Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH BIOMEKANIK

“BIOMEKANIK OTOT”

OLEH :

ADINDA AFIFAH SAHARUDIN

PO.713241191004

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan hidayahnya-lah kita
semua dalam keadaan sehat wal-afiat, Sholawat serta salam selalu tercurah limpahkan kepada
nabi besar Muhammad SAW, karena beliaulah yang membawa kita dari zaman kegelepan
menuju alam yang terang menderang seperti sekarang ini.

Penulis makalah berjudul Biomekanik Otot bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Biomekanik. Selama proses penyusunan makalah,, penulis mendapatkan beberapa kendala tapi
bisa teratasi oleh beberapa pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna.besar harapan
penulis agar pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan saran. Semoga
makalah ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak Aamiin
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..............................................................................................................
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................
C. Tujuan...........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Otot.............................................................................................................
B. Sifat-Sifat Jaringan Otot...............................................................................................
C. Organisasi Struktural Otot Skeletal..............................................................................
D. Fungsi Otot...................................................................................................................
E. Tipe Kerja Otot.............................................................................................................
F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gaya Otot...........................................................
G. Strength, Power, Endurance.........................................................................................

BAB III PENUTUPAN

A. Kesimpulan...................................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan sehari-hari.
Adanya massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh beban tubuh,
memungkinkan kita untuk dapat menggerakkan dan melakukan pekerjaan. Pekerjaan
disatu pihak mempunyai arti penting bagi kemajuan dan peningkatan prestasi, sehingga
mencapai kehidupan yang produktif sebagai satu tujuan hidup. Dipihak lain, bekerja
berarti tubuh akan menerima beban dari luar tubuhnya. Dengan kata lain bahwa setiap
pekerjaan merupakan beban bagi yang bersangkutan. Beban tersebut dapat berupa beban
fisik maupun mental.
Seperti yang kita ketahui bersama yaitu Otot-otot tubuh berfungsi untuk
menegakkan tubuh. Saat tubuh mengangkat beban, terjadilah kerja fisik yang
menyebabkan kontraksi otot. Jika otot diberi beban tambahan maka akan terjadi
kelelahan, otot-otot menegang dan pembuluh darah mengecil. Hal ini mengurangi aliran
darah yang membawa oksigen dan gula ke seluruh tubuh. Sewaktu menarik beban, bagian
tubuh yang paling berpotensi cedera adalah tulang belakang dan bagian bawah, akibatnya
terasa letih dan otot terasa sakit. Kondisi itu jika berlangsung dalam waktu yang lama,
dapat menimbulkan rasa sakit yang bersifat permanen atau bahkan kelumpuhan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari otot?
2. Apa saja sifat-sifat jaringan otot?
3. Bagaimana organisasi struktural otot skeletal?
4. Apa fungsi dari otot?
5. Apa saja tipe kerja otot?
6. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi gaya otot?
7. Apa yang dimaksud strength, power, endurance?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari otot
2. Untuk mengetahui sifat-sifat jaringan otot
3. Untuk mengetahui organisasi struktural otot skeletal
4. Untuk mengetahui fungsi otot
5. Untuk mengetahui tipe kerja otot
6. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi gaya otot
7. Untuk mengetahui strength, power, endurance
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN OTOT
Otot merupakan jaringan aktif, karena otot mampu secara aktif mengembangkan
ketega-ngan atau berkontraksi.Karena otot adalah jaringan aktif, maka otot memiliki
fungsi yang penting untuk memper-tahankan postur tubuh, menggerakkan segmen tubuh
& meredam terjadinya shock.

B. SIFAT-SIFAT JARINGAN OTOT


1. Ekstensibilitas dan Elastisitas
Ekstensibilitas adalah kemampuan terulurnya atau memanjangnya otot sedangkan
elastisitas adalah kemampuan otot kembali ke posisi panjang semula setelah
diulur/distretch.Otot yang kembali ke posisi panjang semula disebut dengan “normal
resting length”.Sifat elastik otot terdiri dari : komponen elas-tik paralel dan komponen
elastik seri. Komponen elastik paralel (PEC) adalah membran otot yang berperan
memberikan tahanan pada saat otot secara pasif terulur.Komponen elastik seri (SEC)
adalah tendon, yang bekerja sebagai pegas lentur untuk menyimpan energi elastik ketika
otot tegang diulur/ distretch.Baik SEC dan PEC memiliki sifat merekat yang
memungkinkan otot terulur dan kembali kedalam bentuk/posisi semula.

Otot memiliki sifat viskoelastik yaitu :


– Ketika statik stretching pada otot hamstring diper-tahankan selama jangka waktu
tertentu, maka secara progresif otot akan memanjang, & mening-katkan ROM sendi.
– Setelah distretching, otot tidak akan kembali dengan segera ke posisi resting length
tetapi secara bertahap akan memendek selama jangka waktu tertentu.

2. Irritabilitas dan Kemampuan Tension


Irritabilitas adalah kemampuan untuk meres-pon suatu stimulus.Ketika diaktivasi
oleh suatu stimulus maka otot akan merespon dengan berkembangnya tension
(ketegangan).Perkembangan tension dari otot biasa dikenal sebagai kontraksi (sifat
khas otot) atau kontrak tilitas Kontraktilitas adalah kemampuan otot untuk memendek
dari ukuran panjang otot.

C. ORGANISASI STRUKTURAL OTOT SKELETAL


Ada sekitar 434 otot skeletal pada tubuh ma-nusia, yang membentuk 40 – 45%
dari berat tubuh sebagian besar orang dewasa. Otot-otot didistribusikan secara
berpasangan pada sisi kiri dan kanan tubuh  sekitar 75% pasangan otot bertanggung
jawab terhadap ge-rakan tubuh & postur tubuh. Ada 4 variabel yang mempengaruhi
fungsional otot yaitu, serabut otot, motor unit, tipe sera-but, dan arsitektur serabut.
1. Serabut Otot
Sebuah sel otot tunggal disebut dengan serabut otot. Membran yang membungkus
serabut otot di-namakan dengan sarkolemma/sarkoplasma. Setiap serabut otot berisi
sejumlah nukleus dan mitokondria serta sejumlah myofibril yang berjalan paralel sejajar
satu sama lain. Myofibril mengandung 2 tipe filamen protein: filamen myosin yang tebal,
dan filamen aktin yang tipis. Pada myofibril terdapat sejumlah sarkomer, merupakan
komponen kontraktil dari otot. Setiap sarkomer dibatasi oleh Z line. Setiap sarkomer
dibagi dua oleh M line. Setiap serabut terdapat saluran jaringan mem-bran external yang
dikenal sebagai retikulum sarkoplasmik, sedangkan secara internal terda-pat terowongan
kecil yang dikenal sebagai tu-bula transversal.Retikulum sarkoplasmik & tubula
transversal berperan sebagai saluran untuk transportasi mediator elektrokimiawi dari
aktivasi otot.
Setiap serabut atau sarkolemma dibungkus oleh jaringan konektif tipis yang
disebut dengan endomysium. Sejumlah serabut otot tergabung dalam satu bundel yang
dinamakan dengan fascicle  fascicle dibungkus oleh jaringan konektif yang disebut
dengan perimysium. Kelompok-kelompok fascicle membentuk otot secara keseluruhan
 otot dibungkus oleh jaringan konektif yang dikenal sebagai epimy-sium, yang
berlanjut sampai tendon.

Sejumlah serabut otot secara genetik ditentu-kan dan bervariasi dari orang ke
orang. Jumlah serabut otot yang terbentuk sejak lahir akan dipertahankan sepanjang daur
kehidu-pannya, kecuali kadang-kadang menurun setelah injury.

2. Motor Unit
Sejumlah serabut otot yang diinnervasi oleh susunan motor neuron tunggal,
disebut dengan motor unit. Axon pada setiap motor neuron akan membagi beberapa
cabang sehingga setiap serabut otot dipersarafi oleh satu motor end plate.Serabut dari
sebuah motor unit dapat menyebar diatas area sekitar beberapa cm & diselang – seling
oleh serabut motor unit lainnya.
Motor unit dengan jumlah serabutnya bergan-tung pada tipe gerakan yang
dihasilkan. Otot yang menghasilkan gerakan-gerakan yang halus dan sangat terkontrol
dipersarafi oleh motor unit kecil (jumlah serabutnya kecil) seperti gerakan mata dan jari-
jari. Otot yang menghasilkan gerakan-gerakan kasar dipersarafi oleh motor unit besar
(jum-lah serabutnya besar) seperti gerakan menendang dan berjalan.

3. Tipe Serabut
Serabut otot memiliki sifat karakteristik yang berbeda-beda. Karena perbedaan
karakteristik ini, maka se-rabut otot dibagi kedalam 2 kategori utama : serabut slow-
twitch ST dan serabut fast-twitch (FT). Berdasarkan unsur histokimiawi, serabut FT
dibagi kedalam 2 kategori : serabut FTa (tipe IIa) dan serabut FTb (tipe IIb).

Tabel 1. Karakteristik Serabut Otot

Karakteristik Tipe I SO Tipe IIa FOG Tipe IIb FG


Serabut ST Serabut FFR Serabut FF
Kecepatan kontraksi Rendah Cepat Cepat
Kelelahan Rendah Sedang Cepat
Diameter Kecil Sedang Besar
Konsentrasi ATPase Rendah Tinggi Tinggi
Konsentrasi mitokondria Tinggi Tinggi Rendah
Konsentrasi enzim glikolitik Rendah Sedang Tinggi

Serabut FT merupakan kontributor yang pen-ting untuk kesuksesan performa atlit


dalam event yang memerlukan kecepatan dan power. Serabut ST merupakan kontributor
yang pen-ting untuk kesuksesan performa atlit dalam event yang memerlukan endurance
tinggi. Penemuan ini menunjukkan bahwa program training dapat menyebabkan konversi
serabut ST ke FT atau sebaliknya. Dalam serabut FT telah ditemukan dapat terja-di
konversi dari tipe IIa menjadi IIb atau seba-liknya setelah mengikuti program training.
Secara genetik, beberapa orang telah terbentuk persentase serabut FT yang tinggi &
beberapa orang telah terbentuk persentase serabut ST yang tinggi, tetapi kebanyakan
orang memiliki keseimbangan antara persentase serabut FT dan ST. Suatu penelitian
menunjukkan bahwa 28 pela-ri jarak jauh mengalami peningkatan proporsi yang
signifikan pada tipe I selama jangka waktu 20 tahun. Penelitian juga menunjukkan bahwa
bayi & anak-anak memiliki serabut tipe IIb yang lebih kecil proporsinya secara signifikan
daripada orang dewasa.Sedangkan pada orang dewasa yang obesitas memiliki serabut
tipe IIb yang proporsinya lebih rendah secara signifikan daripada orang dewasa non-
obesitas.

Fakta baru menunjukkan bahwa genetik me-miliki peran yang besar terhadap
proporsi tipe serabut. Fakta juga menjelaskan bahwa otot skeletal dapat beradaptasi
terhadap tuntutan perubahan fungsional dengan menghasilkan perubahan pada phenotype
genetik dari serabut otot.

4. Arsitektur Serabut

Susunan serabut otot dapat mempengaruhi fungsional otot. Orientasi struktural ini
dapat mempengaruhi strength otot dan ROM. Ada 2 kategori utama susunan serabut otot :
susunan serabut paralel dan susunan serabut pennate. Perbedaan susunan serabut paralel
dan susun-an serabut pennate dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Perbedaan Serabut Paralel dan Serabut Pennate

Karakteristik Serabut Paralel Serabut Pennate


Orientasi serabut Susunan serabutnya sangat Susunan serabutnya mem-
paralel terhadap axis longit bentuk sudut terhadap axis
Otot. longit. Otot
Ciri khas serabut Sebagian besar serabut tidak Setiap serabut memanjang
memanjang pada seluruh pan- pada seluruh panjang otot
jang otot, berakhir didalam sehingga melekat langsung
muscle belly sehingga ada in- pada tendon.
terkoneksi diantara serabut.
Saat kontraksi Pemendekan otot dihasilkan Ketika memendek, sera-
oleh pemendekan serabutnya. butnya akan berotasi dise-
kitar perlekatannya yang
secara progresif meningkat
kan sudut pennation.
Gaya yang dibangkit- Otot paralel berisi lebih Otot pennate berisi lebih
kan sedikit serabut per unit banyak serabut per unit
volume otot sehingga volume otot sehingga
membangkitkan gaya yang membangkitkan gaya yang
kecil. lebih besar.

Jika sudut pennation lebih dari 60o, maka jum-lah gaya efektif yang ditransfer ke
tendon ku-rang dari ½ gaya yang dihasilkan oleh serabut otot. Ditemukan bahwa pelari
cepat memiliki sudut pennation yang lebih kecil daripada pelari jarak jauh.

D. FUNGSI OTOT
Pada saat otot berkontraksi, maka besarnya ketegangan adalah konstan pada
seluruh panjang otot, baik pada tendon dan lokasi perlekatannya. Gaya ketegangan
(kontraksi) berkembang karena adanya tarikan otot pada perlekatannya di tulang &
menciptakan torque pada sendi-sendi yang dilewati otot tersebut,

1. Perekrutan Motor Unit

Saraf-saraf yang menginnervasi motor unit ST secara umum memiliki ambang


rangsang yang rendah dan relatif mudah diaktivasi. Motor unit FT disuplai oleh saraf-
saraf yang lebih sulit diaktivasi (ambang rangsang tinggi). Ketika otot berkontraksi,
maka pertama kali diaktivasi adalah serabut ST  kemudian ketika durasi aktivitas
meningkat & membu-tuhkan speed/power maka secara progresif se-rabut FT
diaktivasi (tipe IIa & IIb).

2. Perubahan Panjang Otot ketika terjadi Perkembangan tension

Ketika ketegangan (kontraksi) otot mengha-silkan torque yang lebih besar


daripada resistif torque pada sendi, maka otot akan memendek sehingga menyebabkan
perubahan sudut pada sendi. Ketika otot memendek maka kontraksi yang dihasilkan
adalah konsentrik  serabut otot tunggal mampu memendek sekitar ½ dari normal
resting length. Otot juga dapat menghasilkan ketegangan tan-pa memendek, panjang
otot tidak berubah dan tidak ada gerakan yang terjadi  kontraksi ini dinamakan
dengan isometrik. Otot juga dapat menghasilkan ketegangan ketika otot memanjang 
kontraksi ini adalah eksentrik, dimana arah gerakan sendi berlawa-nan arah dengan
resultan torque otot.

3. Peran otot

Ketika otot menghasilkan ketegangan (kon-traksi) maka jarang satu otot bekerja
secara terisolir, tetapi umumnya bekerja dengan otot lainnya secara simultan
(bersamaan). Ketika otot berkontraksi dan menyebabkan gerakan pada segmen tubuh
maka otot terse-but bekerja sebagai agonis/primemover. Karena ada beberapa otot
yang sering memberikan kontribusi terhadap gerakan, maka otot tersebut bekerja
sebagai asisten agonis.
Otot-otot yang relaks pada saat agonis bekerja atau otot lawanan yang
berkembang ketegangan eksentrik pada saat yang sama dengan agonis bekerja, maka
otot tersebut dikenal sebagai antagonis. Otot antagonis sering memberikan aksi kon-
trol khususnya pada akhir gerakan yang cepat dan kuat. Agonis khususnya aktif
selama akselerasi segmen tubuh, sedangkan antagonis terutama aktif selama deselerasi
(perlambatan). Sebagai contoh, ketika seorang berlari menu-runi bukit maka fungsi
quadriceps sebagai an-tagonis untuk mengontrol besarnya fleksi knee yang terjadi.
Otot dapat berperan menstabilisasi bagian tu-buh melawan gaya tertentu, baik gaya
internal maupun gaya eksternal  berperan sebagai stabilisasi.

E. TIPE KERJA OTOT

Ada 2 tipe kerja otot, yaitu kontraksi isotonik dan kontraksi isometrik.

1. Kontraksi isotonik adalah kontraksi otot yang menghasilkan gerakan selama


kontraksi  terdiri atas kontraksi isotonik memendek (kontraksi kon-sentrik) dan
kontraksi isotonik memanjang (kontraksi eksentrik) Kontraksi isotonik memendek
adalah kontraksi otot yang menyebabkan titik2 perlekatan otot sa-ling mendekat satu
sama lain. kontraksi ini paling sering terjadi dalam aktivitas sehari-hari.Kontraksi
isotonik memanjang adalah kontraksi otot yang bergerak secara perlahan dan
menyebabkan titik2 perlekatan otot saling menjauh satu sama lain  jarang terjadi
dalam aktivitas sehari-hari, hanya terjadi jika ada gaya eksternal (gaya gravitasi, dll).

2. Kontraksi isometrik adalah kontraksi otot yang ti-dak menghasilkan gerakan, tidak
terjadi peru-bahan panjang otot (otot memendek), tetapi komponen non kontraktil
sedikit memanjang. biasanya dilakukan dlm keadaan ROM inner-range.Tipe
kontraksi isometrik biasanya digunakan pada kondisi inflamasi sendi yang
menghindari adanya gerakan karena nyeri hebat.

Kedua tipe kontraksi tersebut menggunakan isti-lah “range”. Ada 2 pandangan


tentang “range”  pertama, range merupakan besarnya gerakan yang terjadi pada
suatu sendi, disebut ROM. Kedua, range merupakan besarnya otot memendek atau
memanjang pada saat otot menghasilkan gerakan atau mengontrol gerakan, dikenal
dgn outer range, inner range, dan middle range.

a. Outer range dari kontraksi otot adalah kontraksi otot dari terulur penuh otot
tersebut ke titik te-ngah ROM  kerja otot pada outer range penuh sulit
dilakukan karena otot bekerja berat & sudut tarikannya kurang
menguntungkan.Pada kontraksi isotonik memanjang, bagian akhir ROM
(outer range) akan dikontrol oleh kerja otot antagonis.

b. Inner range dari kontraksi otot adalah kontraksi otot dari titik tengah ke ROM
penuh (memendek penuh)  kerja otot pada inner range penuh juga sulit
dilakukan karena kontraksi memerlukan sejumlah motor unit yang banyak &
sudut tarikannya juga kurang menguntungkan.
c. Middle range dari kontraksi otot adalah kontraksi otot yang menghasilkan
suatu jarak antara titik tengah outer range dan titik tengah inner range  kerja
otot pada middle range sering terjadi dan mudah dilakukan.

F. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GAYA OTOT

Besarnya gaya yang dibangkitkan oleh otot berkaitan dengan kecepatan kontraksi
memendek, panjang otot saat dirangsang, dan jangka waktu sejak otot menerima
stimulus. Faktor-faktor tersebut adalah signifikan dalam mempengaruhi gaya otot.

a. Hubungan gaya – kecepatan

Gaya maksimal otot dapat berkembang melalui kecepatan kontraksi memendek


atau meman-jang, hubungannya dengan kontraksi konsen-trik dan eksentrik. Otot yang
lebih kuat adalah otot yang memiliki ketegangan isometrik maksimum yang lebih
besar  besarnya gaya maksimum dapat dibangkitkan oleh otot sebelum mengalami
pemanjangan saat tahanan meningkat. Sebagian besar AKS memerlukan gerakan yang
lambat dan terkontrol dengan beban submaksi-mal sehingga terutama terjadi kecepatan
kon-traksi memendek yang terkontrol  hanya sejumlah motor unit yang teraktivasi.
Dibawah kondisi eksentrik, gaya maksimum pada otot dapat menghasilkan gaya yang
melebihi gaya isometrik maksimum. Program strength training yang eksentrik akan
melibatkan penggunaan tahanan yang lebih besar daripada kapabilitas gaya isometrik
maksimum pada atlit. Penelitian menunjukkan bahwa tipe training eksentrik lebih
efektif daripada training konsentrik dalam meningkatkan ukuran dan strength otot.
Meskipun demikian, training eksentrik juga berhubungan dengan peningkatan nyeri
otot dan kerusakan struktural.

b. Hubungan panjang otot – ketegangan

Besarnya ketegangan isometrik maksimum pada otot sebagian bergantung pada


panjang otot. Pada serabut otot tunggal dan terisolir, gaya puncak dapat terjadi ketika
otot dalam keadaan normal resting length (tidak terulur atau tidak berkontraksi).
Ketika panjang otot meningkat atau menurun melewati resting length maka gaya
maksimum otot dapat menghasilkan penurunan. Bagaimanapun juga, kapabilitas gaya
dapat meningkat ketika otot sedikit terulur.

Otot dengan serabut paralel akan menghasilkan ketegangan maksimum diatas


resting length. Otot dengan serabut pennate dapat membangkitkan ketegangan
maksimum antara 120% dan 130% pada posisi resting length. Fenomena ini akibat
adanya kontribusi dari komponen elastik otot (terutama SEC), ditam-bah adanya
ketegangan pada otot saat distretch. Penelitian menunjukkan bahwa latihan eksentrik
akan meningkatkan panjang otot yang sementara dan sedikit panjang sehingga dapat
mengganggu perkembangan gaya ketika sudut sendi tidak diposisikan otot dalam
keadaan stretch yang cukup.

c. Siklus stretch – shortening

Ketika otot secara aktif terulur sebelum kon-traksi maka gaya yang dihasilkan
akan lebih kuat daripada otot yang tidak dalam posisi terulur. Pola kontraksi eksentrik
yang diikuti dengan cepat oleh kontraksi konsentrik dikenal sebagai siklus stretch-
shortening.

G. STRENGTH, POWER, ENDURANCE


1. Strength

Strength otot berkaitan dengan pengukuran torque/gaya otot yang dibangkitkan


oleh seluruh group otot pada suatu sendi. Lebih spesifik, strength otot adalah
kemampuan suatu group otot untuk membangkitkan torque/gaya pada sendi tertentu
Strength adalah gaya yang menghasilkan ketegangan maksimal dalam kontraksi otot
sehingga menghasilkan kerja.Kapabiltas otot membangkitkan tension berkaitan
dengan area cross-sectional otot dan kondisi training yang diberikan Melalui training
strength konsentrik dan eksentrik, perolehan strength diatas sekitar 12 minggu pertama
kelihatannya berhubungan lebih banyak pada perbaikan innervasi pada otot yang
dilatih daripada peningkatan area cross-sectional otot tersebut.

2. Power

Power adalah strength x waktu atau level kerja yang dilakukan, atau gaya output
dari otot pada kecepatan kontraksi tertentu. Mekanikal power adalah produk dari gaya
dan kecepatan. Power maksimum terjadi sekitar 1/3 kecepatan maksimum dan sekitar
1
/3 gaya konsentrik maksimum. Penelitian menunjukkan bahwa training yang didesain
untuk meningkatkan power otot diatas lingkup tahanan terjadi paling efektif dengan
beban 1/3 dari 1 kali repetisi maksimum.

Power otot merupakan kontributor yang penting untuk aktivitas yang memerlukan
kekuatan otot (strength) dan kecepatan. Beberapa olahraga yang memerlukan gerakan
dengan daya ledak yang tinggi, seperti atlit pelempar, peloncat, atlit sprint (lari jarak
pendek), basket, sepakbola, futsal didasarkan pada kemampuan untuk membangkitkan
power otot. Semenjak serabut FT (fast-twitch) menghasilkan ketegangan yang lebih
cepat daripada serabut ST (slow twitch), maka persentase serabut FT yang besar pada
otot merupakan aset untuk individual training dalam rangka pertandingan yang
menuntut power otot. Setiap individu yang dominan serabut FT-nya dapat
membangkitkan lebih besar power daripada individu yang memiliki komposisi
persentase serabut ST yang tinggi. Rasio untuk nilai rata-rata dari produksi power pada
serabut tipe IIb, IIa, dan tipe I dalam otot skeletal adalah 10 : 5 : 1.

3. Endurance
Daya tahan otot (muscle endurance) adalah kemampuan otot untuk menghasilkan
ketegangan/ kontraksi dalam jangka waktu yang lama. Jika waktu
ketegangan/kontraksi yang terjadi lebih lama maka daya tahan ototnya lebih.Training
untuk daya tahan otot secara khusus melibatkan sejumlah repetisi yang besar melawan
tahanan/beban yang relatif ringan.Tipe training ini tidak meningkatkan diameter
serabut otot.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Otot merupakan jaringan aktif, karena otot mampu secara aktif mengembangkan
ketegangan atau berkontraksi.Karena otot adalah jaringan aktif, maka otot memiliki
fungsi yang penting untuk memper-tahankan postur tubuh, menggerakkan segmen tubuh
& meredam terjadinya shock.
Setiap serabut otot berisi sejumlah nukleus dan mitokondria serta sejumlah
myofibril yang berjalan paralel sejajar satu sama lain. Myofibril mengandung 2 tipe
filamen protein: filamen myosin yang tebal, dan filamen aktin yang tipis. Pada myofibril
terdapat sejumlah sarkomer, merupakan komponen kontraktil dari otot. Setiap sarkomer
dibatasi oleh Z line. Setiap sarkomer dibagi dua oleh M line.

B. SARAN
Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak dan besar harapan
penulis agar pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan saran.
DAFTAR PUSTAKA

https://slideplayer.info/slide/13896654/

Anda mungkin juga menyukai