi, 2011)

Titrasi asam – basa adalah titrasi dimana reaksi antara titrat dan titrannya
merupakan reaksi asam – basa. Alkalimetri adalah penetapan kadar secara kuantitatif
terhadap senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan standar senyawa basa.
Reaksi antara senyawa asam dan basa pada dasarnya adalah reaksi netralisasi, yaitu
reaksi antara donor proton (asam) dengan resipien/aseptor proton (basa). Jika asam
dan salah satu lemah maka garam akan terhidrolisa dan larutan sedikit asam/basa.
Asidi-alkalimetri merupakan salah satu metode kimia analisa kuantitatif yang
didasarkan pada prinsip titrasi asam-basa. Asidi-alkalimetri berfungsi untuk
menentukan kadar asam-basa dalam suatu larutan secara analisa volumetri. Titik akhir
dari titrasi ini mudah dilihat dengan penambahan indikator yang sesuai. Percobaan ini
dilakukan untuk menentukan kadar asam Cuka (CH 3COOH) dengan titrasi Asidi-
Alkalimetri. Sampai pH asam cuka berubah menjadi larutan basa, untuk ditentukan
kadarnya.

Asam cuka, disebut juga asam etanoat atau asam cuka merupakan senyawa kimia
asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan.
Asam cuka memiliki rumus empiris C 2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk
CH3COOH. Asam cuka murni (disebut asam cuka glasial) adalah cairan higroskopis tak
berwarna dan memiliki titik beku 16.7°C. Rumus struktur asam cuka dapat
digambarkan sebagai berikut:

a.Kerangka molekul asam cuka b.Model 3 dimensi molekul asam cuka

Gambar 1. Kerangka Molekul dan Model 3 Dimensi Asam Cuka

Asam cuka merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, selain
asam format. Larutan asam cuka dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya
hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H + dan CH3COO-. Asam cuka merupakan
pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam cuka digunakan dalam
produksi polimer, seperti polietilena tereftalat, selulosa cuka, dan polivinil cuka,
maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam industri makanan, asam cuka
digunakan sebagai pengatur keasaman Asam cuka dapat diproduksi secara alami
(fermentasi aerob) dan sintesis (M. Natsir Arsyad,2001). Reaksi pembentukan asam
cuka secara alami dapat dituliskan sebagai berikut :
bakteri
C6H12O6(aq) C2H5OH(aq) 2 CH3COOH (aq) + H2O (l) +116 kal

Reaksi pembentukan asam cuka secara sintesis, yaitu destilasi dari etuna
reaksinya sebagai berikut:

C2H2 (aq) + H2O (l) garam Hg CH3OH(aq) + CH3CHO (aq)


HgSO4

CH3CHO (aq) + O2 (g) 35°C


CH3COOH (aq)
Tabel 2. Syarat Mutu Cuka Berdasar SNI 01- 3711- 1995

PERSATUAN
NO KRITERIA UJI SATUAN
CUKA DAPUR CUKA MEJA
1 Keadaan
1.1 Bentuk Cairan Cairan
- encer,jernih,tidak encer,jernih,tidak
berwarna berwarna
1.2 Bau - Khas asam cuka Khas asam cuka
2 Kadar asam cuka.% %b/b Min 12,5 Min 4-12,5
3 Cemaran logam
3.1 Seng (Zn) Mg/kg Maks 2 Maks 1
3.2 Besi (Fe) Mg/kg Maks 0,5 Maks 0,3

Asidi-alkalimetri merupakan salah satu metode kimia analisa kuantitatif yang


didasarkan pada prinsip titrasi asam-basa. Asidi-alkalimetri berfungsi untuk
menentukan kadar asam-basa dalam suatu larutan secara analisa volumetri. Titik akhir
dari titrasi ini mudah dilihat dengan penambahan indikator yang sesuai. Percobaan ini
dilakukan untuk menentukan kadar asam Cuka (CH3COOH) dengan titrasi Asidi-
Alkalimetri. Sampai pH asam cuka berubah menjadi larutan basa, untuk ditentukan
kadarnya.

Salah satu dari empat golongan utama dalam penggolongan analisis titrimetri
adalah reaksi penetralan atau asidimetri dan alkalimetri. Asidi dan alkalimetri ini
melibatkan titrasi basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam
lemah (basa bebas) dengan suatu asam standar (asidimetri), dan titrasi asam yang
terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah (asam bebas) dengan
suatu basa standar (alkalimetri). Bersenyawanya ion hidrogen dan ion hidroksida untuk
membentuk air merupakan akibat reaksi-reaksi tersebut (Basset, J, 1994).
Larutan yang mengandung reagensia dengan bobot yang diketahui dalam suatu volume
tertentu dalam suatu larutan disebut larutan standar. Sedangkan larutan standar primer
adalah suatu larutan yang konsentrasinya dapat langsung ditentukan dari berat bahan
sangat murni yang dilarutkan dan volume yang terjadi. Suatu zat standar primer harus
memenuhi syarat seperti dibawah ini:

1. Zat harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan, mudah dikeringkan (sebaiknya


pada suhu      110-120oC).
2. Zat harus mempunyai ekuivalen yang tinggi, sehingga sesatan penimbangan
dapat diabaikan.
3. Zat harus mudah larut pada kondisi-kondisi dalam mana ia digunakan.
4. Zat harus dapat diuji terhadap zat-zat pengotor dengan uji-uji kualitatif atau uji-
uji lain yang kepekaannya diketahui (jumlah total zat-zat pengotor, umumnya
tak boleh melebihi 0,01-0,02 %).
5. Reaksi dengan larutan standar itu harus stoikiometrik dan praktis sekejap.
Sesatan titrasi harus dapat diabaikan, atau mudah ditetapkan dengan cermat
dengan eksperimen.
6. Zat harus tak berubah dalam udara selama penimbangan; kondisi-kondisi ini
mengisyaratkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh udara,
atau dipengaruhi oleh karbondioksida.Standar ini harus dijaga agar
komposisinya tak berubah selama penyimpanan.

Asam asetat adalah salah satu contoh dari asam karboksilat yang mempunyai
gugus fungsi –COOH yang disebut gugus karboksil. Karena merupakan gugus dari
karbonil (-OH). Asam asetat juga di sebut sebangai senyawa kimia asam organikyang
dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan asam cuka memiliki
rumusEmoiris C2CO2H. Asam asetat murni (disebut asam asetat glasial) adalah cairan
higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik brku 16.6ᵒC.

Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana. Setelah
asam format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya
hanya terdisosiasi sebagai menjadi ion H + dan CH3COO- asam asetat merupakan
pereaksi kimia dan bahan bku industri yang penting berdasarkan BSN, kadar asam
asetat yang baik untuk dikonsumsi tubuh adalah 3% maksimum 60 mg/kg.

Asam asetat terdapat dalam cuka makan memiliki kadar sekitar 20-25%. Asam
asetat murni di sebut asam glasial merupakan campuran bening tidak berwarna, berbau
sangat tajam dan membeku pada 16,6ᵒC membentuk kristal yang menyerupai es atau
gelas. Selain itu asam asetat digunakan sebagi bahan untuk memproduksi monomer viil
asetat (vinyl actate monomer). Asam asetat juga digunakan dalam produksi anhidrida
asetat dan ester. Berdasarkan BSN, kadar asam asetat yang baik untuk dikonsumsi
tubuh adalah 3% maksimum 60 mg/kg.

SIFAT – SIFAT KIMIA ASAM ASETAT


a.Keasaman
Atom hidrogen (H) pada gugus karbosil (-COOH) dalam asam karboksilat seperti
asam asetat dapat dilepskan sebagai ion H + (proton), sehingga memberikan sifat asam.
Asam asetat adalah asam lemah monoprotik dengan nilai pKa=4,8. Basa konjungasinya
adalah asetat (CH3COOH-). Sebuah larutan 1,0 M asam asetat (kira kira sama dengan
konsentrasi pada cuka rumah) memiliki pH sekitar 2,4.
Dimer siklis dari asam asetat, garis putus – putus melambangkan ikatan
hidrogen.

Struktur kristal asam asetat menunjukkan bahwa molekul – molekul asam asetat
berpasangan membentuk dimer yang dihubungkan oleh ikatan hidrogen. Dimer juga
dapat dideteksi pada uap bersuhu 120ᵒC. Dimer juga terjadi pada larutan encer di
dalam pelarut tak-berikatan-hidrogen, dan kadang – kadang pada cairan asam asetat
murni. Dimer dirusak dengan adanya pelarut berikatan hidrogen (misalnya air). Entalpi
disosiasi dimer tersebut diperkirakan 65,0 – 66,0 kj/mol, entropi disosiasi sekitar 154 –
157 mol-1 K-1. Sifat dimerisasi ini juga dimiliki oleh asam karboksilat sederhana lainnya.

b.Sebagai pelarut
asam asetat cair adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti air dan
etanol. Asam asetat memiliki konstanta dielektrik yang sedang yaitu 6,2. Sehingga ia
bisa melarutkan baik senyawa polar seperti garam anorganik dan gula maupun
senyawa non-polar seperti minyak dan unsur unsur seperti sulfur dan iodin. Asam
asetat bercambur dengan mudah dengan pelarut polar atau nonpolar lainnya seperti
air, kloroform dan heksana. Sifat kelarutan dan kemudahan bercampur dari asam asetat
ini membuatnya digunakan secara luas dalam industri kimia.

c.Reaksi – reaksi kimia


asam asetat bersifat korosif terhadap banyak logam seperti besi, magnesium, dan
seng, membentuk gas hodrogen dan garam – garam asetat (disebut logam asetat).
Logam asetat juga dapat diperoleh dengan reaksi asam asetat dengan suatu basa yang
cocok. Contoh yang terkenal adalah reaksi soda kue (natrium hidroksida) bereaksi
dengan cuka. Hampir semua garam asetat larut dengan baik dalam air. Salah satu
pengecualian adalah kromium (II) asetat. Contoh reaksi pembentukan garam asetat:

Mg(s) + 2CH3COOH(aq) (CH3COO)2Mg(aq) + H2(aq)


NaHCO3(s) + CH3COOH(aq) CH3COONa(aq) + CO2(g) + H2O(l)
Aluminium merupakan logam yang tahan terhadap korosi karena dapat
membentuk lapisan aluminium oksida yang melindungi permukaannya. Karena itu,
biasanya asam asetat diangkut dengan tangki tangki aluminium.
Dua reaksi organik tipikal dari asam asetat

Asam asetat mengalami reaksi reaksi asam karboksilat, misalnya menghasilkan


garam asetat bila bereaksi dengan alkali, menghasilkan logam etanoat bila bereaksi
dengan logam, dan menghasilkan logam etanoat, air dan karbondioksida bila bereaksi
dengan garam karbonat atau bikarbonat. Reaksi organik yang paling terkenal dari asam
asetat adalah pembentuka etanol melalui reduksi, pembentukn turunan asam
karboksilat seperti asetil klorida atau anhidrida asetat melalui substitusi nukleofilik.
Anhidrida asetat dibentuk melalui reaksi esterifikasi fischer, dan juga pembentukan
amida. Pada suhu 440ᵒ, asam asetat terurai menjadi metana dan karbon dioksida, atau
ketena dan air.

Asam asetat di gunakan sebagai pereaksi kimia untuk menghasilkan berbagai


senyawa kimia. Sebagian besar (40-45%) dari asam asetat dunia digunakan sebagai
bahan untuk memproduksi monomer vinil asetat (vinyl acetate monomer, VAM). Selain
itu asam asetat juga digunakan dalam produksi anhidrida asetat dan juga ester.
Penggunaan asam asetat lainnya, termasuk penggunaan dalam cuka relatif kecil.

Asam asetat pekat bersifat korosif dan karena itu harus digunakan dengan
penuh hati hati. Asam asetat menyebabkan luka bakar, kerusakan mata permanen, serta
iritasi pada membran mukosa. Luka bakar atau lepuhan bisa jadi tidak terlihat hingga
bebrapa jam setelah kontak. Sarung tangan latex tidak dari dari asam asetat, sehingga
dalam menangani senyawa ini perlu digunakan sarung tangan berhan karet nitril. Asam
asetat pekat juga dapat terbakar di laboratorium, namuun dengan sulit. Ia menjadi
mudah terbakar jika suhu ruangan melebihi 39ᵒC (102ᵒF), dan dapat membentuk
campuran yang mudah meledak di udara (ambang ledakan 5,4%-16%)

Asam asetat adalah senyawa korosif

Lartan asam asetat dengan konsentrasi lebih dari 25% harus ditangani di
sungkup asap (fume hood) karena uapnya yang korosif dan berbau. Asam asetat encer
seperti pada cuka, tidak berbahaya. Namun konsumsi asam asetat yang lebih pekat
adalah berbahaya bagi manusia maupun hewan. Hal itu dapat menyebabkan kerusakan
pada sistem pencenaan, dan perubahan yang mematikan pada keasaman darah.
LARUTAN STANDAR

Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya di ketahuisecara pasti atau


dapat pula diartikan sebagai bahan kimia yang di gunakan untuk menetapkan
konsentrasi larutan standar sekunder atau larutan yang harga konsentrasinya masih
dapat berubah karena pengaruh lingkungan.

Dengan demikian, maka dikenal ada dua jenis larutan, yaitu larutan standar
primer dan larutan standarsekunder. Sedangkan proses penetapan konsentrasinya
(biasanya dalam sistem kenormalan). Larutan standar sekunder dengan menggunakan
larutan standar primer di sebut standarisasi.

Reaksi antar titran dengan zat yang dipilih sebagai standar primer harus
memenuhi syarat untuk analisa titrasi volumetri, yaitu:
1. Harus mudah diperoleh dalam bentuk murni atau dalam keadaan kemurnan
yang konsentrasinya di ketahui dengan harga yang wajar
2. Zat itu harus tetap, harus mudah dikeringkan dan tidak terlalu higroskopis, tidak
berkurang beratnya jika terkenaudara, garam hidratnya biasa tidak
dipergunakan dalam standar primer
3. Mempunyai bobot ekuivalen tinggi agar dapat mengurangi konsentrasi keslahan
pada penimbangan

Terdapat berbagai macam larutan standar, antara lain sebagai berikut:


1. Stadar primer
KHC8H4O4 (kalium hidrogen phatalat)
C8H8COOH (asam benzoat)
NH4SO3H (asam sulfamat)
H2C2O4.2H2O (asam oksalat)
2. Standar primer basa
NaCO3 (natrium karbonat)
Na2B4O7.10H2O (boraks)

DASAR VOLUMETRI DAN TITIK EKIVALEN

Volumetri atau titrimetri adalah analisis jumlah berdasarkan pengukuran


volume larutan pereaksi (larutan penitar/titran/larutan baku) yang di reaksikan
dengan larutan contoh/sampel yang di tentukan kadarnya (titrit). Pelaksanaan
pengukuran volume ini disebut titrasi atau penitaran, yaitu larutan penitar
ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam larutan contoh atau sampel sampai terjadi
titik akhir titrasi yang secara kimia jumlah titrit dan titik ekuivalen. Namun, tidak semua
larutan dapat digunakan sebagai titran. Untuk itu, pereaksi harus memenuhi syarat –
syarat sebagai berikut:
 Berlangsung sempurna, tunggal dan menurut persamaan yang jelas (dasar
teoritis)
 Cepat dan irrevesible
 Ada petunjuk akhir titrasi
 Larutan baku yang digunakan harus stabil sehingga konsentrasinya tidak
mudah berubah bila di simpan
INDIKATOR PP

Indikator PP adalah asam dwiprotik yang tak berwarna. Mula – mula zat ini
berdiosiasi menjadi suatu bentuk tak berwarna dan kemudian dengan kehilangan
proton kedua, menjadi ion dengan sistem konjungasi maka timbullah warna merah.
Untuk asam lemah, dimana pH titik kesetaran diatas 7 dan biasanya di pilih
phenoptalein. Untuk basa lemah, dimana pH titik kesetaraan dibawah 7, biassanya
digumakan metil merah atau metil orange. Untuk asam kuat dan basa kuat biasanya
dipilih metil merah,brom timol biri, dan phenoptalein.

TITRASI ASAM – BASA (Asidi – Alkalimetri)

Reaksi daasar dari titrasi asam basa yaitu penetralan atau netralisasi yang
menghasilkan garam dan air. Misanya reaksi antara natrium hidroksida dan asam
klorida.

NaOH + CH3COOH CH3COONa + H2O

Bila diukur beberapa ml larutan dari titrasi asam dengan titar tertentu
diperlukan untuk menetralkan suatu larutan basa, kadarnya atau titrannya asam maka
pekerjaan itu disebut asidimetri sedangkan bila penitarnya sebaliknya, asam dengan
basa yang titarnya diketahui disebut alkalimetri. Ternyata ion OH - setara dengan 1 ion
H+. Maka dapat disimpulkan bahwa 1 gram setara asam atau basa adalah jumlah asam
yang mengandung ion H+ atau 1 gram OH-, dengan kata lain 1 gram setara (garam
ekuivalen) asam atau basa yang berkedudukan n adalah 1/n gram mol zat terlarut
BAB III
ANALISA KADAR

Judul : Analisa asam cuka makan cara asidi alkalimetri

Tujuan :

Mempelajari standarisasi larutan NaOH.


Mempelajari salah satu penggunaan metode analisis volumetri untuk penentuan
asam asetat pada cuka makanan

Dasar Prinsip : Cuka makanan mengandung beberapa jenis asam yang konsentrasinya
dapat ditentukan melalui titrasi dengan menggunakan basa kuat seperti NaOH. Jumlah
asam utama yang terdapat pada kebanyakan cuka makanan yaitu asam asetat. Untuk
menunjukkan titik akhir titrasi digunakan indikator fenolftalin (PP).

Reaksi :

Alat dan Bahan:

Alat

 Neraca analitik  Gelas piala (50 ml, 100 ml, 250


 Pipet volume 25 ml ml)
 Buret 50 ml  Pipet ukur 1 ml
 Statif dan klem  Pengaduk kaca
 Corong gelas  Pipet tetes
 Labu ukur 100 ml  Botol semprot
 Bulb  Erlenmeyer 250ml

Bahan
 Aquades
 Sampel CH3COOH (asam asetat)
 Sampel H2C2O4.2H2O (asam oksalat)
 Sampel asam cuka
 Sampel NaOH (natrium hidroksida)
 Indicator PP (phenol phtalein)
 Kertas saring
 Sampel cuka (Dixi, tujuh sembilan, indomaret)
PROSEDUR KERJA

Pembuatan larutan NaOH 0,1 N dan larutan asam oksalat 0,1 N


a. Pembuatan larutan NaOH 0,1 N
 Menimbang sebanyak 0,4 gram NaOH dengan neraca digital
 Memasukkan ke dalam labu ukur 100 ml lalu di encerkan dengan
aquadest,di keringkan,diimpitkan sampai tanda garis dan dihomogenkan
b. Pembuatan larutan asam oksalat 0,1 N
 Menimbang sebanyak 0,9 gram asam oksalat dengan neraca digital
 Memasukkan ke dalam labu ukur 100 ml lalu di encerkan dengan
aquadest,di keringkan,diimpitkan sampai tanda garis dan di homogenkan

Standarisasi NaOH 0,1 N dengan asam oksalat


1) Memipet 10 ml NaOH 0,1 N dengan menggunakan pipet ukur dan menambahkan
3 tetes indikator PP
2) Menitrasi dengan menggunakan penitrat asam oksala 0,1 N hingga terjadi
perubahan warna larutan menjadi merah muda
3) Mencata volume penitar yang digunakan
4) Melakukan percobaan secara duplo
5) Menentukan konsentrasi NaOH dengan rumus:
V1 x N1 = V2 x N2

Penentuan kadar asam asetat dalam cuka perdagangan


1) Memipet 10 ml larutan cuka perdagangan dengan pipet ukur dan memasukkan
ke dalam labu ukur 100 ml kemudian menambahkan aquadest hingga tanda
batas
2) Memipet 10 ml larutan trsebut dengan pipet ukur, dan memasukkan ke dalam
erlenmeyer 250 ml, kemudian menambahkan 3 tetes indikator PP
3) Menitrasi dengan NaOH yang telah distandarisasi hingga terjadi perubahan
warna larutan menjadi merah muda
4) Melakukan percobaan pada masing masing sampel secara duplo
5) Menghitung kadar asam asetat dalam asam cuka

RUMUS MENGHITUNG KADAR

FP x V NaOH x N NaOH x BE asam asetat


%asam asetat= mg contoh
x 100 %
DATA PENGAMATAN
Tabel 1 pembuatan larutan

NO Volume Larutan yang akan di Massa padatan yang


PADATAN
buat (ml) dibutuhkan (g)
1 NaOH 100 0,4
2 H2C2O4 100 0,63

Standarisasi NaOH 0,1 N dengan asam oksalat

a. NaOH I
Tabel 2 standarisasi NaOH I

Volume asam
Titrasi Volume NaOH (ml) Perubahan warna
oksalat (ml)
1 10 7,6 Merah muda - putih
2 10 7,8 Merah muda - putih
3 10 7,9 Merah muda - putih
Rata - rata 7,76

Penentuan kadar asam asetat dalam cuka perdagangan

Tabel 3 kadar asam asetat dalam cuka perdagangan

Volume penitar
NO Sampel Vrata-rata
V1 V2 V3
1 Dixi 31,2 ml 30,6 ml 30,1 ml 30,64
2 Tujuh sembilan 29,4 ml 28,6 ml 28,8 ml 28,94
3 Idomaret 32,2 ml 31,3 ml 31,6 ml 31,7

Hasil perhitungan

Tabel 4 tabel hasil perhitungan

No Berat
N.NaOH V.NaOH
Sampel FP (ml) BM sampel %FFA
(N) (ml)
(ml)
1 Dixi 10 60 0,1 45 10 27%
2 Tujuh sembilan 10 60 0,1 16,15 10 9,69%
3 Indomaret 10 60 0,1 54 10 32,4%
PEMBAHASAN :

Praktikum ini memiliki beberapa tujuan, yang pertama adalah mengetahui cara
menimbang yang baik dengan neraca digital. Tujuan lain adalah dapat membedakan
larytan standar primer yaitu larutan yang mengandung zat padat murni yang
konsentrasi larutannya di ketahui secara pasti melalui metode gravimetri (perhitungan
massa). Sedangkan larutan sekunder yaitu larutan suatu zat yang konsentrasi
larutannya tidak diketahui dengan tepat karena berasal dari zat yang tidak pernah
murni. Konsentrasi larutan ini di tentukan dengan melakukan standarisasi
menggunakan larutan standar primer, biasanya melalui metode titrimetri.

Praktikum ini bertujuan mengetahui kadar asam aetat yang terdapat dalam asam
cuka perdagangan yang beredar di pasaran. Praktikum ini melibatkan beberapa proses,
seperti pengenceran, titrasi dan standarisasi larutan. Pengenceran dilakukan untuk
memperkecil kesalahan pada saat titrasi, karna semakin encer asam cukanya, maka
hasilnyapun akan sangat teliti. Pengenceran juga bermanfaat untuk menghemat bahan
kimia yang digunakan untuk titrasi.

Titrasi asam basa sering disebut reaksi netralisasi. Dalam titrasi ini, dapat
menggunakan larutan standar asam atau larutan standar basa. Reasi netralisasi terjadi
antara ion hidrogen sebagai asam dengan ion hidroksida sebagai basa dan membentuk
air yang bersifat netral.

Berdasarkan konseplai, reaksi netralisasi juga dapat dikatakan sebagai reaksi


antara donor proton (asam) dengan penerima proton (basa). Dalam melakukan reaksi
netralisasi perlu mengamati secara cermat perubahan pH khusunya pada saat akan
mencapai ttik akhir titrasi. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kesalahan dimana akan
terjadi perubahan warna dari indikator yang digunakan.

Untuk menentukan kadar asam asetat dalam cuka perdagangan. Penitar yang
digunakan adalah NaOH yang telah distandarisasi. Dan sampel cuka yang digunakan
adalah cuka merk dixi, tujuh sembilan, dan indomaret. Pada cuka merek dixi volume
penitar yang diperoleh sebesar 45 ml. Sehingga diperoleh hasil kadar asam asetat
terdapat pada merk dixi sebesar 27%. Pada cuka merk tujuh sembilan diperoleh volume
penitar sebesar 16,15 ml. Sehingga hasil untuk kadar asam asetat pada merk cuka tujuh
sembilan sebesar 9,69%. Pada cuka merk indomaret di peroleh volume penitar sebesar
54 ml. Sehingga hasil untuk kadar asam asetat pada cuka merk indomaret sebesar
32,4%.
KESIMPULAN :
Dari hasil praktikum dapat dimpulkan bahwa:
 kadar asam asetat terdapat pada merk dixi sebesar 27%
 kadar asam asetat pada cuka merk indomaret sebesar 32,4%
 kadar asam asetat pada merk cuka tujuh sembilan sebesar 9,69%

DAFTAR PUSTAKA :
 amborowati cindyy,2015. Penentuan kadar asam asetat dalam
cuka.id.scribd.com. diakase pada tanggal 20 maret 2020-03-25
 https://www.academia.edu/33786213/PEMBAHASAN_asam_asetat_fix
 https://docplayer.info/73047243-Penentuan-kadar-asam-asetat-dalam-asam-cuka-dengan-
alkalimetri.html
 https://www.scribd.com/doc/234010237/Penentuan-Kadar-Asam-Asetat-Dalam-Cuka-
Makan-Dengan-Metode-Tittrasi-Asam-Basa
 LAPORAN_PRAKTIKUM_KIMIA_ANORGANIK_STANDARISASI_LARUTAN_NaOH_0
_1_M_SERTA_PENGGUNAANNYA_DALAM_PENETAPAN_KADAR_ASAM_CUKA_PE
RDAGANGAN

Anda mungkin juga menyukai