Anda di halaman 1dari 12

Laporan Praktikum Fisiologi

Kelelahan Otot dan Saraf pada Manusia

Disusun oleh: Kelompok A3

Ketua : Hengky Pranandya Laksmana 102015020 ( )


Anggota : Lodowina Eresyen Rumaratu 102011092 ( )
Sancia Nathania Legenie Banuang 102014169 ( )
Rini Lesmana 102015034 ( )
Angga Punggawa Koedoeboen 102015125 ( )
Greetty Permatahati 102015148 ( )
Steven Dwi Saputra 102015153 ( )
Angelina Wijaya 102015186 ( )

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No. 06,
Tanjung Duren, Jakarta Barat 11510
Percobaan I – Kerja Steady State

A. Tujuan Percobaan
Mengetahui kelelahan otot saraf pada kerja steady-state

B. Alat yang digunakan


1. Kimograf + kertas + perekat
2. Manset sfigmomanometer
3. Ergograf
4. Metronome (frekuensi 1 detik)
5.
C. Cara Kerja
1. Pasang semua alat sesuai dengan gambar.
2. Sambil dicatat lakukan satu tarikan tiap 4 detik menurut irama alat yang
diperdengarkan di ruang praktikum sampai 1/3 putaran tromol. Setiap kali setelah
melakukan tarikan, lepaskan segera jari saudara dari pelatuk sehingga kembali ke
tempat semula.

D. Hasil Percobaan
(grafik terlampir)

Laporan Praktikum Fisiologi – Kelelahan Otot dan Saraf pada Manusia Page 2
Percobaan 2 -Pengaruh Gangguan Peredaran Darah pada Kerja Otot

A. Tujuan Percobaan
Mengetahui perngaruh dari adanya gangguan peredaran darah pada kerja otot-saraf

B. Alat yang digunakan


1. Kimograf + kertas + perekat
2. Manset sfigmomanometer
3. Ergograf
4. Metronome (frekuensi 1 detik)

C. Cara Kerja
1. Pasang manset sfigmomanometer pada lengan atas kanan orang percobaan yang
sama.
2. Sebagai latihan lakukan beberpa kali oklusi pembuluh darah lengan atas dengan
jalan memompa manset dengan cepat sampai denyut nadi a. radialis tidak teraba
lagi.
3. Dengan manset tetap terpasang tetapi tanpa oklusi, lakukan 12 kali tarikan dengan
frekuensi satu tarikan tiap 4 detik sambil dicatat pada kimograf.
4. Tanpa menghentikan tromol pada tarikan ke-13 mulailah memompa manset dengan
cepat sampai denyut nadi a. radialis tidak teraba lagi. Selama pemompaan orang
percobaan tetap melakukan latihan.
5. Berilah tanda pada kurva pada saat denyut nadi a. radialis tidak teraba lagi.
6. Setelah terjadi kelelahan total, turunkan tekanan tekanan di manset sehingga
peredaran darah pulih kembali.
7. Dengan frekuensi yang sama teruskan tarikan dan pencatatan sehingga pengaruh
faktor oklusi tidak terlihat lagi.

D. Hasil Percobaan
(grafik terlampir)

Laporan Praktikum Fisiologi – Kelelahan Otot dan Saraf pada Manusia Page 3
Percobaan 3 - Pengaruh Istirahat dan Massage pada Kerja Otot

A. Tujuan Percobaan
Mengetahui pengaruh istirahat dan massage pada kerja otot saraf

B. Alat yang digunakan


1.Kimograf + kertas + perekat
2.Manset sfigmomanometer
3.Ergograf
4.Metronome (frekuensi 1 detik)

C. Cara Kerja
1. Latihan ini dilakukan oleh orang percobaan lain.
2. Besarkan beban ergograf sampai hampir maksimal.
3. Sambil dicatat lakukan satu tarikan tiap 1 detik sampai terjadi kelelahan total,
kemudian hentikan tromol.
4. Berilah istirahat selama 2 menit. Selama istirahat lengan tetap dibiarkan di atas
meja.
5. Setelah tromol diputar dengan tangan sepanjang kurang lebih 2 cm, jalankan
kimograf dan lakukan kembali tarikan dengan frekuensi dan beban yang sama
sampai terjadi kelelahan total, kemudian hentikan tromol.
6. Berilah istirahat selama 2 menit lagi. Selama masa istirahat ini lakukanlah massage
pada lengan orang percobaan. Massafe dengan cara mengurut dengan tekanan kuat
kea rah perifer, kemudian dengan tekanan ringan kea rah jantung. Massage
dilakukan dari fossa cubiti hingga ujung jari.
7. Setelah tromol diputar dengan tangan sepanjang kurang lebih 2 cm, jalankan
kimograf dan lakukan kembali tarikan seperti langkah 5.
8. Bandingkan ketiga ergogram yang saudara perdeh dan berusahalah
menganalisisnya.

D. Hasil Percobaan
(grafik terlampir)

Laporan Praktikum Fisiologi – Kelelahan Otot dan Saraf pada Manusia Page 4
Percobaaan 4 - Rasa Nyeri, Perubahan Warna dan Suhu Kulit Akibat Iskemia
A. Tujuan Percobaan
Mengetahui pengaruh kerja otot terhadap rasa nyeri, perubahan warna dan suhu kulit

B. Alat yang digunakan


1. Kimograf + kertas + perekat
2. Manset sfigmomanometer
3. Ergograf
4. Metronome (frekuensi 1 detik)

C. Cara Kerja
1. Latihan ini dilakukan pada orang percobaan lain dan tanpa pencatatan ergogram.
2. Pasanglah manset pada lengan atas kanan orang percobaan dan berikan pembebanan
yang cukup berat sehingga penarikannya hanya akan memperlihatkan
penyimpangan ujung pencatat yang kecil saja.
3. Perhatikan suhu dan warna kulit lengan bawah kanan orang percobaan.
4. Lakukan satu tarikan tiap satu detik sambil diadakan oklusi sehingga terjadi
kelelahan otot sampai terjadi rasa sakit yang tak tertahan.
5. Hentikan tindakan oklusi segera setelah orang percobaan merasa nyeri yang hebat
sekali. Perhatikan suhu dan warna kulit lengan bawah orang percobaan.
D. Hasil Percobaan
Sebelum dilakukan oklusi,
Warna kulit : coklat (normal)
Suhu kulit : normal
Yang diraskan: normal
Saat dilakukan oklusi dan dilakukan kerja otot,
Warna kulit : pucat
Suhu kulit : turun atau bertambah dingin
Yang dirasakan: Terasa kesemutan dan nyeri
Setelah oklusi telah dilepas,
Warna kulit : secara cepat menjadi merah
Suhu kulit : perlahan kembali normal
Yang dirasakan: Rasa kesemutan perlahan hilang dan kembali normal

Laporan Praktikum Fisiologi – Kelelahan Otot dan Saraf pada Manusia Page 5
Landasan teori
Otot secara umum dibagi menjadi tiga jenis otot yaitu otot rangka, otot polos dan otot
jantung. Otot rangka merupakan massa yang besar yang menyusun jaringan otot somatik.
Kontraksi dari otot rangka menggerakkan tulang yang ditempelinya, membuat tubuh dapat
melakukan berbagai variasi aktifitas motorik1. Tiap otot diselimuti oleh jaringan penyambung
yang terbentang dari permukaan otot kedalam ototnya sendiri untuk menyelimuti tiap serat
individual dan membagi otot dalam kelompok-kelompok. Jaringan penyambung terbentang
sampai bagian akhir dari otot untuk membentuk tendon yang berkolagen dan kokoh. Tendon
inilah yang melekatkan otot ke tulang.
Bila suatu otot terkontraksi, salah satu ujungnya biasanya diam, sedangkan ujung yang
lainnya biasanya bergerak ke arah ujungnya yang diam tersebut. Bagian ujung otot (tendo)
yang melekat pada bagian tulang yang lebih statis (relative tidak bergerak) disebut origin,
sedangkan bagian tendo yang melekat ditulang yang relative bergerak disebut insertion.1
Kontraksi otot terjadi karena adanya rangsangan atau perintah dari sistem saraf pusat,
serta melalui beberapa rangkaian yang berurutan. Rangsangan pertama akan diperkuat oleh
rangsangan kedua, rangsangan kedua akan diperkuat oleh rangsangan ketiga, dan begitu
seterusnya, hingga titik maksimum dari kekuatan otot tersebut. Maka dengan demikian akan
terjadi tonus, atau ketegangan, yang maksimum. Tiap rangsangan yang diberikan akan
menimbulkan potensi aksi, yang akan menghasilkan kontraksi otot tunggal pada serabut otot.
Secara spesifik, mekanisme kontraksi otot dimulai dengan aksi potensial pada motorneuron
(aksi potensial pada sel postsinaps yang disebarkan dari sel presinaps serabut saraf yang
menginervasi otot). Hal ini akan menimbulkan impuls (aksi potensial) pada otot. Aksi
potensial pada otot mengakibatkan pelepasan ion kalsium dari Retikulum Sarkoplasma, juga
mengaktifkan Ca channel pada T tubulus sehingga akan banyak ion kalsium dilepas ke dalam
sarkoplasma. Ion Ca akan berikatan dengan troponin C sehingga akan mengubah konfigurasi
aktin-tropomiosin-troponin kompleks, dimana aktif site dari aktin akan terbuka sehingga
dapat terikat dengan kepala myosin (cross bridge). Ikatan inilah yang mengakibatkan
kontraksi otot karena tertariknya aktin ke arah myosin oleh struktur cross bridge yang keluar
dari myosin.2
Energi otot didapat dari oksidasi makanan terutama karbohidrat. Pada proses
pencernaan karbohidrat akan dirombak menjadi glikogen di dalam hati dan otot. Glikogen
otot inilah yang merupakan sumber panas dan energy bagi aktivitas otot. Selama oksidasi
glikogen menjadi karbondioksida dan air, terbentuk senyawa ATP yang akan digunakan otot

Laporan Praktikum Fisiologi – Kelelahan Otot dan Saraf pada Manusia Page 6
saat berkontraksi. Hasil sampingan oksidasi ini adalah asam piruvat. Asam piruvat dalam
keadaan cukup oksigen akan dipecah menjadi karbondioksida dan air sehingga menghasilkan
lebih banyak ATP. Namun, apabila dalam kondisi oksigen yang tidak mencukupi, maka asam
piruvat akan diubah menjadi asam laktat yang akan menumpuk di otot dan pembuluh darah
dan menyebabkan kelelahan otot.3 Menyebabkan konsentrasi H+ meningkat dan pH
menurun.Ion H+ menghalangi proses eksitasi, yaitu menurunnya Ca2+ yang dikeluarkan dari
retikulum sarkoplasmik. Ion H+ juga mengganggu kapasitas mengikat Ca2+ oleh troponin dan
menghambat kegiatan fosfo-fruktokinase.
Otot melakukan kerja dalam arti yang sebenarnya hanya ketika sebuah objek
digerakkan. Kerja didefinisikan sebagai gaya dikalikan dengan jarak. Gaya dapat disamakan
dengan tekanan otot yang diperlukan untuk mengimbangi beban. Jumlah kerja yang harus
dicapai oleh otot yang berkontraksi tergantung pada seberapa berat objek yang dipindahkan
dan seberapa jauh beban itu dipindahkan.3
Pada proses relaksasi, ion kalsium akan dikembalikan ke Retikulum Sakroplasma
secara transport aktif. Troponin yang kehilangan ion kalsium akan mempengaruhi struktur
aktin-tropomiosin-troponin kompleks, sehingga aktif site aktin kembali ditutupi oleh
tropomiosin dan ikatan antara aktin dan myosin tidak terjadi lagi. Lepasnya ikatan antara
aktin dan myosin ini menyebabkan relaksasi otot.2
Dalam melakukan kerjanya, otot juga dapat mengalami kelelahan. Kelelahan otot
yang terjadi merupakan salah satu sistem pertahanan untuk melindungi otot agar tidak
mencapai kondisi dimana ATP sebagai sumber energi tidak dapat diproduksi.4 Kelelahan otot
yang terjadi dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Misalnya karena sumber energi yang
diperlukan otot dalam bekerja tidak sebanding dengan beratnya kerja otot. Atau dapat saja
terjadi apabila sumber nutrisi misalnya seperti oksigen yang digunakan untuk glikolisis aerob
tidak terpenuhi, hal tersebut akan menyebabkan terjadinya metabolisme glikolisis anerob.4,5
Walaupun mendapatkan ATP sebagai sumber energi, metabolisme tersebut juga
menghasilkan zat sisa berupa asam laktat dan karbon dioksida. Dan sisa metabolisme tersebut
apabila tidak dibuang makan akan mengendap hingga akhirnya menyebabkan kelemahan dan
rasa pegal – pegal pada otot.5

Laporan Praktikum Fisiologi – Kelelahan Otot dan Saraf pada Manusia Page 7
Pembahasan Hasil Percobaan
A. Kerja steady-state
Percobaan ini pertama ini, grafik yang dihasilkan relatif datar atau dapat dikatakan
hampir sama pada setiap tarikannya. Hal ini disebabkan karena pada percobaan pertama ini,
otot bekerja lebih stabil sebab memiliki jeda waktu selama istirahat atau tidak berkontraksi
selama 4 detik. Hal tersebut yang kemudian menyebabkan pasokan oksigen di dalam tubuh
khususnya pada bagian jari tidak mengalami kekurangan. Dan oksigen ataupun nutrisi
lainnya yang diperlukan tubuh dalam melakukan kontraksi pada tangan dapat diterima oleh
otot – otot di jari sehingga dapat melakukan kontraksi tanpa mengalami kelalahan otot yang
berarti.
B. Pengaruh gangguan peredaran darah
Pada awal percobaan kedua ini, hasil grafik masih menunjukan kestabilan kerja dari
otot jari. Karena otot – otot masih mendapatkan energi maupun nutrisi yang diperlukan untuk
melakukan kontraksi. Namun setelah terjadi oklusi pada pembuluh darah lengan atas, kerja
otot tampak mengalami pengurangan yang tampak pada grafik hasil percobaan dua. Bahkan
dengan semakin lama, kerja otot menurun secara perlahan hingga mencapai tahap lelah total.
Hal tersebut disebabkan karena otot tidak mendapatkan sumber energi untuk melakukan
kontraksi. Dimana hal tersebut disebabkan karena jalan masuk nutrisi bagi otot – otot di
lengan bawah hingga tangan termasuk jari tertutup dengan adanya oklusi yang dilakukakn
pada lengan atas. Dan hal tersebut didukung bukti bahwa ketika oklusi dihentikan, grafik
kerja otot mulai dapat naik kembali. Dimana hal tersebut disebabkan karena jalur masuk
nutrisi dan oksigen bagi otot – otot di jari sudah terbuka sehingga nutrisi dan oksigen yang
diperlukan oleh otot jari untuk kontraksi dapat dipenuhi kembali.
C. Pengaruh istirahat dan pijatan
Pada percobaan kali ini, pada dasarnya dapat memberikan tiga buah grafik. Dimana
pada grafik pertama pada percobaan kali ini menunjukkan grafik yang perlahan menurun. Hal
tersebut disebabkan karena otot jari dipaksa untuk melakukan kontraksi tanpa adanya
istirahat yang cukup karena harus melakukan kontraksi setiap satu detik dengan massa yang
harus ditarik oleh jari yang sangat berat. Dengan kata lain, dengan adanya massa yang sangat
berat yang harus dilawan oleh kontraksi dan waktu istirahat yang sebentar, menyebabkan otot
jari akan lebih mudah lelah. Oleh karena itu, walaupun jalur pasokan nutrisi dan oksigen
untuk kontraksi otot jari tidak dihambat, kerja otot akan berkurang atau menurun.

Laporan Praktikum Fisiologi – Kelelahan Otot dan Saraf pada Manusia Page 8
Sedangkan pada grafik kedua dari percobaan ketiga dimana pasien simulasi telah melakukan
istirahat selama 2 menit setelah kelelahan otot total, menunjukkan bahwa pada awal grafik
kerja otot dapat bekerja hampir normal. Namun beberapa saat kemudiaan, kerja otot terus
berkurang hingga mencapai kelelahan otot dengan waktu yang cukup singkat. Hal tersebut
menunjukkan bahwa waktu istirahat membuat otot mempunyai kesempatan untuk melakukan
oksidasi glukosa dan pembentukan keratin fosfat. Sehingga otot bisa pulih dan memiliki
energi. Namun dengan seiringnya waktu kerja otot mulai berkurang kembali karena otot
dipaksa untuk melakukan kontraksi dengan beban berat, namun jeda waktu yang diberikan
otot untuk mengumpulkan energi sangat singkat sehingga otot jari mengalami kelelahan
kembali.
Sedangkan pada grafik kedua dari percobaan ketiga dimana pasien simulasi telah
melakukan istirahat selama 2 menit dan telah diberikan massage atau pijatan, menunjukkan
bahwa kerja otot dapat kembali dengan normal kembali dapat waktu yang diperlukan untuk
mencapai kelelahan otot jari lebih lama dari pada waktu yang diperlukan untuk mencapai
kelelahan otot jari yang mengalami istirahat 2 menit tanpa diberikan pijatan atau massage.
Hal tersebut disebabkan karena pasien simulasi melakukan istirahat disertai dengan
pemberian massage atau pijatan dengan massage ke arah distal diberikan secara kuat dan
massage ke arah proksimal diberikan secara halus. Hal tersebut disebabkan karena pemijatan
tersebut akan melancarkan aliran darah dari arteri maupun vena. Dimana pijatan ke arah
distal berujuan untuk memperlancar aliran arteri sehingga suplai nutrisi dan oksigen dapat
sampai di otot dengan lebih cepat. Sedangkan pijitan ke arah proksimal akan membantu
memperlancar aliran di vena sehingga sisa – sisa metabolisme dari kerja otot dapat dibuang
lebih cepat.

D. Rasa nyeri, perubahan warna kulit, dan perubahan suhu kulit akibat iskemia
Pada awalnya pasien simulasi tidak merasakan nyeri ataupun kesemutan, suhu
badannya normal, serta warna kulit nya normal. Namun setelah pasien simulasi melakukan
percobaan keempat, lama kelamaan suhu badannya mulai lebih dingin dan warna kulitnya
menjadi lebih pucat, serta pasien simulasi merasa tangannya sedikit nyeri dan merasakan
kesemutan pada daerah jari yang menjalar dikit demi sedikit. Dimana pada percobaan
keempat ini menyebabkan terjadinya iskemia yakni suatu keadaan dimana suplai darah ke
jaringan tubuh berkurang karena penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah. Iskemia
atau keadaan tersebut tersebut disebabkan karena oklusi di daerah lengan atas. Dan
kemudian, ketika otot dipaksa untuk melakukan kontraksi namun pasukan oksigen dan nutrisi

Laporan Praktikum Fisiologi – Kelelahan Otot dan Saraf pada Manusia Page 9
untuk kontraksi berkurang atau tidak ada, otot akan mencoba mendapatkan energi dari
glikolisis anaerob. Dimana pada dasarnya sendiri glikolisis anaerob memberikan sedikit ATP
serta menghasilkan zat sisa yang berupa asam laktat. Zat sisa atau asam laktat tersebut yang
berada di otot yang kemudian menyebabkan otot – otot jari menjadi nyeri dan bahkan dapat
menjadi kaku. Dan perbuhan warna yang menjadi lebih pucat serta suhu yang bertambah
dingin ini disebabkan karena suplai darah yang mengandung oksigen tidak mencapai bagian
lengan bawah termasuk bagian tangan, sehingga warna kulit menjadi lebih pucat dan suhu
menjadi lebih rendah. Karena jika otot telah mendapatkan suplai oksigen yang cukup, otot
dapat menghasilkan panas untuk menjaga suhu badan walaupun energinya tidak diubah
menjadi energi kinetik.1

Kesimpulan
Dalam melakukan kerjanya, otot tentunya memerlukan energi serta nutrisi sehingga
dapat melakukan kontraksi maupun relaksasi dengan waktu lama. Selama sumber energi dan
nutrisi yang dilakukan oleh otot cukup untuk memenuhi kerja otot, maka otot akan lebih
mudah dalam menjalankan kerjanya serta lebih tidak mudah lelah. Namun dalam melakukan
kerjanya tersebut, tidak menutup kemungkinan apabila otot mengalami kelelahan atau
ketidakmampuan otot dalam mempertahankan kuat tenaga yang diperlukan.
Ketidakmampuan otot atau kelelan otot yang terjadi itu dapat disebabkan karena sumber
energi yang diperlukan otot kurang. Hal tersebut bisa saja terjadi karena adanya
penghambatan pada saluran atau jalur tranportasi energi ke otot yang memerlukannya untuk
melakukan kontraksi atau kerja. Selain itu ketika otot bekerja, otot juga akan lebih tidak
mudah lelah apabila mendapatkan istirahat yang cukup, terlebih lagi mendapat sumber energi
lebih cepat diterima oleh otot serta membuang sisa metobilisme pada otot lebih cepat. Dan
ketika otot dipicu untuk melakukan kerja terus menurus, namun sumber energi dan oksigen
tidak ada, maka hal tersebut akan memaksa otot untuk mendapatkan energi dari glikolisis
anaerob. Karena adanya sisa metabolisme yang berupa asam laktat hasil glikolisis anaerob
tersebutlah yang menyebabkan rasa nyeri dan kelelahan pada otot ketika dipaksa melakukan
kontraksi. Dan karena kurangnya distribusi oksigen tersebut juga menyebabkan warna pucat
dan rasa dingin di daerah yang kekurangan suplai oksigen.

Laporan Praktikum Fisiologi – Kelelahan Otot dan Saraf pada Manusia Page 10
DAFTAR PUSTAKA

1. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed. 8. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2014. h. 278-97
2. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2012.
3. Ganong, WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-20. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2002.h.62.
4. Thomson H. Oklusi. Edisi II. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.h.57-9.
5. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama; 2009.h.19.

LAMPIRAN
1. Grafik kerja steady-state

Laporan Praktikum Fisiologi – Kelelahan Otot dan Saraf pada Manusia Page 11
2. Grafik pengaruh gangguan peredaran darah

3. Grafik pengaruh istirahat dan pijatan

Laporan Praktikum Fisiologi – Kelelahan Otot dan Saraf pada Manusia Page 12

Anda mungkin juga menyukai