i
Daftar Isi
ii
1. PENDAHULUAN
Kelelahan otot merupakan perasaan lelah yang terjadi pada otot-otot tubuh
akibat kekurangan energi atau kekuatan pada otot. Kelelahan otot dapat juga
diartikan sebagai penurunan kekuatan maksimal atau kapasitas daya otot. ontrasi
otot dihasilkan dari ATP sebagai sumber energi. ATP diperlukan untuk
mekanisme lanjutan antara lain pemecahan keratin fosfat,fermenrasi dan respirasi
seluler. Pemecahan keratin fosfat dan fermentasi dilakukan tanpa oksigen
(anaerob) sedangkan respirasi seluller membutuhkan oksigen (aerob). Respirasi
seluler berlangsung di dalam mitokondria dan menghasilkan ATP yang lebih
tinggi dibandingkan kedua mekanisme lain. Respirasi ini membutuhkan glukosa
dari glikogen dan asam lemak yang tersimpan di otot. Akumulasi asam laktat
menyebabkan sarkoplasma menjadi asam sehingga bila terus dibiarkan dapat
menimbukan kelelah. Sedangkan keratin fosfat hanya memberikan kerjasama
selama delapan detik sehingga tidak menunjukkan partisipasi tinggi dalam
melakukan aktivitas.
1.1.4 Ischemia
1.2 Masalah
1.3 Tujuan
3
2. METODE KERJA
2.1 Alat
1. Ergograf jari
2. Manset sphygmomanometer
3. Metronom
5
4. Lakukan tarikan setiap 1 detik mengikuti irama metronom
sampai terjadi kelelahan sempurna atau sampai terjadi rasa
nyeri yang tidak tertahankan
5. Turunkanlah tekanan di dalam manset pada saat rasa nyeri
pada saat terjadi rasa nyeri yang tidak tertahankan tersebut
6. Perhatikan suhu dan warna lengan bawah kanan selama
percobaan diatas. Suhu ditentukan dengan meraba dan
membandingkannya dengan lengan bawah kiri (amati
perubahan yang terjadi tiap 7 detik)
3. HASIL
1. Pemulihan Sempurna dari Kelelahan Otot Setelah Melakukan Kerja
dengan Frekuensi Rendah.
6
2. Pengaruh Perubahan Sirkulasi Darah terhadap Kelelahan
7
3. Pengaruh Istirahat dan Pemijatan (Massage) terhadap Kelelahan.
8
mahasiswa coba sudah istirahat selama lebih dari 3 menit sebelum
melakukan penarikan.
Gejala
Detik
Objektif Subjektif yang dirasakan
Ke:
Warna Suhu Keringat mahasiswa coba
Kontrol + ++ - Normal dan tidak nyeri
sama sekali
0 Merah + + + Hangat + Ada + + Nyeri pangkal tangan
+ ++++ hingga ujung jari
7 Merah + + + Hangat + Ada + + Nyeri pangkal tangan hilang
++++
14 Merah + + Panas + + Ada + + Nyeri lengan bawah hilang
+
21 Merah + Panas + + Ada + + Nyeri telapak tangan hilang
28 Merah + Panas + Ada + + Terasa semi kesemutan di
jari
Tabel 1. Hasil Percobaan keempat.
9
4. PEMBAHASAN
4.1 Diskusi Hasil
1. Pemulihan Sempurna dari Kelelahan Otot Setelah Melakukan Kerja
dengan Frekuensi Rendah.
Pada percobaan ini, orang coba pertama-tama diberikan 1/3 beban
maksimal. Untuk mengetahui besar beban maksimal, orang coba diukur
dengan menggunakan beban hingga menghasilkan tarikan amplitudo yang
terkecil. Berat beban dari orang coba pertama sebesar 3390 gram sehingga
1/3 berat beban maksimalnya adalah sebebsar 1130 gram. Pada percobaan
pertama orang coba melakukankerjadenganfrekuensirendahyaitu penarikan
setiap tiap 4 detik sekali. Pencatatan dilakukan hingga mencapai setengah
panjang kertas pencatat. Hasil percobaan menunjukkan bahwa amplitude
pada setiap penarikan yang dilakukan orang coba saat awal hingga akhir
relative sama. Amplitudo naik pada detik ke satu dan mengalami sedikit
penuruna pada detik ke empat dan begitu seterusnya pada setiap kali
penarikan. Tidak ditemukan perbedaan besar pada tiap penarikan yang
dilakukan.
Dari hasil percobaan yang kelompok kami lakukan, kelompok kami
menyimpulkan bahwa otot mengalami kelelahan kerja otot atau otot
bekerja melewati steady state. Tetapi kelelahan akan hilang setelah
penarikan ke dua atau setelah kelipatan empat detik. Hal itu ditunjukkan
pada amplitudo yang naik setiap detik kelipatan empat. Adanya selang
waktu selama empat detik pada tiap penarikan memungkinkan adanya
relaksasi dan pasokan oksigen yang cukup kejaringan otot, sehingga tidak
banyak terbentuk asam laktat yang membuat otot lemah dan menurunkan
kekuatan penarikan (kontraksiotot). Oleh karena itu, amplitudo akan naik
kembali pada setiap kelipatan empat.
10
2. Pengaruh Perubahan Sirkulasi Darah terhadap Kelelahan
Percobaan kedua dilakukan oleh orang coba yang sama dengan beban
yang sama. Sebelum manset sphygmomanometer yang dipasang pada
lengan kanan atas orang coba dipompa, kerja otot masih bisa maksimal
dalam suasana aerob. Ketika manset sphygmomanometer dipompa, kerja
otot menjadi tidak bisa maksimal karena adanya gangguan sirkulasi darah
terhadap kerja otot. Saat manset dipompa, otot membutuhkan energy
dengan membentuk ATP melalui metabolism anaerob karena alirah darah
yang tersumbat. Akan tetapi otot tidak langsung melakukan metabolism
anaerob, melainkan terlebih dahulu melakukan metabolism aerob dengan
sisa O2 yang ada. Setelah O2 habis baru metabolism anaerob terjadi.
Keberadaan O2 yang sedikit, sementara energi yang dibutuhkan banyak
menyebabkan metabolism anaerob untuk membentuk ATP terus terjadi.
Hasil akhir dari metabolism anaerob adalah asam piruvat yang kemudian
akan berubah menjadi asam laktat. Apabila metabolism anaerob terus
terjadi, maka terjadi penumpukan asam laktat dan kelelahan otot. Hal ini
tampak dari penurunan garis kertas pencatat saat tekanan dinaikkan. Saat
orang coba sudah lelah, tekanan diturunkan untuk membuka jalannya
darah yang membawa O2 ke jaringan otot. Otot pun melakukan mekanisme
untuk memulihkan kondisi dengan mengubah asam laktat menjadi asam
piruvat dan melakukan metabolism aerob. Hal ini terlihat pada Gambar
garis pada kertas pencatat yang lebih tinggi dari saat tekanan dinaikkan.
11
Pada perlakuan kedua, setelah otot bekerja, otot diberi istirahat selama
3 menit dan dilakukan pemijatan kearah proksimal dengan menggunakan
bantuan orang lain. Setalah 3 menit, orang coba melakukan penarikan
kembali. Hasil pada kertas menunjukkan bahwa kerja otot kembali
maksimal seperti pada Gambar grafik pada kertas pencatat. Kerja otot
kembali maksimal disebabkan karena sirkulasi darah diperlancar oleh
factor istirahat dan pemijatan kearah proksimal.
Kemudian dilanjut dengan perlakuan ketiga, yaitu orang coba
melakukan penarikan kembali setiap 1 detik dan diberi istirahat selama 3
menit tetapi tanpa dilakukan pemijatan. Hasilnya, kerja otot tidak
semaksimal sebelumnya. Hal ini dapat terjadi karena sirkulasi darah
ketangan belum sepenuhnya lancer dan proses perubahan asam laktat
membutuhkan waktu yang lama. Oleh karena itu kelompok kami
menyimpulkan istirahat dan pemijatan diperlukan untuk memperlancar
sirkulasi darah dan perubahan asam laktat lebih cepat.
Pemberian pemijatan memiliki pengaruh yang besar terhadap tubuh,
diantaranya meningkatkan sirkulasi darah dan aliran limpa, serta dapat
merangsang dan memperlancar pencernaan dan pernafasan, sedangkan
secara psikologis, seperti sentuhan, massage juga bisa menyampaikan
perhatian, penerimaan, dukungan dan empati. Rasa lelah bisa
diminimalkan dengan pemijatan selama beberapa menit dan bahkan cara
tradisional ini juga bisa dilakukan untuk membantu meningkatkan
kesehatan. Melalui pemijatan, proses pengeluaran sisa-sisa pembakaran
(asam laktat) kedalam aliran darah dipercepat, sehingga pemulihan juga
akan menjadi lebihcepat.
12
perubahan warna, suhu dan keringat. Kemudian manset dilepas dan orang
coba melakukan penarikan, pada setiap 7 detik dilakukan pengamatan lagi
terhadap perubahan obyektif dari orang coba.
Kelelahan otot dipengaruhi oleh peredaran darah. Peredaran darah
yang tidak lancer akan mengakibatkan percepatan terjadinya kelelahan
otot. Hal ini terjadi karena metabolism glukosa dalam otot terganggu.
Dilakukannya pemompaan manset pada lengan atas akan membendung
aliran darah ke daerah ekstremitas, sehingga suplai darah yang
mengandung nutrisi dan oksigen tidak ada. Akibatnya, terjadi penumpukan
asam laktat saat kontraksi. Asam laktat ini tidak dapat diubah kembali
menjadi sumber energi, maka kelelahan terjadi lebih cepat.
Peredaran darah dari pembuluh arteri yang membawa oksigen kejari
yang melakukan kontraksi juga terhambat. Hal ini menyebabkan otot jari
kekurangan oksigen. Padahal, otot memerlukan ATP untuk berkontraksi.
Dalam keadaan normal, suplai oksigen terpenuhi, sehingga sumber ATP
berasal dari pemecahan asam lemak maupun glukosa menggunakan
oksigen. Jalur pemecahan glukosa dalam kondisi aerob dinamakan jalur
fosforilasioksidatif, menghasilkan 32 ATP dari satu molekul glukosa.
Ketika suplai oksigen tidak cukup untuk proses tersebut, sumber ATP
didapat dengan jalur glikolisis anaerob. Glikolisis anaerob secara cepat
menghabiskan cadangan glukosa yang ada di glikogen, tetapi hanya
menghasilkan 2 ATP dari tiap satu molekul glukosa. Selain itu, akan
dihasilkan pula efek samping berupa asam laktat.
Jadi, dapat dilihat bahwa dalam keadaan oksigen yang kurang, ATP
yang dihasilkan lebih sedikit sehingga kontraksi otot lebih lemah. Produk
sampingan berupa asam laktat yang menumpuk pun juga menyebabkan
kontraksi semakin menurun, karena asam laktat menyebabkan kelelahan
otot.
13
4.2 Diskusi Jawaban Pertanyaan
1. Pemulihan sempurna dari kelelahan otot setelah melakukan kerja
frekuensi rendah. Apakah terjadi kelelahan pada percobaan ini?
Pada percobaan pertama tidak didapati kelelahan yang berarti dari
orang coba, hal ini dikarenakan dalam percobaan ini beban yang
digunakan hanya 1/3 dari beban maksimal yang dapat ditarik oleh
orang coba. Selain itu otot lengan juga diberikan waktu istirahat atau
relaksasi yang cukup yaitu 4 detik sehingga sirkulasi darah dapat
kembali lancar dan suplai oksigen juga dapat terpenuhi. Dengan
adanya waktu istirahat tersebut otot dapat melakukan produksi ATP
dengan cara airob malaluni tahapan glikolisis sehingga dapat membuat
otot dapat bekerja lebih lama dan konstan tanpa munculnya tanda-
tanda kelelahan, suplai oksigen yang cukup akan membuat produksi
asam laktat dapat terkontrol dengan baik sehingga membuat pemulihan
dari kelelahan dapat cepat kembali pulih. Sehingga dapat dikatakan
dalam percobaan ini tidak mengalami kelelahan hingga alat egograf
jari menunjukan lebih dari setengah panjang kertas penyatat.
14
3. Pengaruh istirahat dan pemijatan (message) terhadap kelelahan.
Berikan kesimpulan percobaan ini (data-data dinyatkan dalam jumlah
amplitude tarikan yang dicapai.
Percobaan ini bertujuan untuk melihat kecepatan pemulihan dari
kelelahan otot dengan cari dipijat dan tidak dipijat. Pemijatan pada otot
yang mengalami kelelahan ke arah proximal dapat mempercepat aliran
darah pada pembuluh darah vena semakin cepat sehingga merangsang
jantung untuk memompa darah lebih cepat sehingga darah yang
banyak mengalir ke otot ialah darah yang mengandung oksigen dan
membantu proses respirasi aerob. Selain itu, pemijatan yang dilakukan
dapat membantu pecahnya asam laktat akibat kerja yang dilakukan.
Timbunan asam laktat akan dibawa kembali ke jantung atau hepar
untuk diubah menjadi asam piruvat. Akibatnya, pemulihan otot terjadi
lebih cepat karena sirkulasi darah berjalan normal lagi. Sementara itu,
perlakuan berupa istirahat tanpa pemijatan pada otot yang lelah dapat
sementara merelaksasikan otot, tetapi otot memerlukan waktu yang
lebih panjang untuk dapat pulih sempurna dibandingkan dengan
melakukan pemijatan. Sehingga hasil yang ditujukan alat ergograf jari
lebih bagus dengan pemijatan dari pada tidak dengan pemijatan.
15
tangan orang coba. Sehingga dapat disimpulkan penarikan beban
maksimal dan terhambatnya aliran darah akan membuat munculnya
tingkat kelelahan yang cukup tinggi dan membuat orang coba
kehilangan tenaga karena produksi ATP secara aerob terhambat akibat
terhambatnya pembulu darah dan meningkatnya suhu (suhu +++++,
detik ke 0) lengan akibat menumpunya asam laktat disertai warna
kemerahan (warna ++++, detik ke 0).
5. SIMPULAN
Simpulan yang dapat di ambil dari percobaan pertama adalah
bahwa orang coba tidak terlalu merasa kelelahan karena melakukan
kerja dengan frekuensi rendah dan pemulihannya pun tidak memakan
waktu lama. Sedangkan pengaruh gangguan sirkulasi darah berdampak
pada kerja oto dan kelelahan, karena aliran darah yang dihambar dapat
berdampak pada energy yang dialirkan terhambat. Sedangkan efek
dari pemijatan atau istirahat, proses pemulihan otot terjadi lebih cepat.
Dan rasa sakit karena kekurangan darah disebabkan aliran darah
terhambat padahal beban yang diangkat adalah beban maximal orang
coba. Sehingga lebih cepat lelah dan sakit.
6. DAFTAR PUSTAKA
Mader, Sylvia. Human Biology. 7th ed. New York: The McGraw Hill.
2001. pp. 236.
16