PATOLOGI KLINIK
MODUL RESPIRASI
Disusun oleh :
PENDAHULUAN
1. Tabung reaksi
1. Beaker glass
2. Pipet tetes
3. Asam asetat glacial
4. Air
5. Etil alkohol 95%
6. NaOH 0,1 n
1. Tabung reaksi
3. Pipet tetes
4. Pipet thoma
5. Kamar hitung
6. Mikroskop
7. Kuvet
8. Spektofotometer
1. Tabung reaksi
2. Spektrofotometri
3. Reagen glukosa
4. Larutan standar glukosa
4. Cairan transudat dan eksudat diteteskan 1-2 tetes pada refraktometer dan
diperiksa pada eye piece berat jenis.
1. Kadar protein
1. Tetapkan terlebih dahulu berat jenis cairan tersebut
2. Kalau berat jenis 1010 atau kurang, adakanlah pengenceran 10-
15 kali ; kalau berat jenis > 1010 buatlah pengenceran 20 kali.
3. Lakukanlah penetapan menurut Esbach dengan cairan yang
telah diencerkan itu dalam memperhitungkan hasil terakhir.
Ingatlah pengenceran yang dibuat
2. Kadar lemak
1. Berilah larutan NaOH 0,1 n kepada cairan sehingga menjadi
putih
2. Lakukan ekstraksi dengan ether. Jika cairan itu menjadi jernih,
putihnya disebabkam oleh chylus
3. Jika tidak menjadi jernih, putihnya mungkin disebabkan oleh
lecithin dalam keadaan emulsi. Untuk menyatakan lecithin
dilakukan tes berikut :
a. Encerkanlah cairan itu 5 kali dengan etil alkohol 95%
b. Panasilah dengan hati-hati dalam bejana air, kalau cairan
menjadi jernih, putihnya disebabkan lecithin. Untuk
lebih lanjut membuktikannya teruskanlah dengan
percobaan :
c. Saringlah cairan yang telah menjadi jernih itu dalam
keadaan masih panas
d. Filtratnya ditampung dan diuapkan di atas air panas
sampai volume mnejadi sebesar semula (sebelum diberi
etil alkohol) dan biarkan menjadi dingin lagi.
e. Kalau menjadi keruh lagi, adanya lecithin terbukti,
kekeruhan itu ditambah kalau diberi sedikit air.
4. Dibuang 1 tetes
HASIL
a. Percobaan Rivalta
Terbetuk kabut +
b. Percobaan Protein
Interpretasi Eksudat
∆𝐴𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Total Protein= ∆𝐴𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 x 8
1,206
=0,783 x 8
= 144 X 50
=7200 sel/µl darah.
Interpretasi Eksudat
∆𝐴𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Total Protein= ∆𝐴𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 x 100
0,098
=0,956 x 100
BAB IV
PEMBAHASAN
Adapun ciri ciri cairan transudat adalah cairan jernih, wana kuning muda,
berat jenis <1015, tidak berbau, bekuan (-), ph > 7,31. Sedangkan ciri-ciri cairan
eksudat meliputi cairan keruh berwarna kuning kehijauan atau merah coklat atau
putih susu, berat jenis > 1015, berbau, bekuan (+), dan pH <7,31.5
b. Seropurulen
c. Serosanguinis
d. Putrid
e. Purulent
f. Serofibrinous
Salah satu keadaan dimana terjadi peningkatan cairan pada rongga pleura
adalah efusi pleura. Efusi pleura merupakan akumulasi cairan yang bertambah
pada ruang pleura antara lapisan pleura parietal dan pleura viseral paru. Pada
orang sehat hanya terdapat 5-10 ml cairan serous di ruang pleura yang
disekresikan sekitar 0,01 mL/kg/jam oleh lapisan pleura parietal dan diabsorpsi
kembali oleh aliran limfatik lapisan pleura parietal. Efusi pleura dapat terjadi
oleh beberapa mekanisme seperti peningkatan produksi cairan pleura,
penurunan absorpsi cairan akibat perubahan tekanan hidrostatik kapiler,
perubahan tekanan osmotik koloid dan adanya tekanan negatif intratorak.
Mekanisme timbulnya efusi pleura tersebut disebabkan oleh beberapa penyakit
yang mendasarinya seperti penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit hati,
infeksi paru, trauma torak dan lain-lain. Infeksi paru dapat disebabkan oleh
penyakit tuberkulosis, pneumonia, parasit dan virus. Efusi pleura dibedakan
menjadi eksudat dan transudat berdasarkan penyebabnya.
Transudat terjadi sebagai akibat proses bukan radang oleh gangguan
kesetimbangan cairan badan sedangkan eksudat memiliki hubungan dengan
salah satu proses peradangan. Gangguan jantung dan hepar merupakan
penyebab tersering timbulnya cairan transudat, sedangkan cairan eksudat
tersering disebabkan karena pneumonia, emboli pulmonal, penyakit
gastrointestinal dan keganasan paru. Ciri-ciri transudat salah satunya adalah
kadar proteinnya kurang dari 2,5 g/dL sedangkan eksudat lebih dari 4,0 g/dL.
Karena memiliki perbedaan pada kadar proteinnya maka transudat dan eksudat
dapat dibedakan dengan menggunakan uji kimia yaitu uji penentuan kadar
protein.
Pada uji penentuan kadar protein hal pertama yang dilakukan adalah
sediakan tiga buah tabung reaksi. Tabung 1 untuk blanko, Tabung 2 untuk
standar dan tabung 3 untuk sampel. Masukkan masing-masing reagen ke
masing-masing tabung sebanyak 1 mL. Masukkan standar protein ke dalam
tabung 2 sebanyak 20 μL. Kemudian masukkan sampel ke dalam tabung 3
sebanyak 20 μL. Kocok masing-masing tabung dan diamkan selama 10 menit
pada suhu ruangan. Baca dengan spektofotometer dengan panjang gelombang
546 nm untuk menentukan absorbansi standar dan sampel. Kemudian hitung
total protein dengan menggunakan rumus.
Pada praktikum kali ini didapatkan total protein sebesar 12,32 g/dL.
Angka tersebut memberikan arti bahwa sampel yang diuji merupakan eksudat.
Dimana eksudat memiliki kadar protein lebih dari 4,0 g/dL. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pemilik cairan sampel ini mengalami salah satu jenis
peradangan yang dampaknya meningkatkan akumulasi cairan pada rongga
pleuranya. Penyebab tersering timbulnya cairan eksudat adalah karena
pneumonia dan emboli pulmonal. Jadi dapat ditarik pernyataan bahwa pemilik
sampel mengalami efusi pleura eksudat. Dimana Efusi pleura merupakan
akumulasi cairan yang bertambah pada ruang pleura antara lapisan pleura
parietal dan pleura viseral paru. Untuk penatalaksanaannya adalah dengan
mengeluarkan cairan dari ruang pleura, kemudian tatalaksana penyakit yang
mendasarinya.7
4.3 Pemeriksaan Mikroskopis
Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel darah
putih. Didalam darah manusia, darah normal didapat jumlah leukosit dengan rata-
rata 4000-10000 sel/mm. Dilihat dengan mikroskop, maka sel darah putih
mempunyai granula spesifik (granulosit), yang dalam keadaan hidup berupa
tetesan setengah cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang
bervariasi, yang tidak mempunyai granula, sitoplasmanya homogen dengan inti
bentuk bulat.8
Terdapat dua jenis leukosit agranuler, yaitu : limfosit sel kecil, sitoplasma
sedikit, monosit sel agak besar mengandung sitoplasma lebih banyak. Terdapat
tiga jenis leukosit granuler, yaitu : netrofil, basofil dan asidofil (eosinofil) yang
9
dapat dibedakan dengan afinitas granula terhadap zat warna netral basa dan asam.
Jumlah leukosit dapat dihitung pada cairan pleura. Jumlah leukosit pada
cairan pleura hampir sama jumlahnya dengan jumlah leukosit yang ada pada
darah. Untuk cairan pleura yang bersifat agak keruh, pilih pengenceran yang
sesuai, salah satunya ialah NaCl 0,9 %. Cairan yang berupa transudate
mengandung jumlah sel sebanyak kurang dari 500 sedangkan cairan yang berupa
eksudat mengandung jumlah leukosit lebih dari 500.10
Pada praktikum didapatkan jumlah leukosit yaitu 7200. Hal ini menunjukkan
bahwa cairan tersebut adalah eksudat.
4.4 Pemeriksaan glukosa.
Gula darah adala istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah.
Konsentrasi gula darah atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di dalam tubuh.
Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber energi untuk sel-sel tubuh.
Meskipun disebut sebagi gula darah, selain glukosa, ditemukan juga jenis-jenis gula
lainnya, seperti glukosa dan galaktosa. Namun demikian, hanya tingkatan glukosa yang
diatur insulin.11
Pada praktikum yang telah di lakukan di dapatkan nilai absorbansi pada standar
glukosa sebesar 0,956 dan nilai absorbansi pada sampel glukosa sebesar 0,098.
Kemudian total glukosa yang di dapat ialah 10.251 mg/dl. Perlu di ketahui, darah yang
kami pakai selama praktikum adalah darah kambing. Kadar glukosa darah pada pada
kambing normalnya yaitu 50-80 mg/dl.. Ini menunjukkan hasil tersebut sangat jauh dari
rentang normal glukosa kambing. Perbedaan ini mungkin bisa terjadi karena adanya
kesalahan saat praktikum di lakukan.
BAB V
KESIMPULAN
5.1.Pemeriksaan Makroskopis
Dari hasil pemeriksaan makroskopis, sampel cairan pleura merupakan cairan eksudat
karena memenuhi kriteria yaitu keruh dan berwarna kuning
5.2.Pemeriksaan Kimia
5.2.1. Uji Rivalta
Hasil uji rivalta terbentuk kabut keruh saat sampel ditetes. Ddapat disimpulkan sampel
merupakan cairan eksudat.
Uji protein memberikan hasil 12,32 g/dl dan dapat disimpulkan bahwa sampel
merupakan ciaran eksudat. Kriteria kadar protein cairan eksudat yaitu melebihi 4,0 g/dL.
5.3.Pemeriksaan Mikroskopis
Dari pemeriksaan mikroskopis cairan pleura, didapat total leukosit adalah 7200. Dapat
disimpulkan bahwa sampel merupakan cairan eksudat karena memenuhi kriteria yaitu
terdapat lebih dari 500 sel pada cairan eksudat.
Dari pemeriksaan glukosa sampel darah kambing didapatkan hasil 10.251 mg/dl. Nilai
normal glukosa darah kambing adalah 50-80 mg/dl. Nilai yang didapat diduga terdapat
kesalahan selama melakukan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
8. Tortora G, Derrikson B. Principles of Anatomy & Physiology Tortora. 14th ed. USA:
WILEY; 2014.
9. Hall JE. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. 13th ed. Philadhelphia:
Elsevier; 2016.
10. Sherwod L. Human Physiology from Cell to Systems. 8th ed. Belmont: Cencage
Learning; 2013.
11. Girindra A. Biokimia 1. Jakarta : Gramedia. 2001
Pemeriksaan Glukosa
Pemeriksaan Mikroskopi
Bakterioskopi
Pemeriksaan Rivalta
Pemeriksaan protein