Disusun Oleh :
Kelompok : 3 KP D
1. Ursula Krisensia S. Yewen - 110123164
2. Kezya Raguel Antoinetta - 110123161
3. Asmaul Husna S. - 110123162
4. Aurellia Rahma S. - 110123166
TAHUN 2023
1
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .......................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Teoritis ................................................................................ 3
1.2 Tujuan Penilitian ........................................................................................... 4
1.3 Manfaat Penilitian ......................................................................................... 4
1.4 Metode Penelitian .......................................................................................... 4
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Teoritis
Pergerakan manusia dihasilkan dari kontraksi otot yang menghasilkan tenaga untuk
menggerakkan bagian tubuh. Pada gerak sadar, sinyal perintah dari pusat sistem saraf
ditransmisikan melalui saraf tulang belakang lalu ke otot untuk menghasilkan gaya Otot .
Gaya otot merupakan jaringan tubuh yang fungsi utamanya adalah berkontraksi. Otot
terbagi menjadi tiga jenis, yaitu : otot polos, otot lurik, dan otot jantung. Pergerakan suatu
organisme maupun pergerakan dari organ dalam organisme tersebut dapat disebabkan oleh
otot. Jaringan otot yang bertanggung jawab atas pergerakan tubuh yaitu terdiri dari sel sel
otot yang dikhususkan untuk melakukan kontraksi dan konduksi (menghantarkan impuls).
Otot adalah jaringan peka yang dapat menimbulkan suatu potensial aksi apabila
mendapat rangsangan. Otot rangka yang menempel pada tulang memiliki fungsi sebagai
system otot yang dapat menggerakkan tubuh. Susunan saraf mengatur aktivitas otot melalui
saraf motorik. Otot rangka terbentuk dari serat – serat yang merupakan balok penyusun
(building bloks) sistem otot. Berat badan manusia terdiri dari 40% otot rangka sedangkan
10% terdiri atas otot polos dan otot jantung. Mekanisme kontraktil otot rangka bergantung
pada protein miosin, aktin, troponin, dan tropomiosin. Filamen miosin bercirikan tebal,
sementara filamen aktin berciri tipis. Beberapa dari satu sama lain saling berhubungan
sehingga menyebabkan miofibril menunjukkan pita terang dan gelap secara bergantian. Pita
– pita ini saling tumpeng tindih dan menonjol dari sisi filamen miosin. Tonjolan ini disebut
jembatan penyebrangan (cross bridge).
3
1.2 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengidentifikasi periode laten
2. Untuk mengidentifikasi tegangan threshold
3. Untuk mengetahui efek dari peningkatan intensitas stimulus
4. Untuk mengetahui makna dari fenomena treppe
5. Untuk mengetahui makna dari fenomena summation
6. Untuk mengetahui makna dari tetanus
7. Untuk mengetahui makna dari fatigue (kelelahan)
8. Untuk mengetahui kontraksi isometrikpada otot
9. Untuk mengetahui kontraksi isotonis pada otot
4
BAB II
HASIL PRAKTIKUM
2.1 AKTIVITAS 1 : Identifikasi Periode Laten
Percobaan dilakukan pada Exercise 2, activity 1 PhysioEx.
Tabel 2.1. Identifikasi Periode Laten (PhysioEx)
Voltage (V) Length (mm) Active Force Passive Force Total Force Latent Period (msec)
5
2.2 AKTIVITAS 2 : Identifikasi Tegangan Threshold
Percobaan dilakukan pada Exercise 2, activity 2 PhysioEx.
Pada hasil percobaan aktivitas 2 ini,terlihat pada table diatas terdapat active force saat diberikan
tegangan 0,8V, sehingga dapat disimpulkan bahwa tegangan threshold terjadi pada 0,8V
Grafik Data :
6
Tegangan 0,7 Volt Tegangan 0,8 Volt Tegangan 0,9 Volt
Untuk mengetahui pengaruh peningkatan intensitas rangsangan berupa ketegangan pada otot
skeletal, maka percobaan ini dilakukan pada otot rangka kaki katak, dimana tegangan diberikan
pada kaki katak dengan menggunakan stimulator listrik. Mesin lain yang digunakan adalah “
mounting stand” (transduser gaya yang digunakan untuk mengukur jumlah gaya atau
ketegangan) dan osiloskop ( untuk mengukur kejang/kedutan otot yang distimulasi, dan jumlah
kedutan otot aktif, pasif, dan kekuatan total yang diberikan oleh otot . Dibawah ini merupakan
data tabel dari hasil pengujian :
7
4.5 75 Single 1.43 0.0 1.43
Pada percobaan aktivitas 3 pada table diatas didapatkan data sebanyak 20 data. Dapat dilihat
pada data dengan pemberian tegangan sebesar 8,5 gms,active forcenya berhenti bertambah.
8
2.4 AKTIVITAS 4 : treppe
Percobaan dilakukan pada Exercise 2, activity 3 PhysioEx.
Pada percobaan aktivitas 4 pada table diatas kita dapat mengetahui mengenai
treppe.Treppe dapat dilihat pada grafik yang membentuk anak tangga.
9
2.5 AKTIVITAS 5 : summation
Percobaan dilakukan pada Exercise 2, activity 3 PhysioEx.
Pada percobaan aktivitas 5 tabel diatas .Didapatkan data bahwa ketika otot berulang kali
distimulasi,dimana jarak waktu antara satu stimulus dan stimulus lain saling berdekatan maka
twitches dapat saling tumpang tindih.
10
2.6. AKTIVITAS 6: Tetanus
Percobaan dilakukan pada Exercise 2, activity 4 PhysioEx
Pada hasil percobaan aktivitas 6 tabel diatas ,dapat disimpulkan bahwa bila stimulus
diberikan berkali kali pada otot dalam jangka panjang gaya otot akan mencapai suatu masa
stabil yang dikenal dengan keadaan tetanus.
11
Stimulate 150
Pada hasil percobaan aktivitas 7 tabel diatas, didapatkan kesimpulan bahwa ketika otot
telah diberikan waktu untuk istirahat sejenak maka ketika berkontraksi lagi mampu mencapai
tegangan maksimumnya Kembali.
12
2.8 AKTIVITAS 8 : Kontraksi Isometrik
Percobaan dilakukan pada Exercise 2, activity 6 PhysioEx.
Pada hasil percobaan aktivitas 8 tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa kontraksi isometrik
terjadi apabila gaya yang dihasilkan beban lebih besar daripada gaya otot sehingga otot tidak
berkontraksi.
Pada hasil percobaan aktivitas 9 dapat disimpulkan bahwa kontraksi isotonis terjadi apabila
gaya yang dihasilkan otot lebih besar daripada gaya beban sehingga otot memendek.
13
Gambar 2.9. Hasil pengujian kontraksi isotonis
14
BAB III
PEMBAHASAN
AKTIVITAS 1
Dari hasil praktikum ini dapat dilihat di tabel dan grafik bahwa periode laten tidak
berubah sama sekali walaupun nilai dari tegangan stimulus telah diubah.Hal tersebut dapat
terjadi karena periode laten terjadi pada awal kontraksi yaitu pada fase relaksasi .Periode
laten sendiri merupakan waktu yang terbentuk di antara potensial aksi yang diberikan pada
neuron motorik dan awal mula nya kontraksi otot pada serat otot.Dari percobaan ini pun
dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tegangan otot, maka semakin besar juga gaya
aktifnya.Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh guyton & Hall yaitu bahwa
kekuatan kontraksi otot dipengaruhi oleh tingkat kepekaan saraf yang menginervasinya, cara
perangsangannya, dan faktor pembebanan yang diberikan kepada otot tersebut. Selain itu,
Semakin tinggi frekuensi stimulus yang diberikan kepada otot skelet, semakin kuat gaya yang
dihasilkan oleh otot tersebut.
AKTIVITAS 2
AKTIVITAS 3
Pada percobaan aktivitas 3 ini dapat dilihat bahwa pada saat diberikan tegangan di
bawah 0,8V tidak akan mempengaruhi kontraksi otot sehingga tidak akan ada gaya
active.Saat diberikan tegangan 0,8V terjadi kontraksi otot dan dapat dilihat gaya aktifnya
adalah 0,2gms dan gaya totalnya yaitu 0,2gms.Pada tegangan otot sebesar 8.5 V hingga 10 V
bahkan lebih dari itu,tidak akan mempengaruhi nilai gaya aktifnya.Hal tersebut dapat terjadi
karena otot telah mencapai puncak depolarisasi atau otot sudah mencapai tegangan maksimal
dan otot sudah tidak dapat lagi bekerja.BIla dipaksakan maka otot akan tertarik dan pada
akhirnya akan mengalami cidera.Hasil ini diperkuat oleh teori nilai ambang eksitasi. Menurut
Guyton dan Hall, rangsangan listrik yang lemah mungkin tidak mampu merangsang suatu
serabut. Namun, bila voltase nya dinaikkan, tercapailah suatu titik terjadinya stimulasi. Titik
awal stimulasi yang dimaksud adalah pada voltase 0.8V. Terlihat bahwa pemberian
rangsangan yang berulang-ulang dengan kekuatan yang semakin besar, menyebabkan gaya
aktifnya semakin tinggi.Saat voltasenya mencapai 8.5 V, telah mencapai ambang batas yang
dapat menimbulkan aksi potensial. Biasanya aksi potensial ini dapat terjadi sesudah melewati
periode laten.
15
AKTIVITAS 4
Treppe merupakan peningkatan secara progresif gaya yang dihasilkan ketika otot
distimulasi pada frekuensi yang cukup tinggi.Pada frekuensi ini otot akan berkedut (twitches)
dan saling mengikuti satu sama lain,dengan puncak twitches sedikit lebih tinggi dari yang
sebelumnya.Peningkatan gaya yang menyerupai anak tangga inilah menjadikan treppe
dikenal dengan nama staircase phenomenon.Pada saat jejak stimulus mulai turun,maka akan
diberikan stimulus baru dan akan terbentuk jejak baru dengan puncak yang lebih tinggi.Pada
saat itu terdapat peningkatan gaya aktif pada setiap jejak yang ditandai dengan adanya
peningkatan puncak jejak.Pada percobaan aktivitas 4 yang telah kami lakukan,kami
mendapatkan hasil bahwa terdapat peningkatan active force pada setiap jejak yang ditandai
dengan peningkatan puncak jejak.
AKTIVITAS 5
Summation adalah fenomena ketika otot berulang kali distimulasi dimana jarak waktu
antara satu stimulus dan stimulus lain saling berdekatan,twitches dapat saling tumpang tindih
(overlap) dan menghasilkan kontraksi otot yang lebih kuat daripada twitches
tunggal.Summation terjadi ketika serat otot yang sudah pernah di stimulasi kemudian
distimulasi lagi sebelum otot sempat berelaksasi.Pada percobaan aktivitas 5 yang telah kami
lakukan,kami memberikan single stimulus pada tegangan 8,5 V dan didapatkan active force
sebesar 1,83 gms.Pada percobaanya berikutnya kami melakukan single stimulus dan ketika
jejak pada grafik mulai turun,kami memberikan stimulus lagi dan membuat active force nya
menjadi 2,56 gms.Sehingga dapat disimpulkan bahwa penambahan stimulus akan
mempengaruhi gaya yang dihasilkan.
AKTIVITAS 6
Pada percobaan ini,setelah mendapatkan nilai ambang batas maksimal yang dapat
menimbulkan active force yaitu 8.5V, otot diberi perlakuan yang berbeda. Perlakuannya
adalah dengan merubah nilai stimulus/sec dan membiarkan nilai tegangan stimulusnya tetap
8.5V.Pada aktivitas 6 ini bertujuan untuk melihat sumasi dan tetanus yang terjadi. Dari
diagram hasil dapat dilihat ada garis yang tidak rata. Menurut Guyton dan Hall, bahwa
sumasi sendiri ada 2 macam yaitu sumasi multiple dan sumasi frekuensi. Sumasi serabut
multipel ini dikarenakan meningkatnya jumlah unit motor yang berkontraksi secara bersama-
sama, sedangkan sumasi frekuensi adalah karena meningkatnya frekuensi kontraksi yang
pada akhirnya dapat menimbulkan tetanisasi.
Dalam hal ini karena ada satu otot, maka jenis sumasi yang teramati adalah sumasi
frekuensi. Terlihat pada grafik bahwa sumasi yang jarak gelombang yang satu dengan lainnya
terlihat, lama-kelamaan menghilang. Menurut Guyton dan Hall ini karena kontraksi yang
baru muncul sebelum kontraksi yang terdahulu berakhir. Sebagai akibatnya,sebagian
kontraksi yang kedua akan ditambahkan pada kontraksi yang pertama, sehingga kekuatan
kontraksi akan meningkat secara progresif bersama dengan peningkatan frekuensi. Ketika
frekuensi mencapai titik kritis, kontraksi berikutnya akan berlangsung begitu cepat yang pada
akhirnya akan menyatu. Kontraksi berikutnya setelah menyatu tidak akan terlihat lagi
gelombang, karena garisnya akan lurus dan mulus. Peristiwa 17 ini disebut tetanisasi atau
pada kondisi ini otot mengalami tetanus. Dari gambar kita bisa bedakan mana yang sumasi
dan mana yang tetanus. Sumasi masih ada gelombangnya, sedangkan tetanus grafiknya mulus
adanya.
16
Pada waktu sekitar 80 msec maka gaya yang dihasilkan mulai konstan tidak terjadi
peningkatan lagi atau stabil keadaan ini dikenal dengan tetanus. Tetanus terjadi ketika stimuli
terus diberikan berkali-kali pada otot dalam jangka panjang, gaya otot pada akhirnya akan
mencapai suatu masa stabil.
Pada saat percobaan 130 stimuli/sec jejak tidak dapat dibedakan antara puncak dan
lembahnya (menyatu), ketika 50 stimuli/sec jejak masih terlihat bagian puncak dan
lembahnya hal ini disebut sebagai complete (fused) tetanus. Karena jika stimulus diberikan
dengan frekuensi yang lebih sering lagi, twitch akan mulai menyatu sehingga puncak dan
lembah masing-masing twitch jadi tidak bisa dibedakan lagi satu dengan lainnya.Saat
frekuensi mencapai 146 stimuli/sec , frekuensi stimulus tidak terjadi peningkatan gaya yang
dihasilkan oleh otot yang disebut sebagai tegangan tetanik maksimal (maximal tetanic
tension)
AKTIVITAS 7
AKTIVITAS 8
Kontraksi isometrik adalah kontraksi ketika otot berusaha menggerakkan beban yang
lebih besar daripada gaya yang dihasilkannya.Pada kontraksi isometrik, otot tetap pada
pajang yang tetap atau tidak memendek.Contoh Kontraksi isometrik adalah ketika anda
berdiri pada Ambang pintu dan mendorong kusennya.Beban yang anda ingin gerakan (kusen
pintu) lebih besar daripada gaya yang dihasilkan otot anda sehingga otot tidak akan
memendek.Dari percobaan aktivitas 8 yang telah kami lakukan,kami Mendapatkan data
bahwa pada panjang otot 70 sampai 80 mm adalah panjang otot yang menghasilkan aktif
force terbesar. Lalu pada panjang otot 80 mm passive Force mulai lebih sedikit berperan
dalam total Force yang dihasilkan oleh otot. Kami juga mendapatkan data bahwa grafik
menunjukkan penurunan pada panjang otot 90 mm,hal tersebut dapat terjadi dikarenakan
pada panjang otot ini terjadi penurunan aktif force yang besar sedangkan passive Force belum
meningkatkan secara signifikan.Di 80 mm mulai ada passive Force yang berarti ada
peregangan. Jika panjang otot normal maka kita tidak akan menemukan passive force karena
passive force adalah gaya serat otot untuk meregang.Passive force baru muncul saat otot
meregang pada 80,90, dan 100 mm di mana aktif Force berkurang atau turun tetapi passive
voice justru bertambah.Namun pada pemanjangan otot 90 mm aktif terjadi penurunan dan
passive force tidak langsung meningkat banyak.
17
AKTIVITAS 9
Kontraksi isotonis adalah kontraksi otot menghasilkan gaya yang sama atau lebih
besar daripada beban yang melawannya. pada tipe kontraksi ini, terdapat periode laten yang
diikuti oleh peningkatan gaya yang dihasilkan, diikuti suatu periode waktu di mana gaya yang
dihasilkan oleh otot tetap konstan.Selama masa stabil ini, otot memendek dan mampu
menggerakkan beban.Otot tidak dapat memendek Sebelum masa stabil karena belum
dihasilkan cukup gaya untuk menggerakkan beban.Ketika gaya yang dihasilkan sama dengan
beban maka otot akan memendek.
Gaya yang dihasilkan akan menjadi konstan selama beban bergerak.Pada
akhirnya,otot akan relaksasi dan beban akan akan mulai turun.Twitch isotonis bukanlah
merupakan kejadian semua atau tidak sama sekali (All or nothing).Jika beban meningkat,otot
harus menghasilkan lebih banyak gaya untuk menggerakkannya.Periode laten juga akan
memanjang karena dibutuhkan lebih banyak waktu bagi otot untuk menghasilkan gaya yang
dibutuhkan.Kecepatan maksimal akan didapat dengan beban minimal,sebaliknya semakin
berat bebannya maka semakin lambat pula kontraksi otot.
Dari percobaan aktivitas 9 yang telah kami lakukan kami mendapatkan data bahwa
pada bearat 0,5g,1,0g dan 1,5g otot berkontraksi secara isotonis sehingga otot
memendek.Semakin berat suatu beban yang digantungkan pada otot maka semakin lama pula
waktu yang diperlukan otot untuk menghasilkan gaya untuk bergerak.Pada beban 2,0g yang
digantungkan pada otot,otot berkontraksi secara isometrik dikarenakan tidak terjadi
pemendekan pada otot sehingga dapat dikatakan beban 2,0g lebih berat daripada gaya yang
dapat dihasilkan oleh otot. terdapat 2 faktor yang menimbulkan efek pada ketegangan serat.
1. Frekuensi rangsangan yang menentukan tingkat penjumlahan. 2. Panjang serat, sebelum
permulaan kontraksi.
Pada kontraksi isotonik sebuah beban digerakkan yang melibatkan fenomena inersia
yaitu beban atau objek lain yang digerakkan mula-mula harus dipercepat dan bila kecepatan
itu telah dicapai, maka beban mempunyai daya gerak yang menyebabkan ia dapat terus
bergerak walaupun kontraksinya telah berhenti. Oleh karena itu kontraksi isotonik
berlangsung lebih lama dibandingkan kontraksi isometrik pada otot yang sama
18
BAB IV
KESIMPULAN
Otot merupakan alat gerak aktif yang memiliki kemampuan untuk berkontraksi karena
mengandung senyawa kimia berupa ATP dan Kreatin fosfat
1. Tegangan yang diberikan terhadap otot akan mempengaruhi besarnya nilai active
force. Semakin besar nilai tegangan yang diberikan maka akan semakin besar juga
nilai active forcenya (gaya aktif).
2. Otot skeletal atau otot rangka dapat berkontraksi dengan adanya rangsangan dari
suatu tegangan listrik.
3. Otot memiliki nilai ambang batas maksimum atau dikenal dengan istilah Threshold
voltage dimana ketika otot sudah mencapai nilai threshold ini otot sudah berkontraksi
secara maksimal
4. Otot akan berkontraksi terus-menerus maka otot akan mengalami kelelahan dan
kontraksi otot semakin melemah.
5. Pada saat otot berkontraksi (diberi rangsangan) otot akan memendek dan pada saat
otot berelaksasi otot akan kembali ke ukuran semulanya.
6. Kecepatan kontraksi otot dipengaruhi oleh beban.
7. Sustained maximal force adalah waktu yang diperlukan otot untuk mempertahankan
gaya maksimal.
8. Kelelahan otot adalah penurunan kemampuan otot untuk mempertahankan gaya
kontraksi yang konstan setelah pemberian stimulasi yang berulang untuk jangka
panjang
9. Fatigue terjadi karena penimbunan asam laktat di otot seseorang dengan aktivitas
tinggi
10. Passive force adalah gaya pada saat otot meregang(relaksasi) dan active force adalah
gaya pada saat otot berkontraksi.
19
DAFTAR PUSTAKA
Frederic H. Martini, (2018) "Fundamentals of Anatomy & Physiology", 11th ed. New
YorkPearson Education,Inc.,Page 313.
Frederic H. Martini, (2018) "Fundamentals of Anatomy & Physiology", 11th ed. New York :
Pearson Education,Inc.,Page 409-415.Madri, M. (2017). Kontraksi otot skelet. Jurnal
Menssana, 2(2), 69-79.
Arthur C. Guyton and John E. Hall, 2006, Guyton and Hall's Textbook of Medical Physiology,
11" ed., Contraction of Skeletal Muscle, 72-84.
Fatkhomi,F.(2010,April13).KontraksiOtot.Wordbiology.https://wordbiology.wordpress.com/
200 /01/20/kontraksi-otot/
Frederic H. Martini, (2018) "Fundamentals of Anatomy & Physiology", 9th ed. New York
Pearson Education,Inc.,Page 302.
Laporan Praktikum Fisiologi 1 Kontraksi Otot -Dea ivana leo.Universitas kristen. fakultas
kedokteran. kelelahan otot sebagai akibat mekanisme kerja otot
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas/article/view/2830 -
http://eprints.undip.ac.id/55169/3/Danawan_Rahmanto_22010113130141_Lap.KTI_Bab2.P
DF
https://www.academia.edu/24574365/Kelelahan_Otot_sebagai_Akibat_Mekanisme_Kerja_
Otot
20