Anda di halaman 1dari 9

Laporan Praktikum Fisiologi Blok 5

NAMA KELOMPOK :

1. Ketua : Claudia Marlissa (102016161)


2. Sekretaris : Putri Udiata
3. Alfredo Lailossa
4. Audrey Fidelia (102016200)
5. Regina Pongtuluran (102016104)
6. Soleha
7. Yanfrin Taslim

Percobaan I Kerja Steady State

A. Tujuan Percobaan
Mengetahui kelelahan otot saraf pada kerja steady-state.

B. Alat yang digunakan

1. Kimograf + kertas + perekat


2. Manset sfigmomanometer
3. Ergograf
4. Metronome (Frekuensi 1 detik)

C. Cara Kerja

1. Pasang semua alat sesuai dengan gambar.


2. Sambil dicatat lakukan satu tarikan tiap 4 detik menurut irama alat yang diperdengarkan
di ruang praktikum sampai 1/3 putaran tromol. Setiap kali setelah melakukan tarikan,
lepaskan segera jari saudara dari pelatuk sehingga kembali ke tempat semula.

D. Hasil Percobaan

- ( NANTI BARU DI TEMPEL/DIISI )

Percobaan II - Pengaruh Gangguan Peredarahan Darah


A. Tujuan Percobaan
Mengetahui pengaruh gangguan peredaran darah pada kerja otot-saraf

B. Alat yang digunakan

1. Kimograf + kertas + perekat


2. Manset sfigmomanometer
3. Ergograf
4. Metronome (frekuensi 1 detik)

C. Cara Kerja
1. Pasang manset sfigmomanometer pada lengan atas kanan orang percobaan yang sama.
2. Sebagai latihan lakukan beberpa kali oklusi pembuluh darah lengan atas dengan jalan
memompa manset dengan cepat sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba lagi.
3. Dengan manset tetap terpasang tetapi tanpa oklusi, lakukan 12 kali tarikan dengan
frekuensi satu tarikan tiap 4 detik sambil dicatat pada kimograf.
4. Tanpa menghentikan tromol pada tarikan ke-13 mulailah memompa manset dengan
cepat sampai denyut nadi a. radialis tidak teraba lagi. Selama pemompaan orang
percobaan tetap melakukan latihan.
5. Berilah tanda pada kurva pada saat denyut nadi a. radialis tidak teraba lagi.
6. Setelah terjadi kelelahan total, turunkan tekanan tekanan di manset sehingga peredaran
darah pulih kembali.
7. Dengan frekuensi yang sama teruskan tarikan dan pencatatan sehingga pengaruh faktor
oklusi tidak terlihat lagi.

D. Hasil Percobaan
- ( NANTI BARU DI TEMPEL/DIISI )

Percobaan III - Pengaruh Istirahat dan Massage

A. Tujuan Percobaan
Mengetahui pengaruh istirahat dan massage pada kerja otot saraf
B. Alat yang digunakan

1.Kimograf + kertas + perekat


2.Manset sfigmomanometer
3.Ergograf
4.Metronome (frekuensi 1 detik)

C. Cara Kerja
1. Latihan ini dilakukan oleh orang percobaan lain.
2. Besarkan beban ergograf sampai hampir maksimal.
3. Sambil dicatat lakukan satu tarikan tiap 1 detik sampai terjadi kelelahan total, kemudian
hentikan tromol.
4. Berilah istirahat selama 2 menit. Selama istirahat lengan tetap dibiarkan di atas meja.
5. Setelah tromol diputar dengan tangan sepanjang kurang lebih 2 cm, jalankan kimograf
dan lakukan kembali tarikan dengan frekuensi dan beban yang sama sampai terjadi
kelelahan total, kemudian hentikan tromol.
6. Berilah istirahat selama 2 menit lagi. Selama masa istirahat ini lakukanlah massage
pada lengan orang percobaan. Massage dengan cara mengurut dengan tekanan kuat
kearah perifer, kemudian dengan tekanan ringan kearah jantung. Massage dilakukan
dari fossa cubiti hingga ujung jari.
7. Setelah tromol diputar dengan tangan sepanjang kurang lebih 2 cm, jalankan kimograf
dan lakukan kembali tarikan seperti langkah 5.
8. Bandingkan ketiga ergogram yang saudara perdeh dan berusahalah menganalisisnya.

D. Hasil Percobaan
- ( NANTI BARU DI TEMPEL/DIISI )

Percobaan IV Rasa Nyeri, Perubahan Warna dan Suhu Kulit Akibat Iskemia

A. Tujuan Percobaan
Mengetahui pengaruh kerja otot terhadap rasa nyeri, perubahan warna dan suhu kulit

B. Alat yang digunakan


1. Kimograf + kertas + perekat
2. Manset sfigmomanometer
3. Ergograf
4. Metronome (frekuensi 1 detik)

C. Cara Kerja
1. Latihan ini dilakukan pada orang percobaan lain dan tanpa pencatatan ergogram.
2. Pasanglah manset pada lengan atas kanan orang percobaan dan berikan pembebanan
yang cukup berat sehingga penarikannya hanya akan memperlihatkan penyimpangan
ujung pencatat yang kecil saja.
3. Perhatikan suhu dan warna kulit lengan bawah kanan orang percobaan.
4. Lakukan satu tarikan tiap satu detik sambil diadakan oklusi sehingga terjadi kelelahan
otot sampai terjadi rasa sakit yang tak tertahan.
5. Hentikan tindakan oklusi segera setelah orang percobaan merasa nyeri yang hebat
sekali. Perhatikan suhu dan warna kulit lengan bawah orang percobaan.
D. Hasil Percobaan

Sebelum dilakukan oklusi

Warna kulit : kemerah-merahan (normal)


Suhu kulit : normal

Saat dilakukan oklusi dan dilakukan kerja otot

Warna kulit : pucat


Suhu kulit : rendah
Terasa nyeri

Setelah oklusi dilepas

Warna kulit : secara cepat menjadi merah


Suhu kulit : kembali normal
Terasa sensasi kesemutan

Pembahasan

Percobaan pertama, dilakukan kerja otot yang paling ringan diantara kerja-kerja otot
pada percobaan lainnya. Grafik yang dihasilkan adalah grafik yang steady karena otot tidak
mengalami kelelahan. Kerja otot dengan frekuensi yang rendah dapat memberikan kesempatan
bagi otot untuk mengalami pemulihan diantara kontraksi-kontraksi/kerja. Tetapi memang
aktifitas kontraktil tidak dapat dipertahankan terus menerus, tegangan dapat berkurang seiring
munculnya kelelahan, ada dua jenis kelelahan, yaitu kelelahan otot dan kelelahan sentral : 1

1. Kelelahan otot, terjadi jika otot yang beraktivitas tidak lagi dapat berespons terhadap
rangsangan dengan derajat kontraksi yang sama. Kelelahan otot merupakan suatu
mekanisme pertahanan yang melindungi otot agar tidak mencapai titik dimana ATP tidak
dapat lagi diproduksi. Faktor-faktor yang berperan penting adalah :

a. Meningkatnya ADP dan fosfat inorganik lokal dari penguraian ATP yang
menghambat pelepasan dan penyerapan kembali ion Ca2+ oleh retikulum
sarkoplasma
b. Penimbunan asam laktat yang menghambat dalam menghasilkan energi atau
proses penggabungan eksitasi-kontraksi
c. Ion K+ ekstrasel yang terjadi di otot ketika pompa natrium kalium tidak dapat
secara aktif memindahkan kembali ion K+ ke dalam sel otot saat potensial aksi
menurun.
d. Terkurasnya cadangan energi glikogen sehingga menyebabkan kelelahan otot
pada kerja berat.
Waktu timbulnya kelelahan bervariasi sesuai dengan jenis serat otot, sebagian
serat lebih resisten terhadap kelelahan dibandingkan serat lain, dan dengan
intensitas latihan; kelelahan muncul lebih cepat pada aktivitas dengan intensitas
tinggi.

2. Kelelahan sentral, terjadi ketika sistem syaraf pusat tidak lagi secara adekuat
mengaktifkan neuron motorik yang menyarafi otot yang bersangkutan sehingga
seseorang dapat memperlambat atau menghentikan latihan meskipun otot-ototnya masih
mampu bekerja.

Perubahan yang terjadi pada otot-otot rangka yang terlatih adalah peningkatan jumlah
mitokondria dan enzim yang berperan pada metabolisme oksidatif. Jumlah kapiler meningkat
dengan membaiknya distribusi darah ke serabut otot. Efek akhirnya adalah ekstrasi O2 yang lebih
sempurna sehingga peningkatan pembentukan asam laktat lebih kecil untuk beban kerja yang
sama.

Percobaan kedua, sebelum dilakukan oklusi pada bagian lengan atas grafiknya steady.
Sesaat setelah dilakukan oklusi terhadap bagian lengan atas, grafik perlahan-lahan menurun
sampai terjadi kelelahan total. Lalu setelah oklusi dihentikan terlihat grafiknya kembali naik dan
lama-kelamaan menjadi grafiknya menjadi sama seperti grafik semula (sebelum dilakukan
oklusi). Pada saat oklusi peredaran darah dari pembuluh arteri yang membawa oksigen dan
nutrisi ke jari yang melakukan kontraksi dihambat. Hal ini tentu menyebabkan otot yang
menyebabkan pergerakan jari tersebut jari tersebut kekurangan oksigen. Kita ketahui bahwa otot
memerlukan ATP untuk berkontraksi. Ketika otot dalam keadaan suplai oksigen terpenuhi,
sumber ATP nya adalah dari pemecahan asam lemak maupun glukosa. Sel otot dapat menyimpan
jumlah terbatas glukosa dalam bentuk glikogen. Proses pemecahan glukosa dalam kondisi yang
aerob dinamakan proses oxidative phosphorylation pathways (jalur fosforilasi oksidatif) yang
dapat menghasilkan 32 ATP dari pemecahan 1 molekul glukosanya. Ketika suplai oksigen tidak
cukup untuk otot tersebut, sumber ATP nya adalah dari proses glikolisis yang anaerob. Glikolisis
yang anerob secara cepat menghabiskan cadangan glukosa yang ada di glikogen, tetapi hanya
menghasilkan 2 ATP dari pemecahan 1 molekul glukosanya.1 Jelaslah terlihat bahwa dalam
keadaan yang tidak cukup oksigen, ATP yang dihasilkan lebih sedikit sehingga kontraksinya pun
akan lebih lemah daripada kontraksi pada kondisi oksigen yang cukup. Selain ATP yang
dihasilkan lebih sedikit, masih ada kekurangan lain dari glikolisis anaerob, yaitu menghasilkan
produk sampingan berupa asam laktat yang akan menumpuk dan menyebabkan kelelahan otot.2
Percobaan ketiga, dalam percobaan ini dilakukan oleh OP yang berbeda dengan beban
pelatuk yang lebih berat dan frekuensi waktu yang lebih cepat (1 tarikan tiap 1 detik). Dengan
dilakukakannya percobaan tersebut dapat membuktikan, kerja otot OP akan terasa lebih cepat
lelah. Setelah OP mengalami kelelahan total, diberikan waktu istirahat selama 2 menit. kemudian
percobaan menarik pelatuk dilanjutkan kembali sampai OP mengalami kelelahan total. Lalu OP
diberikan waktu istirahat 2 menit sambil dilakukan massage. Setelah itu OP melanjutkan menarik
pelatuk kembali, tetapi OP tetap cepat merasa lelah dalam hitungan waktu yang singkat
meskipun sudah dilakukan massage. Seharusnya OP akan terasa lebih kuat karena sudah
diberikan waktu istirahat dan di massage, akan tetapi dalam praktiknya OP tetap merasa cepat
lelah. Hal itu mungkin karna massage yang dilakukan kurang tekanan yang kuat. Hal ini
dikarenakan juga, bila otot dirangsang maka timbul masa latent yang pendek yaitu sewaktu
rangsangan diterima. Kemudian otot dikontraksi yang berarti menjadi pendek dan tebal, dan
akhirnya mengendor dan memanjang kembali.3 Kontraksi pada serabut otot bergaris (otot sadar)
berlangsung hanya dalam waktu sepersekian detik dan setiap kontraksi terjadi atas rangsang
tunggal dari saraf. Setiap kontraksi tunggal mempunyai kekuatan yang sama.

Percobaan keempat, hanya dilakukan pengamatan terhadap suhu dan warna kulit orang
percobaan sebelum dan sesudah dilakukan kerja otot sambil diadakan oklusi. Sebelum
percobaan, warna kulit orang percobaan kemerah-merahan (normal) dan suhu tubuhnya suhu
normal. Setelah dilakukan percobaan warna kulit orang percobaan menjadi pucat dan suhu
kulitnya menjadi lebih rendah lebih dingin). Orang percobaan merasakan nyeri ketika oklusi
terjadi. Setelah terjadi sakit yang tidak tertahankan oklusi dilepas. Ketika oklusi dilepas, warna
kulit orang percobaan secara cepat berwarna merah dan suhunya kembali ke suhu normal. Orang
percobaan merasakan sensasi seperti kesemutan setelah oklusinya dilepas. Iskemia adalah
keadaan ketika suplai darah ke jaringan tubuh berkurang karena penyempitan atau penyumbatan
pembuluh darah. Pada saat dilakukan oklusi terjadi penumbatan pada pembuluh darah arteri
maupun vena. Akibatnya pembuluh arteri tidak dapat melancarkan aliran darah ke bagian tubuh,
sedangkan pembuluh vena juga tertahan, tidak dapat mengalirkan darah kembali ke jantung.
Ketika dioklusi bagian lengan bawah dari tempat oklusi menjadi warna pucat dan suhunya
rendah karena suplai darah yang mengandung oksigen tidak mencapai bagian bawah tempat
oklusi. Warna kulit menjadi pucat karena tidak ada aliran oksigen dan suhu menjadi rendah
karena otot tidak mendapat suplai oksigen yang cukup. Jika otot mendapat suplai oksigen yang
cukup, walaupun energinya tidak diubah menjadi energy kinetic, otot dapat menghasilkan panas
untuk menghangatkan tubuh.2 Ketika oklusi dilepaskan, warna kulit secara cepat berubah
menjadi merah dan timbul sensasi kesemutan karena aliran darah yang cepat ketika sumbatannya
dibuka. Maka telah terjadi gagalnya pembakaran glikogen yang disebabkan oleh tak adanya
energi karena peredaran darah terhambat sehingga O2 tidak cukup untuk dialiri (oklusi) sehingga
dapat terlihat dari hasil percobaan yang ada bahwa grafiknya sangat pendek dan kekuatan untuk
menraik pelatuknya cukup rendah.4

Kesimpulan

Kelelahan otot adalah suatu keadaan saat otot tidak dapat berkontraksi secara cepat dan
kuat atau bahkan tidak dapat berkontraksi sama sekali. Kelelahan otot umumya terjadi pada
seseorang yang memiliki aktivitas fisik yang padat setiap saat. Gejala kelelahan otot dapat
terlihat pada gejala yang tampak dari luar (external signs). Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kelelahan otot pertama, pengosongan ATP yang merupakan sumber energi
kontraksi otot dan PC untuk resintesa protein secepatnya. Jika ATP dan PC digunakan untuk
kontraksi terus maka terjadi pengosongan fosfagen intraselular sehingga mengakibatkan
kelelahan. Selain itu ada peningkatan konsentrasi ion H+ di dalam intraselular yang diakibatkan
penumpukan asam laktat. Kedua, pengosongan simpanan glikogen otot terjadi karena proses
latihan yang lama (30 menit 4 jam) karena pengosongan glikogen demikian hebat, maka
menyebabkan kelelahan kontraktil. Ketiga, akumulasi asam laktat akan menumpuk di otot dan di
pembuluh darah. Menyebabkan konsentrasi H+ meningkat dan pH menurun. Ion H+
menghalangi proses eksitasi, yaitu menurunnya Ca2+ yang dikeluarkan dari retikulum
sarkoplasmik. Ion H+ juga mengganggu kapasitas mengikat Ca2+ oleh troponin. Ion H+ juga akan
menghambat kegiatan fosfo-fruktokinase. Kelelahan otot terjadi kerena berat beban dan
frekuensi otot. Pemulihan kekuatan otot dipengaruhi oleh lama waktu istirahat dan pemberian
massage atau pijitan.

Daftar Pustaka

1. Sherwood L. Introduction to human physiology. 8thed. International: Cengage Learning;


2010.p.272-94.
2. Ganong, WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-20. Jakarta: EGC; 2002.h.62.
3. Sitepu ID. Efektifitas massage terhadap penurunan kelelahan otot tangan operator
komputer. Medan: Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara; 2007.h.15.
4. Septiani F, Ilyas EI, Sadikin M. Maj Kedokt Indon April 2010;60:181.

5. Sudarso S. Penyusunan program pelatihan berbeban untuk meningkatkan kekuatan. Jurnal Ilmiah
SPIRIT 2011;11:33.

Anda mungkin juga menyukai