Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

PENYAKIT OTOT

Dosen pengampu : Drs. Alfan zubaidi, M.kes

Disusun oleh:
1. Dewi tri rahmawati (P27227019140)
2. Milani srilestari (P27227019153)
3. Muhammad antas salam al Rashid (P2722701915)
4. Zidan naufal (P2722701912)

JURUSAN ORTOTIK PROSTETIK


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul PENYAKIT OTOT ini
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Drs.
Alfan Zubaidi, M.Kes pada mata kuliah pathology and emergenzy. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan dan bermanfaat bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari teman – teman sangat kami butuhkan demi
kesempurnaan makalah ini.
                                                                                                        Karanganayar, 14 oktober 2020

                                                                                                                                       

Penulis

                                                  
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................
1.2 RUMUSAN MASALAH....................................................................................
1.3 TUJUAN PENULISAN......................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................
PENGERTIAN OTOT..............................................................................................
2.1 FUNGSI OTOT.................................................................................................
2.2 BAGIAN-BAGIAN OTOT................................................................................
2.3 JENIS-JENIS OTOT..........................................................................................
2.4 KELAINAN PADA OTOT................................................................................
BAB III PENUTUP..................................................................................................
3.1 KESIMPULAN..................................................................................................
3.2 SARAN..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang Masalah


         Dalam kehidupan, ada beberapa bagian yang dapat membantu antara organ satu dengan
yang lain, contohnya saja otot.  Otot merupakan suatu organ atau alat yang dapat
memungkinkan tubuh untuk dapat bergerak. Otot di sebut alat gerak aktif karena mampu
berkontraksi, sehingga mampu menggerakan tulang. Sebagian besar otot tubuh ini melekat
pada kerangka yang menyebabkan dapat bergerak secara aktif  sehingga dapat menggerakkan
bagian-bagian kerangka dalam suatu letak tertentu.
        Peranan otot yang utama ialah sebagai penggerak alat tubuh lain.Penyakit pada otot
merupakan sebuah kondisi yang abnormal dan secara negatif akan memengaruhi pada bagian
struktur atau fungsi sebagian atau seluruh tubuh suatu makhluk hidup, dan bukan diakibatkan
oleh cedera eksternal apa pun.Penyakit juga dikenal sebagai kondisi medis yang berhubungan
dengan gejala dan tanda klinis tertentu.

1.2 Rumusan Masalah


a. Jelaskan pengertian otot
b. Apa fungsi dari otot
c. Jelaskan jenis-jenis otot
d. Apa saja kelainan pada otot

1.3.  Tujuan Penulisan


a. Agar mahasiswa dapat mengetahui pengertian otot
b. Agar mahasiswa dapat mengetahui fungsi otot
c. Agar mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis dari otot
d. Agar mahasiswa dapat mengetahui kelainan apa saja yang terjadi pada otot
BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian otot
      Otot merupakan alat gerak aktif dan susunan tulang atau kerangka merupakan alat gerak
pasif. Otot adalah sebuah jaringan konektif yang tugas utamanya adalah berkontraksi yang
berfungsi untuk menggerakan bagian-bagian tubuh baik yang di sadari maupun yang tidak.
      Sekitar 40% berat dari tubuh kita adalah otot. Tubuh manusia memiliki lebih dari 600 otot
rangka. Otot memiliki sel-sel yang tipis dan panjang. Otot bekerja dengan cara mengubah
lemak dan glukosa menjadi gerakan dan energi panas. Sel-sel otot ini dapat bergerak karena
sitoplasma mengubah bentuk.
     Otot bekerja berpasangan satu berkontraksi dan lawannya relaksasi  sehingga otot bisa
menggerakkan berbagai bagian dari tubuh manusia seperti lutut yang bisa di bengkokkan
maupun di luruskan.
     Pada keadaan istirahat, otot tidak mengendur tetapi memiliki sedikit ketegangan.
Ketegangan ini di sebut tonus. Fungsi dari tonus adalah untuk memelihara sikap dan posisi
tubuh.

2.2 Fungsi otot


Secara umum otot memiliki 3 fungsi utama yaitu :

 Sebagai alat gerak aktif


  Untuk mempertahankan postur dan tekanan tubuh
 Otot menghasilkan panas untuk mengatur suhu tubuh
2.3 Bagian-bagian otot
Otot merupakan sebuah jaringan di dalam tubuh yang memiliki 3 karakteristik, yaitu :
1. Kontraktibilitas : kemampuan untuk memendek
2. Ekstensibilitas : kemampuan untuk memanjang
3. Elastisitas : kemampuan untuk kembali ke ukuran semula setelah memendek atau
memanjang
2.4 Jenis-jenis otot
Tubuh kita memiliki tiga macam jenis otot. Otot-otot itulah yang berpengaruh terhadap
gerakan organ-organ tubuh. Tiga jenis otot tersebut adalah sebagai berikut :
1. Otot kerangka/lurik
      Otot kerangka adalah otot yang melekat pada kerangka. Otot ini di sebut juga otot lurik,
karena jika di lihat dari samping, serabut otot ini memperlihatkan suatu pola serat melintang
atau bergaris dan mampu berkontraksi sesuai dengan kesadaran (volunter). Otot rangka ini
terdapat hampir di seluruh tubuh kita.
       Hampir seluruh otot rangka/otot lurik ini berawal dan berakhir di tendon. Tendon berupa
serabut-serabut bulat kecil yang berwarna putih, mengkilap dan tidak elastik. Serabut-serabut
yang terdapat pada otot merupakan sel tunggal yang memiliki inti sel banyak, memanjang,
berbentuk silinder dan di kelilingi oleh membran sel yang di sebut sarkolema. Serat-serat otot
ini mempunyai susunan internal yang di organisir yang kemudian membentuk gambaran
seran melintang.
Ciri-ciri otot lurik/rangka:

 Sel berinti banyak dan berbentuk silindris


  Sel otot tampak lurik karena adanya kandungan protein otot yang berbeda,    yaitu
aktin dan myosin
 Bekerja atas kesadaran atau menurut perintah otak
Otot kerangka adalah otot yang cara kerjanya atau kontraksinya menurut  kehendak kita dan
di bawah kesadaran kita. Gerakan otot ini cepat dan kuat tetapi sangat mudah mengalami
kelelahan. Bila otot rangka berkontraksi, maka menjadi pendek dan setiap serabut turut
dengan berkontraksi . Otot kerangka dapat berkontraksi bila di berikan rangsangan karena
diinervasi oleh saraf sadar atau motoris. Rangsangan tersebut bisa berupa panas, kimia,
mekanis, dan elektris. Sumber energi untuk kontraksi otot adalah ATP.

2.      Otot polos
 
        Disebut otot polos karena protoplasmanya licin yang tidak mempunyai garis-garis
melintang. Otot ini terdapat di alat-alat dalam seperti usus, ginjal, pembuluh darah dan lain-
lain. Otot ini terdiri dari sel-sel otot yang berbentuk gelendong dengan satu inti sel yang
terletak di tengah. Otot polos tidak melekat pada tulang rangka tubuh dengan aktivitasnya
lambat, namun geraknya beruntung sehingga berkontraksi dalam waktu yang lama dan tidak
mudah lelah. Otot polos memerlukan 3-180 detik untuk berkontraksi. Gerak otot polos di
kontrol oleh saraf tak sadar, sehingga di sebut gerak tidak sadar. 
Ciri-ciri otot polos :

 Berinti satu
 Berbentuk gelendong dengan kedua ujungnya meruncing
 Bekerja di luar kesadaran, bekerja lambat, teratur dan tidak  cepat lelah

3.      Otot jantung

 
        Otot jantung hanya terdapat pada organ jantung saja. Otot jantung terdiri atas serabut
lurik. Miofibril otot jantung bercabang-cabang dan mitokondrianya lebih banyak daripada
yang terdapat pada serabut otot kerangka. Bentuk otot jantung seperti gelendong dengan inti
berjumlah banyak dan terletak di tepi.
       Cara kerja otot jantung adalah secara terus menerus dengan ritme atau irama tetap, dan
tidak di pengaruhi oleh kesadaran, serta tidak mudah lelah.
Ciri-ciri otot jantung :

 Berbentuk serabut lurik yang bercabang-cabang, jumlah inti selnya banyak, terletak di
tengah serabut
  Bekerja di luar kesadaran atau di luar perintah otak.
2.5 Kelainan pada otot
Beberapa kelainan/ penyakit pada otot antara lain :

A. Tetanus

Tetanus adalah penyakit yang menyebabkan otot menjadi tegang secara terus menerus karena
adanya infeksi bakteri tetanus (clostridium tetani) yang berbentuk basil. Bakteri ini masuk
melalui luka yang terdapat pada tubuh.
Gejala Tetanus
Tetanus merupakan penyakit yang berbahaya dan gejalanya muncul dalam 4-21 hari setelah
terkena kuman tetanus. Segera temui dokter jika Anda mengalami luka dan tidak mendapat
antiracun tetanus, terutama jika muncul beberapa gejala seperti:

 Demam
 Pusing
 Berkeringat berlebihan
 Jantung berdebar
Terlebih lagi sudah muncul gejala yang khas untuk tetanus, antara lain:

 Tegang dan kaku pada otot rahang (trismus)


 Otot leher atau otot perut terasa kaku
 Sulit menelan
 Sulit bernapas
Pengobatan Tetanus
Belum ada pengobatan spesifik untuk tetanus. Tetapi gejalanya dapat diredakan dengan
suntik antitetanus, obat-obatan, dan vaksin tetanus.
Selain untuk meredakan gejala, vaksin tetanus juga diberikan sebagai pencegahan. Imunisasi
tetanus termasuk wajib di Indonesia, dan harus dilakukan sesuai jadwal yang telah ditetapkan.

B. Distrofi otot

Distrofi otot yaitu penyakit kronis pada otot yang terjadi sejak anak-anak, di duga merupakan
penyakit bawaan (genetis).

Penyebab Distrofi Otot


Penyebab distrofi otot adalah adanya kelainan genetik atau mutasi pada gen yang bertugas
untuk mengatur fungsi dan membentuk struktur otot seseorang. Mutasi tersebut menyebabkan
gangguan pada produksi protein yang dibutuhkan tubuh untuk membentuk otot yang sehat
dan berfungsi dengan baik.
Distrofi otot lebih sering ditemukan anak-anak, terutama yang berjenis kelamin laki-laki.
Penyakit ini juga merupakan penyakit yang bisa diturunkan. Artinya, seseorang yang
memiliki anggota keluarga dengan distrofi otot, lebih berisiko menderita kondisi serupa.
Kendati demikian, distrofi otot juga dapat terjadi secara acak dan tiba-tiba walaupun tidak
ada riwayat penyakit atau gen yang diturunkan di keluarga.
Gejala Distrofi Otot
Gejala distrofi otot sangat beragam dan berbeda antara satu orang dengan yang lainnya.
Namun, pada umumnya, distrofi otot akan menyebabkan kelemahan pada otot yang sifatnya
progresif.
Gejala yang muncul saat seseorang mengalami distrofi otot dapat dibedakan berdasarkan
jenisnya. Berikut ini adalah jenis-jenis distrofi otot beserta gejalanya:

1. Distrofi otot Duchenne

Kondisi ini adalah jenis distrofi otot yang paling sering ditemukan. Penderitanya kebanyakan
adalah anak laki-laki. Gejala pada distrofi otot Duchenne akan muncul sejak usia 5 tahun.
Kelemahan otot biasanya dimulai dari bagian kaki dan lengan atas yang kemudian berlanjut
ke bagian lainnya, termasuk jantung, paru-paru, tulang belakang, dan perut serta organ di
dalamnya. Gejala-gejalanya meliputi:

 Kesulitan berjalan
 Sering terjatuh
 Kesulitan bangun dari posisi duduk atau tidur
 Postur tubuh yang buruk
 Penipisan tulang
 Nyeri dan kaku otot
 Skoliosis
 Gangguan belajar
 Kesulitan bernapas
 Kesulitan menelan
 Paru-paru dan jantung melemah
2. Distrofi otot Becker

Distrofi otot Becker mirip dengan tipe Duchenne, namun jenis ini tidak terlalu parah. Gejala
penyakit ini muncul pada rentang usia 11–25 tahun dengan ditandai melemahnya otot di
sekitar kaki dan lengan.
Berikut ini adalah gejala-gejala distrofi otot Becker:

 Berjalan jinjit
 Sering jatuh
 Kram otot
 Sulit untuk berdiri

3. Distrofi otot kongenital (bawaan)

Jenis ini adalah jenis yang gejalanya mulai muncul sejak lahir hingga atau saat usia
menginjak 2 tahun. Distrofi otot kongenital biasanya ditandai dengan fungsi motorik anak
yang tidak berkembang. Salah satu tandanya adalah anak yang tidak bisa duduk atau berdiri.
Gejala-gejala distrofi otot bawaan meliputi:

 Otot melemah
 Tidak mampu duduk atau berdiri tanpa bantuan
 Tidak mampu mengontrol anggota gerak
 Skoliosis
 Kelainan bentuk kaki
 Kesulitan menelan
 Gangguan penglihatan
 Gangguan bicara
 Gangguan intelektual
 Gangguan pernapasan

4. Distrofi otot miotonik

Gejala distrofi miotonik biasanya muncul pada rentang usia 20–30 tahun. Distrofi miotonik
menyebabkan otot tidak mampu mengendur atau rileks setelah kontraksi. Gejalanya paling
sering muncul di sekitar wajah dan leher. Tipe ini juga bisa mempengaruhi otak dan organ
yang memproduksi hormon.
Berikut ini adalah beberapa gejala distrofi otot miotonik:

 Perawakan “haggard” akibat turunnya otot di wajah


 Kesulitan mengangkat leher
 Kesulitan menelan
 Kebotakan dini di area depan kepala
 Penglihatan terganggu
 Penurunan berat badan

5. Distrofi otot facioscapulohumeral
Gejala facioscapulohumeral muncul pada usia remaja. Facioscapulohumeral memengaruhi
bagian-bagian otot wajah, bahu, dan lengan atas. Gejala-gejalanya dapat berupa:

 Kesulitan mengunyah atau menelan


 Bahu menjadi miring
 Bentuk mulut tidak normal
 Penampilan bagian bahu terlihat seperti sayap

6. Distrofi otot Limb-girdle

Jenis ini memiliki gejala yang muncul pada rentang kanak-kanak hingga remaja. Biasanya,
gejala awal distrofi otot Lim-girdle terjadi di sekitar bahu dan pinggul, namun bisa juga
muncul di kaki dan leher.
Beberapa gejala distrofi otot Lim-girdle adalah:

 Kesulitan berdiri
 Kesulitan berjalan
 Kesulitan membawa barang berat
 Mudah jatuh dan tersandung

7. Distrofi otot oculopharyngeal
Gejala distrofi otot oculopharyngeal umumnya baru muncul di usia sekitar 40 tahun. Distrofi
otot jenis ini membuat penderita merasakan lemah pada otot wajah, leher, dan bahu. Gejala-
gejala yang dialami dapat berupa:

 Kelopak mata yang turun


 Kesulitan menelan
 Perubahan suara
 Penglihatan bermasalah
 Jantung bermasalah
 Kesulitan berjalan

8. Distrofi otot distal


Gejala distrofi otot jenis ini umumnya muncul di rentang usia 40–60 tahun. Distrofi otot
distal menyerang otot bagian lengan bawah, tangan, betis, dan kaki. Distrofi otot distal juga
dapat menyerang sistem pernapasan dan otot jantung.
Gejala-gejala distrofi otot distal meliputi:

 Hilangnya kemampuan gerak atau motorik


 Kesulitan berjalan

9. Distrofi otot Emery-Dreifuss


Distrofi otot Emery-Dreifuss biasanya dimulai pada masa kanak-kanak, dan memengaruhi
lebih banyak anak laki-laki daripada anak perempuan. Distrofi otot Emery-Dreifuss
umumnya menyerang otot bagian lengan atas dan kaki bagian bawah.
Sejumlah gejala yang dapat dialami ketika menderita distrofi otot Emery-Dreifuss adalah:

 Melemahnya otot pada lengan atas dan kaki bagian bawah


 Mengalami pemendekan otot-otot di tulang belakang, leher, pergelangan kaki, lutut,
dan siku
 Mengalami masalah pada pernapasan
 Mengalami permasalahan pada jantung

C. Autrofi otot

 
Atrofi otot merupakan kondisi terjadinya penurunan massa otot. Hal ini biasanya
disebabkan oleh cedera atau adanya suatu penyakit, sehingga bagian tubuh tertentu
tidak bisa digerakkan dalam jangka waktu yang cukup lama.Dalam banyak kasus,
atrofi otot biasanya pulih setelah melakukan gabungan penanganan mulai dari diet,
latihan, dan terapi fisik yang dilakukan secara intensif.
Beberapa penyebab terjadinya kondisi ini antara lain adalah:
 Tidak melakukan aktivitas fisik dalam waktu lama
 Pertambahan usia
 Miopati atau kelainan otot yang berhubungan dengan konsumsi alkohol.
Seseorang yang mengonsumsi alkohol dalam jumlah besar dan jangka waktu
lama kerap mengalami sakit dan lemas di beberapa area otot
 Luka bakar
 Cedera seperti patah tulang
 Kurang gizi
 Cedera saraf perifer atau tulang belakang
 Serangan stroke
 Terapi kortikosteroid jangka panjang.
 Beberapa kondisi kesehatan juga bisa menyebabkan penyusutan otot atau
mengakibatkan tubuh susah bergerak yang mengarah kepada atrofi otot. Kondisi ini
meliputi:
 Amyotrophic lateral sclerosis (ALS) atau yang juga dikenal dengan sindrom
Lou Gehrig. Gangguan pada sel saraf pada akhirnya mengurangi kemampuan
gerak otot perlahan-lahan
 Dermatomiositis yang menyebabkan kelemahan otot dan ruam kulit
 Guillain-Barré syndrome, suatu kondisi autoimun yang menyebabkan
peradangan saraf dan kelemahan otot
 Multiple sclerosis, suatu kondisi autoimun di mana tubuh menghancurkan
pelindung saraf
 Distrofi muskular yakni kondisi bawaan yang menyebabkan pelemahan otot
 Gejala Atrofi Otot
 Seseorang kemungkinan mengalami atrofi pada otot jika: Salah satu lengan atau
kakinya berukuran lebih kecil daripada yang lainnya,Mengalami rasa lemas pada
salah satu anggota badan,Tidak aktif secara fisik dalam waktu lama.
 Pengobatan Atrofi Otot
Penanganan untuk masalah ini bergantung pada hasil diagnosis dari dokter dan tingkat
keparahan penyusutan otot yang terjadi. Adakalanya atrofi bisa diobati dengan
menyembuhkan faktor penyebabnya terlebih dahulu. Beberapa terapi yang biasa
digunakan untuk membantu penderita penyakit ini antara lain:
 Olahraga. Beberapa jenis yang direkomendasikan antara lain adalah olahraga
air untuk membantu pasien lebih mudah bergerak
 Terapi fisik. Biasanya akan dibantu oleh tenaga terapis professional
 Terapi ultrasound
 Operasi atau pembedahan untuk memperbaiki bagian otot yang sudah
terdeformasi
 Perubahan pola makan biasanya direkomendasikan untuk pasien yang
mengalami atrofi karena kekurangan nutrisi.
 Ketika penderita atrofi otot tidak segera mendapatkan penanganan yang tepat,
berbagai risiko dapat terjadi. Pelemahan pada anggota badan ini menyebabkan
pasien tidak bisa bergerak bebas dan beraktivitas secara normal.

D. Myostis dan poliomiositis


Myostis adalah peradangan jaringan otot yang disebakan karena cidera,infeksi dan
penyakit auto imun,virus,penyakit jaringan ikat gejalanya berupa otot
melemah,muncul ruam kulit,mudah lelah saat berdiri atau berjalan,sering
terjatuh,sulit bernafas dan menelan.Peradangan otot yang menyerang serat-serat otot,
sehingga membuat otot menjadi lemah. Kondisi ini dapat disebabkan oleh cedera, inf
eksi, atau penyakit autoimun. Kondisi ini memengaruhi kelompok otot besar,
termasuk leher, bahu, pinggul, punggung, serta biasanya mengenai kedua sisi otot.
Kelemahan dari myositis menyebabkan jatuh dan sulit untuk bangun dari kursi atau
setelah jatuh.
 Myositis dapat dibagi menjadi 5 jenis peradangan pada otot, yaitu:
a. Dermatomyositis
Dermatomyositis adalah jenis peradangan otot yang paling mudah dikenali
karena gejalanya yang berupa ruam berbentuk seperti bunga dan berwarna
merah keunguan.Tidak seperti jenis-jenis peradangan otot lainnya,
dermatomyositis lebih banyak terjadi pada anak-anak dan remaja.
Pada jenis radang otot ini, penderita umumnya memiliki ruam di kelopak
mata, wajah, dada, leher, dan punggung. Selain itu, terdapat pula ruam di
buku-buku jari, siku, lutut, dan jari kaki.
 Gejala-gejala lain dari dermatomyositis meliputi:
 Kulit bersisik, kasar, dan mengelupas
 Benjolan pada buku-buku jari, suku, dan lutut, yang disertai dengan sisik
 Kesulitan bangun dari posisi duduk
 Kelelahan
 Lemah di bagian leher, pinggang, punggung, dan otot bahu
 Kesulitan menelan
 Suara menjadi serak
 Benjolan di dalam kulit, akibat pengerasan kalsium
 Nyeri otot
 Radang sendi
 Kuku terlihat tidak normal
 Berat badan berkurang
 Detak jantung tak beraturan
 Tukak lambung

b. Polymyositis
Polymyositis biasanya terjadi pada otot yang berada di sekitar atau terdekat
dengan batang tubuh. Kondisi ini umumnya dapat dikaitkan dengan adanya
masalah pada sistem imun tubuh penderitanya.
 Penderita polymyositis umumnya merasakan gejala-gejala berikut:
 Lemah otot
 Nyeri otot
 Kesulitan menelan
 Sering terjatuh
 Susah bangkit dari posisi duduk
 Batuk kering kronis
 Penebalan kulit di tangan
 Demam
 Kesulitan bernapas
 Berat badan menurun
 Suara serak

c. Inclusion-body myositis
Sedikit berbeda dengan jenis lainnya, peradangan otot tipe ini lebih banyak
terjadi pada pasien berjenis kelamin pria dibanding dengan wanita. Selain itu,
tipe ini biasanya ditemukan pada pasien berusia lebih dari 50 tahun.Penyakit
ini umumnya menyerang otot yang lebih kecil dan cenderung memengaruhi
salah satu sisi tubuh saja. Meskipun belum dapat dikonfirmasi, radang otot
jenis ini diyakini berhubungan dengan masalah genetik.Jika Anda menderita
radang otot jenis ini, Anda mungkin akan merasakan:
 Kesulitan berjalan
 Kehilangan keseimbangan
 Sering terjatuh
 Susah bangun dari posisi duduk
 Tangan sulit menggenggam
 Nyeri dan lemah otot
 Refleks otot berkurang
d. Juvenile myositis
Pada jenis ini, kasus kejadiannya lebih banyak ditemukan pada pasien berusia
18 tahun ke bawah. Selain itu, kemungkinan kejadiannya pada anak
perempuan 2 kali lebih besar dibanding dengan anak laki-laki.Gejala yang
ditunjukkan dari kondisi ini tidak jauh berbeda dengan jenis peradangan otot
lainnya, seperti:
 Ruam pada kelopak mata atau persendian
 Kelelahan
 Rewel dan mudah marah
 Sakit perut
 Kesulitan dalam bergerak sehari-hari
 Kesulitan menengadah atau mengangkat kepala
 Bengkak dan kemerahan di kulit sekitar kuku tangan
 Sulit menelan
 Nyeri dan lemah otot
 Demam
e.  Toxic myositis
Radang otot jenis ini diyakini berhubungan dengan konsumsi obat-obatan
tertentu, serta penggunaan obat terlarang seperti kokain.
 Tanda-tanda & gejala
Tanda-tanda dan gejala umum dari myositis adalah kelemahan otot
atau myalgia. Kelemahan dapat disadari atau terdeteksi dengan
pengujian. Namun, tidak semua penderita penyakit ini dipastikan
mengalami kelemahan otot.
 Gejala-gejala yang paling umum muncul pada kondisi peradangan otot
meliputi:
 Ruam
 Kelelahan
 Penebalan kulit tangan
 Kesulitan menelan dan Kesulitan bernapas
 Orang dengan penyakit ini yang disebabkan oleh virus biasanya mengalami gejala
dari infeksi virus, seperti hidung beringus, demam, batuk, radang tenggorokan atau
mual dan diare. Namun gejala dari infeksi virus dapat hilang beberapa hari atau
beberapa minggu sebelum gejala muncul.

 Penyebab

Penyakit ini umumnya disebabkan oleh kondisi apapun yang menyebabkan


peradangan pada otot. Penyebab dari penyakit ini ini dapat digolongkan menjadi
kategori berikut:
I. Kondisi peradangan
Kondisi yang menyebabkan peradangan pada tubuh dapat mempengaruhi otot.
Banyak dari penyebab ini merupakan kondisi autoimun, di mana tubuh menyerang
jaringannya sendiiri.Kondisi peradangan yang berpotensi menyebabkan masalah
serius pada otot meliputi:
 Dermatomyositis
 Polymyositis
 Inclusion body myositis
Kondisi peradangan lain cenderung menyebabkan jenis radang otot yang lebih ringan,
seperti:Lupus, Skleroderma dan Rheumatoid arthritis
Kondisi peradangan seringkali merupakan penyebab yang paling serius, serta
memerlukan perawatan jangka panjang.
II. Infeksi
Infeksi virus adalah infeksi paling umum yang menyebabkan penyakit ini. Meskipun
jarang terjadi, bakteri, jamur dan organisme lain juga dapat menyebabkan radang otot.
Virus atau bakteri dapat langsung menginvasi jaringan otot, atau menghasilkan zat
yang merusak jaringan otot. Virus demam dan flu, serta HIV, adalah beberapa virus
yang dapat menyebabkan kondisi ini terjadi.
III. Obat-obatan
Banyak obat-obatan yang dapat menyebabkan kerusakan otot sementara. Karena
peradangan pada otot seringkali tidak teridentifikasi, masalah otot dapat juga
diidentifikasi sebagai myopathy. Obat-obatan yang dapat menyebabkan peradangan
otot atau myopathy meliputi:
 Statin
 Colchicine
 Omeprazole (Prilosec)
 Adalimumab (Humira)
 Plaquenil (hydroxychloroquine)
 Alpha-interferon
 Toluene
 Kokain
 Alkohol
 Myopathy dapat terjadi setelah memulai pengobatan, atau setelah beberapa bulan atau
tahun setelah pengobatan. Kadang kondisi tersebut disebabkan oleh interaksi 2 obat
berbeda. Radang otot parah yang disebabkan oleh pengobatan jarang ditemukan.
IV. Cedera
Olahraga berat dapat menyebabkan nyeri, pembengkakan atau kelemahan otot selama
beberapa jam atau hari setelah olahraga. Gejala radang otot setelah olahraga atau
cedera hampir selalu pulih dengan sempurna setelah istirahat dan masa pemulihan
yang cukup.
V. Rhabdomyolysis
Rhabdomyolysis muncul saat otot rusak dengan cepat. Nyeri, kelemahan dan
pembengkakan otot adalah gejala dari rhabdomyolysis. Urin juga dapat berubah
warna menjadi cokelat gelap atau merah.
Ada banyak faktor risiko, yaitu:
1. Usia
Meskipun penyakit ini dapat terjadi pada pasien dari kelompok usia berapa
saja, angka kejadiannya paling banyak ditemukan pada orang dewasa berusia
45-60 tahun.
2. Jenis kelamin
Kecuali pada jenis inclusion body, penyakit ini lebih banyak terjadi pada
pasien berjenis kelamin wanita dibanding dengan pria. Maka dari itu, wanita
memiliki peluang lebih besar daripada pria untuk terkena penyakit ini.
3. Kelainan genetic
Terdapat beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa polymyositis dan
dermatomyositis memiliki kaitan dengan masalah genetik, yaitu kelainan pada
gen Kondisi ini bisa jadi merupakan bawaan lahir, atau terjadi mutasi gen
pada satu waktu dalam hidup si penderita
4. Faktor lingkungan
Sering terpapar sinar UV dari matahari juga meningkatkan risiko Anda untuk
menderita polymyositis dan dermatomyositis.
5. Menderita penyakit autoimun
Apabila Anda menderita penyakit yang mengganggu sistem imun tubuh
Anda, seperti arthritis atau lupus, Anda memiliki risiko yang cukup tinggi
untuk terkena penyakit ini.
 Diagnosis & pengobatan
Tes untuk mendiagnosis penyakit ini meliputi:
a. Tes darah
Kadar tinggi dari enzim otot, seperti kreatin kinasi, dapat berarti terdapat
peradangan otot. Tes darah lainnya melihat antibodi abnormal yang dapat
mengidentifikasi kondisi autoimun.
b. Scan MRI
Scanner yang menggunakan magnet berkekuatan tinggi dan komputer yang
menghasilkan gambar dari otot. Scan MRI dapat membantu mengidentifikasi
area otot yang terdampak dan perubahan pada otot sepanjang waktu.
c. EMG
Dengan memasukan jarum elektroda pada otot, dokter dapat menguji respon
otot terhadap sinyal saraf elektrik. EMG dapat mengidentifikasi otot yang
lemah atau rusak akibat peradangan.
d. Biopsi otot
Hal ini merupakan tes yang paling akurat untuk mendiagnosis penyakit ini.
Dokter mengidentifikasi otot yang lemah, membuat sayatan kecil dan
mengangkat sampel kecil dari jaringan otot untuk diuji.
E. Tendinitis

Merupakan peradangan yang terjadi pada tendon, yaitu jaringan yang menghubungkan
otot dan tulang. Kondisi ini dapat terjadi pada tendon di bagian tubuh mana pun, meski
umumnya terjadi pada tendon di bagian bahu, siku, lutut, pergelangan kaki, atau tumit.
Saat mengalami peradangan, tendon akan terasa sakit ketika otot digerakkan,
sehingga dapat mengganggu pergerakan otot. Tendinitis dapat berlangsung dalam
jangka pendek (akut) atau jangka panjang (kronis).
 Penyebab Tendinitis
Tendinitis umumnya disebabkan oleh gerakan yang dilakukan secara berulang-ulang,
seperti gerakan melompat yang sering dilakukan atlet basket atau mengayun
tangan yang sering dilakukan atlet tenis. Namun, di kasus tertentu, tendinitis juga
dapat terjadi karena cedera akibat mengangkat beban berat.
 Faktor risiko tendinitis
Tendinitis dapat terjadi pada siapa saja. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang dapat
meningkatkan risiko seseorang menderita tendinitis, yaitu:
 Memiliki pekerjaan yang melibatkan gerakan berulang, seperti atlet, petani,
atau pekerja bangunan
 Memiliki riwayat penyakit yang memengaruhi tulang dan
sendi, seperti rheumatoid arthritis atau penyakit asam urat
 Berusia di atas 40 tahun
 Memiliki berat badan yang berlebihan atau obesitas
 Tidak melakukan pemanasan sebelum melakukan olahraga
 Mengonsumsi obat yang dapat merusak tendon, seperti levofloxacin atau
ciprofloxacin
 Jenis Tendinitis
Berdasarkan lokasi dan penyebabnya, tendinitis dapat dibagi menjadi beberapa
jenis, yaitu:
 Lateral epicondylitis
Tendinitis ini terjadi pada tendon di siku bagian luar. Lateral
epicondylitis umumnya terjadi karena aktivitas yang melibatkan putaran pada
pergelangan tangan secara berulang, seperti tenis dan bulutangkis.
 Medial epicondylitis
Tendinitis ini terjadi pada tendon di siku bagian dalam. Jenis ini umumnya
terjadi karena gerakan siku secara berulang, seperti yang dilakukan atlet golf
dan bisbol.
 Achilles tendinitis
Achilles tendinitis terjadi pada tendon Achilles, yaitu urat besar di belakang
pergelangan kaki. Umumnya, tendinitis jenis ini terjadi akibat aktivitas lari
dan lompat yang repetitif, seperti ketika bermain basket.
 Rotator cuff tendinitis
Tendinitis ini terjadi pada tendon rotator cuff, yaitu otot yang mengendalikan
putaran bahu. Jenis ini umumnya terjadi karena gerakan mengangkat
lengan secara berulang, seperti yang dilakukan oleh perenang.
 De Quervain tendinitis
Tendinitis ini terjadi pada tendon pergelangan tangan, tepatnya di pangkal ibu
jari yang umumnya terjadi karena gerakan menggenggam atau mencubit
secara berulang, seperti yang dilakukan oleh atlet tenis dan panjat tebing. Jenis
ini juga dapat terjadi pada wanita dalam masa kehamilan tanpa diketahui
penyebabnya.
 Knee tendinitis
Knee tendinitis terjadi pada tendon patellar yang terletak di bawah lutut atau
pada tendon quadriceps yang berada di atas lutut. Jenis ini umumnya terjadi
karena gerakan melompat atau berlari, seperti yang dilakukan oleh atlet
basket atau pelari jarak jauh.
 Gejala Tendinitis
Tendinitis ditandai dengan munculnya rasa sakit pada tendon yang meradang. Rasa
sakit ini biasanya semakin parah saat otot di area tendon yang meradang digerakkan,
misalnya ketika melompat, berlari, atau memutar pergelangan tangan.Rasa sakit
tersebut juga dapat disertai beberapa gejala lain, seperti area tendon yang bermasalah
mengalami pembengkakan, munculnya sensasi hangat, kemerahan, dan kaku otot.
 Diagnosis Tendinitis
Untuk mendiagnosis tendinitis, dokter akan melakukan tanya jawab seputar gejala
yang dialami pasien, riwayat kesehatannya, ada tidaknya aktivitas yang melibatkan
gerakan secara berulang, serta obat yang sedang dikonsumsi pasien.
Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, khususnya pada area tendon
yang mengalami peradangan.
Tendinitis umumnya dapat didiagnosis hanya dengan pemeriksaan fisik. Namun, jika
diperlukan, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan penunjang, seperti USG,
Rontgen, atau MRI, untuk melihat kemungkinan adanya robekan atau penebalan
tendon atau dislokasi sendi.
 Pengobatan Tendinitis
Pengobatan tendinitis bertujuan untuk meredakan gejala serta mengurangi
peradangan. Berikut ini adalah beberapa metode pengobatan yang dapat diberikan
kepada pasien tendinitis:
 Obat-obatan
Dokter dapat memberikan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau
suntikan  kortikosteroid untuk meredakan nyeri dan
peradangan. Kortikosteroid umumnya tidak disarankan untuk tendinitis yang
sudah terjadi lebih dari 3 bulan karena berisiko melemahkan tendon atau
membuat tendon robek.
 Fisioterapi
Setelah gejala yang dialami mereda, fisioterapi dapat dilakukan untuk
memperkuat tendon yang mengalami peradangan. Hal ini akan
mengembalikan fungsi gerak yang berkurang akibat tendinitis. Jenis tindakan
dan latihan yang dilakukan dalam terapi disesuaikan dengan kondisi pasien.
 Tindakan medis
Tindakan medis di bawah ini dapat dilakukan dokter jika pemberian obat atau
fisioterapi tidak membantu kondisi menjadi lebih baik:
 Terapi ultrasound, menggunakan paparan gelombang suara ultrasonik untuk
menghilangkan jaringan parut tendon
 Dry needling, menggunakan jarum khusus untuk merangsang proses
penyembuhan tendon
 Operasi, untuk menangani kondisi tendinitis yang parah, seperti tendon sudah
terlepas dari tulang
 Perawatan mandiri
Untuk membantu proses penyembuhan, penderita tendinitis dapat melakukan hal-hal
berikut:
 Istirahatkan tendon yang mengalami peradangan. Usahakan untuk tidak
melakukan aktivitas yang memberikan tekanan kuat pada area tersebut.
 Kompres dingin area tendinitis selama 20 menit beberapa kali sehari.
 Berikan bantalan atau bahan yang bisa menopang area tendinitis saat tidur,
misalnya dengan tumpukan bantal.
 Komplikasi Tendinitis
 Tendinitis yang tidak ditangani dengan baik dapat meningkatkan risiko
robeknya tendon. Jika tendon robek, penanganan perlu dilakukan dengan
tindakan operasi.
 Selain itu, jika peradangan pada tendon berlangsung selama beberapa minggu
atau beberapa bulan, penderita dapat mengalami tendinosis. Kondisi ini
menyebabkan kerusakan kronis pada tendon dan diikuti terbentuknya
pembuluh darah yang tidak normal.
 Pencegahan Tendinitis
Tendinitis merupakan kondisi yang dapat dicegah. Beberapa upaya yang dapat Anda
lakukan untuk mencegah kondisi ini adalah:
 Menghindari aktivitas yang memberi tekanan berlebih pada tendon, terutama
jika dilakukan secara terus-menerus
 Melakukan olahraga yang lain, jika olahraga yang biasa dilakukan
menimbulkan nyeri
 Mengikuti saran instruktur olahraga profesional agar gerakan yang dilakukan
tidak menimbulkan masalah pada tendon
 Melakukan peregangan sebelum dan setelah latihan untuk memaksimalkan
gerakan sendi dan mengurangi risiko cedera
 Mengatur posisi duduk yang benar, seperti posisi punggung yang tetap tegak
selama duduk
F. Fibromyalgia

Merupaka suatu kondisi di mana seseorang mengalami nyeri jangka panjang yang menyebar
ke seluruh tubuh. Rasa sakit ini paling sering dikaitkan dengan kelelahan, masalah tidur,
kesulitan berkonsentrasi, sakit kepala, depresi, dan kecemasan.Orang dengan fibromyalgia
mungkin juga mengalami nyeri tekan pada persendian, otot, tendon, dan jaringan lunak
lainnya. Umumnya, penderita fibromyalgia adalah wanita dengan rentang usia 30-50
tahun. Namun, tidak menutup kemungkinan pria dan anak-anak juga bisa memiliki
kondisi ini.Penyakit ini dapat berdiri sendiri atau merupakan bagian dari penyakit
lain, seperti penyakit artritis reumatoid atau penyakit lupus sistemik.

 Penyebab Fibromyalgia

 Usia, umumnya dialami oleh oranag yang berusia 30-50 tahun.


 Jenis kelamin, wanita memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami
fibromyalgia.
 Faktor keturunan.
 Trauma fisik atau emosional, misalnya mengalami cedera, menjalani operasi,
mengidap infeksi virus, atau mengidap PTSD (post-traumatic stress disorder)
akibat kejadian traumatis.
 Senyawa kimia dalam otak yang tidak seimbang, seperti serotonin atau
dopamin.
 Kadar abnormal pada senyawa-senyawa dalam sistem saraf pusat. Perubahan
ini dapat menyebabkan reaksi sistem saraf pusat yang lebih sensitif terhadap
sinyal-sinyal rasa sakit.
 Penyakit yang berhubungan dengan sendi, otot, dan tulang. Misalnya lupus,
rheumatoid arthritis, atau osteoarthritis.
 Gejala Fibromyalgia
Gejala utama pada penyakit ini adalah rasa sakit yang menyebar ke seluruh tubuh,
misalnya sensasi terbakar atau seperti ditusuk-tusuk. Durasi kemunculannya pun
berubah-ubah, bisa terus menerus atau hilang timbul. Tingkat keparahan bagi
pengidap fibromyalgia berbeda-beda dipicu oleh tingkat stres yang dialami oleh
pengidapnya, banyaknya aktivitas yang dilakukan oleh pengidap, serta perubahan
cuaca. Gejala lainnya adalah:
 Tubuh sangat sensitif terhadap rasa sakit.
 Otot-otot yang kaku.
 Sulit tidur dan kelelahan. Rasa sakit akibat fibromyalgia akan menyebabkan
penderita sulit tidur sehingga akan memicu kelelahan.
 Depresi.
 Kecemasan.
 Kram perut.
 Gejala-gejala utama fibromyalgia meliputi:
 Nyeri yang meluas. Rasa nyeri menyebar ke seluruh tubuh atau hanya di
beberapa area saja, seperti leher atau punggung. Sensasinya bisa berupa
terbakar atau ditusuk. Nyeri ini akan berlangsung secara terus-menerus, dan
tingkat keparahannya bisa berubah-ubah.
 Tingkat sensitivitas terhadap sakit meningkat. Bahkan sentuhan lembut sekali
pun bisa terasa sangat sakit, dan rasa sakit tersebut membutuhkan waktu cukup
lama sampai benar-benar hilang. Penderita juga bisa sensitif terhadap hal lain,
seperti cahaya atau rasa makanan tertentu.
 Kelelahan. Fibromyalgia bisa menyebabkan kelelahan ekstrem sampai merasa
tidak bertenaga sama sekali, sehingga tidak bisa beraktivitas.
 Kualitas tidur buruk. Penderita sering merasa letih walaupun sudah beristirahat
cukup.
 Gangguan kognitif, misalnya sulit berkonsentrasi atau sering meracau.
 Sakit kepala. Biasanya ini adalah akibat dari leher dan bahu kaku yang
disebabkan oleh fibromyalgia.
 Sindrom iritasi usus besar, yang berakibat penderita mengalami sembelit atau
malah diare.
 Pengobatan Fibromyalgia
Fibromyalgia termasuk kondisi kronis yang tidak dapat disembuhkan. Tujuan
pengobatannya untuk meringankan gejala agar tidak menghambat kehidupan
pengidapnya. Selain itu penangan bagi tiap pengidapnya berbeda-beda. Umumnya
meliputi:
 Penggunaan obat-obatan.
 Obat pereda nyeri Obat pereda nyeri berbahan dasar narkotika sangat
membantu namun tidak dianjurkan karena dapat menimbulkan ketergantungan
 Obat anti depresan amitriptyline atau cyclobenzaprine sebagai pelemas otot
agar pasien lebih mudah tidur. Obat anti-kejang, dirancang untuk mengobati
epilepsi namun berguna juga untuk mengurangi jenis rasa sakit tertentu
 Terapi psikologis.
 Terapi fisik untuk meringankan rasa sakit.
Dilakukan dengan cara aktivitas olahraga yang dipandu oleh terapis
khusus,direkomendasikan Berenang
 Obat tidur. Fibromyalgia dapat memengaruhi pola tidur pasien. Jika pasien
mendapatkan cukup istirahat, maka gejala penyakit tidak akan terlalu terasa.
 Penanganan lain
Dalam menangani fibromyalgia diperlukan penanganan lain selain penggunaan
obat-obatan, seperti: Berendam air hangat.
 Terapi kognitif. Pasien bisa menemukan strategi menangani stres dan
menangani masalah dengan sudut pandang positif.
 Teknik relaksasi.
 Pijat.
 Diagnosis Fibromyalgia
Fibromyalgia termasuk penyakit yang sulit didiagnosis karena selain gejalanya mirip
dengan penyakit lain, pemeriksaan khusus untuk penyakit ini juga belum ditemukan.
Biasanya dokter akan menanyakan gejala-gejala yang pasien rasakan dalam aktivitas
sehari-hari.Karena kemiripan gejalanya dengan banyak penyakit lain, ada beberapa
kriteria yang umumnya digunakan untuk membantu penegakkan diagnosis, seperti:
 Pasien mengalami rasa sakit cukup parah minimal pada tiga hingga enam area
tubuh berbeda. Atau, rasa sakit ringan minimal pada tujuh area tubuh berbeda.
 Pasien merasakan tingkat keparahan gejala yang sama selama minimal tiga
bulan.
 Tidak ada penyebab lain dari gejala-gejala yang dialami pasien.
Sebelum memastikan kondisi fibromyalgia, dokter akan melakukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk mengeliminasi kemungkinan adanya penyakit
lain. Jenis-jenis pemeriksaan yang dilakukan adalah tes urine, tes darah, dan
X-ray.
 Penyebab Fibromyalgia
Sebenarnya penyebab fibromyalgia belum diketahui secara pasti. Namun, para ahli
mengatakan bahwa kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya:
 Sinyal sakit abnormal. Otak, saraf tulang belakang, dan saraf adalah pusat
sistem saraf yang mengirimkan sinyal ke seluruh tubuh melalui sel khusus.
Perubahan cara kerja akan membuat pusat sistem saraf lebih sensitif terhadap
sinyal sakit.
 Ketidakseimbangan senyawa kimia, seperti dopamin dan kortisol.
 Faktor keturunan. Faktor seseorang terkena fibriomyalgia akan meningkat jika
ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit sama.
 Usia. Umumnya dialami oleh mereka yang berusia 30-50 tahun.
 Jenis kelamin. Pria berisiko lebih rendah ketimbang wanita untuk mengalami
fibriomyalgia.
 Trauma fisik atau emosional, seperti menderita infeksi virus, melahirkan, atau
baru mengalami kejadian traumatis misalnya kehilangan pasangan hidup.
 Mengidap penyakit yang berhubungan dengan otot, sendi, dan tulang.
Misalnya artritis reumatoid.
 Pencegahan Fibromyalgia
Karena sampai sekarang penyebab fibromyalgia juga belum dapat diidentifikasi
dengan jelas, belum ada tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah fibromyalgia.
G. keseleo

Keseleo atau terkilir merupakan cedera pada ligamen, jaringan yang


menghubungkan dua atau lebih tulang pada sendi. Kondisi ini umumnya terjadi
pada pergelangan kaki akibat aktivitas fisik.

 Berdasarkan tingkat keparahannya, keseleo bisa dibagi menjadi tiga, yaitu:


 Keseleo ringan. Ada nyeri, bengkak atau robekan kecil pada ligamen, namun
tidak berdampak pada kestabilan sendi.
 Keseleo sedang. Ligamen robek sebagian, disertai nyeri dan pembengkakan
yang cukup parah, hingga sedikit memengaruhi kestabilan sendi.
 Keseleo berat. Ligamen putus dan sendi menjadi tidak stabil. Nyeri dan
bengkak yang timbul sangat parah, disertai kerusakan jaringan di sekitarnya.
 Gejala Keseleo
Gejala yang timbul pada keseleo tergantung pada tingkat keparahannya, antara lain
nyeri, pembengkakan dan memar. Selain itu, gerakan menjadi terbatas pada sendi
yang terkena. Kadang, saat cedera akan terdengar bunyi di sendi.
 Penyebab dan Faktor Risiko Keseleo
Keseleo umumnya terjadi akibat melakukan aktivitas berat, di antaranya:
 Berjalan atau berolahraga pada medan yang tidak rata.
 Melakukan gerakan berputar saat olahraga, seperti dalam olahraga atletik.
 Melakukan pendaratan atau jatuh pada posisi yang salah.
 Teknik latihan yang salah saat berolahraga.
 Selain disebabkan sejumlah hal di atas, ada beberapa kondisi yang bisa meningkatkan
risiko terjadinya keseleo, antara lain:
 Bentuk tubuh yang tidak ideal. Kondisi ini bisa membuat otot dan sendi
tidak sepenuhnya menyokong gerakan saat berolahraga.
 Perlengkapan yang tidak tepat. Penggunaan perlengkapan olahraga seperti
sepatu yang sudah tidak layak pakai, bisa meningkatkan risiko keseleo.
 Tidak pemanasan. Pemanasan berguna meregangkan otot dan membantu
mencegah keseleo saat berolahraga.
 Tubuh lelah. Memaksa tubuh untuk beraktivitas saat sedang lelah berdampak
pada performa yang kurang baik.
 Lingkungan. Permukaan tanah yang basah dan licin bisa meningkatkan risiko
cedera akibat terjatuh.
 Diagnosis Keseleo
 Dokter akan mengajukan beberapa pertanyaan terkait cedera yang dialami,
kemudian melakukan pemeriksaan fisik, dengan menggerakkan bagian tubuh
yang diduga keseleo. Langkah ini membantu dokter mengetahui area ligamen
atau otot yang cedera.
 Setelah itu, dokter dapat melakukan pemeriksaan penunjang berupa foto
Rontgen untuk memastikan tidak ada tulang yang retak atau patah. Bila
diperlukan, dokter akan melakukan pemeriksaan MRI, untuk melihat kondisi
sendi secara detail.
 Bila keseleo masih menimbulkan nyeri hebat setelah 6 minggu sejak terjadi
cedera, pasien disarankan menjalani pemeriksaan foto Rontgen lanjutan.
Kondisi tersebut mungkin disebabkan oleh robekan ligamen atau retakan kecil
pada tulang, yang belum muncul saat terjadi cedera. Bisa juga karena sendi
sangat bengkak, sehingga ada sebagian area cedera yang sulit terdeteksi.
 Pengobatan Keseleo
Ada sejumlah langkah penanganan yang dapat dilakukan di rumah untuk
membantu mengatasi keseleo. Penanganan pertama disingkat dengan PRICE
(protect, rest, ice, compression, elevation).
 Protect (melindungi). Misalnya melindungi pergelangan kaki dengan
mengenakan sepatu yang tingginya melebihi mata kaki (boots).
 Rest (mengistirahatkan). Istirahatkan sendi selama 2-3 hari setelah cedera.
Bila perlu, gunakan tongkat untuk membantu berjalan.
 Ice (es). Kompres area yang keseleo dengan es segera setelah cedera. Lakukan
selama 15-20 menit setiap 2-3 jam, hingga 2-3 hari. Jangan lupa untuk
membungkus es dalam kantong plastik atau handuk sebelum mengompres.
Langkah ini bisa mengurangi nyeri, radang dan memar.
 Compression (membalut). Agar bengkak berkurang, balut area yang keseleo
dengan perban elastis hingga 2 hari setelah cedera. Jangan gunakan perban
yang terlalu ketat agar darah tetap mengalir lancar. Silakan berkonsultasi
dengan dokter untuk mendapatkan ukuran perban yang tepat. Ingatlah untuk
melepas perban sebelum tidur.
 Elevation (menaikkan). Angkat pergelangan kaki hingga ketinggian yang
sama dengan pinggul saat duduk, jangan dibiarkan menggantung ke bawah.
Jika keseleo terjadi di pergelangan tangan, gunakan penyangga lengan (arm
sling) selama 1-2 hari. Menaikkan bagian yang cedera bisa mengurangi
pembengkakan.
 Selain melakukan berbagai hal di atas, pasien disarankan untuk mengindari HARM
(heat, alcohol, running, massage) pada area yang mengalami keseleo, selama 3 hari
ke depan. Langkah ini disarankan untuk mempercepat proses pemulihan.
 Heat (panas). Hindari mandi air panas, sauna, dan kompres panas. Hawa
panas membuat pembuluh darah melebar dan mengingkatkan aliran darah,
sehingga memperburuk peradangan dan memar.
 Alcohol (alkohol). Jauhi konsumsi alkohol, karena bisa memperburuk
peradangan dan pembengkakan, sehingga memperlambat proses pemulihan.
 Running (lari). Tunda aktivitas olahraga seperti lari, karena bisa
memperburuk cedera, khususnya pada tungkai atau kaki.
 Massage (pijat). Pemijatan pada area yang keseleo dapat memperparah
pembengkakan dan berisiko menimbulkan perdarahan. Pemijatan yang lembut
baru boleh dilakukan 3 hari setelah cedera.
 Selama 3-4 minggu berikutnya, penderita keseleo tidak boleh berolahraga atau
menjalani aktivitas berat yang melibatkan bagian yang cedera. Namun
demikian, hal ini tergantung pada kondisi keseleo yang dialami.
 Konsumsi obat tidak diperlukan jika pasien hanya mengalami keseleo ringan. Namun
demikian, obat pereda nyeri seperti paracetamol, atau obat antiinflamasi nonsteroid
(OAINS) seperti ibuprofen atau diclofenac, dapat digunakan. Sebaiknya berkonsultasi
terlebih dahulu dengan dokter sebelum mengonsumsi obat-obat tersebut.
 Pada kasus keseleo berat diperlukan penanganan tambahan, misalnya penggunaan
gips selama kurang lebih 10 hari. Hal ini untuk mengurangi pergerakan pada area
yang keseleo. Jika robekan pada ligamen amat parah dan kondisi sendi sangat tidak
stabil, dokter akan menyarankan pasien untuk menjalani operasi.
 Pencegahan Keseleo
Lakukan beberapa hal berikut untuk mencegah terjadinya keseleo:
 Kenakan sepatu yang aman dan nyaman dalam segala aktivitas, dan pastikan
ukurannya tepat, serta hindari pemakaian sepatu hak tinggi.
 Olahraga secara rutin, namun jangan terlalu berlebihan, dan jangan lupa untuk
selalu melakukan pemanasan dan peregangan sebelum mulai olahraga.
 Hindari duduk atau berdiri terlalu lama. Sebaiknya sesekali istirahat dan
lakukan peregangan.
 Hindari melakukan olahraga berat tanpa mengikuti latihan yang benar
sebelumnya.
 Hati-hati jika berjalan di jalanan yang basah dan licin.
BAB III
PENUTUP

1.1  KESIMPULAN
Berdasarkan makalah di atas dapat saya simpulkan bahwa sistem otot adalah sistem tubuh
yang memiliki fungsi seperti untuk alat gerak, menetukan postur tubuh dan juga dalam proses
mengatur suhu tubuh. Otot di sebut alat gerak aktif karena otot dapat melakukan kontraksi.
Otot dapat bekerja dengan dua cara yakni berkontraksi (memendek) dan relaksasi
(memanjang atau kembali ke keadaan yang semula).
Keadaan otot yang memendek atau melakukan kontraksi di sebut tonus. Otot dapat bagi
dalam 3 jenis yaitu otot lurik/rangka, otot polos, dan otot jantung. Otot lurik/rangka adalah
otot  yang dapat bekerja di bawah kesadaran, otot polos adalah otot yang bekerja di luar
kesadaran namun tidak mudah lelah, sedangkan otot jantung adalah otot yang bekerja di luar
kesadaran namun sangat cepat mengalami kelelahan.
Otot juga dapat mengalami berbagai kelainan seperti tetanus, polio, distrofi otot, dan autrofi
otot,DST.

1.2  Saran
Menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan, maka saya membutuhkan saran
yang dapat membangun terhadap saya dalam melakukan pembuatan bahkan perbaikan
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Setiadi. 2016. Dasar-Dasar Anatomi Dan Fisiologi Manusia. Yogyakarta: Indomedia


Pustaka.
Giri Wiarto. 2013. Anatomi Dan Fisiologi Sistem Gerak Manusia. Yogyakarta: Gosyen
Publishing
dr.Jan Tambayong. 2012. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Basoeki, Soerdjono. 1998. Anatomi Dan Fisiologi Manusia. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan
Wulangi.S.Kartolo. 2000. Prinsip-Prinsip Fisiologi Manusia. Bandung: DepDikBud
Kus. Irianto. 2004. Struktur Dan Fungsi Tubuh Manusia Untuk Paramedis. Jakarta:
Gramedia

Anda mungkin juga menyukai