Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

MODUL MSI

Oleh:
Kelompok 1
 Regina Stefani Anwar
 Sarah Asyfa Syamsudin
 Fathia Azzahra
 Annas Bakhtiar
 Maulana Azhar Rasyid
 Ainun Aulia Jusman
 Zahrul Fuadi
 Avivah Jauharotul Kirom
 Ervina Dwinanda
 Retno Palupi Miftahul Aniyah

Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2018
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (YME) yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kelompok kami dapat melaksanakan sebuah
praktikum dan menyelesaikannya dengan baik.

Disusunlah sebuah laporan resmi praktikum fisiologi untuk memenuhi tugas laporan
Praktikum Fisiologi modul MSI dengan isinya membahas mengenai kelalahan pada otot,
pengukuran beban maksimum yang dapat ditahan oleh otot bisep pada berbagai sudut sendi,
pengaruh sikap tubuh terhadap kekuatan kontraksi otot ekstensor dan fleksor manusia, dan
muscle performance test. Laporan ini telah kami susun dengan sistematis dan sebaik
mungkin.

Dengan selesainya laporan praktikum ini, maka kami tidak lupa mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan praktikum
terutama pada pembimbing praktikum kami.

Demikian laporan Praktikum Fisiologi modul MSI ini kami buat. Kami sadar akan
kekurangan laporan kami yang masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kritik dan saran
akan sangat dinantikan oleh kami. Semoga laporan Praktikum Fisiologi modul MSI ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak juga bermanfaat bagi kami selaku penulis.

Tangerang Selatan, 16 Februari 2018

Kelompok 1

2|Page
DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................................................1

Kata
Pengantar............................................................................................................................2

Daftar Isi…….…………………………………………………………………………….…...3

Praktikum 1 Kelelahan Otot pada Manusia...……………………………..……………..…….4

Praktikum 2 : Pengukuran Beban Maksimum yang Dapat Ditahan Oleh Otot Bisep Pada
Berbagai Sudut Sendi ………………………………………………..………………….……
12

Praktikum 3 : Pengaruh Sikap Tubuh terhadap Kekuatan Kontraksi Otot Ekstensor dan
Fleksor Manusia ...……………………………………….………………….
………………………..15

Praktikum 4 Muscle Performance Test …………………………………………...


……….....20

Daftar Pustaka…….…………………………..……………………………………..……….21

3|Page
KELELAHAN OTOT PADA MANUSIA

TUJUAN

1. Memahami perbedaan kerja steady state dan kerja dengan kelelahan

2. Memahami pengaruh berbagai faktor eksternal (beban kerja) dan internal (aliran
darah local, waktu istirahat, dan massage) terhadap kerja otot

3. Mendeteksi berbagai perubahan yang terjadi akibat berbagai faktor pada butir 2 (baik
melalui analisis hasil mekanomiogram maupun analisis pada OP) dan menjelaskan
mekanisme yang mendasari terjdinya berbagai perubahaan tersebut)

PRINSIP KERJA
Mencatat tinggi mekanomiogram hasil kontraksi otot fleksor jari telunjuk yang menarik
ergograf jari pada berbagai beban kerja (frekuensi kontraksi dan berat beban) dan kondisi
kerja (keadaan peredaran darah lokal, faktor istirahat dan massage).

ALAT YANG DIPERLUKAN


1. Kimograf + kertas + perekat + kipas kimograf dengan berbagai ukuran
2. Manset sfigmomanometer
3. Ergograf
4. Metronom (frekuensi 1 detik)

4|Page
TATA KERJA
I. PERSIAPAN ALAT DAN ORANG PERCOBAAN (OP)
1. Pasang kertas pada besi kimograf (tromol) menggunakan perekat melingkari besi
2. Isi lengan besi pembuat grafik pada ergograf dengan 2 tetes tinta
3. Posisikan lengan besi pembuat grafik pada ergograf pada bagian garis mulai dari
tempat kertas di lem, pastikan tintanya keluar
4. OP duduk di samping ergograf dan meletakkan lengan kanan bawah pada papan
fiksasi ergograf jari
5. Pasang metronom (mintalah bantuan petugas laboratorium).
6. Mulai melakukan tarikan dengan kecapatan putaran 2,2 cm/min
7. OP harus konsentrasi agar ergograf tidak bergerak dari tempatnya dan beban
semakin lama semakin naik

II. SYARAT PENCATATAN


1. Pencatatan dilakukan pada tromol yang berputar.
2. Kecepatan putaran tromol disesuaikan dengan frekuensi tarikan jari sehingga
menghasilkan mekanomiogram yang baik (hemat kertas namun tetap dapat terlihat
perubahan tinggi antara satu mekanomiogram dengan mekanomiogram
berikutnya).
3. Perubahan frekuensi kerja dilakukan dengan mengubah frekuensi tarikan dengan
referensi motronom yang berfrekuensi 1 detik.
4. Perubahan beban beban kerja dilakukan dengan mengatur pegas dan susunan tuas
pada ergograf jari.

5|Page
P-KO.1. Bagaimana cara mengatur berat pembebanan ergograf jari?
= Terdapat lubang untuk mengatur ketegangan pegas, yang lokasinya berada
dibawah pegas.

III. PROSES PENCATATAN

A. KERJA STEADY STATE DAN PENGARUH GANGGUAN PEREDARAN DARAH

1. Instrusikan OP untu melakukan satu tarikan setiap 4 detik. Menurut irama metronome
diruang praktikum, sampai ¼ tromol.
2. Setiap kali setelah melakukan tarikan, lepaskan segera jari OP dari pelatuk sehingga
pelatuk kembali ke tempat semula. Namun, pastikan agar tinta yang terdapat tidak tumpah
dan posisi ujung pencatat tidak berubah dari posisinya di tromol.
3. Selama melakukan percobaan, OP tidak diperkenankan untuk melihat hasil kerjanya
karena akan mempengaruhi mindset OP agar memberikan hasil yang lebih baik dari
faktanya.

P-KO.2. Apa yang dimaksud kerja steady state?


= Kerja steady state adalah kerja suatu otot tanpa adanya
kelelahan.

4. Setelah OP beristirahat 5 menit, pasang manset sfigmomanometer pada lengan atas


kanan.
5. Sebagai latihan, lakukan beberapa kali oklusi pembuluh darah lengan atas dengan jalan
memompa manset dengan cepat sampai denyu A. Radialis tidak teraba lagi.

P-KO.3. Apa yang dimaksud dengan oklusi pada percobaan ini?


= Oklusi adalah penyumbatan pembuluh darah A. Radialis
sehingga suplai oksigen yang dibawa oleh darah menuju
lengan bawah jadi menurun

6|Page
P-KO.4. Bagaimana kita mengetahui bahwa oklusi sudah tercapai pada percobaan
ini?

= Kita akan mengetahui bahwa sudah terjadinya oklusi saat OP sudah mulai
menunjukan gejala-gejala iskemia, yaitu kulit mulai menunjukan warna
merah, terasa panas, dan timbulnya rasa nyeri saat menarik pelatuk ergograf
sehingga otot sudah kelelahan.

Percobaan selanjutnya (langkah 6-10) dilakukan terus menerus dengan frekuensi tarikan
tetap, yaitu 4 detik tiap tarikannya.

6. Dengan manset yang tetap terpasang namun tetap oklusi, lakukan 12 kali tarikan tercatat
pada kimograf.

P-KO.5. Mengapa frekuensi yang digunakan tetap satu tarikan tiap 4 detik?
= Hal ini ditujukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan pada
grafik saat OP sedang oklusi dan dalam keadaan normal.

7. Tanpa menghentikan tromol pada tarikan ke-13, mulailah memompa manset dengan cepat
hingga A. Radialis tidak teraba lagi, kira-kira dipompa sampai tekanan sistolik normal
(±120 mmHg)
8. Berilah tanda pada kurva, saat denyut nadi A. Radialis tidak teraba lagi
9. Setelah terjadi kelelahan total, turunkan tekanan di dalam manset dengan cepat sehingga
peredaran darah kembali pulih.

P-KO.6. Mengapa terjadi kelelahan?


= Karena, saat terjadi oklusi maka kadar oksigen dalam darah
menurun dan memicu terjadinya glikolisis anaerob sehingga
meningkatkan produksi asam laktat kemudian menumpuk
di pembuluh darah  Muscle Fatigue.

P-KO.7. Bagaimana saudara mengetahui kelelahan total telah terjadi?


= OP mulai menunjukan gejala iskemia

7|Page
P-KO.8. Bagaimana saudara mengetahui peredaran darah telah pulih
kembali?
= Gejala iskemia yang ditunjukkan pada diri OP sudah mulai
menghilang, contohnya warna kulit OP sudah kembali ke warna
asalnya.

10. Teruskan tarikan dan pencatatan sehingga pengaruh faktor oklusi tidak terlihat lagi.

P-KO.9. Apa tandanya pengaruh oklusi tak terlihat lagi?


= Terlihat pada grafik yang dibentuk pada tromol, garis-garisnya
terlihat hampir sama dengan grafik yang terdapat pada percobaan
yang tidak lakukan oklusi, walaupun endurance OP terlihat jauh
lebih baik pada percobaan yang pertama.

B. PENGARUH ISTIRAHAT & MASSAGE

1. Percobaan ini dilakukan dengan OP yang lain.


2. Atur ketegangan pegas ergograf sehingga bebannya hampir maksimal

P-KO.10. Mengapa beban harus sedemikian berat?


= Agar lebih cepat terjadinya penumpukan asam laktat.

3. Sambil dicatat, lakukan satu tarikan setiap 1 detik, sampai terjadi kelelahan total,
kemudian hentikan tromol

P-KO.11. Mengapa frekuensi dipercepat menjadi satu tarikan setiap 1


detik?
= Agar lebih cepat terjadinya penumpukan asam laktat dan kelelahan
otot lebih cepat terjadi.

8|Page
4. Berilah istirahat untuk OP selama 2 menit. Selama istirahat, lengan tetap dibiarkan di
meja
5. Setelah tromol diputar dengan tangan sepanjang ±2 cm, jalankan kimmograf dan
lakukan kembali tarikan dengan frekuensi dan beban yang sama sampai terjadi
kelelahan total kembali, kemudian hentikan tromol.
6. Berilah istirahat selama 2 menit lagi. Selama masa istirahat ini lakukanlah massafe
pada lengan OP.

P-KO.12. Apa tujuan massage dalam latihan ini?


= Agar mempercepat penguraian asam laktat yang menumpuk di
pembuluh darah.

P-KO.15. Bagimana kita melakukan massage?


= Dengan cara ditekan dari arah central menuju perifer dan begitupun
sebaliknya. Saat menuju ke arah perifer, bagian lengan tersebut harus
agak ditekan agar asam laktat yang menumpuk di A. Radialis yang
lokasinya lebih profundus dari vena dapat diuraikan. Sedangkan saat
menuju kea rah central, jangan terlalu ditekan karena massage kali ini
bertujuan untuk menguraikan asam laktat yang menumpuk di vena,
karena posisi vena lebih superficial dibandingkan arteri.

P.KO.16. Bagian mana dari lengan yang di-massage?


= Di bagian lateral dan medial lengan.

7. Setelah tromol diputar dengan tangan sepanjang 2 cm, jalankan kimmograf dan
lakukan kembali tarikan seperti butir ke-5.
8. Bandingkan ke-3 ergogram yang telah diperoleh dan buat analisis hasil percobaan
tersebut beserta kesimpulannya.

C. RASA NYERI, PERUBAHAN WARNA DAN SUHU KULIT KARENA ISKEMIA

1. Latihan ini dilakukan pada orang percobaan lain dan tanpa pencatatan.

9|Page
2. Pasanglah manset pada lengan atas kanan OP dan berikan pembebanan yang
cukup berat sehingga penarikan hanya akan memperlihatkan penyimpangan ujung
pencatat yang kecil.
3. Lakukan satu tarikan tiap satu detik sambil diadakan oklusi sehingga terjadi
kelelahan total; atau sampai terjadi rasa sakit yang tak tertahankan. Perhatikan
suhu dan warna kulit lengan kanan OP selama melakukan percobaan ini.

P-KO.17. Bagaimana terjadinya rasa sakit pada iskemia?


= Iskemia pada otot terjadi ketika otot kurang mendapat asupan
oksigen dari pembuluh darah. Pada percobaan ini, dilakukan oklusi
sehingga aliran darah ke otot yang berkontraksi berkurang. Nyeri yang
timbul diseabkan oleh penumpukan asam laktat hasil dari glikolisis
anaerob. Akumulasi ion hidrogen karena asam laktat merangsang
syaraf nyeri yang ada di otot sehingga terjadi jaras nyeri.
4. Hentikan tindakan oklusi segera setelah OP merasa nyeri yang hebat sekali.
Perhatikan suhu dan warna kulit lengan bawah kanan OP setelah percobaan
dihentikan.
P-KO.18. Bagaimana mekanisme terjadinya perubahan warna kulit selama
dan setelah oklusi?
= Kulit awalnya putih berubah menjadi kemerahan karena adanya
oklusi pada lengan atas menyebabkan sirkulasi darah menjadi tidak
lancar dan pembuluh darah di daerah lengan bawah berubah menjadi
kemerahan.

10 | P a g e
Sebelum oklusi

Setelah oklusi

A. Hasil & Kesimpulan

3
2

B. Gambar Hasil Percobaan Steady State 11 | P a g e


Pada percobaan ini terlihat bahwa sebelum (1) dan sesudah oklusi
(3) menunjukan bentuk ergogram yang hampir mirip namun tetap
lebih lama endurance-nya pada percobaan 1, karena belum
PENGUKURAN BEBAN MAKSIMUM YANG DAPAT DITAHAN OLEH
OTOT BISEP PADA BERBAGAI SUDUT SENDI

I. TUJUAN
Menguji konsep bahwa perbedaan sudut sendi akan mengubah panjang otot dan
keuntungan mekanisnya; yang akibatnya adalah berat beban maksimum yang mampu
ditahan akan bervariasi.

II. PRINSIP KERJA

12 | P a g e
1. Menetapkan berat beban yang dapat ditahan oleh lengan pada berbagai sudut
fleksi sendi siku.
2. Melaporkan hasil pengamatan dalam bentuk teks, tabel dan grafik.

III. ALAT YANG DIPERLUKAN


1. Karton berukuran 60 x 30 cm dengan gambar busur derajat.
2. Beban (dumbell) berbagai ukuran.

IV. TATA KERJA


1. Lengan orang percobaan diletakkan di depan karton atau fleksometer, dengan
lengan atas (bahu hingga siku) mendatar di permukaan alas. Lengan bawah
diangkat sehingga siku fleksi setinggi 20° , berpatokan pada garis di kertas atau
penunjuk fleksometer.
2. Perkiraan berat beban yang akan mampu ditahan oleh OP pada posisi tersebut.
Letakkan dumbell yang sesuai beratnya pada telapak lengannya. OP harus
berusaha menahan beban tersebut sesuai dengan posisi/sudur awalnya.
3. Jika OP masih dapat menahan beban, tambahkan beban sedikit demi sedikit
hingga ia tidak lagi dapat menahan beban tersebut.
4. Catat beban maksimum yang dapat ditahan.

5. Ulangi langkah 1-4 untuk sudut selanjutnya, serta lengan yang lain.

6. Terapkan nilai yang diperoleh pada grafik xy dengan sumbu x untuk sudut, dan
sumbu y untuk berat beban. Gambarkan grafik lengan kanan dengan garis tidak
terputus, dan lengan kiri dengan garis terputus.

V. HASIL PERCOBAAN
a. Teori Dasar
Aktifitas sekecil apapun harus memiliki kekuatan otot yang perfomancenya
baik, terlebih lagi untuk aktifitas berat seperti ambulasi, mengangkat barang yang
berat dan lain sebagainya. Untuk melakukan itu semua harus ditunjang oleh
kekuatan otot yang maksimal, karena kekuatan merupakan salah satu faktor yang
sangat penting dalam unjuk kerja dan sangat menentukan kualitas kondisi fisik.
Jika tidak akibatnya produktifitas kerjapun akan menurun. Kekuatan otot adalah
kekuatan maksimum otot yang ditunjang oleh umur, jenis kelamin, jenis serabut
otot, ukuran crossectional otot dan tipe kontraksi otot yang merupakan kekuatan
untuk menahan beban maksimal disekitar aksis sendi (kapanji, 2004). Salah satu

13 | P a g e
otot yang memiliki peran penting dalam beraktifitas olahraga adalah otot biceps
brachi.

b. Tabel Hasil Percobaan


OP : Ervina

Sudut Beban maksimum lengan kanan Beban maksimum lengan kiri


20 2,4 kg 2,4 kg
45 4,4 kg 4,4 kg
60 8,8 kg 8,8 kg
90 10 kg 10 kg
120 4,4 kg 4,4 kg

c. Grafik Hasil Percobaan

Chart Title
12

10

0
20 45 60 90 120

Tangan Kanan dan Kiri

Pertanyaan 1. Pada sudut fleksi berapa otot bisep dapat menahan beban maksimum?
Jawaban : Pada sudut 90° dapat menahan beban maksimum

Pertanyaan 2. Pada sudut fleksi berapa lengan ada pada keuntungan mekanis yang
maksimal? Mengapa?
Jawaban : 90° , lengan mendapat keuntungan mekanis maksimal pada sudut 90°
karena beban sejajar dengan titik tumpu, yang berarti beban tertumpu lebih besar pada
titik tumpu.

Pertanyaan 3. Pada sudut fleksi berapa lengan ada pada keuntungan hubungan
panjang-ketegangan otot? Mengapa?

14 | P a g e
Jawaban : 90° , karena insersio bisep sebagai otot yang bekerja berada pada posisi
kontraksi optimum bisep, dengan begitu kontraksinya tidak melebihi batas kontraksi
optimum otot bisep.

PENGARUH SIKAP TUBUH TERHADAP KEKUATAN KONTRAKSI


OTOT EKSTENSOR DAN FLEKSOR MANUSIA

I. TUJUAN
Memahami pengaruh perubahan panjang awal akibat perubahan sikap tubuh
terhadap kekuatan kontraksi otot pada manusia.

II. PRINSIP KERJA


Mengukur kekuatan kontraksi otot ekstensor dan fleksor tungkai pada berbagai
sikap tubuh dengan menggunakan dinamometer.

15 | P a g e
III. ALAT YANG DIPERLUKAN
Dinamometer yang dihubungkan dengan pergelangan kaki melalui sebuah katrol.

IV. TATA KERJA


a. PERSIAPAN ALAT DAN ORANG PERCOBAAN (OP)
1. Untuk mengukur kekuatan otot fleksor tungkai, OP duduk menghadap
dinamometer; sedangkan untuk ekstensor, OP duduk membelakangi
dinamometer.
2. Untuk mengukur kekuatan otot fleksor, digunakan kawat penghubung
yang pendek ke pergelangan kaki, sedangkan untuk otot ekstensor
digunakan kawat yang panjang.

b. SYARAT PENCATATAN
1. Setiap gerakan fleksi maupun ekstensi dilakukan sebanyak 3 kali.
2. Nilai kekuatan kontraksi merupakan nilai rerata dari 3 kali pencatatan.
3. Pada waktu melakukan gerakan, tangan OP diletakkan di paha (tidak
diperkenankan berpegangan pada meja).

c. PROSES PENCATATAN
 MENGUKUR KEKUATAN KERUTAN OTOT EKSTENSOR
1. OP duduk di pinggir meja, dengan posisi membelakangi timbangan
dan tungkai bawahnya tergantung secara bebas.
2. Pasang ban kulit pada salah satu pergelangan kaki dan hubungkan
ban kulit tersebut dengan kawat baja yang dapat menarik
timbangan melalui katrol.
3. Suruhlah orang percobaan meluruskan tungkainya (ekstensi lutut)
sekuat tenaga sebanyak 3 kali dan catat nilai rerata kekuatan
kerutan otot ekstensor untuk tiap sikap berikut ini:
3.1. duduk tegak
3.2. duduk sambil membungkukkan badan sejauh-jauhnya
3.3. berbaring terlentang
 MENGUKUR KEKUATAN KERUTAN OTOT FLEKSOR
1. OP duduk di pinggir meja, dengan posisi menghadap
timbangan dan tungkai bawahnya tergantung secara bebas.
2. Pasang ban kulit seperti pada butir 2 prosedur otot ekstensor.
3. Suruhlah orang percobaan membengkokkan tungkainya (fleksi
lutut) sekuat tenaga sebanyak 3 kali dan catat nilai rerata
kekuatan kerutan otot fleksor untuk tiap sikap seperti pada butir
3 prosedur otot ekstensor.
V. HASIL

FLEKSOR

DUDUK TEGAK MEMBUNGKUK BERBARING (KG)


(KG) (KG)

16 | P a g e
O.P 1 O.P 2 O.P 1 O.P 2 O.P 1 O.P 2

KANAN 16 15 18 17 14 10

KRI 12 13 15 15 10 6

EKSTENSOR

DUDUK MEMBUNGKUK
BERBARING (KG)
TEGAK (KG) (KG)

O.P 1 O.P 2 O.P 1 O.P 2 O.P 1 O.P 2

KANAN 26 20 24 17 29 23

KIRI 24 18 22 14 28 22

NILAI KEKUATAN KONTRAKSI OTOT FLESKOR :


O.P 1 : Kaki Kanan 16 O.P 2 : Kaki Kanan 14
Kaki Kiri 12 Kaki Kiri 11
NILAI KEKUATAN KONTRAKSI OTOT EKSTENSOR :
O.P 1 : Kaki Kanan 27 O.P 2 : Kaki Kanan 20
Kaki Kiri 25 Kaki Kiri 18
VI. PEMBAHASAN
Pertanyaan : Apakah terdapat perbedaan kekuatan kontraksi otot ekstensor dan
fleksor pada berbagai sikap tersebut? Jelaskan jawaban anda!
Jawaban :
• Kekuatan kerutan pada otot fleksor
Posisi yang kekuatan kerutan otot fleksor paling tinggi ketika tubuh OP
dalam kondisi membungkuk. Hal ini dikarenakan otot fleksor (hamstring
muscles yang terdiri dari m. biceps femoris, m. semimembranosus, m.
semitendinosus) adalah otot-otot yang melakukan fleksi (mendekat ke medial
atau ke arah dalam, “tertutup”). Pada posisi membungkuk otot-otot banyak
melakukan fleksi (being stretched). Sehingga kekuatan kerutan otot-otot
fleksor pun lebih besar.

Posisi yang kekuatan kerutan fleksor paling rendah ketika tubuh O.P
dalam kondisi berbaring. Hal ini dikarenakan gerakan berbaring telentang
yang cenderung menjauhi tubuh (ekstensi) sehingga akan sedikit
menggunakan otot-otot fleksor.

17 | P a g e
• Kekuatan kerutan pada otot ekstensor
Posisi yang kekuatan kerutan otot ekstensor paling tinggi ketika tubuh
O.P dalam kondisi berbaring. Hal ini dikarenakan, otot ekstensor (m.
quadriceps femoris yang terdiri dari m. rectus femoris, m. vastus lateralis, m.
vastus medialis dan m. vastus intermedialis) adalah otot-otot yang melakukan
ekstensi(mendekat ke lateral atau arah luar, ‘terbuka’). Pada posisi berbaring
terlentang otot-otot banyak melakukan ekstensi (being stretched). Sehingga
kekuatan kerutan otot-otot ekstensor pun lebih besar.

Posisi yang kekuatan kerutan otot ekstensor paling rendah ketika tubuh
O.P dalam kondisi membungkuk. Hal ini dikarenakan gerakan duduk
membungkuk yang cenderung mendekati tubuh (fleksi) sehingga akan sedikit
menggunakan otot-otot ekstensor.

VII. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan sikap tubuh terhadap kekuatan
kontraksi oto ekstensor dan fleksor manusia sangat berpengaruh. Sikap tubuh
membungkuk memberikan kekuatan terbesar pada gerakan fleksor dan sikap
tubuh berbaring memberikan kekuatan terbesar pada gerakan ekstensor.

MUSCLE PERFORMANCE TEST

PURPOSE
1. To evaluate muscle performance using a set of muscle performance tests.
2. To analyze the individual and group result of muscle performance tests.

PREPARATION AND REQUIREMENTS


1. Read the following Lab Manual before the physiology lab session in order to
understand the assessment techniques.
2. Every group member has to be the subject of each experiment.
3. The subjects have to meet the following conditions:
a. healthy

18 | P a g e
b. have no cardiovascular and musculoskeletal conditions
c. prepare themselves to perform the test on physiology lab session; therefore they
are
d. required to:
1) get enough sleep prior to the time of the test
2) have lunch at least two hours before the time of the test
3) wear comfortable clothing suitable for doing exercise.

LABORATORY WORK PROTOCOL


1. Do the sit up, push up, and vertical jump test on each group member.
2. Calculate the result using a personal computer connected to the internet.
3. Record the result and write a group report (see attachment: Guidelines for Muscle
4. Performance Test Report).
5. The report is due 1 week after the laboratory work, and has to be submitted to the
6. Department of Physiology administration office (Tata Usaha Departemen Fisiologi).

MUSCULAR ENDURANCE ASSESSMENT


Exrx.Net: Sit Up Test
http://www.exrx.net/calculators/situps.html
Test Procedures
Subject performs as many bent knee sit-ups as possible within 60 seconds. Subject can rest
between reps if unable to sit-up continuously. Subject should be encouraged to perform one
or two trial repetitions before test. See online animation.
1. feet anchored by partner or apparatus
2. knees bent 90°
3. hands clasped behind neck
4. elbows travel beyond or make contact with knees
5. back of shoulders must return to floor

Exrx.Net: Push Up Test


http://www.exrx.net/calculators/pushups.html
Test Procedures
The push ups must be completed using the following technique: hands are positioned directly
under shoulders, elbows bend out on a 45º angle. The head must be tucked under, back
straight and push ups lowered “nose fist distance from floor”. Women are allowed to use the
“Ladies Push Ups” on their knees. Subject performs as many repetitions as possible without
pausing. Subject should be encouraged to perform one or two trial repetitions before test.
1. Elbows fully extended
2. Male subject (See animation)
3. forefoot or toes on floor
4. legs, hips, and back straight
5. tester places upright fist below chest of male subject
6. contact with testers fist

Exrx.net: vertical jump test


http://www.exrx.net/calculators/verticaljump.html
The Vertical Jump Test is a universal assessment of power. The subject is allowed three
attempts at performing a depth jump and marking their progress in centimeters relative to
their standing height. A measure of power is given relative to the height of the jump.
19 | P a g e
Test Procedures
1. Put chalk on finger tips. Stand with side toward vertical jump apparatus and reach up
as high aspossible keeping the feet flat on the ground. Mark and record standing
reach.
2. Stand slightly away from the apparatus. Jump up as high as possible using both arms
and legs to assist in projecting the body upwards. Touch the measurement board at the
highest point of the jump.
3. Calculate the "net height" by subtracting the standing reach height from the jump
height. The best of three attempts is recorded.

HASIL

 Female (17 years, BB 51kg TB 158cm)


Sit up : 17
Population Average : 42
Score : -1
Rating : Poor
Push up : 24
Population Average : 27
Score : 44
Rating : Average
Vertical jump : a. 9-38=29
b. 8-42=34 31,6
c. 9-41=32
Population Average : 33,528
Score : 101
Rating : Exellent
Mean Power : 3,057 kgm/sec
 Male (19 years, BB 55kg TB 172cm
Sit up : 24
Population Average : 45
Score :0
Rating : Poor
Push up : 11
Population Average : 45
Score :7
Rating : Poor
Vertical jump : a. 25-80=55
b. 27-78=51 53,6
c. 28-83=55
Population Average : 49,53
Score : 101
Rating : Exellent
Mean Power : 3,907 kgm/sec

KESIMPULAN
1. Rata – rata hasil kekuatan otot yang yang di dapat berada di bawah ‘cukup’ hal ini
disebabkan karena praktikan sangat jarang sekali menggunakan kekuatan ototnya
secara optimal sehingga mempengaruhi nilai kekuatannya.

20 | P a g e
2. Peregangan berpengaruh untuk mongoptimalkan kebugaran fisik dan membuat otot
meregang sehingga akibat terjadinya peregangan itu, otot mampu melakukan
recruitment secara optimal. Namun peregangan yang di lakukan juga perlu di wspadai
karena peregangan yang berlebihan dan membuat otot berkontraksi secara maksimum
hingga di luar batas wajar yang dikhawatirkan akan menyebabkan cedera otot ataupun
kram
3. Repetisi mengakibatkan kekuatan otot semakin membesar tetapi di samping itu
menyebabkan kerja otot menjadi tidak maksimal karena sudah terlalu lelah ketika
melakukan kegiatan tersebut selama berkali – kali.

DAFTAR PUSTAKA

1. Mochamad Purnomo. Asam Laktat dan Aktivitas SOD Eritrosit pada Fase Pemulihan
Setelah Latihan Submaksimal. Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia Volume 1.
Edisi 2. Desember 2011. Diakses dari
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/miki/article/viewFile/2031/2145
2. Pollock ML, Wilmore JH, Fox SM: Health and Fitness through Physical Activity.
New York John Wiley & Sons, 1978.

21 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai