PENYAKIT OTOT
Disusun oleh:
1. Dewi tri rahmawati (P27227019140)
2. Milani srilestari (P27227019153)
3. Muhammad antas salam al Rashid (P2722701915)
4. Zidan naufal (P2722701912)
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul PENYAKIT OTOT ini
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Drs.
Alfan Zubaidi, M.Kes pada mata kuliah pathology and emergenzy. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan dan bermanfaat bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari teman – teman sangat kami butuhkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Karanganayar, 14 oktober 2020
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................
1.2 RUMUSAN MASALAH....................................................................................
1.3 TUJUAN PENULISAN......................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................
PENGERTIAN OTOT..............................................................................................
2.1 FUNGSI OTOT.................................................................................................
2.2 BAGIAN-BAGIAN OTOT................................................................................
2.3 JENIS-JENIS OTOT..........................................................................................
2.4 KELAINAN PADA OTOT................................................................................
BAB III PENUTUP..................................................................................................
3.1 KESIMPULAN..................................................................................................
3.2 SARAN..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Pengertian otot
Otot merupakan alat gerak aktif dan susunan tulang atau kerangka merupakan alat gerak
pasif. Otot adalah sebuah jaringan konektif yang tugas utamanya adalah berkontraksi yang
berfungsi untuk menggerakan bagian-bagian tubuh baik yang di sadari maupun yang tidak.
Sekitar 40% berat dari tubuh kita adalah otot. Tubuh manusia memiliki lebih dari 600 otot
rangka. Otot memiliki sel-sel yang tipis dan panjang. Otot bekerja dengan cara mengubah
lemak dan glukosa menjadi gerakan dan energi panas. Sel-sel otot ini dapat bergerak karena
sitoplasma mengubah bentuk.
Otot bekerja berpasangan satu berkontraksi dan lawannya relaksasi sehingga otot bisa
menggerakkan berbagai bagian dari tubuh manusia seperti lutut yang bisa di bengkokkan
maupun di luruskan.
Pada keadaan istirahat, otot tidak mengendur tetapi memiliki sedikit ketegangan.
Ketegangan ini di sebut tonus. Fungsi dari tonus adalah untuk memelihara sikap dan posisi
tubuh.
2. Otot polos
Disebut otot polos karena protoplasmanya licin yang tidak mempunyai garis-garis
melintang. Otot ini terdapat di alat-alat dalam seperti usus, ginjal, pembuluh darah dan lain-
lain. Otot ini terdiri dari sel-sel otot yang berbentuk gelendong dengan satu inti sel yang
terletak di tengah. Otot polos tidak melekat pada tulang rangka tubuh dengan aktivitasnya
lambat, namun geraknya beruntung sehingga berkontraksi dalam waktu yang lama dan tidak
mudah lelah. Otot polos memerlukan 3-180 detik untuk berkontraksi. Gerak otot polos di
kontrol oleh saraf tak sadar, sehingga di sebut gerak tidak sadar.
Ciri-ciri otot polos :
Berinti satu
Berbentuk gelendong dengan kedua ujungnya meruncing
Bekerja di luar kesadaran, bekerja lambat, teratur dan tidak cepat lelah
3. Otot jantung
Otot jantung hanya terdapat pada organ jantung saja. Otot jantung terdiri atas serabut
lurik. Miofibril otot jantung bercabang-cabang dan mitokondrianya lebih banyak daripada
yang terdapat pada serabut otot kerangka. Bentuk otot jantung seperti gelendong dengan inti
berjumlah banyak dan terletak di tepi.
Cara kerja otot jantung adalah secara terus menerus dengan ritme atau irama tetap, dan
tidak di pengaruhi oleh kesadaran, serta tidak mudah lelah.
Ciri-ciri otot jantung :
Berbentuk serabut lurik yang bercabang-cabang, jumlah inti selnya banyak, terletak di
tengah serabut
Bekerja di luar kesadaran atau di luar perintah otak.
2.5 Kelainan pada otot
Beberapa kelainan/ penyakit pada otot antara lain :
A. Tetanus
Tetanus adalah penyakit yang menyebabkan otot menjadi tegang secara terus menerus karena
adanya infeksi bakteri tetanus (clostridium tetani) yang berbentuk basil. Bakteri ini masuk
melalui luka yang terdapat pada tubuh.
Gejala Tetanus
Tetanus merupakan penyakit yang berbahaya dan gejalanya muncul dalam 4-21 hari setelah
terkena kuman tetanus. Segera temui dokter jika Anda mengalami luka dan tidak mendapat
antiracun tetanus, terutama jika muncul beberapa gejala seperti:
Demam
Pusing
Berkeringat berlebihan
Jantung berdebar
Terlebih lagi sudah muncul gejala yang khas untuk tetanus, antara lain:
B. Distrofi otot
Distrofi otot yaitu penyakit kronis pada otot yang terjadi sejak anak-anak, di duga merupakan
penyakit bawaan (genetis).
Kondisi ini adalah jenis distrofi otot yang paling sering ditemukan. Penderitanya kebanyakan
adalah anak laki-laki. Gejala pada distrofi otot Duchenne akan muncul sejak usia 5 tahun.
Kelemahan otot biasanya dimulai dari bagian kaki dan lengan atas yang kemudian berlanjut
ke bagian lainnya, termasuk jantung, paru-paru, tulang belakang, dan perut serta organ di
dalamnya. Gejala-gejalanya meliputi:
Kesulitan berjalan
Sering terjatuh
Kesulitan bangun dari posisi duduk atau tidur
Postur tubuh yang buruk
Penipisan tulang
Nyeri dan kaku otot
Skoliosis
Gangguan belajar
Kesulitan bernapas
Kesulitan menelan
Paru-paru dan jantung melemah
2. Distrofi otot Becker
Distrofi otot Becker mirip dengan tipe Duchenne, namun jenis ini tidak terlalu parah. Gejala
penyakit ini muncul pada rentang usia 11–25 tahun dengan ditandai melemahnya otot di
sekitar kaki dan lengan.
Berikut ini adalah gejala-gejala distrofi otot Becker:
Berjalan jinjit
Sering jatuh
Kram otot
Sulit untuk berdiri
Jenis ini adalah jenis yang gejalanya mulai muncul sejak lahir hingga atau saat usia
menginjak 2 tahun. Distrofi otot kongenital biasanya ditandai dengan fungsi motorik anak
yang tidak berkembang. Salah satu tandanya adalah anak yang tidak bisa duduk atau berdiri.
Gejala-gejala distrofi otot bawaan meliputi:
Otot melemah
Tidak mampu duduk atau berdiri tanpa bantuan
Tidak mampu mengontrol anggota gerak
Skoliosis
Kelainan bentuk kaki
Kesulitan menelan
Gangguan penglihatan
Gangguan bicara
Gangguan intelektual
Gangguan pernapasan
Gejala distrofi miotonik biasanya muncul pada rentang usia 20–30 tahun. Distrofi miotonik
menyebabkan otot tidak mampu mengendur atau rileks setelah kontraksi. Gejalanya paling
sering muncul di sekitar wajah dan leher. Tipe ini juga bisa mempengaruhi otak dan organ
yang memproduksi hormon.
Berikut ini adalah beberapa gejala distrofi otot miotonik:
5. Distrofi otot facioscapulohumeral
Gejala facioscapulohumeral muncul pada usia remaja. Facioscapulohumeral memengaruhi
bagian-bagian otot wajah, bahu, dan lengan atas. Gejala-gejalanya dapat berupa:
6. Distrofi otot Limb-girdle
Jenis ini memiliki gejala yang muncul pada rentang kanak-kanak hingga remaja. Biasanya,
gejala awal distrofi otot Lim-girdle terjadi di sekitar bahu dan pinggul, namun bisa juga
muncul di kaki dan leher.
Beberapa gejala distrofi otot Lim-girdle adalah:
Kesulitan berdiri
Kesulitan berjalan
Kesulitan membawa barang berat
Mudah jatuh dan tersandung
7. Distrofi otot oculopharyngeal
Gejala distrofi otot oculopharyngeal umumnya baru muncul di usia sekitar 40 tahun. Distrofi
otot jenis ini membuat penderita merasakan lemah pada otot wajah, leher, dan bahu. Gejala-
gejala yang dialami dapat berupa:
C. Autrofi otot
Atrofi otot merupakan kondisi terjadinya penurunan massa otot. Hal ini biasanya
disebabkan oleh cedera atau adanya suatu penyakit, sehingga bagian tubuh tertentu
tidak bisa digerakkan dalam jangka waktu yang cukup lama.Dalam banyak kasus,
atrofi otot biasanya pulih setelah melakukan gabungan penanganan mulai dari diet,
latihan, dan terapi fisik yang dilakukan secara intensif.
Beberapa penyebab terjadinya kondisi ini antara lain adalah:
Tidak melakukan aktivitas fisik dalam waktu lama
Pertambahan usia
Miopati atau kelainan otot yang berhubungan dengan konsumsi alkohol.
Seseorang yang mengonsumsi alkohol dalam jumlah besar dan jangka waktu
lama kerap mengalami sakit dan lemas di beberapa area otot
Luka bakar
Cedera seperti patah tulang
Kurang gizi
Cedera saraf perifer atau tulang belakang
Serangan stroke
Terapi kortikosteroid jangka panjang.
Beberapa kondisi kesehatan juga bisa menyebabkan penyusutan otot atau
mengakibatkan tubuh susah bergerak yang mengarah kepada atrofi otot. Kondisi ini
meliputi:
Amyotrophic lateral sclerosis (ALS) atau yang juga dikenal dengan sindrom
Lou Gehrig. Gangguan pada sel saraf pada akhirnya mengurangi kemampuan
gerak otot perlahan-lahan
Dermatomiositis yang menyebabkan kelemahan otot dan ruam kulit
Guillain-Barré syndrome, suatu kondisi autoimun yang menyebabkan
peradangan saraf dan kelemahan otot
Multiple sclerosis, suatu kondisi autoimun di mana tubuh menghancurkan
pelindung saraf
Distrofi muskular yakni kondisi bawaan yang menyebabkan pelemahan otot
Gejala Atrofi Otot
Seseorang kemungkinan mengalami atrofi pada otot jika: Salah satu lengan atau
kakinya berukuran lebih kecil daripada yang lainnya,Mengalami rasa lemas pada
salah satu anggota badan,Tidak aktif secara fisik dalam waktu lama.
Pengobatan Atrofi Otot
Penanganan untuk masalah ini bergantung pada hasil diagnosis dari dokter dan tingkat
keparahan penyusutan otot yang terjadi. Adakalanya atrofi bisa diobati dengan
menyembuhkan faktor penyebabnya terlebih dahulu. Beberapa terapi yang biasa
digunakan untuk membantu penderita penyakit ini antara lain:
Olahraga. Beberapa jenis yang direkomendasikan antara lain adalah olahraga
air untuk membantu pasien lebih mudah bergerak
Terapi fisik. Biasanya akan dibantu oleh tenaga terapis professional
Terapi ultrasound
Operasi atau pembedahan untuk memperbaiki bagian otot yang sudah
terdeformasi
Perubahan pola makan biasanya direkomendasikan untuk pasien yang
mengalami atrofi karena kekurangan nutrisi.
Ketika penderita atrofi otot tidak segera mendapatkan penanganan yang tepat,
berbagai risiko dapat terjadi. Pelemahan pada anggota badan ini menyebabkan
pasien tidak bisa bergerak bebas dan beraktivitas secara normal.
b. Polymyositis
Polymyositis biasanya terjadi pada otot yang berada di sekitar atau terdekat
dengan batang tubuh. Kondisi ini umumnya dapat dikaitkan dengan adanya
masalah pada sistem imun tubuh penderitanya.
Penderita polymyositis umumnya merasakan gejala-gejala berikut:
Lemah otot
Nyeri otot
Kesulitan menelan
Sering terjatuh
Susah bangkit dari posisi duduk
Batuk kering kronis
Penebalan kulit di tangan
Demam
Kesulitan bernapas
Berat badan menurun
Suara serak
c. Inclusion-body myositis
Sedikit berbeda dengan jenis lainnya, peradangan otot tipe ini lebih banyak
terjadi pada pasien berjenis kelamin pria dibanding dengan wanita. Selain itu,
tipe ini biasanya ditemukan pada pasien berusia lebih dari 50 tahun.Penyakit
ini umumnya menyerang otot yang lebih kecil dan cenderung memengaruhi
salah satu sisi tubuh saja. Meskipun belum dapat dikonfirmasi, radang otot
jenis ini diyakini berhubungan dengan masalah genetik.Jika Anda menderita
radang otot jenis ini, Anda mungkin akan merasakan:
Kesulitan berjalan
Kehilangan keseimbangan
Sering terjatuh
Susah bangun dari posisi duduk
Tangan sulit menggenggam
Nyeri dan lemah otot
Refleks otot berkurang
d. Juvenile myositis
Pada jenis ini, kasus kejadiannya lebih banyak ditemukan pada pasien berusia
18 tahun ke bawah. Selain itu, kemungkinan kejadiannya pada anak
perempuan 2 kali lebih besar dibanding dengan anak laki-laki.Gejala yang
ditunjukkan dari kondisi ini tidak jauh berbeda dengan jenis peradangan otot
lainnya, seperti:
Ruam pada kelopak mata atau persendian
Kelelahan
Rewel dan mudah marah
Sakit perut
Kesulitan dalam bergerak sehari-hari
Kesulitan menengadah atau mengangkat kepala
Bengkak dan kemerahan di kulit sekitar kuku tangan
Sulit menelan
Nyeri dan lemah otot
Demam
e. Toxic myositis
Radang otot jenis ini diyakini berhubungan dengan konsumsi obat-obatan
tertentu, serta penggunaan obat terlarang seperti kokain.
Tanda-tanda & gejala
Tanda-tanda dan gejala umum dari myositis adalah kelemahan otot
atau myalgia. Kelemahan dapat disadari atau terdeteksi dengan
pengujian. Namun, tidak semua penderita penyakit ini dipastikan
mengalami kelemahan otot.
Gejala-gejala yang paling umum muncul pada kondisi peradangan otot
meliputi:
Ruam
Kelelahan
Penebalan kulit tangan
Kesulitan menelan dan Kesulitan bernapas
Orang dengan penyakit ini yang disebabkan oleh virus biasanya mengalami gejala
dari infeksi virus, seperti hidung beringus, demam, batuk, radang tenggorokan atau
mual dan diare. Namun gejala dari infeksi virus dapat hilang beberapa hari atau
beberapa minggu sebelum gejala muncul.
Penyebab
Merupakan peradangan yang terjadi pada tendon, yaitu jaringan yang menghubungkan
otot dan tulang. Kondisi ini dapat terjadi pada tendon di bagian tubuh mana pun, meski
umumnya terjadi pada tendon di bagian bahu, siku, lutut, pergelangan kaki, atau tumit.
Saat mengalami peradangan, tendon akan terasa sakit ketika otot digerakkan,
sehingga dapat mengganggu pergerakan otot. Tendinitis dapat berlangsung dalam
jangka pendek (akut) atau jangka panjang (kronis).
Penyebab Tendinitis
Tendinitis umumnya disebabkan oleh gerakan yang dilakukan secara berulang-ulang,
seperti gerakan melompat yang sering dilakukan atlet basket atau mengayun
tangan yang sering dilakukan atlet tenis. Namun, di kasus tertentu, tendinitis juga
dapat terjadi karena cedera akibat mengangkat beban berat.
Faktor risiko tendinitis
Tendinitis dapat terjadi pada siapa saja. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang dapat
meningkatkan risiko seseorang menderita tendinitis, yaitu:
Memiliki pekerjaan yang melibatkan gerakan berulang, seperti atlet, petani,
atau pekerja bangunan
Memiliki riwayat penyakit yang memengaruhi tulang dan
sendi, seperti rheumatoid arthritis atau penyakit asam urat
Berusia di atas 40 tahun
Memiliki berat badan yang berlebihan atau obesitas
Tidak melakukan pemanasan sebelum melakukan olahraga
Mengonsumsi obat yang dapat merusak tendon, seperti levofloxacin atau
ciprofloxacin
Jenis Tendinitis
Berdasarkan lokasi dan penyebabnya, tendinitis dapat dibagi menjadi beberapa
jenis, yaitu:
Lateral epicondylitis
Tendinitis ini terjadi pada tendon di siku bagian luar. Lateral
epicondylitis umumnya terjadi karena aktivitas yang melibatkan putaran pada
pergelangan tangan secara berulang, seperti tenis dan bulutangkis.
Medial epicondylitis
Tendinitis ini terjadi pada tendon di siku bagian dalam. Jenis ini umumnya
terjadi karena gerakan siku secara berulang, seperti yang dilakukan atlet golf
dan bisbol.
Achilles tendinitis
Achilles tendinitis terjadi pada tendon Achilles, yaitu urat besar di belakang
pergelangan kaki. Umumnya, tendinitis jenis ini terjadi akibat aktivitas lari
dan lompat yang repetitif, seperti ketika bermain basket.
Rotator cuff tendinitis
Tendinitis ini terjadi pada tendon rotator cuff, yaitu otot yang mengendalikan
putaran bahu. Jenis ini umumnya terjadi karena gerakan mengangkat
lengan secara berulang, seperti yang dilakukan oleh perenang.
De Quervain tendinitis
Tendinitis ini terjadi pada tendon pergelangan tangan, tepatnya di pangkal ibu
jari yang umumnya terjadi karena gerakan menggenggam atau mencubit
secara berulang, seperti yang dilakukan oleh atlet tenis dan panjat tebing. Jenis
ini juga dapat terjadi pada wanita dalam masa kehamilan tanpa diketahui
penyebabnya.
Knee tendinitis
Knee tendinitis terjadi pada tendon patellar yang terletak di bawah lutut atau
pada tendon quadriceps yang berada di atas lutut. Jenis ini umumnya terjadi
karena gerakan melompat atau berlari, seperti yang dilakukan oleh atlet
basket atau pelari jarak jauh.
Gejala Tendinitis
Tendinitis ditandai dengan munculnya rasa sakit pada tendon yang meradang. Rasa
sakit ini biasanya semakin parah saat otot di area tendon yang meradang digerakkan,
misalnya ketika melompat, berlari, atau memutar pergelangan tangan.Rasa sakit
tersebut juga dapat disertai beberapa gejala lain, seperti area tendon yang bermasalah
mengalami pembengkakan, munculnya sensasi hangat, kemerahan, dan kaku otot.
Diagnosis Tendinitis
Untuk mendiagnosis tendinitis, dokter akan melakukan tanya jawab seputar gejala
yang dialami pasien, riwayat kesehatannya, ada tidaknya aktivitas yang melibatkan
gerakan secara berulang, serta obat yang sedang dikonsumsi pasien.
Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, khususnya pada area tendon
yang mengalami peradangan.
Tendinitis umumnya dapat didiagnosis hanya dengan pemeriksaan fisik. Namun, jika
diperlukan, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan penunjang, seperti USG,
Rontgen, atau MRI, untuk melihat kemungkinan adanya robekan atau penebalan
tendon atau dislokasi sendi.
Pengobatan Tendinitis
Pengobatan tendinitis bertujuan untuk meredakan gejala serta mengurangi
peradangan. Berikut ini adalah beberapa metode pengobatan yang dapat diberikan
kepada pasien tendinitis:
Obat-obatan
Dokter dapat memberikan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau
suntikan kortikosteroid untuk meredakan nyeri dan
peradangan. Kortikosteroid umumnya tidak disarankan untuk tendinitis yang
sudah terjadi lebih dari 3 bulan karena berisiko melemahkan tendon atau
membuat tendon robek.
Fisioterapi
Setelah gejala yang dialami mereda, fisioterapi dapat dilakukan untuk
memperkuat tendon yang mengalami peradangan. Hal ini akan
mengembalikan fungsi gerak yang berkurang akibat tendinitis. Jenis tindakan
dan latihan yang dilakukan dalam terapi disesuaikan dengan kondisi pasien.
Tindakan medis
Tindakan medis di bawah ini dapat dilakukan dokter jika pemberian obat atau
fisioterapi tidak membantu kondisi menjadi lebih baik:
Terapi ultrasound, menggunakan paparan gelombang suara ultrasonik untuk
menghilangkan jaringan parut tendon
Dry needling, menggunakan jarum khusus untuk merangsang proses
penyembuhan tendon
Operasi, untuk menangani kondisi tendinitis yang parah, seperti tendon sudah
terlepas dari tulang
Perawatan mandiri
Untuk membantu proses penyembuhan, penderita tendinitis dapat melakukan hal-hal
berikut:
Istirahatkan tendon yang mengalami peradangan. Usahakan untuk tidak
melakukan aktivitas yang memberikan tekanan kuat pada area tersebut.
Kompres dingin area tendinitis selama 20 menit beberapa kali sehari.
Berikan bantalan atau bahan yang bisa menopang area tendinitis saat tidur,
misalnya dengan tumpukan bantal.
Komplikasi Tendinitis
Tendinitis yang tidak ditangani dengan baik dapat meningkatkan risiko
robeknya tendon. Jika tendon robek, penanganan perlu dilakukan dengan
tindakan operasi.
Selain itu, jika peradangan pada tendon berlangsung selama beberapa minggu
atau beberapa bulan, penderita dapat mengalami tendinosis. Kondisi ini
menyebabkan kerusakan kronis pada tendon dan diikuti terbentuknya
pembuluh darah yang tidak normal.
Pencegahan Tendinitis
Tendinitis merupakan kondisi yang dapat dicegah. Beberapa upaya yang dapat Anda
lakukan untuk mencegah kondisi ini adalah:
Menghindari aktivitas yang memberi tekanan berlebih pada tendon, terutama
jika dilakukan secara terus-menerus
Melakukan olahraga yang lain, jika olahraga yang biasa dilakukan
menimbulkan nyeri
Mengikuti saran instruktur olahraga profesional agar gerakan yang dilakukan
tidak menimbulkan masalah pada tendon
Melakukan peregangan sebelum dan setelah latihan untuk memaksimalkan
gerakan sendi dan mengurangi risiko cedera
Mengatur posisi duduk yang benar, seperti posisi punggung yang tetap tegak
selama duduk
F. Fibromyalgia
Merupaka suatu kondisi di mana seseorang mengalami nyeri jangka panjang yang menyebar
ke seluruh tubuh. Rasa sakit ini paling sering dikaitkan dengan kelelahan, masalah tidur,
kesulitan berkonsentrasi, sakit kepala, depresi, dan kecemasan.Orang dengan fibromyalgia
mungkin juga mengalami nyeri tekan pada persendian, otot, tendon, dan jaringan lunak
lainnya. Umumnya, penderita fibromyalgia adalah wanita dengan rentang usia 30-50
tahun. Namun, tidak menutup kemungkinan pria dan anak-anak juga bisa memiliki
kondisi ini.Penyakit ini dapat berdiri sendiri atau merupakan bagian dari penyakit
lain, seperti penyakit artritis reumatoid atau penyakit lupus sistemik.
Penyebab Fibromyalgia
1.1 KESIMPULAN
Berdasarkan makalah di atas dapat saya simpulkan bahwa sistem otot adalah sistem tubuh
yang memiliki fungsi seperti untuk alat gerak, menetukan postur tubuh dan juga dalam proses
mengatur suhu tubuh. Otot di sebut alat gerak aktif karena otot dapat melakukan kontraksi.
Otot dapat bekerja dengan dua cara yakni berkontraksi (memendek) dan relaksasi
(memanjang atau kembali ke keadaan yang semula).
Keadaan otot yang memendek atau melakukan kontraksi di sebut tonus. Otot dapat bagi
dalam 3 jenis yaitu otot lurik/rangka, otot polos, dan otot jantung. Otot lurik/rangka adalah
otot yang dapat bekerja di bawah kesadaran, otot polos adalah otot yang bekerja di luar
kesadaran namun tidak mudah lelah, sedangkan otot jantung adalah otot yang bekerja di luar
kesadaran namun sangat cepat mengalami kelelahan.
Otot juga dapat mengalami berbagai kelainan seperti tetanus, polio, distrofi otot, dan autrofi
otot,DST.
1.2 Saran
Menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan, maka saya membutuhkan saran
yang dapat membangun terhadap saya dalam melakukan pembuatan bahkan perbaikan
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA