BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Mata mulai tampak pada mudigah 22 hari sebagai sepasang alur dangkal
di samping otak depan. Dengan menutupnya tabung saraf (neural tube), alur-alur
ini membentuk kantong luar di otak depan, yaitu vesikula optika (vesikel mata).
Vesikel-vesikel ini kemudian melekat ke ektoderm permukaan dan memicu
perubahan di ektoderm yang diperlukan untuk membentuk lensa. Selama proses
ini berlangsung, sel-sel ektoderm permukaan yang pada awalnya menempel
dengan vesikula optika mulai memanjang dan membentuk plakoda lentis
(lempeng lensa). Plakoda ini kemudian mengalami invaginasi dan berkembang
menjadi vesikula lentis (vesikel lensa). Segera setelah vesikula lentis terbentuk,
sel-sel dinding posterior mulai memanjang ke arah anterior dan membentuk
serabut-serabut panjang yang secara bertahap mengisi lumen vesikel. Pada akhir
minggu ke-7, serabut lensa primer ini mencapai dinding anterior vesikula lentis.
Namun, pertumbuhan lensa belum selesai pada tahap ini, karena serabut-serabut
lensa baru (sekunder) terus ditambahkan ke inti sentral tersebut (Sadler, 2009).
pipih. Secara mikroskopis, inti ini terlihat jelas di bagian perifer lensa di dekat
ekuator dan berbatasan dengan lapisan epitel subkapsular (Riordan-Eva, 2008).
Aspek yang paling penting dari fisiologi lensa adalah mekanisme yang
mengontrol keseimbangan air dan elektrolit, yang berperan sangat penting untuk
menjaga transparansi lensa. Lensa memiliki ion kalium dan asam amino yang
lebih banyak daripada aqueus dan vitreus di sekitarnya. Lensa juga memiliki
kandungan air, ion natrium, dan ion klorida yang lebih rendah daripada
sekitarnya. Keseimbangan kation di dalam dan di luar lensa disebabkan oleh
permeabilitas membran sel lensa dan aktivitas pompa natrium dalam membran sel
epitel lensa dan setiap serat lensa. Penghambatan Na+, K+-ATPase
dapatmenyebabkan hilangnya keseimbangan kation dan meningkatnya kadar air
lensa. Kombinasi dari transport aktif dan permeabilitas membran sering disebut
sebagai sistem pump-leak lensa yang berarti bahwa kalium dan molekul lain
seperti asam amino secara aktif diangkut ke dalam anterior lensa melalui
epitelium anterior. Dengan demikian, epitel adalah tempat utama untuk transport
aktif dalam lensa dimana terjadi gradien yang berlawanan dari ion natrium dan
kalium di lensa, dengan konsentrasi ion kalium yang lebih tinggi pada bagian
depan lensa dan lebih rendah di bagian belakang lensa, berlawanan dengan
konsentrasi natrium.
6
2.4. Katarak
Ilyas (2010) juga menjelaskan kekeruhan ini dapat mengenai kedua mata
dan berjalan secara progresif ataupun mengalami perubahan yang lambat.
Selanjutnya, jika kekeruhan ini sudah mengurangi transparansi lensa akan terjadi
penglihatan yang kabur atau buram pada jarak dekat maupun jauh tanpa disertai
rasa nyeri maupun mata merah.
Katarak ini merupakan opasitas kongenital dari kristalin lensa yang dapat
dikategorikan berdasarkan beberapa etiologi (Friedman,2007). Pupil mata bayi
yang menderita katarak kongenital akan memiliki bercak putih atau leukokoria.
Bercak putih ini dapat terlihat dengan berbagai bentuk, seperti: katarak
piramidalis atau polaris anterior,katarak zonularis atau lamelaris, katarak pungtata,
dan lain-lain (Riordan-Eva, 2008).
Katarak kongenital terjadi pada 3 dari 10000 kelahiran hidup dimana dua
pertiga terjadi bilateral (Kanski,2015). Sebuah riset yang dilakukan oleh Foster et
al (1997) melaporkan bahwa katarak merupakan penyebab kebutaan terpenting
pada anak yang dapat ditangani. Penelitian ini juga menyebutkan ada 200.000
anak yang menjadi buta karena katarak di seluruh dunia, dan 20.000-40.000 anak
dengan katarak bilateral lahir setiap tahun. Sementara menurut penelitian yang
dilakukan oleh Wirthet al (2002) bahwa terdapat 421 pasien pediatri yang
diidentifikasi menderita katarak sehingga memberikan perkiraan insidensi
sebanyak 2,2 per 10.000 kelahiran. Dari 342 pasien tanpa riwayat penyakit
keluarga, 50% terdiagnosa selama tahun pertama kehidupan. Sebanyak 56 orang
dari 342 pasien tersebut sebanyak 16% berkaitan dengan penyakit sistemik atau
sindrom tertentu. Katarak unilateral teridentifikasi pada 178 dari 342 orang (52%)
kasus sporadis (Wirth,et al, 2002).
9
1. Developmental Variants
Proses perkembangan awal dapat menyebabkan berbagai opasitas
lensa kongenital. Opasitas berupa titik-titik yang menyebar atau seperti
plak berwarna putih pada kapsul lensa sering ditemukan dan kadang-
kadang melibatkan daerah subkapsular. Opasitas yang kecil di kapsul
posterior bisa berhubungan dengan sisa hialoid primer sistem vaskular
yang menetap (Mittendorf dot), sedangkan pada kapsul anterior dapat
dikaitkan dengan membran pupil (pupillary membrane) atau lapisan
vaskuler lensa yang persisten. Katarak kongenital tipe ini biasanya
stasioner dan jarang mengganggu penglihatan; meskipun pada beberapa
orang dapat menjadi progresif.
10
2. Prematuritas
Perubahan lensa pada neonatus preterm disebut katarak
prematuritas. Katarak ini terlihat sebagai sekelompok vakuola kecil yang
tersebar di sutura Y lensa. Katarak ini dapat dilihat dengan menggunakan
oftalmoskopi dan terlihat jelas apabila pupil cukup berdilatasi.
Patogenesisnya belum jelas. Pada kebanyakan kasus, opasitas akan
menghilang secara spontan dalam beberapa minggu.
3. Mendelian Inheritance
5. Gangguan Metabolik
Katarak merupakan manifestasi tersering dari banyak penyakit
metabolik, terutama gangguan metabolisme karbohidrat, asam amino,
kalsium, dan tembaga. Pada setiap bayi dengan katarak kemungkinan
galaktosemia menjadi pertimbangan utama. Pada galaktosemia infantil
klasik, yaitu defisiensi galaktosa-1-fosfat uridil transferase, katarak yang
terlihat biasanya tipe zonular dengan opasitas pada satu atau lebih
perinuklear lensa dan sering disertai clouding pada nukleus.
11
1. Nuklear, opasitas yang mengenai lensa fetal atau embrionik. Katarak bisa
padat atau tersusun dari pulverulen.
2. Lamellar, opasitas yang mengenai bagian tertentu lamella depan dan
belakang dan pada beberapa kasus berkaitan dengan ekstensi radial.
Opasitas lamellar dapat terjadi secara autosomal dominan, kelainan
metabolik, dan infeksi intrauterin.
3. Koroner (Supranuklear), opasitas yang terletak dalam korteks dan
mengelilingi nukleus seperti mahkota, biasanya terjadi sporadis dan
terkadang faktor keturunan.
4. Blue dot (cataracta punctata caerulea), sering terjadi bersamaan dengan
tipe opasitas lain.
5. Sutural, opasitas yang mengikuti bentuk sutura Y pada bagian anterior
atau posterior. Opasitas ini dapat terjadi bersamaan dengan opasitas lain
6. Polar anterior, opasitas yang berbentuk pipih ataupun konus (kerucut) pada
kamera okuli anterior (katarak piramidal). Opasitas polar anterior yang
datar terletak sentral dengan diameter lebih kecil dari 3 mm. Katarak ini
biasanya bilateral pada sepertiga kasus dan tidak menganggu penglihatan
secara signifikan. Opasitas piramidal biasanya sering dikelilingi oleh
opasitas kortikal dan dapat mengganggu penglihatan. Katarak polar
anterior terkadang dihubungkan dengan katarak anterior polar termasuk
persistent pupilary membrane, aniridia, anomali Peters, dan lentikonus
anterior
7. Polar posterior , merupakan katarak yang dikaitkan dengan Mittendorf
dots, lentikonus posterior dan vaskulaut fetal anterior.
8. Central ‘oil droplet’, merupakan karakteristik opasitas yang disebabkan
galaktosemia.
13
Menurut Ilyas (2010) tindakan bedah pada katarak kongenital yang umum
dikenal adalah disisio lensa, ekstraksi linear, ekstraksi dengan aspirasi.
Pengobatan katarak kongenital bergantung pada :
3. Lensektomi
4. Aspirasi Lensa
Sistem aspirasi mesin fakoemulsifikasi bervariasi sesuai desain pompa.
Terdapat 3 jenis pompa, yaitu peristaltik, diafragma, dan venturi. Pompa
peristaltik terdiri dari satu set rol yang bergerak sepanjang tabung
fleksibel, mendorongfluida melalui pipa dan menciptakan vakum relatif di
apertura ujung phaco aspirasi. Pada pompa diafragma terdapat diafragma
yang fleksibel di atas ruang cairan dengan katup I-way pada tempat masuk
dan keluarnya. Pompa venturi menciptakan vakum berdasarkan prinsip
venturi, yaitu aliran gas atau cairan di pelabuhan menciptakan vakum yang
proporsional untuk laju aliran gas. Secara umum, ketiga jenis pompa ini
sama efektivitasnya (American Academy of Ophtalmology, 2011).
18
Dari Tabel 2.2. terlihat bahwa aspirasi lensa adalah metode yang paling
banyak digunakan (526). Metode lain yang digunakan antara lain lensektomi
(207) dan ECCE yang diikuti pemasangan IOL (169).
1. Katarak parsial dan katarak sentral yang kecil hanya perlu diobservasi
dan dapat menggunakan tata laksana non-bedah, yaitu dilatasi pupil.
Gambar 2.1Katarak yang tidak memerlukan operasi.
1. Pada anak di bawah usia 2 tahun, dianjurkan pemakaian lensa kontak. Bila
katarak terjadi bilateral, afakia dapat dikoreksi dengan pemakaian
kacamata. Pada usia anak 2-3 bulan juga dianjurkan implantasi lensa
primer terutama pada katarak unilateral. Meskipun demikian, menurut
Ilyas (2006) pemakaian lensa tanam/ Intraocular Lens (IOL) tidak
dianjurkan untuk anak di bawah usia 3 tahun.
21
2. Pada anak di atas usia 2 tahun, dapat dikoreksi dengan implantasi IOL
pada kamera okuli posterior selama pembedahan.
1. Lensa bilik mata depan yang ditempatkan di depan iris atau selaput
pelangi dengan kaki penyokongnya bersandar pada sudut bilik mata.
2. Lensa dijepit pada iris yang kakinya tidak terletak pada sudut bilik
mata.
3. Lensa bilik mata belakang yang diletakkan pada kedudukan lensa
normal di belakang iris. Lensa dikeluarkan dengan ekstraksi lensa
ekstrakapsular.
4. Lensa yang diletakkan dalam kapsul lensa.