Penyusun :
Diana Lilik Zainiyyah 021911133032
Devina Farahamida 021911133033
Rosandina Alifia T. 021911133034
Farah Tariza Harlens 021911133035
Putri Alfa Meirani L. 021911133037
Mayang Sarumpun M. 021911133038
Laurencia Dwiamanda E. 021911133040
Naura Fadhila 021911133042
Ayu Annafi 021911133043
Husniya Juwita F. 021911133044
Padma Cahyaning 021911133045
Aufra Rezka Putri K. 021911133046
Annisa Indah Pratiwi 021911133047
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat, taufik serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga pada kesempatan ini
kami dapat menyelesaikan laporan praktikum ini tepat pada waktunya. Laporan
Praktikum dengan topik “Fisiologi Otot” disusun untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Ilmu Faal Praktikum.
1. Allah SWT
2. Dosen mata kuliah Ilmu Faal Praktikum, Aqsa Sjuhada Oki, drg., M.Kes.
yang telah memberikan bimbingan kepada kami
ii
DAFTAR ISI
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan menjadi pokok bahasan dalam laporan
praktikum ini, antara lain :
1. Bagaimana kerja otot ketika diberi beban dengan frekuensi rendah?
2. Bagaimana pengaruh sirkulasi terhadap kelelahan?
3. Bagaimana pengaruh istirahat dan pemijatan (massage) terhadap
kelelahan?
4. Apakah rasa nyeri dapat timbul karena gangguan sirkulasi (ischemia)?
2
BAB II
METODE KERJA
2.1. Alat
1. Dumbell dengan massa beban 1 kg, 5 kg, 7 kg.
2. Manset sphymomanometer
3. Metronom
2.2. Cara Kerja
2.2.1. Kerja Otot dengan Beban dan Frekuensi Rendah
1. Menyiapkan dumbell dengan beban 2kg.
2. Orang coba (Devina) meletakkan lengan kanannya di atas
meja, kemudiaan memegang dumbbell dan ditarik ke atas.
3. Melakukan tarikan setiap 4 detik mengikuti irama
metronom sampai 5 menit.
2.2.2. Pengaruh Gangguan Sirkulasi Darah Terhadap Kelelahan
Percobaan ini dilakukan oleh orang coba yang sama.
1. Siapkan dumbell dengan beban 2 kg.
2. Pasanglah manset sphygmomanometer pada lengan atas
kanan orang percobaan yang sama.
3. Orang percobaan meletakkan lengan kanannya di atas meja,
kemudian memegang dumbell dan diangkat ke atas.
4. Lakukan tarikan setiap 4 detik mengikuti irama metronom
sebanyak 8 kali tarikan.
5. Pada tarikan ke-9 manset mulai dipompa sampai denyut
arteria radialis tidak teraba lagi.
6. Tarikan dilakukan sehingga amplitudo tarikan mengecil
hingga orang coba mengalami kesulitan mengikuti irama
metronome. Turunkan tekanan di dalam manset agar
peredaran darah pulih kembali.
7. Angkatan dumbell dilakukan terus sehingga daya tarikan
kembali seperti awal percobaan.
3
2.2.3. Pengaruh Istirahat dan Pemijatan ( Massage ) Terhadap
Kelelahan
Percobaan ini dilakukan oleh orang coba lain
1. Siapkan dumbell dengan beban 5 kg
2. Lakukan angkatan dumbell setiap 1 detik mengikuti irama
metronom hingga gaya angkat dumbell berkurang. Lalu
catat waktunya
3. Beri istirahat selama 3 menit keadaan tangan tetap pada
posisi semula, namun sambil dipijat (massage) ke arah
proksimal oleh temannya
4. Lakukan angkatan lagi seperti step 2
5. Beri istirahat lagi selama 3 menit, lengan tetap di tempat
semula tetapi tanpa dipijat (massage)
6. Lakukan angkatan lagi seperti step 2
4
BAB III
HASIL PRAKTIKUM
5
2 36x 1 menit 13 detik
3 39x 1 menit 20 detik
Gejala
Detik ke- Obyektif Subyektif yang dirasakan
orang coba
Warna Suhu Keringat
5 Merah darah Normal Tidak Tidak merasakan apa-apa
10 Merah muda Sedikit berkeringat Sedikit nyeri
menurun
15 Putih pucat Dingin Nyeri
20 Putih pucat Sangat Sangat nyeri
dan membiru dingin
BAB IV
PEMBAHASAN
6
Pada percobaan pertama, orang coba melakukan tarikan dengan
beban 1 kg selama 5 menit dan dilakukan setiap 4 detik sekali. Orang coba
tidak merasakan adanya kelelahan sama sekali dan masih mampu
melakukan tarikan sesuai ritme metronom.
Pada percobaan kedua, dengan orang coba yang sama, Ia
melakukan tarikan pada beban 1 kg setiap 4 detik sekali. Lalu, pada detik
tarikan ke-9, sphygnometer dipompakan hingga arteri radialis tidak teraba
lagi. Orang coba masih terus melakukan tarikan mengikuti irama
metronom hingga pada detik ke-104 (1 menit 44 detik), orang coba
mengalami kelelahan dan tidak dapat melanjutkan tarikan kembali.
Tekanan di dalam manset pun diturunkan dan orang coba mampu
melanjutkan tarikan kembali. Dari percobaan ini didapatkan bahwa
gangguan sirkulasi darah mempengaruhi kelelahan otot. Selengkapnya
akan dibahas pada sub bab berikutnya.
Pada percobaan ketiga, orang coba melakukan tarikan dengan
beban 5 kg setiap 1 detik sekali. Orang coba mampu melakukan tarikan
sebanyak 20 kali hingga pada detik ke-40, ia mengalami kelelahan dan
tidak dapat melanjutkan tarikan. Lengan orang coba diposisikan istirahat
dan dilakukan pemijatan ke arah proksimal selama 3 menit. Lalu, Ia
melakukan tarikan kembali dengan beban dan irama yang sama. Orang
coba mampu melakukan tarikan sebanyak 36 kali hingga pada detik ke-73,
Ia mengalami kelelahan dan tidak dapat melanjutkan tarikan. Lengannya
pun diistirahatkan kembali selama 3 menit tanpa adanya pemijatan.
Selanjutnya, Ia melakukan tarikan kembali dan ia mampu melakukan
tarikan sebanyak 39 kali hingga pada detik ke-80, Ia tidak mampu
melanjutkan tarikan kembali. Percobaan ini menunjukkan bahwa
pemijatan mempengaruhi pemulihan kekuatan otot. Hal tersebut
ditunjukkan dengan tarikan lebih banyak dalam waktu lebih lama yang
dilakukan orang coba setelah dipijat. Namun, ketika lengan orang coba
tidak dipijat, Ia mampu melakukan tarikan yang lebih banyak lagi dalam
waktu lebih lama. Hal itu dikarenakan orang coba telah mengalami
7
kebiasaan dengan beban tersebut sehingga Ia membutuhkan waktu lebih
lama untuk lelah.
Pada percoban keempat, orang coba melakukan tarikan pada beban
7 kg setiap 1 detik sekali dan dalam posisi manset terpasang dan terpompa
hingga arteri radialis tidak teraba lagi. Setiap 5 detik sekali, dilakukan
pengamatan terhadap suhu, warna, dan keringat pada lengan orang coba.
Pada detik ke-5, perubahan warna dan suhu masih tidak terlalu signifikan
dan orang coba juga masih merasakan nyeri sedikit. Pada detik ke-10,
warna lengan sudah mulai memucat dan suhu sudah mulai dingin. Nyeri
juga dirasakan lebih. Pada detik ke-15, warna lengan mulai membiru,
suhunya pun lebih dingin dari sebelumnya. Orang coba sudah merasakan
nyeri berlebih tapi ia masih mampu melanjutkan. Pada detik ke-20, warna
lengan sudah cukup biru dan suhu sangat dingin. Kali ini, orang coba
merasa sangat nyeri dan sudah tidak mampu melanjutkan tarikan. Selama
percobaan ini dilakukan, orang coba tidak berkeringat. Hal ini dikarenakan
percobaan dilakukan di dalam ruangan dengan suhu rendah.
A
B
C
D
Gambar 4.1.1. Perbandingan warna lengan orang coba : (a) detik ke-5 ; (b) detik
ke-10 ; (c) detik ke-15 ; (d) detik ke-20 ; Lengan yang melakukan kontraksi
adalah lengan kanan (yang tidak ada jam tangan di lengannya)
8
Jawab :
Orang coba masih belum mengalami kelelahan dan masih
mampu melakukan tarikan sesuai ritme metronom. Kelelahan otot
dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, diantaranya: waktu
istirahat otot yang kurang, kontraksi yang terus-menerus;
meningkat; atau berlangsung dalam waktu lama, asam laktat yang
meningkat, sumber energi berkurang, dan kerja enzim yang
berkurang. Ketika kontraksi otot terus menerus otot tidak memiliki
waktu yang cukup untuk memproduksi ATP yang baru, jika terus
berlangsung hal demikian, maka produksi ATP akan dialihkan
dengan cara anaerob.
Produksi dengan cara anaerob akan membuat penimbunan
asam laktat semakin banyak. Asam laktat yang merupakan hasil
sampingan peristiwa dari pemecahan glikogen dapat menyebabkan
“pegal linu” dalam otot ataupun dapat menyebabkan “kecapaian”
otot. Kecapaian atau kelelahan otot biasanya ditandai dengan tubuh
yang menjadi lemas dan juga lelah (Soli, I. 2012).
Problema 2 :
Terangkan pengaruh perubahan peredaran darah terhadap
kelelahan!
Jawab :
Selama kerja fisik, terjadi tiga efek utama yang penting
bagi sistem sirkulasi untuk menyediakan kebutuhan aliran darah
otot yang tinggi. Efek-efek ini adalah (1) perangsangan kuat sistem
saraf simpatis di seluruh tubuh dengan akibat efek perangsangan
pada seluruh sirkulasi, (2) peningkatan tekanan arteri, dan (3)
peningkatan curah jantung (Hall, J. and Guyton, A. 2011).
Pengaruh Perangsangan Simpatis Menyeluruh Pada awal
kerja fisik, sinyal tidak hanya dihantarkan dari otak menuju otot
untuk menimbulkan kontraksi otot tetapi juga ke pusat vasomotor
untuk memulai perangsangan simpatis di seluruh tubuh. Secara
9
bersamaan, sinyal parasimpatis ke jantung menjadi sangat lemah.
Oleh karena itu, timbul tiga efek utama sirkulasi.
Pertama, jantung dirangsang sehingga kecepatan denyut
jantung dan kekuatan pemompaannya menjadi sangat meningkat
sebagai akibat rangsangan simpatis ke jantung dan terbebasnya
jantung dari hambatan parasimpatis normal. Kedua, sebagian besar
arteriol sirkulasi perifer berkontraksi dengan kuat kecuali arteriol-
arteriol dalam otot yang aktif, yang berdilatasi akibat pengaruh
vasodilator lokal kuat dalam otot seperti yang dijelaskan
sebelumnya. Jadi, jantung dirangsang untuk meningkatkan aliran
darah yang memang dibutuhkan oleh otot, dan pada saat yang
bersamaan aliran darah yang melalui sebagian besar daerah tubuh
yang tidak berotot untuk sementara akan berkurang, sehingga
"meminjamkan" persediaan darah bagi otot. Aliran darah tambahan
menuju ke otot ini besarnya kira-kira 2 L/menit. Jantung dan otak
penting untuk kerja fisik seperti halnya otot-otot rangka. Ketiga,
dinding otot vena dan daerah kapasitatif lainnya pada sirkulasi
berkontraksi secara kuat, yang akan sangat meningkatkan tekanan
pengisian sistemik rata-rata. Hal ini merupakan salah satu faktor
yang paling penting dalam meningkatkan aliran balik darah vena
ke jantung dan, karena itu, meningkatkan curah jantung (Hall, J.
and Guyton, A. 2011).
Darah berfungsi untuk mengedarkan berbagai nutrisi
termasuk oksigen. Oksigen tersebut akan digunakan oleh sel untuk
membantu proses metabolisme. Sehingga, apabila peredaran darah
terhambat, maka metabolisme sel juga akan terhambat.
Metabolisme yang terjadi menjadi metabolisme anaerob yang
hanya menghasilkan 2 ATP. Akibatnya, sel otot kekurangan
energi. Metabolisme anaerob juga mempecepat terbentuknya asam
laktat yang menyebabkan kelelahan pada otot. Kurangnya energi
dan terbentuknya asam laktat inilah yang menyebabkan kelelahan
otot.
10
Problema 3 :
Berilah kesimpulan percobaan ini! (Percobaan 3)
Jawab :
Hasil percobaan ini dapat disimpulkan bahwa adanya
pemijatan mempengaruhi pemulihan kekuatan otot karena sirkulasi
darah kembali lancar dan kebiasaan kontraksi otot dengan beban
yang sama juga mempengaruhi kekuatan otot.
Problema 4 :
Apa kesimpulan percobaan ini? (Percobaan 4)
Jawab :
Hasil percobaan ini dapat disimpulkan bahwa gangguan
sirkulasi darah (ischemia) mengakibatkan kekuatan kontraksi otot
berkurang dan dapat menimbulkan rasa nyeri yang berlebih.
BAB V
KESIMPULAN
11
sesuai ritme metronom dibanding dengan yang dicoba dengan mempengaruhi
gangguan sirkulasi darah mengakibatkan kekuatan kontraksi otot berkurang
(kelelahan otot) dan dapat menimbulkan rasa nyeri yang berlebih. Selain itu,
adanya pemijatan dapat mempengaruhi pemulihan kekuatan otot karena sirkulasi
darah kembali lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Hall, J. and Guyton, A. (2011). Guyton and Hall textbook of medical physiology.
12th ed. Philadelphia, Pa.: Saunders/Elsevier, pp.244.
Sjuhada Aqsa, dkk. 2020. Buku Kerja Praktikum Ilmu Faal. Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Airlangga.
12
Soli, I. 2012. Kelelahan Otot sebagai Akibat Mekanisme Kerja Otot.
Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana. P.11.
13