OTOT II
Anggota kelompok:
PENDAHULUAN
Dasar Teori
Otot merupakan sebuah jaringan dalam tubuh manusia dan hewan yang
berfungsi sebagai alat gerak aktif yang menggerakkan tulang. Otot diklasifikasikan
menjadi tiga jenis yaitu otot lurik, otot polos dan otot jantung. Fungsi otot antara lain
membuat gerakan tubuh, mempertahankan postur tubuh bersama rangka,
menstabilkan hubungan antar tulang, mempertahanakan suhu tubuh, melindungi
jaringan dalam tubuh dan menyimpan sedikit nutrisi. Kontraksi otot dibagi menjadi
kontraksi isometrik dan kontraksi isotonik. Kontraksi isometrik (jarak sama),
besarnya tekanan meningkat saat proses kontraksi, tetapi panjang otot tidak berubah.
Di sisi lain, pada kontraksi isotonik (tekanan sama), besarnya tekanan yang dihasilkan
otot adalah konstan saat kontraksi, tetapi panjang otot berkurang (otot memendek)
(Rahilly 2000).
Otot dapat berkontraksi apabila potensial aksi yang diterima oleh tiap serabut
otot mencapai batas ambang tertentu. Apabila potensial aksi yang sampai di unit
motoris mencapai batas ambang, maka otot akan berkontraksi secara keseluruhan.
Namun apabila potensial aksi tidak mencapai batas ambang, maka potensial aksi
tersebut dibiarkan begitu saja tanpa menghasilkan respon yang signifikan. Hal inilah
yang disebut sebagai hukum All or None pada setiap kontraksi otot (Campbell 2004).
Kontraksi otot dapat diartikan sebagai suatu aktivitas yang menghasilkan suatu
tegangan dalam otot. Biasanya kontraksi itu disebabkan oleh suatu impuls saraf.
Neuron dan serabut-serabut otot yang dilayani merupakan suatu unit motor. Serabut
otot secara individu merupakan satuan struktural otot kerangka, ini bukanlah
merupakan satuan fungsional. Semua neuron motor yang menuju otot kerangka
mempunyai akson-akson yang bercabang, masing-masing berakhir dalam sambungan
neuromuskular dengan satu serabut otot. Impuls saraf yang melalui neuron dengan
demikian akan memicu kontraksi dalam semua serabut otot yang padanya cabang-
cabang neuron itu berakhir (Hickman 1999).
Tujuan
METODE
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sediaan otot saraf (n.
ischiadicus dan m. gastrocnemius) dan larutan garam faali (NaCl 0.65%). Alat yang
digunakan pada praktikum ini adalah kimograf, stimulator, alat pencatat kontraksi,
dan alat pencatat rangsangan (yang terakhir tidak mutlak perlu).
Prosedur Praktikum
A. Pengaruh besarnya rangsangan terhadap kekuatan kontraksi
Sediaan otot saraf disiapkan untuk percobaan pencatatan kontraksi seperti
pada percobaan. Pengatur kecepatan drum diatur pada netral. Kemudian saraf atau
otot dirangsang dengan rangsangan tunggal (single shock). Drum diputar dengan
tangan. Rangsangan diperbesar kemudian diulang kembali rangsangan tunggal dan
geser atau putar drum. Rangsangan diperbesar lagi dan rangsangan tunggal kemudian
geser atau putar drum diulang kembali. Di bawah garis dasar diberi tanda setiap kali
memberi rangsangan jika tidak menggunakan pencatat rangsangan.
SIMPULAN
Kontraksi yang terjadi pada otot sangat bergantung pada ransangan yang diterima
otot tersebut, semakin besar rangsangan yang diberikan maka akan semakin besar
pula kontraksi yang dihasilkan. Besarnya kontraksi rangsangan terhadap kekuatan
kontraksi dipengaruhi oleh stimulus ambang. Frekuensi rangsangan yang begitu
tinggi tanpa adanya relaksasi aka menyebabkan otot mengalami kontraksi tetanus.
Untuk menghitung kerja luar otot dengan pembebanan di belakang dan pembebanan
di muka dapat dilakukan dengan menggunakan alat kimograf. Pembebanan di depan
menghasilkan kerja luar yang lebih optimal dibandingkan dengan pembebanan di
belakang sesuai hukum starling.
DAFTAR PUSTAKA