Kelompok D2
Nama
Yono Suhendro (ketua kelompok)
Nurfitri Setioningsih
Erma Khairunissa
Selvi Gunawan
Giovani Alice Halim
Hendra Susanto
Vania Vaustina
Gracella Noni T M Taneo
Alvin
Devyta Christia
Hariz Ikhwan Bin Abd Rahman
Nim
102013002
102011328
102012349
102013052
102013150
102013188
102013277
102013344
102013364
102013457
102013505
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510
Telepon: (021) 5694-2061 (hunting), Fax: (021) 563-1731
Tahun Ajaran 2012/2013
Ttd
E. Pembahasan
Timbul dan berakhirnya kontraksi otot diawali oleh suatu potensial aksi yang
berjalan di sepanjang saraf motorik sampai ke ujungnya pada serat otot. Pada setiap
ujung saraf mensekresi substansi neurotransmitter, yaitu asetilkolin dalam jumlah
sedikit. Asetilkolin bekerja pada area setempat pada membran serat otot untuk
membuka banyak saluran bergerbang asetilkolin melalui molekul-molekul protein di
dalam membran serat otot. Terbukanya saluran asetilkolin memungkinkan sejumlah
besar ion natrium untuk mengalir ke bagian dalam membran serat otot pada titik
terminal saraf. Potensial aksi akan berjalan di sepanjang membran serat otot dan
menimbulkan depolarisasi membran serat otot. Potensial aksi juga berjalan ke dalam
serat otot sehingga menyebabkan retikulum sarkoplasma melepaskan sejumlah besar
ion kalsium (Ca2+) ke dalam miofibril. Ion-ion kalsium menimbulkan kekuatan menarik
antara filamen aktin dan miosin yang menyebabkannya bergerak bersama-sama dan
menghasilkan proses kontraksi setelah kurang dari satu detik ion kalsium dipompa
kembali ke dalam retikulum sarkoplasma dan disimpan sampai potensial aksi otot yang
baru datang lagi; pengeluaran ion kalsium dari miofibril akan menyebabkan kontraksi
otot terhenti.1
Kontraksi otot akan terus bisa dilakukan karena konsentrasi ion Ca2+ dalam
sarkoplasma sentiasa lebih tinggi dari 10-7 M dan otot tersebut mempunyai ATP yang
cukup. ATP digunakan untuk kontraksi otot dan mengembalikan ion Ca2+ ke dalam
sarkoplasmik retikulum.2 Dalam percobaan ini, otot OP mampu berkontraksi secara
sepanjang ekerimen berlangsung karena masa antara setiap tarikan membenarkan
ototnya untuk kembali ke keadaan normal dan mempunyai ATP yang cukup. Tempo
masa tersebut juga membenarkan neurotransmitter asetilkolin untuk kembali ke
keadaan normal. Apabila neurotransmitter tidak mencukupi, maka otot tidak akan
berkontraksi karena otot tersebut tidak menerima sinyal untuk berkontraksi.
E. Pembahasan
Pada saat percobaan II, sama halnya seperti percobaan I, menunjukkan adanya
kelelahan otot. Namun kelelahan otot terjadi pada saat manset dipasang dan dilakukan
oklusi maka aliran darah menjadi tertutup dan denyut nadi tidak teraba lagi sehingga O 2
yang seharusnya dialirkan oleh pembuluh darah juga terhambat. Sedangkan
berdasarkan teori yang ada pada saat kontraksi otot membutuhkan ATP, kontraksi otot
itu terjadi akibat impuls saraf.
Impuls saraf, yang bersifat elektrik, dihantar ke sel-sel otot secara kimiawi dan
hal ini dilakukan oleh sambungan otot-saraf (neuromuscular junction). Impuls saraf
sampai ke sambungan otot-saraf yang mengandung gelembung-gelembung kecil
asetilkolin. Asetikolin dilepas ke dalam ruang antara saraf dan otot (celah sinaps) dan
ketika asetilkolon menempel pada sel otot, ia akan menyebabkan terjadinya depolarisasi
dan aktivitas listrik akan menyebar ke seluruh sel otot, sehingga timbul kontraksi.3
Untuk bisa berkontraksi, serabut otot memerlukan energi yang didapat dari
oksidasi makanan, terutama karbohidrat di mana karbohidrat akan diubah menjadi gula
sederhana, yaitu glukosa. Glukosa yang tidak diperlukan dengan segera oleh tubuh akan
dikonversi menjadi glikogen dan disimpan di hati dan di otot. Selama oksidasi glikogen
menjadi karbondioksida dan air, terbentuk suatu senyawa yang kaya akan energi.
Senyawa ini disebut adenosin trifosfat (ATP). Apabila otot harus melakukan kontraksi,
energi ATP akan dilepas seiring dengan perubahannya menjai adenosin difosfat (ADP).3
Selama oksidasi glikogen, akan terbentuk asam piruvat. Bila terdapat banyak O 2,
seperti yang terjadi pada gerakan umum, asam piruvat dipecah menjadi karbodioksida
dan air. Pada proses ini juga dilepas energi yang akan dipakai untuk membuat lebih
banyak ATP. Apabila O2 tidak mencukupi, asam piruvat diubah menjadi asam laktat
yang menumpuk akan menyebabkan kelelahan otot.3
Seperti pada percobaan yang kedua ini karena pembuluh darah yang
membawa O2 terhambat pada saat dilakukannya okulasi sehingga O 2 tidak tercukupi
maka terjadi proses glikolisis anaerob, di mana produk akhirnya berupa asam piruvat
tidak dapat diproses lebih lanjut oleh proses fosforilasi oksidatif maka molekul ini
diubah menjadi asam laktat yang jika tertimbun akan menyebabkan kelelahan otot.
arah perifer, kemudian dengan tekanan ringan kearah jantung. Massage dilakukan
dari fossa cubiti hingga ujung jari.
7. Setelah tromol diputar dengan tangan sepanjang +/- 2cm, jalankan kimograf dan
lakukan kembali tarikan.
8. Bandingkan ke 3 ergogram yang saudara peroleh dan berusahalah menganalisisnya.
D. Hasil Percobaan
E. Pembahasan
Pada percobaan ini, pasien melakukan latihan dengan melakukan tarikan setiap 1
detik hingga terjadi kelelahan total dan kemudian diberikan istirahat selama 2 menit.
Pada waktu istirahat PS diberikan massage yakni pijitan pelandari fossa cubiti hingga
ujung jari pada lengan. Pemijatan dengan tekanan kuat ke arah perifer memperlan
caraliran darah dari pembuluh darah arteri yang mengangkut nutrisi dan kaya O 2 yang
berperan dalam kontraksi otot, sedangkan pemijatan tekanan ringan ke arah jantung
yang dilakukan dari fossa cubiti hingga ujung jari berfungsi untuk memperlancar
aliran pembuluh darah vena yang membawa zat asam laktat sisa metabolism untuk di
proses di dalam hati.4
Dari grafik yang dihasilkandapatdiketahui PS mengalami kelelahan otot sehingga
grafik menurun (dilihat pada gambar IIIA) .Kemudian setelah istirahat selama 2
menit, otot kembali bekerja dengan baik (dilihat dari gambar IIIB) dimana grafik
kembali naik. Setelah otot lelah,maka istirahat yang ke-2 disertai dengan pijatan,
menyebabkan kerja otot kembali membaik dan otot lebih cepat pulih. Hal ini dapat
dilihat pada gambar IIIC yang mana grafik lebih panjang dibandingkan grafik yang
lain. Kelelahan otot dapat terjadi akibat menumpuknya asam laktat yang dihasilkan
dari pemecahan glukosa untuk menghasilkan energi secara anerob (kurangnya
oksigen).
4. Lakukan satu tarikan tiap satu detik sambil diadakan oklusi sehingga terjadi
kelelahan total atau sampai terjadi rasa sakit yang tak tertahankan.
5. Hentikan tindakan oklusi segera seteleah OP merasa nyeri yang hebat sekali.
Perhatikan suhu dan warna kulit lengan bawah kanan OP.
D. Hasil Percobaan
Suhu
Warna Kulit
Keadaan OP
reversibel.
Penurunan
suplai
oksigen
akan
meningkatkan
mekanisme
metabolisme anaerobik. Iskemia yang lama dapat menyebabkan kematian otot atau
nekrosis. Keadaan nekrosis yang berlanjut dapat menyebabkan kematian otot jantung
(infark miokard).4
Ventrikel kiri merupakan ruang jantung yang paling rentan mengalami iskemia
dan infark, hal ini disebabkan kebutuhan oksigen ventrikel kiri lebih besar untuk
berkontraksi. Metabolisme anaerobik sangat tidak efektif selain energi yang
dihasilkan tidak cukup besar juga meningkatkan pembentukan asam laktat yang dapat
menurunkan Ph sel (asidosis). Iskemia secara khas ditandai perubahan EKG : T
Kesimpulan
Melalui percobaan yang bertahap hasil diatas dapat disimpulkan bahawa kerja otot
sangat dipengaruhi oleh energi atau ATP, dimana ATP dihasikan melalui proses aerob secara
garis besar 34 sampai 36 ATP dibentuk melalui proses tersebut, ATP sangat dipengaruhi dari
proses metabolime tersebut apabila metabolisme terganggu maka ATP akan berkurang
sehingga troponin Ca2+ tidak dapat mengikat miosin yang tersisa sehingga relaksasi akan
terjadi hal ini apabila proses metabolisme terganggu sehingga otot yang berkontraksi menjadi
relaksasi atau kekurangan tenaga akibat penumpukan asam laktat yang terjadi. Namun,
apabila proses metabolime tidak terganggu percepatan relaksasi terhambat, melalui pijitan
pun darah yang membawa oksigen menjadi lebih lancar sehingga troponin Ca 2+ dapat terus
mendapatkan energi dari oksigen atau ATP yang dibentuk melalui oksigen tersebut akibatnya
asam laktat yang tadinya menumpuk menjadi berkurang. Demikian bisa kita simpulkan
bahwa energi sangat mempengaruhi proses tegang dan relaksnya otot.
Daftar Pustaka
1. Guyton AC, Hall JE. Textbook of medical physiology. 11th ed. Pennsylvania: Elseviers
Saunders; 2006.h.46
2. Barrett KE, Barman SM, Boitano S, Brooks HL. Ganong's Review of Medical
4. Sloane Ethel. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit buku
Kedokteran EGC; 2003.h.128-30.
http://bolehtahusemua.blogspot.com/2013/04/kelelahan-otot-sebagai-akibat-mekanisme.html