Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN

TUTORIAL LBM 3 “KONTRAKSI OTOT”


BLOK NEUROMUSKULOSKELETAL I

Disusun Oleh :

Nama : Tilka Ayattullah


NIM : 020.06.0083
Blok SP : Neuromuskuloskeletal I
Kelas/SGD : B/7
Tutor : dr. Heny Anggraeni Laenap, S. Ked

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM
2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan Laporan Tutorial LBM 3 “KONTRAKSI OTOT” Blok
Neuromuskuloskeletal I dan dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat
menyelesaikan laporan dengan baik.
2. dr. Heny Anggraeni Laenap, S. Ked selaku fasilitator dalam SGD kelompok 7
atas segala masukan, bimbingan dan kesabaran dalam menghadapi keterbatasan
kami.
3. Keluarga dan teman yang saya cintai yang senantiasa memberikan dorongan
dan motivasi.
Saya menyadari bahwa dalam proses pembuatan laporan ini sampai dengan
selesai masih banyak kekurangannya, maka dari itu kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Saya berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Mataram, 23 April 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .........................................................................................................................2


Daftar Isi ...................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................9
BAB III.....................................................................................................................................16
Kesimpulan...............................................................................................................................16
Daftar Pustaka.........................................................................................................................17

3
BAB I

Skenario

LBM 3
KONTRAKSI OTOT

Seorang binaragawan melatih otot lengannya dengan cara mengangkat


beban ditangannya dan menggerakan keatas dan kebawah sehingga otot biset dan
trisep bisa berkontraksi dan berelaksasi. Gerakan tersebut dapat terjadi dibutukah
peranan tulang, otot, sistem saraf dan metabolisme energi, seperti gambar dibawah
ini :

Bagaimanakah mekanisme tersebut dapat terjadi ?

Dalam skenario ini didapatkan beberapa topik permasalahan yang perlu dibahas di
antaranya:

Permasalaham pertama dalam scenario ini adalah bagaimana sifat-sifat otot.


Otot memiliki empat sifat, yaitu: 1). Iritabilitas. Otot memiliki kemampuan
menerima dan menanggapi bermacam rangsang; 2). Kontraktilitas. Bila menerima

4
rangsang. Otot memiliki kemampuan untuk memendek; 3). Ekstensibilitas. Otot
memiliki sifat dapat memanjang, baik dalam keadaan aktif maupun pasif; 4).
Elastisita. Bila otot dalam keadaan memendek atau memanjang, otot memiliki
kemampuan untuk kembali kepada panjangnya waktu istirahat atau bentuk
normal.

Permasalah kedua adalah mengenai cara kerja otot bisep dan trisep. Yang
dimana Biceps Brachii atau yang dikenal dalam Indonesia adalah otot bisep
merupakan otot yang besar berkepala (caput) dua, karena berorigo pada dua
tempat yang berbeda. Letak otot bisep ini terdapat pada lengan atas, dan terdapat
dua caput. Dua caput tersebut ialah : Caput longum (panjang), dan Caput brevis
(pendek). Otot bisep ini cukup dikenal, karena dekat dengan permukaan kulit
sehingga mudah untuk dilihat. Biceps brachii ini sering dipertunjunkkan dalam
ajang binaragawan dan dapat terus tumbuh membesar dengan latihan beban yang
intensif. Triceps Brachii dikenal sebagai otot trisep. Otot triseps merupakan otot
besar berkepala (caput) dengan jumlah tiga, kenapa tiga? Karena berada pada tiga
tempat yang berbeda. Letak otot trisep ini terletak sepanjang lengan atas. Dan
terdapat kepala(caput), bagiannya ialah : Caput longum, Caput medial, dan Caput
lateralis.

Cara kerja otot bisep dan trisep. Pada gambar pertama diatas menggambarkan
saat tangan ditekuk pada otot bisep akan berkontraksi (membesar) dan otot trisep
akan berelaksasi (memanjang). Sedangkan pada gambar kedua menggambarkan
mengenai kontraksi dan relaksasi. Namun kali ini saat lengan tangan diluruskan

5
maka otot bisep akan berelaksasi (memanjang) dan otot trisep akan berkontraksi
(membesar).

Permasalahan selanjutnya yang dibahas adalah mengenai apa saja jenis-jenis


otot. Terdapat tiga jenis otot yaitu, otot polos, otot lurik, dan otot jantung. 1) Otot
Polos, Bentuk dari otot polos adalah gelondong, menggelembung pada bagian
tengah dan meruncing pada bagian ujung. Jumlah initi pada otot polos adalah 1
(satu), terletak di bagian tengah. Sesuai dengan namanya, warna yang dimiliki
otot polos adalah polos. Otot polos bekerja secara tidak sadar. 2) Otot lurik,
Bentuknya berupa silindris dan memanjang. Jumlah inti pada otot lurik adalah
banyak dan terletak di tepi. Otot lurik bekerja secara sadar dan cepat dalam
merespon rangsang. Otot lurik banyak dijumpai melekat pada tulang. 3) Otot
jantung, Bentuk otot jantung adalah silindris dan bercabang. Memiliki warna
lurik dan membentuk anyamana. Otot jantung bekerja secara tidak sadar dan
lambat dalam merespon rangsang. Otot jantung hanya terdapat di jantung.

Permasalahan yang dibahas selanjutnya adalah bagaimana metabolisme


energi dari otot. Kontraksi otot memerlukan energi. Energi yang digunakan
disuplai dalam bentuk energi kimia. Energi ini diambil dari molekul ATP
(adenosin trifosfat) dan kreatin fosfat (CP) yang berenergi tinggi. Energi ini
menggerakkan filamen penghubung antara aktin dan miosin. Kreatin fosfat
menyumbangkan fosfor pada ADP selama otot berkontraksi. ATP yang
dihidrolisis akan terurai menjadi ADP , ADP ini pun juga akan terurai menjadi
AM P (adenosin monofosfaf). Jika perbandingan energi habis, maka otot tidak
akan berkontraksi lagi. Untuk gerak berikutnya, perlu segera di bentuk energi
yang bersal dari pemecahan molekul glukosa. Fase ini disebut fase aerob. Di
dalam otottersimpan gulaotot, yaitu glikogen. Glikogen merupakan bentuk
glukosa cadangan di dalam otot. Seperti halnya glukosa, glikogen siap dibongkar
menjadi energi atau ATP. Glikogen akan dilarutkan menjadi
laktasinogen,kemudian diuraikan menjadi glukosa dan asam susu. Glukosa akan
diubah menjadi energi melalui peristiwa respirasi aerob dan anaerob.
Pengubahan glukosa menjadi aerob terjadi jika persediaan oksigen di otot telah

6
menipis. Timbunan asam laktat yang berlebihan di dalam otot dapat
menyebabkan rasa letih. Rasa letih akan hilang jika asam laktat telah dioksidasi
oleh oksigen menjadi H20 dan C02, serta menghasilkan energi. Energi ini dapat
di gunakan untuk mengubah asam laktat menjadi glukosa. Persediaan kreatin
fosfat di otot sangat sedikit. Persediaan ini harus segera dipenuhi lagi dengan
cara oksidasi karbohidrat. Cadangan karbohidrat di dalam otot adalah glikogen.
Glikogen dapat diubah dengan segera menjadi glukosa-6-fospat. Perubahan
tersebut merupakan tahapan pertama dari proses respirasi sel yang berlangsung
dalam mitokondria yang menghasilkan ATP. Apabila kontraksi otot tidak terlalu
intensif atau tidak terus-menerus, glukosa dapat dioksidasi sempurna
menghasilkan C02 dan H20 dengan respirasi aerob. Apabila kontraksi otot cukup
intensif dan terus-menerus maka suplai oksigen oleh darah ke dalam otot tersebut
tidak cepat dan banyak untuk mengoksidasikan glukosa. Oleh karena itu,
penyediaan energi bagi kontraksi otot didapatkan dari proses respirasi anaerob,
suatu proses yang tidak memerlukan oksigen. Keuntungan proses ini dapat
menyediakan energi bagi kontraksi otot dengan segera, walaupun jumlah energi
yang diberikan relatif sedikit dibandingkan proses aerob. Pada respirasi anaerob,
glukosa diubah menjadi asam laktat dengan sejumlah energi. Energi ini
digunakan untuk membentuk kembali kreatin fosfat, yang nantinya dapat
menghasilkan energi untuk membentuk ATP dari ADP. Asam laktat yang
tertimbun di dalam otot akan segera berdifusi pada sistem peredaran darah.
Apabila penggunaan otot terusmenerus, pembentukan asam laktat yang banyak
akan menghambat kerja enzim dan menyebabkan kelelahan (fatigue).

Permasalahan selanjutnya adalah apakah peranan tulang dan sistem saraf


dalam mekanisme kerja otot. Tubuh manusia dapat bergerak karena adanya
tulang dan otot yang menjadi bagian penting dalam sistem gerak manusia. Jika
tulang dianggap sebagai alat gerak pasif, otot merupakan alat gerak aktif yang
dapat menggerakkan tulang. ebagai alat gerak aktif, otot dapat menggerakkan
kerangka manusia sebagai alat gerak pasif dengan adanya kontraksi dan relaksasi
otot. Namun, otot juga dapat menggerakkan bagian tubuh lainnya, seperti
jantung, saluran pencernaan, saluran pernapasan, sistem sirkulasi, dan sistem

7
reproduksi. Mekanisme kerja otot diawali saat otot menerima rangsangan atau
sinyal dari neuron motorik yang membuatnya berkontraksi. Kontraksi ototlah
yang menyebabkan terjadinya sebuah gerakan pada tubuh. Sering kali, kontraksi
otot dianggap terjadi saat otot memendek, padahal ketegangan otot tidak selalu
muncul akibat perubahan pada panjang otot. Pasalnya, terdapat beberapa jenis
kontraksi otot yang dibedakan atas dua variabel, yaitu panjang dan ketegangan
otot. Berikut merupakan tipe-tipe kontraksi otot yang mungkin terjadi: 1).
Kontraksi konsentrik. Tipe kontraksi yang satu ini biasanya terjadi saat otot
digunakan untuk mengangkat atau memindahkan sebuah benda. Saat itu
kontraksi dimulai dengan timbulnya ketegangan pada otot yang membuatnya
memendek. Baru setelah itu, otot cukup kuat untuk mengangat benda tersebut.
Tipe ini termasuk kontraksi otot yang paling sering terjadi. Pada mekanisme
kontraksi otot ini, gaya yang dihasilkan selalu kurang dari kekuatan maksimum
otot. Ketika kekuatan yang dibutuhkan otot untuk mengangkat benda berkurang,
kecepatan kontraksi justru meningkat. Hal ini terjadi hingga otot berhasil
mencapai kecepatan kontraksi paling maksimum; 2). Kontraksi eksentrik. Tipe
berikutnya disebut dengan kontraksi eksentrik, yaitu gerakan otot yang
memanjang atau meregang. Mekanisme kerja otot pada saat kontraksi ini terjadi
adalah serabut otot akan meregang akibat kekuatan dari luar otot yang lebih besar
dari yang dapat dihasilkan oleh otot itu sendiri; 3). Kontraksi isometric. Untuk
tipe kontraksi otot yang satu ini juga dikenal sebagai kontraksi yang statis.
Pasalnya, tidak seperti tipe-tipe kontraksi sebelumnya, otot tidak memendek atau
memanjang dan tetap pada panjangnya seperti pada kondisi normal.

8
BAB II

1. Embriologi otot rangka


Otot manusia terbentuk pada minggu keempat kehamilan. Lapisan yang
membentuk otot adalah lapisan mesoderm. Pembentukan pertama dari otot
tersebut terbentuk dari germinativum mesoderm yang dibagi menjadi dua yaitu:
otot rangka dan otot polos, yang otot rangka terbentuk dari paraksial, kemudian
yang polos terbentuk dari splanknik, Pembentukan otot pada tulang tersebut yaitu
di tulang rangka aksial, dinding tubuh, dan ekstrimitas yang berasal dari somit,
somit tersebut meluas ke regio bagian oksipital menuju ke tunas ekor kemudian
melalui mengalami proses epitalisasi yang membentuk bola sel epitel dengan
rongga kecil di tengahya setelah somit tesebut berbentuk seperti bola dia nanti
akan mengalami penghancuran atau mengalami perurairan kemudian membentuk
sklerotom, yaitu sel pembentuk tulang vertebra dan tulang iga. Dibagian atas
somit terdapat dermatome dan 2 area pembentuk otot dimana nantinya akan
bermigrasi dan berprotiperasi. Beberapa sel dari regio akan bermigrasi menjadi
lapisan parietal kemudian menjadi lempeng mesoderm lateral yang akan
membentuk otot-otot infrahioid dinding abdomen dibagian otot ekstrimitas, pada
minggu ke-7 otot ekstrimitas akan mengalami pemadatan yang akan membentuk
masenkim yang dimana masenkim tersebut berasal dari sel-sel dorsal lateral somit
kemudian bermigrasi menjadi tunas ekstrimitas. Pada pembentukan pola otot
tersebut diatur oleh jaringan ikat yang 1 pada bagian kepala berasal dari sel krista
neuralis, kemudian yang ke-2 pada regio servikal dan oksipital, dan yang ke -3
lapisan parietal mesoderm lempeng lateralis (Muqsith, 2016).

2. Anatomi otot manusia

9
Otot terbagi menjadi 3, yaitu otot polos, lurik dan jantung. 1). Otot polos
adalah salah satu otot yang mempunyai bentuk yang polos dan bergelondong.
Cara kerjanya tidak disadari involunter, memiliki satu nukleus yang terletak di
tengah sel. Otot ini biasanya terdapat pada saluran pencernaan seperti lambung
dan usus. Otot polos berkontraksi antara 3 sampai 180 detik. Dan dipengaruhi
oleh sistem saraf otonom; 2). Otot lurik disebut juga otot rangka. Cara kerjanya
bersifat disadari atau volunteer. Pada otot lurik, fibril-fibrilnya mempunyai jalur-
jalur melintang gelap (anisotropy) dan terang (isotrop) yang tersusun berselang-
seling. Sel-selnya berbentuk silindris dan mempunvai banvak inti yang berada di
tepi. Otot rangka dapat berkontraksi dengan cepat dan mempunyai periode
istirahat berkali-kali; 3). Otot jantung adalah otot yang bekerja secara terus
menerus tanpa istirahat atau berhenti. Otot jantung berbentuk silindris, memiliki
satu inti sel yang berada ditengah. Otot jantung bekerja dibawah kesadaran
manusia atau involunter (Ridha Aldina, 2017). Otot rangka merupakan otot lurik
yang melekat pada tulang yang membentuk daging dari anggota badan. Susunan
tulang merupakan salah satu unsur sistem penegak. Tulang manusia dihubungkan
dengan tulang yang lain melalui sendi. Otot merupakan alat gerak aktif dan
sumsum tulang atau kerangka merupakan alat gerak pasif. Terdapat tiga lapisan
jaringan ikat dalam serabut otot rangka, lapisan terluar yang melapisi seluruh otot
disebut epimisium, di dalam lapisan ini terdapat lapisan perimisium yaitu lapisan
jaringan ikat yang membungkus satu kelompok serabut otot tersendiri yang
disebut fasikuli. Masing-masing serabut otot di dalam fasikuli dibungkus oleh
jaringan ikat yang disebut endomisium. Sel-sel otot memiliki bentuk yang unik,
walau demikian sel-sel ini memiliki organela-organela yang hampir sama dengan
yang dimiliki sel lain pada umumnya, seperti mitokondria, lisosom, dan lainnya.
Namun, tidak seperti kebanyakan sel dalam tubuh, sel-sel otot memiliki inti yang
multinuclear atau lebih dari satu. Salah satu ciri khas lain dari sel ini ialah
penamakan garis garis striae, garis ini dihasilkan dari pergantian bagian gelap dan
terang di sepanjang serabut otot. Sarkolema adalah membran serabut otot yang
terdiri dari membran sel yang sebenarnya, yang disebut membran plasma dan
sebuah lapisan luar yang terdiri dari satu lapisan tipis bahan polisakarida yang

10
mengandung sejumlah serat kolagen tipis. Pada ujung serabut otot, lapisan
permukaan sarkolema ini bersatu dengan serat tendon dan kemudian serat-serat
tendon berkumpul menjadi berkas untuk membentuk tendon otot dan kemudian
menyisip ke dalam tulang. Di dalam sarkolema terdapatlah sarkoplasma.
Sarkoplasma adalah matriks yang terdiri dari unsur-unsur intraselular yang di
dalamnya mengandung protein-protein selular, organela, dan miofibril. Miofibril
merupakan struktur threadlike berjumlah banyak yang mengandung protein
kontraktil. Miofibril ini disusun oleh dua tipe filamen protein yaitu, filamen tebal
yang disusun oleh protein miosin dan filamen tipis yang disusun oleh protein aktin
(Sherwood, 2018).
3. Histologi otot manusia
1). Otot rangka. Masing-masing serat otot memiliki banyak inti. Nukleus terletak
di perifer dan tepat di bawah sarkolema masing-masing serat otot. Setiap serat
otot rangka juga memperlihatkan pola seran lintang atau pola lurik yang terlihat
sebagai pita A dan pita I bergantian. Dengan pembesaran lebih kuat dan
pemeriksaan mikroskop elektron transmisi dapat dilihat lebih mendetail pola seran
lintang tersebut. Serat otot rangka tersusun dalam berkas-berkas atau fasikulus
yang dibungkus oleh serat jaringan ikat. Selubung jaringan ikat di setiap fasikulus
otot disebut perimisium. Dari masing-masing perimisium terbentuk penyekat tipis
Jaringan ikat yang masuk ke setiap fasikulus otot dan membungkus setiap serat
otot dengan suatu lapisan Jaringan ikat yang dinamai endomisium. Pembuluh
darah kecil dan kapiler terdapat di jaringan ikat di sekitar masing-masing serat
otot. Serat otot rangka yang terpotong secara longitudinal memperlihatkan seran
lintang terang dan gelap. Serat otot yang terpotong transversal memperlihatkan
potong lintang miofibril dan nukleus di perifer.
2). Otot polos. Otot polos tersebar luas di tubuh dan terutama ditemukan lapisan
organ visceral berongga dan pembuluh darah. Di organ-organ saluran cerna,
uterus, ureter dan organ berongga lainnya. Otot polos berbentuk lapisan atau
lembaran lebar. Di dermis kulit, otot polos terlihat sebagai garis-garis kecil yang
terhubung dengan folikel rambut. Zonula adherens mengikat sel, sementara taut
celah menghasilkan pemasangan fungsional antara masing-masing sel otot polos.

11
Di bawah mikroskop cahaya, otot polos tampak sebagai serat-serat memanjang
dengan berkas-berkas langsing berbentuk fusiform yang dinamai fasikulus. Serat
otot juga kecil dan memiliki nukleus tunggal di tengah. Jaringan ikat
membungkus setiap serat otot dan lapisan otot. Di pembuluh darah, serat otot
polos tersusun dalam pola melingkar, sehingga dapat mengontrol tekanan darah
dengan mengubah diameter lumen. Di usus, otot polos tersusun dalam lapisan-
lapisan konsentrik mengelilingi organ. Masing-masing serat otot polos
mengandung filamen kontraksi aktin dan miosin. Namun keduanya tidak tersusun
dalam pola reguler dan seran lintang seperti yang terlihat pada otot rangka dan
jantung. Aktin dan miosin berjalan secara oblik di seluruh sel dalam bentuk
jajaring kisi-kisi yang saling berpotongan dalam sarkoplasma. Karena distribusi
elemen-elemen kontraktil ini tak teratur serat otot otot terlihat polos atau tanpa
seran lintang. Filamen aktin melekat ke badan padat. Badan padat tersebar di
seluruh sitoplasma atau melekat pada sisi sitoplasma membran sel. Filamen
intermediet dan aktin melekat ke badan padat di sitoplasma dan badan padat di
membran sel. Badan padat juga mengandung aktinin dan protein aksesori diskus Z
lainnya, dan serupa dengan diskus Z otot seran lintang.
3). Otot jantung. Serat otot jantung berbentuk silindris. Serat-serat ini terutama
terletak di dinding dan Sekat jantung serta di dinding pembuluh darah besar yang
melekat pada jantung yaitu di aorta dan truncus pulmonalis. Serupa dengan otot
rangka, otot jantung memperlihatkan seran lintang karena susunan reguler filamen
aktin dan miosin di sarkomer. Pemeriksaan dengan mikroskop elektron transisi
memperlihatkan pita A, pita I, garis Z dan unit-unit sarkomer berulang yang
serupa. Namun, dibandingkan dengan otot rangka, serat otot jantung
memperlihatkan beberapa perbedaan penting. Otot jantung dibentuk dengan
penyatuan sel dari ujung ke ujung melalui taut yang dinamai diskus interkalaris
yang merupakan fitur pembeda pada otot jantung. Diskus yang terwarnai pekat ini
merupakan tempat perlekatan khusus yang melintasi sel-sel jantung secara
bertahap pada interval yang tak teratur. Sel otot jantung hanya mempunyai satu
atau dua nukleus letak sentral, ukuran lebih pendek daripada otot rangka, dan
percabangan (Victor, P, 2020).

12
4. Metabolisme energi otot
Otot memiliki metabolisme untuk tetap bisa menjalankan fungsinya.
Metabolisme ini bertujuan untuk mengubah bahan-bahan makanan yang masuk ke
dalam tubuh menjadi sebuah energi atau yang sering disebut dengan ATP
(Adenosin Triphospat). ATP dibutuhkan untuk energi siklus kontraksi, memompa
kalsium ke reticulum sarkoplasma, dan reaksi metabolic saat terjadi kontraksi.
Ketika otot berkontraksi, ATP di dalam sel otot hanya bisa digunakan sebentar
saja. Oleh karena itu, dibutuhkan mekanisme lain untuk membuat ATP cadangan
ketika otot berkontraksi. Mekanisme pembentukan ATP cadangan bagi otot ada
tiga cara yaitu:
1. Kreatin Fosfat
Kreatin fosfat merupakan sumber energi pertama yang digunakan
pada awal aktivitas kontraktil. Suatu karakteristik khusus dari energi yang
dihantarkan oleh sistem ini adalah penghantaran tersebut terjadi dalam
waktu sangat singkat karena hanya membutuhkan satu enzimatik yang
berperan dalam pemindahan energi ini. Cara ini paling sederhana dan
paling cepat adalah melibatkan pemberian gugus fosfat dan energi
ikatannya dari kreatin fosfat (CP) ke ADP untuk membentuk ATP. Reaksi
ini dikatalisis oleh enzim kreatin kinase. ATP secara cepat dipecah
menjadi ADP + Pi pada saat melakukan olahraga. Kemudian ATP akan
dibentuk kembali melalui reaksi kreatin fosfat. Tetapi, sel-sel otot hanya
menyimpan sejumlah kecil CP, sehingga jumlah ATP total yang dapat
dibentuk melalui reaksi ini terbatas. Kombinasi ATP dan CP yang
disimpan disebut sistem ATP-CP atau sistem phosphagen. Pembentukan
kembali CP membutuhkan sejumlah ATP dan hanya terjadi selama
pemulihan dari exercise. Sistem phosphagen ini dapat memberikan tenaga
untuk kerja otot maksimal selama 10 sampai 15 detik, sehingga cukup
untuk menyediakan energi selama berlari 100 meter.
2. Aerob
Jalur selanjutnya adalah sistem aerob. Sistem ini berlangsung di
dalam mitokondria otot jika tersedia cukup O2. Oksigen dibutuhkan untuk

13
menunjang rantai transport elektron mitokondria, yang secara efisien
memanen energi yang diambil dari penguraian molekul-molekul nutrien
dan menggunakannya untuk mengasilkan ATP. Jalur ini dijalankan oleh
glukosa atau asam lemak, bergantung pada intensitas dan durasi aktivitas.
Meskipun menghasilkan banyak molekul ATP yaitu 36 untuk setiap
molekul glukosa yang diproses, sistem ini relatif lambat karena banyaknya
tahap yang harus dilalui. Selama olahraga ringan sampai sedang, sel-sel
otot dapat membentuk cukup ATP melalui sistem aerob untuk
mengimbangi kebutuhan energi perangkat kontraktil dalam jumlah sedang
untuk waktu yang cukup lama. Untuk mempertahankankan kelanjutan
sistem ini, otot memerlukan penyaluran O2 dan nutrien yang adekuat.
Sebagai tambahan, pemberian nutrien larutan glukosa yang diberikan pada
seorang atlet untuk diminum selama belangsung perlombaan atletik dapat
memberi sejumlah 30 sampai 40 persen energi yang diperlukan selama
perlombaan. Aktivitas yang dapat ditunjang dengan cara ini adalah
olahraga aerobik atau olahraga yang memerlukan daya tahan. Karena
sistem aerob membutuhkan oksigen dalam proses untuk menghasilkan
ATP, maka konsumsi oksigen maksimal juga mempengaruhi sistem ini.
Konsumsi oksigen maksimal sendiri dapat diartikan sebagai kapasitas
maksimal untuk mengantarkan dan menggunakan oksigen selama
melakukan latihan secara maksimal sampai akhirnya terjadi kelelahan.
3. Anaerob
Sewaktu oksigen tidak cukup tersedia, maka glikogen yang
terdapat dalam otot dapat dipecah menjadi glukosa, kemudian digunakan
untuk energi. Tahap awalnya disebut glikolisis, tanpa membutuhkan
oksigen dan, oleh karena itu, disebut metabolisme anarobik. Selama proses
ini, setiap molekul glukosa dipecah menjadi dua molekul asam piruvat,
dan energy dilepaskan membentuk empat molekul ATP untuk setiap
molekul glukosa asal. Asam piruvat dapat diuraikan lebih lanjut oleh
sistem aerobik untuk mengekstraksi lebih banyak energi. Proses glikolisis
memiliki dua keunggulan dibandingkan dengan jalur sistem aerobik: (1)

14
glikolisis dapat membentuk ATP tanpa keberadaan O2 dan (2) jalur ini
dapat berlangsung lebih cepat daripada sistem aerobik. Aktivitas yang
dapat ditunjang dengan cara ini adalah olahraga anaerob atau intensitas
tinggi.

5. Mekanisme kontraksi otot

Kontraksi
otot dimulai dengan Aksi
potensial yang
dihantarkan sepanjang
saraf dan berakhir
pada membran
otot. Kemudian
pada ujung saraf dilepaskan neurotrasnmitter asetilkolin. Asetilkolin akan bekerja
pada membran serabut otot dan membuka gate atau kanal Natrium. Dan masuknya
ion Natrium dalam jumlah banyak akan memulai terjadinya aksi potensial pada
membran otot. Yang mana Aksi potensial ini akan dihantarkan sepanjang
membran otot sebagaimana yang terjadi pada membran saraf. Hingga aksi
potensial yang terjadi di membran otot pada akhirnya sampai ke bagian tengah
otot yang menstimulasi retikulum sarkoplasma melepaskan ion Kalsium. Ion
Kalsium akan berikatan dengan troponin-C, yang kemudian ini akan mengawali
ikatan antara aktin dengan myosin. Ikatan antara aktin dengan myosin
menyebabkan kedua filamen ini saling menarik ke arah tengah yang biasa
dinamakan dengan slidingfilamentmechanism atau slidingcoupleing, hal inilah
yang disebut sebagai kontraksi otot. Kemudian setelah beberapa waktu, ion
Kalsium dipompa kembali ke retikulum sarkoplasma, lalu terjadi pelepasan ikatan

15
antara aktin dan myosin yang mana hal tersebut dinamakan relaksasi. Kontraksi
yang terjadi melalui sliding filament mechanism atau sliding coupleing, akibat
terbentuknya cross-bridge yang disusun oleh filamen myosin dan aktin, yang akan
menarik aktin ke arah myosin (Guyton and Hall, 2018).

BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan, bahwa tubuh manusia sangatlah


kompleks, dimana pergerakan pada tubuh manusia itu sendiri dikendalikan oleh
otot. Sistem otot adalah sistem tubuh yang memiliki fungsi sebagai alat gerak,
menyimpan glikogen dan menentukan postur tubuh. Yang dimana terdiri atas otot
polos, otot jantung dan otot rangka. Dalam garis besarnya sel otot dapat kita bagi
dalam 3 (tiga) golongan yaitu: otot polos, otot lurik, dan otot jantung. Manusia
juga dapat bergerak karena ada kerjasama dari rangkaian susunan rangka dan otot
yang bekerja saling berkesinambungan. Rangka tersebut tidak dapat bergerak
sendiri, melainkan dibantu oleh otot. Dengan adanya kerja sama antara rangka,
otot serta saraf, manusia dapat berjalan, dan melakukan aktivitas lainnya. Dari
hasil diskusi kami ini pula kita dapat memahami beberapa konsep diantaranya
ialah memahami dan mengidentifiksai anatomi, histology beserta embryology dari
otot itu sendiri hingga mekanisme yang lebih jelas bagaimana otot itu sendiri
dapat berkontraksi dan berelaksasi termasuk juga keterkaitan dari penjelasan origo
dan insertion dalam pemendekan otot sehingga dapat terjadinya gerakan tangan
seperti fleksi dan ekstensi.

16
DAFTAR PUSTAKA

Guyton & Hall. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi revisi
berwarna ke 12. Elsevier: Singapore.

Sherwood, L, 2016. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem edisi 8. Jakarta:


EGC.

Sobbota. 2020. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Edisi 23. EEG Penerbit
Buku Kedokteran. Jakarta.

Tortora. 2017. Dasar Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: EGC.

Victor. P.Eroschenko. 2015. Atlas Histologi Difiore’s Edisi 12. Jakarta:


EGC.

17

Anda mungkin juga menyukai