MODUL MUSKULOSKELETAL
Disusun Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2018
Pendahuluan
Otot skelet membuat manusia dapat melakukan gerakan secara sadar (volunteer) seperti duduk,
berjalan, mengangkat barang, dan berbicara. Otot skelet ini dihubungkan dengan dua sendi melalui
tendon yang terdapat pada periosteum tulang. Otot skelet mengandung ratusan sampai ribuan serabut
otot yang biasanya menimbulkan tegangan otot atau gaya pada otot1.
Potensial aksi terjadi secara cepat melalui proses depolarisasi dan repolarisasi. Potesial aksi
mengakibatkan otot-otot berkontraksi. Potensial aksi tunggal akan mmenyebabkan peningkatan
tegangan otot yang berlangsung selama 100 milidetik atau kurang dan kejadian ini biasa disebut dengan
kontraksi tunggal. Apabila potensial aksi kedua muncul sebelum respon terhadap potensial aksi pertama
selesai, tegangan tersebut akan dijumlahkan dan dapat menghasilkan respon yang lebih besar. Ketika
otot menerima potensial aksi yang terus menerus dan saling tumpang tindih maka otot akan mengalami
sumasi yang lebih besar dengan tingkat tegangan yang bergantung pada laju perangsangan. Apabila
laju perangsangan cukup cepat, maka sentakan tersebut akan lepas menjadi kontraksi yang bertahan
lama yang disebut tetani2.
Kekuatan kontraksi otot dipengaruhi oleh tingkat kepekaan saraf yang menginervasinya, cara
perangsangan serta beban yang diberikan kepada otot tersebut. Pembebanan pada otot dapat diberikan
sebelum otot berkontraksi maupun setelah otot berkontraksi yang nantinya akan memberikan pengaruh
yang berbeda terhadap kerja otot dan kekuatan kontraksi2.
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memahami mekanisme kerja otot skeletal secara fisiologis.
Name: Activity 1
Exercise 2: Skeletal Muscle Physiology: Activity 1: The Muscle Twitch and the Latent Period Lab Report
5. A twitch is
You correctly answered: a. one contractile response to a single action potential.
Experiment Results
Predict Question:
Predict Question: Will changes to the stimulus voltage alter the duration of the latent period?
Your answer : b. No, changing the stimulus voltage will not change the latent period duration.
Experiment Data:
Voltage Length Active Force Passive Force Total Force Latent Period
0.0 75 0.0 0.0 0.0 ----
3. The graded depolarization in the skeletal muscle fiber that is elicited in response to one action potential from
the motor neuron is called
You correctly answered: c. an EPP (end-plate potential).
6. Which of the following correctly matches the twitch phase with its definition?
You correctly answered: d. the contraction phase: the time between the end of the latent period and peak muscle
tension
Review Sheet Results
Review Sheet Results
1. Define the terms skeletal muscle fiber, motor unit, skeletal muscle twitch, electrical stimulus, and latent
period.
Your answer:
o Skeletal muscle fibers: satu sel otot rangka.1
o Skeletal motor unit: Semua serabut otot yang dipersarafi oleh satu serat saraf.2
o Skeletal muscle twitch : satu potensial aksi disebuah serat otot yang menghasilkan kontraksi singkat
lemah.1
o Electrical stimulus : membuat otot berkontraksi.1
o Latent period : penundaan waktu antara beberapa milidetik antara stimulasi dan awitan kontraksi.1
2. What is the role of acetylcholine in a skeletal muscle contraction?
Your answer:
Otot rangka dirangsang untuk berkontraksi oleh pelepasan asetilkolin (Ach) di taut neuromuskulus antara
terminal neuron motoric dan serat otot. Pengikatan Ach dengan cakram motorik suatu serat otot
menyebabkan perubahan permeabilitas di serat otot, menghasilkan potensial aksi yang dihantarkan ke
seluruh permukaan membran sel otot. 1
3. Describe the process of excitation-contraction coupling in skeletal muscle fibers.
Your answer:
Serangkaian proses yang mengaitkan eksitasi otot (adanya potensial aksi di serat otot) dengan kontraksi
otot (aktivitas jembatan silang yang menyebabkan filamen-filamen tipis yang bergeser bersama untuk
memperpendek sarkomer).1
4. Describe the three phases of a skeletal muscle twitch.
Your answer:
o Periode laten : penundaan waktu antara beberapa milidetik antara stimulasi dan awitan kontraksi.1
o Kontraksi: waktu dari awitan kontraksi hingga pembentukan tegangan puncak. Waktu kontraksi
bervariasi dari 5 hingga 50 mdett, meskipun waktu ini bervariasi bergantung pada jenis serat otot.
Respons kontraksi belum berakhir hingga kantong lateral menyerap kembali semua Ca2+ yang
dibebaskan sebagai respons terhadap potensial aksi.1
o Relaksasi : waktu antara tegangan puncak hingga relaksasi sempurna. Waktu relaksasi bervariasi dari
15 hingga 50 mdet, juga bergantung pada jenis serat otot. Karena itu respons kontraktil keseluruhan
terhadap satu potensial aksi dapat berlangsung dari 30 mdet pada serat kontraksi cepat hingga 100 mdet
atau lebih pada serat kontraksi lambat.1
5. Does the duration of the latent period change with different stimulus voltages? How well did the results
compare with your prediction?
Your answer: tidak. Karena dalam percobaan dan prediksi sudah sesuai. Yaitu dilihat dari percobaan ketika
menaikkan tegangan dari 4 v menjadi 6 v dan terus ditambah 2 v sampai 10 v periode latennya tetap sama.
6. At the threshold stimulus, do sodium ions start to move into or out of the cell to bring about the membrane
depolarization?
Your answer: Terbukanya kanal berpintu asetilkolin memungkinkan sejumlah besar ion natrium untuk
berdifusi ke bagian dalam membran serabut otot. Hal ini menyebabkan depolarisasi setempat yang
kemudian menyebabkan pembukaan kanal natrium berpintu listrik2
Name: Activity 2
Exercise 2: Skeletal Muscle Physiology: Activity 2: The Effect of Stimulus Voltage on Skeletal Muscle
Contraction Lab Report
1. Skeletal muscle fibers are innervated (stimulated) by You correctly answered: c. motor neurons.
3. In resting skeletal muscle, calcium is stored in You correctly answered: c. the sarcoplasmic reticulum.
6. Enter the threshold voltage for this experiment in the field below and then click Submit Data to record
your answer in the lab report
You answered: 0.8 volts
12. Enter the maximal voltage for this experiment in the field below and then click Submit Data to
record your answer in the lab report.
You answered: 8.5 volts
Experiment Data:
Voltage Length Active Force Passive Force Total Force
10.0 75 1.82 0.0 1.82
Post-lab Quiz Results
You scored 100% by answering 6 out of 6 questions correctly.
3. The ________ is the minimal stimulus needed to cause a depolarization of the muscle plasma
membrane (sarcolemma).
4. By definition, the ________ is the amount of stimulus required to successfully recruit all the
muscle fibers into developing active force.
You correctly answered: c. maximal voltage
Peningkatan tegangan stimulus pada otot rangka menyebabkan gaya total yang diproduksi oleh otot
meningkat. Seperti yang sudah diprediksikan, gaya aktif meningkat secara terus menerus, tetapi ketika
tegangan maksimum tercapai maka tidak terjadi peningkatan.
Perubahan gaya pada keseluruhan otot tercapai secara in vivo, tempat satuan motorik dikerahkan untuk
meningkatkan gaya total pada otot yang diproduksi. Awalnya, arus listrik harus mengalir melewati ambang
letup. Ketika stimulus yang berupa tegangan melewati batas ambang letup maka akan terbentuk gaya pada
keseluruhan otot. Gaya akan meningkat menjadi lebih kuat dengan stimulus tegangan yang lebih tinggi
sampai mencapai batas maksimumnya.
3. What happened in the isolated skeletal muscle when the maximal voltage was applied?
Your answer:
Otot rangka merupakan jaringan yang membawa arus listrik paling besar karena otot rangka memiliki
proporsi volum yang paling besar dibandingkan jaringan lainnya. Semakin besar arus listrik yang memasuki
tubuh maka semakin parah kerusakan organ dalam. Jumlah arus listrik yang memasuki tubuh dipengaruhi
oleh variabel-variabel elektrofisik, yaitu besar tegangan listrik, besar tahanan jaringan tubuh, lama kontak
dan luas kontak dengan listrik, medium air (kadar elektrolit dan suhu air) yang dilalui arus listrik.5
Semua serat otot pada otot rangka terdepolarisasi dan seluruhnya menghasilkan gaya aktif. Semua serat otot
berperan dalam menciptakan tegangan maksimum.
Name: Activity 3
Exercise 2: Skeletal Muscle Physiology: Activity 3: The Effect of Stimulus Frequency on Skeletal Muscle
Contraction Lab Report
4. When a skeletal muscle is repetitively stimulated, twitches can overlap each other and result in a
stronger muscle contraction than a stand-alone twitch. This phenomenon is known as
You correctly answered: a. increasing the stimulus frequency (the rate of stimulus delivery to the muscle).
6. Wave summation increases the force produced in the muscle. Another way to increase the force produced by
a muscle is to
Predict Question:
Predict Question 1: As the stimulus frequency increases, what will happen to the muscle force generated
with each successive stimulus? Will there be a limit to this response?
Your answer : d. As the stimulus frequency increases, the muscle force generated by each successive
stimulus will first increase and then decrease as the stimulus frequency becomes very high.
Predict Question 2: In order to produce sustained muscle contractions with an active force value of 5.2 grams, do you
think
Your answer : b. no
Was there any change in the force generated by the muscle during the second stimulated twitch?
You correctly answered: c. Yes, the second twitch generated more muscle force.
Is the total muscle force generated by the higher frequency stimulation greater than the force generated in
previous stimulations?
Does the force generated by the muscle change with each additional stimulus?
You correctly answered: b. As the stimulus frequency increased, the muscle tension generated by each successive
stimulus also increased, and a limiting maximum value was observed.
Experiment Data:
1. Which of the following is not one of the ways that the body can increase the force produced by a
skeletal muscle? You correctly answered: d. application of higher voltages to the whole muscle
2. When a muscle receives a stimulus frequency that causes non-overlapping twitches to follow each other
closely in time such that the peak tension of each twitch rises in a stepwise fashion up to a plateau value,
the result is known as
3. In this experiment the isolated skeletal muscle was repetitively stimulated such that individual twitches
overlapped with each other and resulted in a stronger muscle contraction than a standalone twitch. This
phenomenon is known as
You correctly answered: a. increasing the rate of stimulus delivery (frequency) to the muscle.
Review Sheet Results
stimulus intensity merujuk pada intensitas/kuatnya stimulus, sedangkan stimulus frequency merujuk pada
frekuensi dari stimulus yang diberikan.1
2. In this experiment you observed the effect of stimulating the isolated skeletal muscle multiple times in a
short period with complete relaxation between the stimuli. Describe the force of contraction with each
subsequent stimulus. Are these results called treppe or wave summation?
Your answer:
Ketika memberi stimulasi dengan jarak antar stimulasi terjadi periode di mana terjadi relaksasi sempurna pada otot
rangka, gaya yang dihasilkan antara setiap stimulus menunjukkan peningkatan. Hasil ini dinamakan treppe.
Treppe bukanlah bentuk kontraksi bergradasi otot. Ini adalah fenomena pemanasan di mana ketika sel-sel otot
awalnya dirangsang ketika dingin, mereka akan menunjukkan respon secara bertahap meningkat sampai mereka
telah menghangat. Fenomena ini disebabkan oleh meningkatnya efisiensi gerbang ion karena mereka berulang kali
dirangsang. Treppe dapat dibedakan dari sumasi quantal karena kekuatan stimulus tetap sama dalam treppe, tetapi
terjadi peningkatan peningkatan dalam sumasi quantal.6
3. How did the frequency of stimulation affect the amount of force generated by the isolated skeletal muscle
when the frequency of stimulation was increased such that the muscle twitches did not fully relax between
subsequent stimuli? Are these results called treppe or wave summation? How well did the results compare
with your prediction?
Your answer:
Stimulasi multipel yang diberikan sebelum otot sempat mengalami relaksasi sempurna menunjukkan
peningkatan pada setiap pemberian stimulasi. sehingga semakin tinggi frekuensi diberikan stimulus yang
overlapping dengan stimulus yang lain juga akan meningkatkan gaya yang dihasilkan. Hasil ini dinamakan wave
summation. Hasil tidak sesuai dengan prediksi sebelumnya, tidak terjadi penurunan gaya yang dihasilkan seiring
pemberian stimulus multipel.
Kedua kedutan dari dua potensial aksi dijumlahkan untuk menghasilkan tegangan serat yang lebih besar daripada
yang dihasilkan oleh satu potensial aksi, suatu proses yang disebut penjumlahan kedutan (wave summation).
Penjumlahan kedutan hanya dapat terjadi karena durasi potensial aksi (1 hingga 2 mdet) jauh lebih singkat daripada
durasi kedutan yang ditimbulkannya (30 hingga 100 mdet). Setelah terbentuk suatu potensial aksi, akan timbul
periode refrakter singkat saat tidak dapat terjadi potensial aksi berikutnya. Karena itu, penjumlahan potensial aksi
tidak dapat terjadi. Membran harus kembali ke potensial istirahatnya dan pulih dari periode refrakter sebelum
potensial aksi berikutnya dapat terjadi. Namun, karena potensial aksi dan periode refrakter telah selesai jauh
sebelum kedutan otot yang ditimbulkannya berakhir, serat otot dapat dirangsang kembali selagi sebagian aktivitas
kontraksi masih berlangsung, untuk menghasilkan penjumlahan respons mekanis.1
4. To achieve an active force of 5.2 g, did you have to increase the stimulus voltage above 8.5 volts? If not,
how did you achieve an active force of 5.2 g? How well did the results compare with your prediction?
Your answer:
Hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan prediksi sebelumnya bahwa untuk mencapai gaya aktif 5,2 gram perlu
dilakukan peningkatan stimulus voltage. Untuk mencapai gaya aktif 5,2 gram dilakukan dengan meningkatkan
frekuensi diberikan stimulus dan bukan dengan meningkatkan stimulus voltage.
Berbagai faktor memengaruhi kekuatan tegangan yang dapat dicapai. Faktor-faktor tersebut mencakup: Frekuensi
rangsangan; Panjang serat pada awal kontraksi; Tingkat kelelahan; dan Ketebalan serat.1
9. Compare and contrast frequency-dependent wave summation with motor unit recruitment (previously observed
by increasing the stimulus voltage). How are they similar? How was each achieved in the experiment? Explain how
each is achieved in vivo.
Your answer:
Keduanya memberi peningkatan pada gaya aktif yang dihasilkan. Namun frequency-dependent wave summation
meningkatkan gaya aktif dengan memperbanyak frekuensi pemberian stimulus sedangkan motor unit recruitmen
meningkatkan gaya yang dihasilkan dengan meningkatkan jumlah dari serat-serat motorik (muscle fibers) yang
diaktifkan dengan cara meningkatkan voltasi.1
Untuk mencapai nya dalam eksperimen pada recruitment dapat dilakukan dengan meningkatkan voltasi yang
diberikan dengan alat pengaturnya, sedangkan pada frequency-dependent wave summation dapat diwujudkan
dengan pemberian stimulus berkali-kali. 1
Pada kondisi in vivo hal ini dapat dicapai pada rekruitmen ketika otot-otot menahan berat tubuh terhadap gaya
gravitasi, tubuh akan secara bergantian mengaktivasikan serat-serat otot sehingga tidak terjadi kelelahan otot. Wave
summation hanya dapat terjadi karena durasi potensial aksi (1 hingga 2 mdet) jauh lebih singkat daripada durasi
kedutan yang ditimbulkannya (30 hingga 100 mdet). Setelah terbentuk suatu potensial aksi, akan timbul periode
refrakter singkat saat tidak dapat terjadi potensial aksi berikutnya. Karena itu, penjumlahan potensial aksi tidak
dapat terjadi. Membran harus kembali ke potensial istirahatnya dan pulih dari periode refrakter sebelum potensial
aksi berikutnya dapat terjadi. Namun, karena potensial aksi dan periode refrakter telah selesai jauh sebelum kedutan
otot yang ditimbulkannya berakhir, serat otot dapat dirangsang kembali selagi sebagian aktivitas kontraksi masih
berlangsung, untuk menghasilkan penjumlahan respons mekanis.1
Name: Activity 4
Exercise 2: Skeletal Muscle Physiology: Activity 4: Tetanus in Isolated Skeletal Muscle Lab Report
2.Which of the following distinguishes a state of unfused tetanus from a state of complete (fused) tetanus?
You correctly answered: d. Muscle tension increases and decreases during a state of unfused tetanus.
3.When the stimulus frequency reaches a value beyond which no further increases in force are generated by
the muscle,the muscle has reached its
You correctly answered: a. maximal tetanic tension.
Experiment Results
Predict Question:
Predict Question: As the stimulus frequency increases further, what will happen to the muscle tension and
twitch appearance with each successive stimulus? Will there be a limit to this response?
Your answer : b. As the stimulus frequency increases, the muscle tension generated by each successive stimulus
will increase. There will be a limit to this increase.
How does the trace at 130 stimuli/sec compare with the trace at 50 stimuli/sec?
You correctly answered: b. Fused tetanus develops at this greater stimulus frequency.
How do the traces with 146–150 stimuli per second compare with the trace at 130 stimuli per second?
You correctly answered: d. Maximal tetanic tension develops with these very high stimulation frequencies.
Experiment Data:
Voltage Length Stimuli/sec Active Force Passive Force Total Force
8.5 75 50 5.12 0.0 5.12
8.5 75 130 5.88 0.0 5.88
8.5 75 140 5.91 0.0 5.91
8.5 75 142 5.92 0.0 5.92
8.5 75 144 5.94 0.0 5.94
8.5 75 146 5.95 0.0 5.95
8.5 75 148 5.95 0.0 5.95
8.5 75 150 5.95 0.0 5.95
Post-lab Quiz Results
You scored 100% by answering 3 out of 3 questions correctly.
2. Which of the following distinguishes a state of unfused tetanus from a state of complete (fused) tetanus?
You correctly answered: d. Muscle tension increases and decreases between different values for an unfused
tetanus.
3. When the stimulus frequency reaches a value beyond which no further increases in force are generated
by the muscle,the muscle has reached its
You correctly answered: a. maximal tetanic tension.
Review Sheet Results
1. Describe how increasing the stimulus frequency affected the force developed by the isolated whole skeletal
muscle inthis activity. How well did the results compare with your prediction?
Your answer:
Kerusakan otot berupa titik hiperkontraksi dapat diakibatkan karena adanya kontraksi menetap dari serabut otot
akibat adanya arus bolak-balik pada frekuensi tertentu yang melintasi otot tanpa mengubah transmembran
potensial untuk menaikkan aksi potensial.7
Peningkatan frekuensi stimulus terjadi ketika tegangan otot dihasilkan oleh setiap gaya suksesif dan mempunyai
batasannya, seperti yang sudah diprediksikan.
2. Indicate what type of force was developed by the isolated skeletal muscle in this activity at the following
stimulus frequencies: at 50 stimuli/sec, at 140 stimuli/sec, and above 146 stimuli/sec.
Your answer:
Semakin cepat rangsangan yang diberikan pada serat otot maka otot tidak mendapat kesempatan untuk berelaksasi
di antara rangsangan sehingga timbul kontraksi menetap dengan kekuatan maksimal yang disebut tetanus.1
Saat fekuensi stimulus 50 stimulus/detik, gaya yang dihasilkan menyebabkan serat-serat otot tidak berelaksasi
sepenuhnya sebelum stimulus berikutnya diberikan (tetanus tidak sempurna). Tegangan otot meningkat dan
menurun pada nilai yang berbeda.
Saat fekuensi stimulus 140 stimulus/detik, gaya yang dihasilkan menyebabkan serat-serat otot tidak berelaksasi
antarstimulus dan terjadi pada stimulus yang tinggi (tetanus sempurna). Tegangan otot tetap.
Saat fekuensi stimulus lebih dari 146 stimulus/detik, gaya yang dihasilkan menyebabkan tegangan tetanus
maksimum pada nilai tertinggi.
3. Beyond what stimulus frequency is there no further increase in the peak force? What is the muscle tension
called at thisfrequency?
Your answer:
Pada keadaan pre loaded, otot mampu menahan beban yang lebih besar karena sebelumnya otot sudah diberi beban
terlebih dahulu sehingga otot dapat menyesuaikan dengan beban yang telah diberikan. Dengan demikian, ketika
otot diberi rangsangan otot maka otot dapat berkontraksi lebih besar. Sementara itu, pada after loaded, otot terlebih
dahulu berkontraksi sebelum diberi beban sehingga otot tidak dapat menyesuaikan dengan berat beban yang
diberikan. Hal tersebut berpengaruh pada kekuatan kontraksi otot.8
Exercise 2: Skeletal Muscle Physiology: Activity 5: Fatigue in Isolated Skeletal Muscle Lab Report
1. When skeletal muscle twitches fuse so that the peaks and valleys of each twitch become
indistinguishable from each other, the muscle is in a state known as
You correctly answered: d. complete (fused) tetanus.
2. When the stimulus frequency reaches a value beyond which no further increase of skeletal muscle force
can occur, the muscle has reached its
You correctly answered: c. maximal tetanic tension.
3. A decline in a muscle's ability to maintain a constant level of force, or tension, after prolonged, repetitive
stimulation is called
You correctly answered: c. fatigue.
4. Which of the following is not thought to be a contributing factor to the development of fatigue?
You correctly answered: a. buildup of Ca2+ in the muscle fibers
Experiment Results
Predict Question:
Predict Question: If the stimulator is briefly turned off for defined periods of time, what will happen to the
length of time that the muscle is able to sustain maximal developed tension when the stimulator is turned on
again?
Your answer : b. The length of the rest period will proportionately increase the length of time for sustained muscle
tension.
Why did the length of the intervening rest period affect the length of time the skeletal muscle can maintain
maximum tension once the stimulator is turned on again?
You correctly answered: c. Intracellular concentrations of ADP and Pi declined during the rest period.
Experiment Data:
Voltage Stimuli/sec Rest Period (sec) Active Force (g) Sustained Maximal Force
(sec)
8.5 120 0 5.86 10
3. A decline in a muscle's ability to maintain a constant level of force, or tension, after prolonged, repetitive
stimulation is called
You correctly answered: c. fatigue.
4. During fatigue
You correctly answered: c. the number of active cross bridges begins to decline although the rate of
stimulus delivery (frequency) remains constant.
3. Turning the stimulator off allows a small measure of muscle recovery. Thus, the muscle will produce
more force for a longer time period if the stimulator is briefly turned off than if the stimuli were allowed to
continue without interruption. Explain why this might occur. How well did the results compare with your
prediction?
Your answer:
Selama masa pemulihan dihasilkan pasokan segar ATP oleh fosforilasi oksidatif dengan menggunakan O2 yang
baru diperoleh melalui peningkatan bernapas setelah olahraga dihentikan. Sebagian besar ATP ini digunakan
untuk menyintesis kembali kreatin fosfat untuk mengembalikan persediaannya. Hal ini dapat dicapai dalam
hitungan menit. Semua laktat yang menumpuk diubah kembali menjadi piruvat, yang sebagian digunakan oleh
sistem fosforilasi oksidatifuntuk menghasilkan ATP. Sisa piruvat diubah kembali menjadi glukosa oleh hati.
Sebagian besar glukosa ini nantinya digunakan untuk mengganti simpanan glikogen yang terkuras dari otot dan
hati selama olahraga. Berbagai reaksi biokimia yang melibatkan piruvat ini memerlukan O2 dan berlangsung
beberapa jam. Karena itu, EPOC (excess postexercise oxygen consumption) memberikan O2 yang dibutuhkan
untuk memulihkan sistem kreatin fosfat, membersihkan laktat, dan paling tidak secara parsial memulihkan
simpanan glikogen1.
4. List a few ways that humans could delay the onset of fatigue when they are vigorously using their
skeletal muscles. Your answer:
1. Latihan daya tahan aerobik yang teratur, misalnya jogging jarak jauh atau berenang, memicu perubahan
metabolik di dalam serat oksidatif, yaitu serat yang terutama direkrut selama olahraga aerobik. Sebagai contoh,
jumlah mitokondria dan jumlah kapiler yang menyalurkan darah ke serat-serat tersebut meningkat. Otot-otot
yang telah beradaptasi dapat menggunakan O2 secara lebih efisien dan karenanya lebih tahan melakukan
aktivitas berkepanjangan tanpa kelelahan1.
2. Semua serat otot dalam satu unit motorik bertipe serat yang sama. Pola ini biasanya tercipta pada awal
kehidupan, tetapi kedua tipe serat kedut cepat dapat saling dipertukarkan, bergantung pada upaya latihan- yaitu
serat glikolitik cepat dapat diubah menjadi serat oksidatif cepat, demikian sebaliknya, bergantungpada jenis
kebutuhan yang secara berulang dikenakan kepada mereka. Perubahan adaptif pada otot rangka secara
bertahap kembali ke keadaan semula dalam waktu beberapa bulan jika program latihan teratur yang memicu
perubahan tersebut dihentikan1.
Ukuran sebenarnya otot dapat ditingkatkan dengan latihan-latihan resistensi anaerob berintensitas tinggi dan
berdurasi singkat, misalnya angkat beban. Pembesaran otot yang terjadi terutama disebabkan oleh mening-
katnya garis tengah (hipertrofi) serat-serat glikolitik cepat yang diaktifkan selama kontraksi-kontraksi kuat
tersebut. Sebagian besar penebalan serat disebabkan oleh meningkatnya sintesis filamen aktin dan miosin, yang
memungkinkan peningkatan kesempatan interaksi jembatan silang dan, karenanya peningkatan kekuatan
kontraktil otot1
Name: Activity 6
Exercise 2: Skeletal Muscle Physiology: Activity 6: The Skeletal Muscle Length-Tension Relationship
Lab Report
2. Active force
You correctly answered: b. is determined by the amount of myosin bound to actin.
3. When you generate the isometric length-tension curve, which of the following forces will not be
indicated on your screen?
You correctly answered: c. tetanic force
Experiment Data:
4. Which of the following is not depicted in a typical skeletal muscle isometric length-
tension curve? You correctly answered: a. time
3. Based on the unique arrangement of myosin and actin in skeletal muscle sarcomeres,
explain why active force varies with changes in the muscle's resting length.
Your answer:
Gaya aktif bergantung pada laju gabungan antara aktin dan miosin. jika panjang istirahat
dari otot dipersingkat, ada lebih banyak aktin yang terikat pada miosin yang meningkatkan
kekuatan aktif.
4. What skeletal muscle lengths generated passive force? (Provide a range.)
Your answer:
80-100 mm muscle lenght.
5. If you were curling a 7-kg dumbbell, when would your bicep muscles be contracting
isometrically?
Your answer:
Dalam situasi ketika otot-otot bisep memperbaiki panjangnya, sebagai contoh ketika
mencoba mengangkat benda yang terlalu berat tegangan yang kita mampu bentuk di otot-
otot lengan lebih kecil dari yang dibutuhkan untuk mengangkat benda tersebut dalam hal
ini otot tidak dapat memendek dan mengangkat benda tetapi panjangnya konstan meskipun
terbentuk tegangan. Selain itu terjadi ketika beban terlalu berat, kontraksi isometric terjadi
ketika tegangan yang dibentuk di otot secara sengaja di buat lebih kecil daripada yang
dbutuhkan untuk memindahkan benda. Tujuannya untuk menjaga panjang otot tetap
meskipun otot tersebut dapat menghasilkan tengangan yang lebih besar.1
Name: Activity 7
Exercise 2: Skeletal Muscle Physiology: Activity 7: Isotonic Contractions and the Load-Velocity
Relationship Lab Report
Experiment Data:
2. Which of the weights induced the longest latent period of the muscle
contraction? You correctly answered: c. 1.5-g weight
3. Which weight did the muscle contraction move the greatest distance?
You correctly answered: a. 0.5-g weight
2. Explain why the latent period became longer as the load became heavier in the experiment. How well
did the results compare with your prediction?
Your answer:
Penundaan waktu beberapa milidetik antara stimulasi dan awitan kontraksi ini disebut periode laten.1 Periode
laten sendiri mencakup waktu yang diperlukan oleh impuls untuk berpindah dari PS pada saraf hingga ke
neuromuskular junction, transmisi neuromuscular, fenomena excitation-contraction coupling, runtutan reaksi
kimia untuk terjadinya kontraksi otot hingga pada proses pembentukan tegangan otot.2
Dalam kasus ini yang diperhatikan adalah waktu yang diperlukan dalam pembentukan tegangan otot, Tegangan
diproduksi secara internal di dalam sarkomer, yang dianggap sebagai komponen kontraktil otot, akibat aktivitas
jembatan silang dan pergeseran filamen yang terjadi. Pada saat terjadinya aktivitas jembatan silang ini diduga
bahwa beban yang besar mungkin dapat memengaruhi kecepatan jembatan silang untuk mengayuh, sehingga
menyebabkan periode laten menjadi meningkat seiring bertambahnya berat beban.1
Hasil sesuai dengan prediksi bahwa akan terjadi peningkatan pada periode laten seiring bertambahnya berat beban.
3. Explain why the shortening velocity became slower as the load became heavier in this experiment.
How well did the results compare with your prediction?
Your answer:
Mungkin karena diperlukan waktu lebih lama bagi jembatan silang untuk mengayuh melawan beban yang lebih
besar. Hubungan antara beban dan kecepatan pemendekan sendiri merupakan sifat mendasar dari otot. Selama
kontraksi konsentrik, semakin besar beban, semakin rendah kecepatan saat sebuah serat otot (atau sejumlah konstan
serat-serat yang berkontraksi di dalam suatu otot) memendek. Kecepatan pemendekan maksimal jika tidak terdapat
beban eksternal, secara progresif menurun dengan bertambahnya beban, dan turun hingga nol (tidak terjadi
pemendekan—kontraksi isometrik) ketika beban tidak dapat diatasi oleh tegangan maksimal.1
Hasil sesuai dengan prediksi bahwa akan terjadi penurunan shortening velocity (kecepatan pemendekan) otot
seiring bertambahnya berat beban.
4. Describe how the shortening distance changed as the load became heavier in this experiment. How well
did the results compare with your prediction?
Your answer:
Shortening distance mengalami penurunan seiring bertambahnya berat beban. Hal ini disebabkan karena
pada beban yang semakin berat menyebabkan filamen tipis (aktin) semakin sulit untuk digerakkan
sehingga Shorthening distance juga tidak dapat mencapai hasilnya secara maksimum.3 Hasil sesuai
dengan prediksi sebelumnya bahwa akan terjadi penurunan shortening distance.
5. Explain why it would take you longer to perform 10 repetitions lifting a 10-kg weight than it would to
perform the same number of repetitions with a 5-kg weight.
Your answer:
Hal ini dapat terjadi berhubungan dengan hubungan beban-kecepatan. Anda dapat mengangkat benda-benda
ringan dengan cepat, sementara untuk mengangkat benda yang sangat berat diperlukan waktu lama, kalaupun dapat.
Hubungan antara beban dan kecepatan pemendekan ini adalah sifat mendasar otot, mungkin karena diperlukan
waktu lebih lama bagi jembatan silang untuk mengayuh melawan beban yang lebih besar.1
6. Describe what would happen in the following experiment: A 2.5-g weight is attached to the end of the
isolated whole skeletal muscle used in these experiments. Simultaneously, the muscle is maximally
stimulated by 8.5 volts and the platform supporting the weight is removed. Will the muscle generate force?
Will the muscle change length? What is the name for this type of contraction?
Your answer:
Gaya tetap akan dihasilkan namun tidak menyebabkan beban terangkat. Tidak terjadi perubahan panjang otot.
Kontraksi ini dinamakan kontraksi isometrik. Pada praktikum yang dilakukan menunjukkan bahwa otot yang
diobservasi tidak mampu mengangkat beban 2,5 g. Jika tegangan yang mampu dibentuk di otot-otot lengan lebih
kecil daripada yang dibutuhkan untuk mengangkat benda tersebut (tidak cukup kuat). Dalam hal ini, otot tidak dapat
memendek dan mengangkat benda tetapi panjangnya konstan meskipun terbentuk tegangan sehingga terjadi
kontraksi isometrik ("panjang tetap"). Selain terjadi ketika beban terlalu berat, kontraksi isometrik terjadi ketika
tegangan yang terbentuk di otot secara sengaja dibuat lebih kecil daripada yang dibutuhkan untuk memindahkan
benda. Dalam hal ini, tujuannya adalah untuk menjaga panjang otot tetap meskipun otot tersebut dapat
menghasilkan tegangan yang lebih besar. Kontraksi isometrik submaksimal ini penting untuk mempertahankan
postur (misalnya, menjaga tungkai lurus ketika berdiri) dan menopang benda dalam posisi tetap (misalnya, menahan
minuman di antara isapan).1
Daftar Pustaka
1. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC. 2014.
2. Guyton, A. C., Hall, J. E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta : EGC, 1022. 2014.
3. Praditya BJZY. Pengaruh Penambahan Electrical Muscle Stimulation (Ems) Terhadap
Peningkatan Tonus Otot pada Penderita Delayed Development. Surakarta : Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2013.
4. Lestari TP. Pengaruh Frekuensi Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation Terhadap
Peningkatan Kekuatan Otot Ekstensor Wrist pada Penderita Stroke. Surakarta : Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2014.
5. Syamsun A. Efek Paparan Arus Listrik terhadap Jumlah Titik Hiperkontraksi Otot
Gastrocnemius dan Kadar Kreatin Kinase Serum Tikus Wistar. Semarang : Ilmu Kedokteran
Forensik dan Medikolegal Universitas Diponegoro; 2010.
6. UNM Class Notes - Muscle Contractions and Metabolism [Internet]. [dikutip 10 Desember
2018]. Tersedia pada: http://www.unm.edu/~jimmy/muscle3_notes.htm
7. Zidni S. Hubungan Paparan Arus Listrik Secara Langsung Terhadap Kerusakan
Histopatologik Otot Gastroknemius Tikus Wistar. Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro; 2010.
8. Ganong WF. Review of Medical Physiology. 22th Ed. Los Altos : Appleton and Lange A. Simon
and Schuster Co.; 2005
9. Khurana I. Medical Physiology for Undergraduate Students. S.l.: Elsevier India; 2018.
10. Barrett KE, Ganong WF, editor. Ganong’s review of medical physiology. 24. ed. New York:
McGraw-Hill Med; 2012. 752 hlm. (A Lange medical book).