Anda di halaman 1dari 20

LATIHAN I

OTOT RANGKA I
Tujuan praktikum:
Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat:
1. Membuat sediaan otot katak sesuai dengan petunjuk praktikum.
2. Menggunakan alat stimulator induksi sehingga dapat merangsang sediaan otot
dengan berbagai macam kekuatan: arus tunggal buka dan arus tunggal tutup serta
mencatat saat pemberian rangsang dengan menggunakan sinyal maknit.
3. Membuat pencatatan kontraksi otot (mekanomiogram) pada kimograf dan
menfiksasinya.
4. Merangsang otot katak dengan beberapa macam kekuatan rangsang yakni rangsang:
a. Bawah - ambang (subthershold)
b. Ambang (threshold)
c. Submaksimal
d. Maksimal
e. Supramaksimal
Masing- masing untuk rangsangan buka dan tutup.
5. Menarik kesimpulan dari hasil latihan ini tentang pengaruh kekuatan rangsang
terhadap kekuatan kontraksi otot

Peralatan Yang Digunakan :


1. Kimograf + kertas + perekat
2. Statif + klem-klem
3. Pencatat otot + klem femur + batang kuningan
4. Buah sinyal maknit : 1 untuk mencatat waktu
1 untuk mencatat tanda rangsang
5. Stimulator induksi + elektroda perangsang
6. Sakelar + kawat-kawat listrik
7. Papan fiksasi + jarum-jarum pentul + penusuk katak
8. Katak
9. Benang + kapas arloji
10. Botol plastik berisi larutan Ringer + pipet
11. Waskom kecil

Tata kerja:
Hubungan antara kekuatan rangsang dan tinggi mekanomiogram akibat kerutan otot
1. Pasanglah semua alat sesuai dengan gambar
2. Buatlah sediaan otot menurut petunjuk umum praktikum
Sebelum digunakan, bungkuslah sediaan otot tersebut dengan kapas yang dibasahi
larutan Ringer dan letaklah di gelas arloji
3. Pasanglah sediaan otot sesuai dengan gambar
4. Dengan tromol tetap diam, otot dirangsang sehingga terdapat suatu kerutan
Cara memperbesar kerutan otot bila hasil pencatatan kontraksi otot sangat kecil
adalah:
a. Ujung pencatat otot terlalu menekan kertas kimograf
1
b. Panjang pencatat otot (jarak antara sumbu dengan ujung pencatat) terlalu
pendek
c. Jarak antara sumbu dan tempat mengikat sediaan otot terlalu panjang. Untuk b
dan c ingatlah hukum tuas dalam ilmu gaya/pesawat
d. Benang antara sediaan otot dan pencatat kurang tegang
e. Sediaan otot kering/rusak

Yang menyebabkan hanya sebagian kontraksi yang tercatat adalah:


a. Kertas kimograf bergelombang
b. Ujung pencatat tidak terletak pada bidang singgung tromol
c. Sediaan otot, benang dan titik simpul benang di pencatat tidak terletak pada satu
garis vertikal
5. Pencatatan selalu dilakukan pada tromol yang diam
Berilah waktu istirahat 15 detik sesudah tiap perangsangan. Putarlah tromol
sepanjang 2 cm pada tiap kali sesudah pemberian rangsang tutup dan 2 cm pada tiap
kali sesudah rangsang buka
6. Rangsanglah sediaan otot dengan rangsang tutup dan rangsang buka berturut-turut
dengan kekuatan rangsang yang setiap kali diperbesar 0,5 volt sehingga didapatkan
mekanomiogram sebagai hasil perangsangan bawah-ambang, ambang, submaksimal,
maksimal dan supramaksimal

Hasil dari Praktikum :

1. Pembahasan

2
1. Sub minimal = sub liminal = sub threshold = di bawah ambang  rangsang terkecil
yang belum mampu menimbulkan respons.
2. Minimal = liminal = threshold = ambang  rangsang terkecil yang mampu
menimbulkan respons.
3. Sub maksimal  rangsang dengan intensitas yang bervariasi dari minimal sampai
maksimal.
4. Maksimal  rangsangan dengan intensitas terbesar (maksimal) dan hasil responsnya
maksimal.
5. Supra maksimal rangsang dengan intensitas lebih besar dari maksimal, tetapi
respons yang dihasilkan sama dengan maksimal.

 Pada rangsang tertutup otot mengalami relaksasi setelah terjadi kontraksi.


 Pada rangsang terbuka otot mengalami kontraksi yang terus menerus sehingga tidak
mengalami relaksasi.

Pada percobaan:
1. Rangsang bawah ambang : 0,1 - 0,3 volt
2. Rangsang ambang : 0,4 volt
3. Rangsang submaksimal : 0,5 – 0,8 volt
4. Rangsang maksimal : 0,9 volt
5. Rangsang supramaksimal : > 0,9 volt
Pada setiap rangsangan terbuka selalu menghasilkan respon yang lebih besar
dibandingkan dengan rangsangan tertutup.

Pertanyaan:
1. Apa yang disebut rangsang bawah ambang (subthreshold)?
Sub minimal = sub liminal = sub threshold = di bawah ambang  rangsang terkecil
yang belum mampu menimbulkan respons.

2. Mengapa efek fisiologis arus buka lebih besar daripada arus tutup walaupun voltase
sama?
Karena pada arus buka otot tidak sempat melakukan relaksasi dan terjadi kontraksi
yang terus menerus yang membutuhkan energi yang lebih besar sehingga respon
pada rangsangan terbuka lebih besar.

3. Bagaimana kita dapat membedakan rangsang maksimal dengan supramaksimal?


maksimal  rangsangan dengan intensitas terbesar (maksimal) dan hasil responsnya
maksimal
supra maksimal rangsang dengan intensitas lebih besar dari maksimal, tetapi
respons yang dihasilkan sama dengan maksimal
Jadi jika pada saat intensitas rangsangan terus meningkat namun respon otot
menunjukkan hasil yang sama atau tidak menimbulkan respon yang lebih tinggi
maka rangsang itu disebut rangsang supramaksimal.

3
2. Kesimpulan:
Setiap kekuatan rangsang akan menghasilkan respon yang berbeda, dimana pada saat:
 Rangsang di bawah ambang tidak memberikan jawaban karena intensitas rangsang
ini belum mampu membuat semua serabut otot berkontraksi.
 Rangsang ambang dan diatas ambang memberikan jawaban karena intensitas
rangsang ini sudah mampu membuat sebagian serabut otot berkontraksi.
 Rangsang maksimal akan memberikan respon terbesar karena intensitas rangsang ini
sudah mampu membuat semua serabut otot berkontaksi.
 Rangsang supramaksimal akan memberikan respon yang sama dengan rangsang
maksimal karena otot telah berkontraksi maksimal maka walaupun intensitas
rangsangan di tambah responnya tidak akan meningkat.
 Jadi semakin besar arus yang diberikan ke otot maka akan semakin besar pula
kontraksi otot hingga pada saat dimana otot akan berhenti menimbulkan respon
yang meningkat, maka respon yang ditunjukkan akan sama dengan respon terbesar
walaupun intensitas rengsang diperbesar.

3. Saran :
 Peralatan percobaan dapat di perbaiki karena menghambat proses percobaan

4
LATIHAN 2
OTOT RANGKA II
Tujuan praktikum:
Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat:
1. Merangsang sediaan otot katak dengan arus faradik dengan berbagai kekuatan
rangsang
2. Membebani sediaan otot katak dengan cara pembebanan langsung dan tidak
langsung
3. Mendemonstrasikan hubungan antara panjang awal otot dengan sediaan kontraksi
4. Menghitung kerja sediaan otot katak
5. Mendemonstrasikan hubungan antara pembebanan dengan kerja otot
6. Mengukur kekuatan kontraksi otot ekstensor dan otot fleksor manusia dalam
berbagai sikap tubuh

Peralatan Yang Digunakan :


1. Kimograf + kertas + perekat
2. Statif + klem-klem
3. Pencatat otot + klem femur
4. Stimulator induksi + elektroda perangsang
5. Papan fiksasi + jarum-jarum pentul + penusuk katak
6. Katak
7. Beban-beban dengan penggantungnya
8. Benang + kapas + gelas arloji
9. Botol plastik berisi larutan Ringer + pipet
10. Waskom kecil
11. Dinamometer

I. Pengaruh panjang awal (initial length) otot katak


terhadap kekuatan kerutan
Tata kerja :
1. Pasanglah semua alat sesuai dengan gambar.
2. Buatlah sediaan otot menurut petunjuk umum praktikum. Sebelum digunakan,
bungkuslah sediaan otot tersebut dengan kapas yang dibasahi dengan larutan ringer
dan letakkan di gelas arloji.
3. Pasanglah sediaan otot sesuai dengan gambar.
4. Bebanilah otot dengan beban seberat 20 gram.
Kendorkan sekrup penumpu sehingga terjadi pembebanan langsung. Dengan
memutar tromol, buatlah garis sepanjang + 10 cm dan tulislah: “garis dasar 20” pada
ujung akhir garis tersebut. Pembebanan langsung ialah pembebanan yang sudah
membebani otot sebelum otot tersebut berkontraksi dengan demikian otot akan
bertambah panjang.
5. Angkatlah seluruh pembebanan sehingga otot kembali ke panjang semula. Buatlah
sekali lagi garis sepanjang +10 cm tepat di atas garis yang pertama dan tulislah: “garis
dasar 0” pada ujung akhir garis tersebut.
5
6. Gantungkanlah lagi beban 20 gram dan dengan sekrup penumpu kembalikan ujung
pencatat otot ke garis dasar 0, sehingga terjadi pembebanan tak langsung.
7. Dengan melakukan pencatatan pada awal garis dasar 0 carilah kekuatan rangsang
faradik maksimal. Rangsangan diberikan paling lama 1 detik. Berilah waktu istirahat
selama 30 detik sesudah setiap perangsangan.
8. Gunakanlah selalu kekuatan rangsang faradik maksimal diatas untuk perangsangan
selanjutnya.
9. Putarlah tromol sejauh 1 cm setiap kali sesudah perangsangan. Carilah besar
pembebanan yang pada perangsangan menghasilkan mekanomiogram setinggi +1
cm. Untuk percobaan selanjutnya tetap digunakan beban ini.
10. Putarlah tromol sejauh 2 cm dan catatlah sekali lagi mekanomiogram yang terakhir.
11. Putarlah tromol sejauh 1cm dan kemudian turunkanlah ujung pencatat otot sehingga
terletak tepat di tengah-tengah antara garis dasar 20 dan garis dasar 0 (gunakanlah
sekrup penumpu). Putarlah lagi tromol sejauh 1 cm dan ulangilah perangsangan dan
pencatatan.
12. Putarlah tromol sejauh 1 cm dan turunkanlah ujung pencatat otot sampai garis dasar
20, putar tromol lagi sejauh 1 cm dan ulangilah sekali lagi perangsangan dan
pencatatan.

Hasil dari Praktikum :


1. Pembahasan
Pada percobaan
 Saat pembebanan tidak langsung (di titik 0) : beban 0 gram menimbulkan kekuatan
kerutan otot tertinggi dan saat beban ditambah kekuatan kerutan otot makin
berkurang.
 Saat dititik 20 pada beban 90 gram kekuatan kerutan otot lebih tinggi dibandingkan
dengan beban 90 gram pada titik 0.

Hasil percobaan

6
2. Kesimpulan
 Beban berbanding terbalik dengan kerutan otot, semakin berat beban yang diberikan
semakin pendek kerutan otot yang dihasilkan
 Semakin panjang awal otot, semakin kuat kontraksi otot

I. Pengaruh beban terhadap kerja otot


Tata kerja :
1. Buatlah garis dasar 0 yang baru sepanjang mungkin
2. Dengan menggunakan kekuatan rangsang sebesar ad.I.7 buatlah mekanomiogram
pada tromol yang diam. Pencatatan selalu dimulai pada garis dasar 0 dengan
mengatur sekrup penumpu
3. Ulangi perangsangan dan pencatatan, dimulai dengan pembebanan 10 gram,
sehingga dicapai beban maksimum. Setiap kali setelah pencatatan, putarlah
sepanjang 1 cm dan berilah otot istirahat selama 30 detik
4. Hitunglah kerja sediaan otot pada setiap pembebanan yang sdr. Berikan
5. Simpulkan pengaruh beban terhadap kerja otot

Hasil dari Praktikum :


1. Pembahasan
Hasil percobaan

7
Pada percobaan:
 Pada pembebanan 0 gram menghasilkan jarak perpindahan beban terbesar sehingga
usaha yang dihasilkan kecil.
 Saat beban ditambahkan maka jarak perpindahan beban berkurang, sampai dimana
beban mencapai 80 gram otot tidak menunjukkan perpindahan sama sekali sehingga
tidak menghasilkan usaha sama sekali.

Pertanyaan:
1. Apa yang dimaksud dengan beban maksimal?
Beban terbesar yang diberikan kepada otot yang tidak bisa dipindahkan otot lagi
2. Bagaimana sdr. Menghitung besar kerja sediaan otot?
Dengan rumus W= m x g x h
W = usaha/kerja otot
m = massa/berat beban yang diberikan (kg)
g = gravitasi 9,8 m/s2 atau 10 m/s2 AB = tinggi pencatatan percobaan
h = tinggi/jarak perpindahan beban
CD = tinggi/jarak perpindahan beban

BCE = panjang alat pencatat hingga


A titik tumpu
D
𝐶𝐷 𝐸𝐶
=
𝐴𝐵 𝐸𝐵
h
B E
C

2. Kesimpulan:
 Pada awal pemberian beban, semakin besar beban yang diberikan usaha yang
dihasilkan semakin besar.
 Tetapi sampai pada batas tertentu pemberian beban akan menurunkan usaha sebab
otot sudah mengalami kelelahan.
 Semakin besar beban, semakin rendah kecepatan serat-serat otot memendek.

3. Saran
 Agar mendapatkan usaha yang lebih besar maka beban harus ditingkatkan.

8
LATIHAN 3
KERENTANAN HUBUNGAN OTOT SARAF
TERHADAP KURARE
Tujuan :
Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat :
1. Membuat sediaan otot-otot sesuai dengan petunjuk umum praktikum.
2. Membedakan sikap, gerakan, dan waktu reaksi seekor katak terhadap berbagai
rangsang sebelum dan sesudah penyuntikan kurare.
3. Menerangkan mekanisme kerja prostigmin terhadap katak yang telah diberi kurare.
4. Menerangkan pengaruh kurare pada suatu bagian lengkung refleks.
5. Menyimpulkan tempat kerja kurare pada sediaan otot-saraf.

Peralatan Yang Digunakan :


1. Pelat kaca + meja operasi (papan fiksasi) + beberapa jarum pentul
2. Waskom besar yang berisi air
3. Tiga ekor katak + penusuk katak + benang
4. Stimulator induksi + elektroda perangsang
5. Gelas arloji
6. Semprit 2 cc + jarumnya
7. Larutan ringer
8. Larutan tubo-kurarin (dicairkan 1 : 1 dalam ringer)
9. Larutan atropin (0,01% dalam Ringer)
10. Larutan prostigmin (dicairkan 1 : 1 dalam Ringer)
11. Larutan tubo-kurarin 1 % (dari ampul)

9
I. Pengamatan sikap, gerakan, dan waktu reaksi seekor
katak terhadap berbagai rangsang, sebelum dan sesudah
penyutikan kurare.
Tata kerja:
1. Ambillah seekor katak dan meletakkan si pelat kaca. Memperhatikan kegiatan
binatang tersebut (aktif/pasif). Menghitung frekuensi pernapasan katak per menit.
2. Cobalah menelentangkan katak tersebut beberapa kali dan memperhatikan reaksinya
(kembali/tidak kembali ke posisi semula).
3. Memasukkan katak ke dalam waskom yang berisi air dan memperhatikan reaksi yang
terjadi (dapat berenang/ tidak).
4. Mengeluarkan katak dari air dan menyelidiki rlefeks-refleks nosiseptif dengan cara
sebagai berikut :
a. Memegang katak sedemikian rupa sehingga kedua kaki belakangnya tergantung
bebas.
b. Merangsang dengan menjepit salah satu telapak kaki katak dengan pinset.
c. Menetapkan “waktu reaksinya”.
5. Menyuntikan 0.5 cc larutan tubo-kurarin 1 : 1 ke dalam kantong limfe iliakal (di
sebelah os coccygis, di bawah kulit ). Dalam waktu 15-20 menit setelah penyuntikan
tersebut, kemudian mengulangi percobaan 1-4 di atas tadi dan memperhatikan
berbagai perbedaan sikap dan reaksinya.
6. Sebelum pernapasan berhenti sama sekali, menyuntik ke dalam kantong limfe iliakal
berturut-turut :
a. 0.5 cc larutan Atropin 0.01%
b. 1 cc larutan prostigmin 1 : 1
7. Setelah terjadi pemulihan melakukan sekali lagi percobaan 1-4 di atas. Oleh karena
pemulihan dapat memakan waktu 2-3 jam, lanjutkan dahulu dengan latihan bagian II
dan III

Hasil dari Praktikum :


1. Pembahasan
Kurare merupakan racun yang menghambat hantaran rangsangan saraf ke otot rangka.
Toksin utama kurare adalah d-tubocurarine dan antidote nya yaitu acetylcholinesterase
(AchE) inhibitor seperti physostigmine atau neostigmine. AchE inhibitor meningkatkan
jumlah Ach di neuromuskular junction, hasil akumulasi Ach akan menetralkan efek
kurare dengan mengaktivasi reseptor-reseptor yang tidak terblok oleh kadar toxin yang
lebih tinggi.

Hasil Pemeriksaan :
SEBELUM SUNTIKAN
 Frekuensi napas : 76x / menit
 Reaksi terlentang : kembali ke posisi semula
 Refleks berenang : dapat berenang
 Refleks nosiseptor : 11 detik ada rx kaki katak ditekuk

10
SESUDAH SUNTIKAN
 Frekuensi napas : 11x/menit
 Refleks terlentang : tidak kembali ke posisi semula
 Refleks berenang : tidak dapat berenang
 Refleks nosiseptor: tidak menarik

SESUDAH PEMULIHAN :
 Frekuensi napas : 72x/menit
 Refleks terlentang : kembali ke posisi semula
 Refleks rentang : dapat berenang
 Refleks nosiseptor : 6 detik ada rx kaki katak ditekuk

2. Kesimpulan :
 Sebelum diberi suntikan tubokurarin, katak percobaan memiliki frekuensi napas,
refleks terlentang, berenang, dan nosiseptor yang normal. Namun setelah diberi
sutikan tubokurarin, katak percobaan mengalami depresi pernapasan dan turunnya
reflek terlentang, berenang serta refleks nosiseptor secara perlahan-lahan.
 ACh yang dilepaskan dari ujung saraf motorik akan berinteraksi dengan reseptor
nikotinik otot (Nm) di endplate pada membran sel otot rangka dan menyebabkan
depolarisasi lokal (endplate potensial, EPP) yang bila melewati ambang rangsang (Et)
akan menghasilkan potensial aksi otot. Selanjutnya, potensial aksi otot akan
menimbulkan kontraksi otot. d-Tubokurarin mempunyai cara kerja yang sama, yaitu
menduduki reseptor nikotinik otot (Nm) sehingga menghalangi interaksinya dengan
Ach. Akibatnya EPP akan menurun sampai kurang dari 70% tidak mencapai Et
sehingga tidak menghasilkan potensial aksi otot dan kontraksi otot tidak terjadi.
 Setelah diberi suntikan atropin dan prostigmin keadaan katak kembali seperti
semula. Katak kembali bernafas dengan normal dan dapat melakukan refleks-refleks
dengan baik.
 Prostigmin bersifat kolinergik dan parasimpatik sehingga zat ini dapat merangsang
asetilkolin berikatan dengan reseptor di otot sehingga kontraksi kembali terjadi.
Namun prostignin memiliki efek samping menghentikan kerja jantung sehingga
untuk menetralisir efek samping dari prostigmin diberikan atropine. Atropine
bersifat anti-kolinergik dan anti-parasimpatik sehingga efek samping dari prostigmin
terhambat.

3. Saran :
 Sebaiknya menggunakan katak yang lebih kecil, di karenakan katak besar lebih
agresif dan lebih tahan dengan dosis yang tertera.

11
II. PENGARUH KURARE TERHADAP SESUATU BAGIAN
LENGKUNG REFLEKS
Tata kerja:
1. Ambil katak lain dan rusaklah otaknya saja tetapi jangan merusak medulla
spinalisnya.
2. Bebaskan n. ischiadicus paha kanan
3. Ikatlah seluruh paha kanan kecuali n. ischiadicusnya
4. Suntikkan 0,5 cc larutan tubo-kurarin 1:1 ke dalam kantong limfe depan dengan
membuka mulut katak cukup lebar dan menusukkan jarum suntik ke dasar mulut ke
arah lateral.
Periksalah pada kaki yang tidak diikat setiap 5 menit berkurangnya refleks noniseptif
dan timbulnya kelumpuhan umum. Bila peristiwa di atas belum terjadi, ulangi
suntikan setiap 20 menit.

5. Rangsanglah ujung jari kaki kanan dengan rangsang faradik yang cukup kuat sehingga
terjadi “withdrawal reflex”.
Catatlah kekuatan rangsang yang digunakan.

6. Rangsanglah ujung jari kaki kiri dengan rangsang faradik yang cukup kuat sehingga
terjadi withdrawal refleks. Catatlah kekuatan rangsang yang digunakan.
7. Bebaskan n. Ischiadicus kaki kiri dan buanglah sedikit kulit yang menutupi m.
gastrocnemius kanan dan kiri.
8. Tentukan ambang rangsang buka untuk masing-masing n. ischiadicus.
9. Tentukanlah ambang rangsang buka untuk masing-masing m. gastrocnemius yang
dirangsang secara langsung.

Hasil dari Praktikum :

1. Pembahasan
Kontraksi pada kaki yang n. ischiadicusnya dibebaskan lebih kuat dibanding kaki yang n.
ischiadicusnya tidak dibebaskan.

2. Kesimpulan
 Larutan kurare berfungsi sebagai pelemas otot. Kerjanya menghambat reseptor
asetilkolin di motor end plate sehingga terjadinya kelumpuhan otot. Pada kaki
kanan, dimana n. Ischiadicus diikat dan dibebaskan, larutan kurare tidak menyebar
ke otot melalui aliran limfe sehingga kontraksi dianggap normal. Sedangkan pada
kaki kiri, dimana n. ischiadicus tidak dibebaskan, kontraksi lebih lemah karena
larutan kurare menyebar melalui aliran limfe.

12
III. TEMPAT KERJA KURARE PADA SEDIAAN OTOT-SARAF
Tujuan :
 Menyimpulkan tempat kerja kurare pada sediaan otot-saraf

Tata kerja:
1. Buatlah 2 sediaan otot-saraf (A dan B) dari seekor katak lain dan usahakan agar
didapatkan saraf yang sepanjang-panjangnya.
2. Masukkan otot sediaan A dan saraf sediaan B ke dalam gelas arloji yang berisi ½ cc
larutan tubo-kurarin 1%
3. Selama menunggu 20 menit basahilah saraf sediaan A dan otot sediaan B dengan
larutan Ringer.

Hasil dari Praktikum :

1. Pembahasan
ZAT Saraf Otot

Kurare + -

Ringer + +

2. Kesimpulan
Kurare merupakan zat kimia yang mengganggu aktivitas neuromuskulus junction dengan
menghambat efek ACh, caranya dengan berikatan secara reversible dengan reseptor
ACh sehingga ACh tidak dapat bergabung dengan reseptor ACh untuk membuka saluran
yang memungkinkan pergerakan ion-ion dan menimbulkan potensial end-plate.

Kurare dapat menghambat EPP apabila diberikan di otot, tetapi bila diberikan pada
saraf, kurare tidak mempengaruhi kerja

13
Latihan 4
Kelelahan otot-saraf pada orang
Tujuan:
Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat:

1. Mengatur berat beban ergograf-jari.


2. Mencatat ergogram-jari dengan kecepatan putar tromol yang tepat.
3. Membedakan ergogram-jari yang memperlihatkan kerja steady state dan kerja
dengan kelelahan.
4. Mendemonstrasikan pengaruh faktor:
a. Gangguan peredaran darah
b. Istirahat
c. Massage pada kerja jari.
5. Menetapkan perubahan warna, suhu kulit dan berbagai sensasi yang terasa pada
keadaan iskemia lengan bawah.

Peralatan Yang Digunakan :


1. Kimograf (double manual) + kertas + perekat + sayap kimograf dengan berbagai
ukuran.
2. Manset sfigmomanometer
3. Ergograf
4. Metronom (frekuensi 1 detik).

14
DASAR TEORI:
Kelelahan otot adalah ketidakmampuan otot untuk berkontraksi dan bermetabolisme yang
timbul akibat kontraksi otot yang kuat dan lama. Kemampuan otot semakin lama akan
menjadi semakin lemah, karena dalam serabut otot kekurangan energi.

Sampai saat ini berlaku dua teori tentang kelelahan otot, yaitu teori kimia dan teori syraf
pusat. Teori kimia menjelaskan bahwa terjadi kelelahan adalah akibat berkurangnya
cadangan energi dan meningkatnya sisa metabolisme sebagai penyebab hilangnya efisiensi
otot.

Teori syaraf pusat menjelaskan bahwa perubahan kimia hanya merupakan penunjang
proses. Perubahan kimia yang terjadi menyebabkan dihantarnya rangasangan syaraf
memalui syaraf sensoris ke otak yang disadari sebagai kelelahan otot. Rangsangan aferen ini
menghambat pusat-pusat otak dalam mengendalikan gerakan sehingga frekuensi potensial
kegiatan pada sel syaraf menjadi berkurang dan menyebabkan menurunnya kekuatan dan
kecepatan kontraksi otot serta gerakan atas perintah menjadi lambat. Sehingga semakin
lambat gerakan seseorang menunjukkan semakin lelah kondisi seseorang.

I. Kerja steady-state
Tata kerja:
1. Pasang semua alat sesuai dengan gambar.
2. Sambil dicatat lakukan satu tarikan tiap 4 detik menurut irama alat yang
diperdengarkan di ruang praktikum sampai 1/2 putaran tromol. Setiap kali setelah
melakukan tarikan, lepaskan segera jari saudara dari pelatuk sehingga pelatuk
kembali ke tempat semula.

Hasil dari Praktikum :


2. Pembahasan

I. Steady – State

Kerja otot relatif stabil karena dalam waktu 4 detik otot masih dapat mengalami
relaksasi.

15
2. Kesimpulan
Ketika otot berkontraksi, akan ada penumpukan asam laktat akibat pemecahan glikogen (gula
otot) menjadi sumber energi (ATP). Namun dengan adanya waktu istirahat selama 4 detik, otot
akan mendapatkan supply oksigen sehingga penumpukan asam piruvat akan dapat diuraikan
kembali menjadi sumber energi dan otot dapat pulih kembali seperti semula.

3. Saran
Agar kelelahan otot tidak terlalu cepat terjadi maka dibutuhkan waktu untuk otot beristirahat
terlebih dahulu.

II. Pengaruh gangguan peredaran darah


Tata kerja:
1. Pasang manset sfigmomanometer pada lengan-atas kanan orang percobaan yang
sama (sub.I).
2. Sebagai latihan lakukan beberapa kali oklusi pembuluh darah lengan-atas dengan
jalan memompa manset dengan cepat sampai denyut nadi a.radialis tak teraba lagi.
3. Dengan manset tetap terpasang, tetapi tanpa oklusi lakukan 12 kali tarikan dengan
frekuensi satu tarikan tiap 4 detik sarnbil dicatat pada kimograf.
4. Tanpa menghentikan tromol pada tarikan ke-13, mulailah memompa manset dengan
cepat sampai denyut nadi a. radialis tidak teraba lagi. Selama pemompaan orang
percobaan tetap melakukan tarikan.
5. Berilah tanda pada kurve pada saat denyut nadi a.radialis tidak teraba lagi.
6. Setelah terjadi kelelahan total, turunkan tekanan di dalam manset sehingga
peredaran darah pulih kembali.
7. Dengan frekuensi yang sama teruskan tarikan dan pencatatan sehingga pengaruh
faktor oklusi tidak terlihat lagi.

Hasil dari Praktikum :


1. Pembahasan
Saat 12 kali tarikan, kerja otot masih tinggi namun saat dilakukan oklusi kerja otot langsung
menurun dan sampai terjadi kelelahan otot. Hal ini dikarenakan aliran darah terhambat sehingga
otot tidak mendapatkan oksigen. Dan saat oklusi dilepas aliran darah kembali menuju otot
sehingga otot dapat kembali bekerja kembali.

16
2. Kesimpulan
Peredaran darah yang tidak lancar akan mempercepat terjadinya kelelahan otot.
Pemompaan manset pada lengan akan mengakibatkan pembendungan aliran darah ke
ekstremitas sehingga supply darah yg mengandung nutrisi dan oksigen tidak ada.
Akibatnya, asam laktat (penumpukan pd saat kontraksi) tidak dapat diubah kembali
menjadi glukosa sehingga kelelahan terjadi lebih cepat.

3. Saran
Saat otot berkontraksi sebaiknya tidak ada yang menghalangi jalannya pembuluh darah
pada otot tersebut, agar otot tersebut mendapatkan oksigen sehingga tidak cepat
terjadi kelelahan otot

III. Pengaruh istirahat dan massage


Tata kerja:
1. Latihan ini dilakukan oleh orang percobaan lain.
2. Besarkan beban ergograf sampai hampir maksimal.
3. Sambil dicatat lakukan satu tarikan tiap 1 detik sampai terjadi kelelahan total,
kemudian hentikan tromol.
4. Berilah istirahat selama 2 menit. Selama istirahat, lengan tetap dibiarkan di atas
meja.
5. Setelah tromoi diputar dengan tangan sepanjang + 2 cm, jalankan kimograf dan
lakukan kembali tarikan dengan frekwensi dan beban yang sama sampai terjadi
kelelahan total, kemudian hentikan tromoi.
6. Berilah istirahat selama 2 menit lagi. Selama masa istirahat ini lakukanlah massage
pada lengan o.p.
7. Setelah tromoi diputar dengan tangan sepanjang + 2 cm, jalankan kimograf dan
lakukan kembali tarikan seperti ad.5.
8. Bandingkan ketiga ergogram yang saudara peroleh dan berusahalah menganalisisnya

Hasil dari Praktikum :


1. Pembahasan

1. Tarikan awal
Kelelahan otot lebih cepat terjadi
karena dalam waktu 1 detik tidak
cukup untuk melakukan
relaksasi.

17
2. Setelah istirahat tanpa massage
Saat belum di massage kelelahan otot lebih cepat
terjadi karena terjadi penumpukan asam laktat.

3. Setelah istirahat dengan massage


Setelah di massage kerja otot kembali meningkat
walaupun tidak setinggi saat pertama kali melakukan
percobaan karena saat dilakukan pemijatan pembuluh
darah melebar dan aliran oksigen menjadi lebih banyak.

2. Kesimpulan
Kerja fisik akan menimbulkan akumulasi asam laktat, namun dengan adanya pemijitan,
otot menjadi lemas dan pembuluh darah di dalamnya melebar sehingga lebih banyak
oksigen dan nutrisi tersedia untuk jaringan otot. Asam laktat dapat dipecah kembali
menjadi glukosa bila terdapat cukup oksigen sehingga dapat dipakai kembali oleh tubuh
menjadi sumber energi yg baru (ATP).

3. Saran
Saat setelah melakukan kerja fisik sebaiknya dilakukan massage agar otot menjadi lebih
relax dan mendapatkan oksigen yang lebih sehingga kelelahan otot dapat berkurang.

IV. Rasa nyeri, perubahan warna dan suhu kulit akibat


iskemia
Tata kerja:
1. Latihan ini dilakukan pada orang percobaan lain dan tanpa pencatatan.
2. Pasanglah manset pada lengan-atas kanan o,p. dan berikan pembebanan yang cukup
berat sehingga penarikan hanya akan memperlihatkan penyimpangan ujung pencatat
yang kecil saja.
3. Perhatikan suhu dan warna kulh lengan-bawah kanan o.p.
4. Lakukan satu tarikan tiap satu detik sambil diadakan oklusi sehingga terjadi kelelahan
total atau sampai terjadi rasa sakit yang tak tertahan.

18
5. Hentikan tindakan oklusi segera setelah o.p. merasa nyeri yang hebat sekali. Perhatikan
suhu dan warna kulit lengan-bawah kanan o.p.

Hasil dari Praktikum :


1. Pembahasan

Sebelum

Sesudah

Tangan yg mendapat oklusi (pembendungan oleh manset) warnanya menjadi biru dan suhu
menurun serta perasaan nyeri. Begitu tekanan diturunkan, manset dilepas, warna tangan
menjadi merah karena ada aliran darah kembali.

2. Kesimpulan
Penumpukan asam laktat dalam otot akan mengiritasi saraf yg menyebabkan rasa nyeri pada
otot. Vasokontriksi pembuluh darah akan menyebabkan perubahan warna pd kulit. Suhu yg
menurun disebabkan peredaran darah tidak mengalir dengan lancar.

3. Saran
 Beban Ergograf dikurangi
 Sebaiknya menggunakan OP yang lebih kuat

19
Pertanyaan:
2. Apa yang dimaksud dengan kerja steady-state?
kerja otot yang tidak dipengaruhi oleh beban apapun seperti pemompaan manset
sehingga selama selang waktu tertentu kemampuan kontraksi otot tidak berkurang
karena ada proses pemulihan

3. Mengapa terjadi kelelahan?


 Karena pada saat otot berkontraksi, glukosa akan dipecah menjadi ATP dan asam laktat.
Penimbunan asam laktatlah yang akan menimbulkan kelelahan pada otot.
 Cadangan energi habis
 O2 dalam darah kurang
4. Apa tujuan massage? Bagaimana cara melakukannya? Bagian mana dari lengan yang di
massage?
 Tujuan massage:
o agar otot menjadi lemas dan pembuluh darah melebar sehingga lebih banyak oksigen
dan nutrisis tersedia untuk jaringan otot, dengan demikian dapat mengurangi
penumpukan asam laktat sehingga otot akan kembali dalam keadaan relaksasi
 Caranya:
o Massage dilakukan dengan cara memijat dan diurut pada bagian yang akan melakukan
olahraga.
 Bagian yang dimassage
o lengan bawah yang akan melakukan olahraga

20

Anda mungkin juga menyukai