Disusun oleh :
Kelompok A1
Anggota :
Agus Suweca 102015056
Gisela Nathasa Pufianny 102017040
Muhammad Abrar 102020028
Denasya Putirana 102020030
Ritsma Rein 102020057
Josephine Natasha Stephanie 102020111
1. Percobaan I (Kerja Steady- State)
a) Tujuan
Mengamati beberapa faktor yang mempengaruhi cara kerja otot, kontraksi, relaksasi
serta kelelahan otot.
Grafik yang ditunjukan pada percobaan pertama menunjukan tinggi yang hampir
sama.
e) Pembahasan
Pada percobaan pertama dilakukan kerja otot yang paling ringan diantara kerja-
kerja otot pada percobaan lainnya. Grafik yang ditunjukan pada percobaan pertama
menunjukan tinggi yang hampir sama. Hal ini dikarenakan kerja otot stabil dan ada jeda
waktu yang diberikan yaitu satu tarikan 4 detik, sehingga aliran darah normal dan suplai
oksigen tidak terhambat. Suplai oksigen tersebut memenuhi kegiatan input=output.
Grafik yang dihasilkan adalah grafik yang steady karena otot tidak mengalami
kelelahan. Kerja otot dengan frekuensi yang rendah dapat memberikan kesempatan bagi
otot untuk mengalami pemulihan diantara kontraksi-kontraksi/kerja. Namun, memang
aktifitas kontraktil tidak dapat dipertahankan terus menerus, tegangan dapat berkurang
seiring munculnya kelelahan.
e) Pembahasan
Dari hasil pemeriksaan yang dicatat, dapat terlihat pada awal grafik yang cukup
stabil. Pada dasarnya percobaan yang ke-2 ini hampir sama dengan percobaan yang ke-1,
dapat kita lihat melalui grafik yang tingginya sama. Tinggi grafik dapat mengalami
penurunan pada saat pasien mengalami oklusi, peningkatan kembali terjadinya oklusi
ketika diturunkan. Hal ini disebabkan pada saat oklusi, kurangnya suplai oksigen dan
nutrisi ke jari yang menyebabkan kontraksi otot jari berkurang. Kemudian otot yang
bekerja akan mengalami kelelahan dengan lebih cepat. Oksigen sangat diperlukan dalam
proses metabolisme aerob untuk memecah energi dan glukosa dalam bentuk ATP.
Disamping itu oklusi yang terjadi dapat dihentikan dan peredaran darah akan kembali
normal. Oksigen dan nutrisi akan kembali mengalir kemudian di bawa ke otot jari,
sehingga terjadi pemulihan meskipun tidak seperti semula.
Pada saat beban ergograpf pasien simulasi ditingkatkan dan frekuensi penarikan
dipercepat hanya menjadi 1 detik, grafik menunjukkan adanya kestabilan (P 3.1). Setelah
dibiarkan istirahat selama 2 menit, pasien simulasi mulai melakukan penarikan kembali,
grafik menunjukkan garis yang mulai naik Kembali (P 3.2). Setelah pasien mulai mengalami
kelelahan total pasien simulasi dibiarkan kembali istirahat selama 2 menit sambil dilakukan
massage (Gerakan menekan kuat ke arah perifer dan Kembali ke arah central dengan
tekanan secara pelan). Sehabis dilakukan massage dan pasien simulasi melakukan penarikan
kembali, grafik menunjukan hasil yang kurang lebih sama dengan penarikan sebelumnya. (P
3.3)
e) Pembahasan
Pada percobaan ketiga, kita bisa lihat dalam grafik pertama masih dalam keadaan
stabil. Dan pada grafik kedua memiliki hasil bahwa pasien simulasi melakukan istirahat
selama 2 menit setelah mengalami kelelahan total. Dibandingkan dengan grafik pertama,
terlihat bahwa otot-otot jari tidak dapat pulih sepenuhnya karena lebih cepat mencapai tahap
kelelahan total. Otot jari pada pasien simulasi tidak pulih sepenuhnya dalam waktu hanya 2
menit. Pada grafik ketiga pasien simulasi beristirahat selama 2 menit dan dilakukannya
massage pada lengan kanan. Hal ini menunjukan bahwa otot jari pada pasien simulasi mulai
pulih kembali walaupun tidak sempurna. Selama pasien simulasi melakukan pemijatan
dalam waktu 2 menit itu akan membantu aliran darah dan memperceoat pemulihan pada
otot-otot jari yang mengalami kelelahan total.
Arteri dan vena adalah pembuluh darah yang tersusun atas tiga lapisan, yaitu lapisan
bagian dalam yang terdiri dari endothelium, lapisan tengah yang terdiri atas otot polos
dengan serat elastis dan lapisan paling luar yang terdiri atas jaringan ikat ditambah dengan
serat elastis. Vena terletak lebih banyak di permukaan kulit daripada arteri. Pada vena,
lapisan otot lebih tipis dari lapisan lainnya, tidak terlalu kuat, dan mudah mengempis. Oleh
karena itu, tekanan yang diberikan pada vena tidak harus terlalu kuat, arteri berada lebih
dalam dari pada vena, sehingga tekanan yang diberikan harus lebih besar.1
4. Percobaan IV (Rasa Nyeri, Perubahan Warna, dan Suhu Kulit Akibat Iskemia)
a) Tujuan
Melihat dan memahami perubahan warna dan suhu kulit serta rasa nyeri akibat
dari adanya iskemia
b) Alat-alat yang digunakan
1) Kimograf
2) Kertas
3) Manset sfigmomanometer
4) Perekat
5) Metronome (frekuensi 1 detik)
c) Cara kerja
1) Latihan ini dilakukan oleh pasien simulasi lain dan tanpa pencatatan ergogram
2) Pasanglah manset pada lengan atas kanan PS dan berikan pembebanan yang
cukup berat sehingga penarikan hanya akan memperlihatkan penyimpangan ujung
pencatat yang kecil saja.
3) Perhatikan suhu dan warna kulit lengan bawah kanan PS.
4) Lakukan satu tarikan tiap satu detik sambil diadakan oklusi sehingga terjadi
kelelahan total atau sampai terjadi rasa sakit yang tak tertahankan.
5) Hentikan tindakan oklusi segera seteleah PS merasa nyeri yang hebat sekali.
Perhatikan suhu dan warna kulit lengan bawah kanan PS.
d) Hasil Percobaan
Sebelum Sesudah
Gambar
e) Pembahasan
Di dalam percobaan ke-4 ini dilakukan untuk melihat serta mengetahui perubahan
warna dan suhu kulit akibat dari adanya iskemia. Iskemia adalah suatu kondisi ketika
suplai darah ke jaringan tubuh berkurang yang disebabkan karena adanya penyempitan
atau penyumbatan pembuluh darah. Penyumbatan terjadi pada pembuluh darah arteri dan
vena. Hal ini mengakibatkan pembuluh arteri tidak dapat burfungsi kembali untuk
mengalirkan darah ke bagian tubuh dan pembuluh vena tidak dapat berfungsi kembali
untuk mengalirkan darah kembali ke jantung2. Penyumbatan pembuluh darah terjadi
akibat proses oksigenasi yang tidak sempurna 2. Peristiwa yang terjadi yaitu hilang atau
berkurangnya suplai oksigen di dalam tubuh3.
Pada percobaan ke-4 terjadi perubahan warna dan suhu pada tangan pasien
simulasi. Perubahan warna yang terjadi dari berwarna kemerah-merahan menjadi pucat
kebiru-biruan. Sedangkan, perubahan yang terjadi pada suhu tangan pasien simulasi yang
tadinya hangat menjadi lebih dingin. Perubahan tersebut terjadi karena adanya penurunan
oksigen di dalam otot. Otot tidak mendapatkan suplai energi yang cukup. Oksigen
diperlukan untuk pemulihan sistem-sistem energi4. Suhu dan warna kulit akan berwarna
dan hangat jika adanya aktivitas kontraktil yang membuat panas serta mempercepat laju
reaksi di semua otot, tetapi hal tersebut bergantung pada oksigen4. Jika oksigen yang di
suplaikan ke jaringan otot berkurang, maka proses tersebut tidak dapat berjalan. Hal
itulah yang mengakibatkan suhu tangan berubah menjadi lebih dingin.
Daftar Pustaka
1. Pearce EC. Anatomi dan Fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama; 2006. H. 146.
2. Djasang S. Studi Hasil Indeks Eritrosit Pada Penderita Stroke Iskemik Dan Stroke
Hemoragik. Jurnal Media Analis Kesehatan. 2018 Nov 30;9(2):156-66.
3. Roza RL, Afriant R, Edward Z. Faktor risiko terjadinya ulkus diabetikum pada pasien
diabetes mellitus yang dirawat jalan dan inap di RSUP Dr. M. Djamil dan RSI Ibnu
Sina Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 2015 Jan 1;4(1).
4. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi ke-9. Jakarta: EGC; 2018.