Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

FISIOLOGI OLAHRAGA

“SISTEM ENERGI PADA


OLAHRAGA AEROBIK”

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3

DIAN AL HAKKI NIM. 23199022


ARI PERMANA NIM. 23199001

DOSEN PEMBIMBING:
Prof. Dr. BAFIRMAN HB. M. Kes., AIFO
Dr. Apt. HASTRIA EFFENDI, M. Farm., AIFO

PENDIDIKAN OLAHRAGA S2
FAKULTAS ILMU
KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS
NEGERI PADANG 2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah berkat rahmat Allah ‫ تعالى و سبحانه‬penulis akhirnya dapat menyelesaikan

makalah pada mata kuliah Fisiologi Olahraga sebagai tugas kelompok dengan topik “Sistem

Energi Pada Olahraga Aerobik”. Kemudian shalawat dan salam semoga tetap tersampaikan

kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬yang telah menjadi panutan ummat di dalam berkehidupan,

bermuamalah, dan beribadah.

Penulisan makalah ini dibuat bersama dengan anggota kelompok tiga yang terdiri dari

dua orang penulis. Di dalam penulisan ini tidak terlepas dari arahan dosen yang mengampu mata

kuliah Fisiologi Olahraga. Jika terdapat kekeliruan dan kesalahan baik dalam tata cara penulisan

ataupun materi yang termuat di dalamnya, penulis dengan senang hati menerima saran dan

masukan terhadap perbaikan makalah ini ke depannya, sehingga harapannya makalah ini dapat

bermanfaat bagi penggunanya.

Padang, 17 September 2023


Penulis,

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 2
C. Tujuan .................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3
A. Pengertian Energi ................................................................................................... 3
B. Sistem Energi Aerobik ........................................................................................... 5
C. Metabolisme Energi di Dalam Tubuh .................................................................... 6
D. Pengertian Proses Metabolisme Aerobik ................................................................ 7
E. Proses Metabolisme Aerobik Saat Melakukan Latihan .......................................... 8
F. Manfaat Latihan Olahraga Aerobik Terhadap Kebugaran Fisik ............................ 9
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dasar dalam setiap program latihan adalah mengetahui sistem metabolisme


energi yang utama digunakan atau yang lebih dikenal dengan sistem predominan.
Selanjutnya dengan sistem tambah beban, merencanakan program latihan yang
meningkatkan sistem energi yang digunakan tersebut yang akan dibandingkan dengan
sistem metabolisme energi lainnya. Energi berasal dari makanan yang mengandung
karbohidrat, lemak, dan protein. Kalau kita makan, maka tujuannya selain
menghilangkan rasa lapar, namun tujuan terpenting adalah untuk pertumbuhan, sebagai
sumber energi dan mengganti sel-sel yang rusak.
Pada dasarnya semua energi berasal dari matahari, dimana energi dari matahari
oleh tumbuhan dapat diubah menjadi energi kimia. Dan dalam latihan terjadi juga
perubahan energi kimia menjadi energi mekanik. Oleh karena itu, dalam latihan harus
mengetahui persediaan energi kimia, kapan energi kimia tersebut diperlukan,
bagaimana proses penyediaannya dan dimana energi tersebut berasal dan disimpan.
Dan semua itu menyangkut dalam sistem metabolisme energi dalam tubuh. Makanan
yang kita makan sehari-hari diuraikan menjadi partikel-partikel kecil di dalam saluran
cerna untuk diabsorsi dan diangkut ke berbagai sel di dalam tubuh. Sel- sel tubuh
mengubahnya menjadi energi kimia dalam bentuk sederhana yang dapat digunakan
dengan segera atau bentuk lain untuk penggunaan lebih lanjut.
Di dalam tubuh terdapat sejumlah sistem metabolisme energi yang dapat
menyediakan energi sesuai kebutuhan pada saat istirahat atau exercise. Latihan
merupakan serangkaian aktivitas fisik yang terstruktur dan berirama dengan intensitas
tertentu dalam jangka waktu tertentu yang bertujuan untuk meningkatkan kebugaran
jasmani (Afriwardi, 2010). Latihan didefinisikan sebagai aktivitas olahraga secara
sistematis yang dilakukan berulang–ulang dalam jangka waktu lama disertai dengan
peningkatan beban secara bertahap dan terus menerus sesuai dengan kemampuan
masing–masing individu, tujuannya adalah untuk membentuk dan mengembangkan
fungsi fisiologis dan psikologis.

1
Latihan adalah proses kerja yang dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan. Beban atau intensitasnya semakin hari semakin bertambah agar
memberikan rangsangan secara menyeluruh terhadap tubuh. Latihan olahraga aerobik
merupakan aktivitas yang bergantung terhadap ketersediaan oksigen untuk membantu
proses pembakaran sumber energi sehingga juga akan bergantung terhadap kerja
optimal dari organ-organ tubuh, seperti: jantung, paru-paru, dan juga pembuluh darah
untuk mengangkut oksigen agar proses pembakaran sumber energi dapat berjalan
sempurna. Dengan latihan olahraga aerobik seseorang dapat meningkatkan ambilan
oksigen, meningkatkan kapasitas darah untuk mengangkut oksigen, menurunkan denyut
nadi saat istirahat maupun saat melakukan aktivitas. Latihan olahraga aerobik juga
meningkatkan jumlah kapiler, menurunkan kadar lemak dalam darah, dan
meningkatkan enzim pembakar lemak (Palar, et, al, 2015)
Aktivitas aerobik biasanya merupakan aktivitas olahraga dengan intensitas
rendah sampai sedang yang dapat dilakukan secara kontinu dalam waktu yang cukup
lama, seperti jalan kaki, bersepeda atau juga jogging. Selain itu ada beberapa cabang
olahraga seperti sepakbola, bola basket atau juga tenis lapangan disebutkan merupakan
kegiatan olahraga dengan kombinasi antara aktivitas aerobik dan anaerobik.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan energi?
2. Bagaimana sistem energi aerobik?
3. Bagaimana metabolisme energi di dalam tubuh?
4. Apakah pengertian proses metabolisme aerobik?
5. Bagaimana proses metabolisme aerobik saat melakukan latihan?
6. Apa saja manfaat latihan olahraga aerobik terhadap kebugaran fisik?
C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk membahas serta memahami sistem
energi pada olahraga aerobik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Energi
Energi adalah kapasitas untuk melakukan kerja (work of capacity). Kerja
merupakan hasil perkalian antara tenaga (force) dengan jarak (distance). Semakin berat
suatu pekerjaan maka makin banyak kebutuhan energi. Semua energi yang digunakan
dalam proses biologis berasal dari matahari. Energi dari matahari tersebut dirubah oleh
tumbuh-tumbuhan hijau menjadi energi kimia terutama dalam bentuk karbohidrat,
selulosa, protein dan lemak.
Untuk melakukan berbagai aktivitas, tubuh memerlukan gerak, gerak dihasilkan
dari kontraksi dan relaksasi otot rangka, untuk bisa berkerja otot rangka memerlukan
energi, energi diambil dari pemecahan bahan kimia di dalam otot yaitu ATP (Adenosine
Triphosphate). ATP di pecah menjadi ADP (Adenosine Diphosphate) dan Pi (Phosphate
Inorganik), putusnya ikatan phosphate bernergi tingi tersebut menghasilkan energi
sebesar 8 — 12 kcal. Energi inilah yang akan digunakan untuk kerja semua sel jaringan
tubuh tennasuk sel otot rangka. Oleh karena itu ATP ini terdapat di dalam semua sel
jaringan tubuh, sebab ATP yang tersedia pada satu sel tidak bisa dipakai untuk sel yang
lain, melainkan untuk kebutuhan dari sel itu sendiri.

Gambar 1. Mekanisme pemecahan ATP menjadi ADP + Pi → energi ATP – CP atau


disebut dengan sistem anaerobik alactic.

3
Berdasarkan pada gambar 1 dapat disimpulkan bahwa; satu molekul ATP
dipecah, akan menghasilkan 8-12 kcal, dan akan terbentuk satu ADP dan satu Pi. Makin
berat aktivitas, makin banyak butuh energi dan makin banyak terjadinya pemecahan
ATP, pada hal juınlah ATP dalam satu otot terbatas dan akan segera habis. Sumber
energi dari ATP hanya cukup untuk melakukan aktivitas selama 5 detik saja. Habisnya
persediaan ATP dalam satu otot merupakan salah satu penyebab timbulnya kelalahan.
Namun setiap saat terjadi pembentukan kembali (resintesa) ATP pada saat intensitas
kerja dikurangi atau istirahat. Pembentukan kembali ATP berasal dari penggabungan
antara ADP dan Pi, penggabungan ini memerlukan energi, energi diambil dari CP
(ceratine phosphate). Akan tetapi persediaan CP dalam satu ototjuga terbatas, maka
energi selanjutnya diambil dari proses pemecahan bahan makanan (glukosa, lemak
maupun protein).
Oleh karena ATP ini sangat penting bagi kerja dari semua sel jaringan tubuh,
maka ATP harus selalu tersedia etiap saat. Mekanisme penyediaan atau pembentukan
kembali ATP ini dilakukan dengan tiga tahap sebagai berikut;
1. Sistem fosfagen (ATP-PC) atau disebutjuga dengan anaerobic alactic,
2. Glikolisis Anaerobik atau disebutjuga dengan anaerobik lactic,
3. Sistem Oksidasi atau disebutjuga dengan sistem Aerobik.
Untuk lebih jelasnya mengenai pembentukan kembali ATP dapat dilihat:

Gambar 2. Mekanisme pembentukan kembali ATP

4
Berdasarkan pada gambar di atas dapat dilihat bahwa; ATP dipecah menjadi
ADP + Pi menghasilkan energi, energi digunakan untuk melakukan aktivitas.
Kemudian tejadi penggabungan antara ADP dan Pi untuk membentuk kembali ATP.
Penggabungan ADP dan Pi tersebut memerlukan energi yang diambil pertama dari
CP dan kedua dari gilikosis anaerobik dan ketiga dari sistem oksidasi. Sistem
oksidasi memerlukan oksigen yang disediakan oleh proses V02 max dan nutrisi yang
diambil dari sistem pencernaan maupun dari cadangan yang ada dalam setiap sel
jaringan

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa; sistem energi dalam aktivitas fisik
terdiri dari dua bagian yaitu sistem anaerobik dan sistem aerobik. Sistem anaerobik
adalah proses metabolisme energi tanpa menggunakan oksigen, sedangkan sistem
aerobik adalah proses metabolisme energi dengan menggunakan oksigen. Pada
cabang olahraga yang intensitasnya tinggi, maka sistem energinya lebih dominan
anaerobik, sebaliknya cabang olahraga dengan intensitas yang rendah, maka sistem
energinya lebih dominan aerobik.

B. Sistem Energi Aerobik

Aerobik berarti menggunakan bantuan oksigen, sehingga metabolisme aerobik


adalah menyangkut serentetan reaksi kimiawi yang memerlukan bantuan oksigen.
Setelah proses pemenuhan energi berlangsung selama kira-kira 120 detik, maka asam
laktat sudah tidak dapat diresintesis lagi menjadi sumber energi (Sukadiyanto, 2011:
39). Sistem energi tubuh yang utama adalah metabolisme aerobik. Sistem ini memberi
energi bagi pembaharuan ATP dengan oksidasi karbohidrat, lemak dan protein yang
disimpan dalam sel. Tidak seperti sistem anaerobik, metabolisme aerobik sangat
efisien dan pada akhirnya tidak mengahasilkan kelelahan. Jadi, tubuh kebanyakan
menggunakan sistem energi ini untuk jangkauan terbesar yang dimungkinkan
(Holloszy, 1973 dalam Pate 1993: 239). Selama latihan dengan intensitas sedang dan
rendah, metabolisme aerobik benar-benar menyediakan seluruh energi ATP yang
dibutuhkan oleh otot. Hal tersebut terjadi karena latihan yang dilakukan dengan
intensitas sedang dan rendah menyebabkan sistem pernapasan jantung dapat
menggerakkan oksigen ke otot secara teratur (Pate, 1993: 239). Kegiatan olahraga

5
yang memerlukan penggunaan oksigen dengan intensitas sedang tergantung pada
sistem metabolisme aerobik.

6
Glikolisis adalah pemecahan glikogen secara kimiawi, dan aerobik adalah
adanya bantuan oksigen. Glikolisis aerobik adalah pemecahan glikogen dengan
menggunakan bantuan oksigen. Ada perbedaan antara glikolisis aerobik dan glikolisis
anaerobik, yaitu dengan adanya bantuan oksigen maka asam laktat tidak tertimbun di
dalam otot. Dengan kata lain berkat bantuan oksigen akan menghambat terjadinya
timbunan asam laktat di dalam otot, tetapi oksigen tersebut tidak meresintesis ATP.
Fungsi oksigen dalam proses ini adalah untuk mengalihkan asam laktat dengan asam
pyruvate ke dalam sistem aerobik setelah diresentesis ATP (Sukadiyanto, 2011: 39).

Peran oksigen dalam metabolisme aerobik tidak boleh diabaikan. Mudahnya,


tanpa oksigen metabolisme aerobik tidak mungkin terjadi karena selama latihan
metabolisme aerobik terjadi di dalam mitikondria pada serabut otot. Untuk
memperoleh oksigen tersebut dibutuhkan sistem paru jantung yang baik (paru, jantung,
darah dan pembulu darah) untuk memperoleh oksigen dari atmosfir, sehingga oksigen
dapat berperan aktif dalam metabolisme aerobik. (Pate, 1993: 239). Selanjutnya
aktivitas fisik yang menggunakan sistem energi aerobik cenderung menggunakan
power rendah dan berhubungan erat dengan daya tahan kardiorespirasi. Sedangkan
aktivitas fisik yang berasal dari sistem energi anaerobik memiliki kecenderungan
menggunakan power yang tinggi dan berkaitan erat dengan power otot serta ketahanan
otot. Berikut adalah ciri-ciri sistem aerob: (1) intensitas kerja sedang, (2) lama kerja
lebih dari 3 menit, (3) irama gerak (kerja) lancar dan terus-menerus (kontinyu), dan (4)
selama aktivitas menghasilkan karbondioksida+air (CO2+H2O). Sistem energi aerobik
harus dikembangkan dalam proses latihan, oleh karena dapat membantu dalam
penghapusan asam laktat, sehingga atlet dapat lebih mentorelir laktat tersebut.
C. Metabolisme Energi di Dalam Tubuh

Inti dari semua proses metabolisme energi di dalam tubuh adalah untuk
meresintesis molekul ATP dimana prosesnya akan dapat berjalan secara aerobik maupun
anaerobik. Proses hidrolis ATP yang akan menghasilkan energi ini dapat dituliskan
melalui persamaan reaksi kimia sederhana sebagai berikut:

ATP + H20 ➔ ADP + + Pi ➔ -31 kJ per 1 mol ATP

7
Di dalam jaringan otot, hidrolisis 1 mol ATP akan menghasilkan energi sebesar
31 kJ (7.3 kkal) serta akan menghasilkan produk lain berupa ADP (adenosine
diphospate) dan Pi (inorganik fosfat). Pada saat berolahraga, terdapat 3 jalur
metabolisme energi yang dapat digunakan oleh tubuh untuk menghasilkan ATP yaitu
hidrolisis phosphocreatine (PCr), glikolisis anaerobik glukosa serta pembakaran
simpanan karbohidrat, lemak dan juga protein.

Pada kegiatan olahraga dengan aktivitas aerobik yang dominan, metabolisme


energiakan berjalan melalui pembakaran simpanan karbohidrat, lemak dan sebagian
kecil (±5%) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk
menghasilkan ATP (adenosine triphospate).
Proses metabolisme ketiga sumber energi ini akan berjalan dengan kehadiran
oksigen (O2) yang diperoleh melalui proses pernafasan. Sedangkan pada aktivitas yang
bersifat anaerobik, energi yang akan digunakan oleh tubuh untuk melakukan aktivitas
yang membutuhkan energi secara cepat ini akan diperoleh melalui hidrolisis
phosphocreatine (PCr) serta melalui glikolisis glukosa secara anaerobik. Proses
metabolisme energi secara anaerobik ini dapat berjalan tanpa kehadiran oksigen (O2).

D. Pengertian Proses Metabolisme Aerobik

Pada jenis-jenis olahraga yang bersifat ketahanan (endurance) seperti lari


marathon, bersepeda jarak jauh (road cycling) atau juga lari 10 km, produksi energi di
dalam tubuh akan bergantung terhadap sistem metabolisme energi secara aerobik
melalui pembakaran karbohidrat, lemak dan juga sedikit dari pemecahan protein. Oleh
karena itu maka atlet-atlet yang berpartisipasi dalam ajang-ajang yang bersifat
ketahanan ini harus mempunyai kemampuan yang baik dalam memasok oksigen ke
dalam tubuh agar proses metabolisme energi secara aerobik dapat berjalan dengan
sempurna.

Latihan olahraga aerobik merupakan aktivitas yang bergantung terhadap


ketersediaan oksigen untuk membantu proses pembakaran sumber energi, sehingga
bergantung pula terhadap kerja optimal dari organ-organ tubuh, seperti: jantung, paru-
paru, dan pembuluh darah untuk mengangkut oksigen agar proses pembakaran sumber
energi dapat berjalan dengan sempurna. Latihan olahraga aerobik biasanya merupakan
latihan olahraga dengan intensitas rendah sampai sedang yang dapat dilakukan secara
8
kontinu dalam waktu yang cukup lama, seperti jalan kaki, bersepeda atau juga jogging.

Sebelum merencanakan untuk melakukan latihan olahraga aerobik perlu


memperhatikan kriteria-kriteria yang berkaitan dengan dosis latihan, sebagai berikut:
1. Frekuensi ialah jumlah ulangan latihan yang dilakukan selama satu minggu.
Frekuensi latihan olahraga aerobik adalah dua kali, tiga kali,atau enam kali.
2. Intensitas latihan olahraga aerobik diukur dengan cara mengukur denyut jantung
maksimal. Intensitas latihan olahraga aerobik adalah enam puluh sampai delapan
puluh persen berat ringannya suatu beban latihan.
3. Durasi ialah jangka waktu atau lamanya latihan yang diberikan agar memberikan
manfaat. Durasi latihan olahraga aerobik adalah dua puluh sampai enam puluh
menit.
4. Jenis latihan: Macam aktivitas fisik dipilih disesuaikan dengan tujuan latihan.
Misalnya, bentuk latihan untuk mengembangkan kardiorespirasi ada bermacam-
macam seperti: lari, sepeda, jogging, berenang, dan jalan kaki.
Pemberian beban latihan ditanggapi oleh tubuh dalam bentuk respon. Dosis latihan
yang tepat harus memperhatikan frekuensi, intensitas, dan durasi, namun dosis latihan
yang tidak tepat dan dilakukan secara berlebihan dapat menimbulkan beberapa efek.
Efek-efek dari dosis yang tidak tepat dan latihan olahraga aerobik dilakukan secara
berlebihan, antara lain: penurunan berat badan yang berlebihan, kehilangan kelebihan
lemak tubuh, peningkatan denyut jantung istirahat, penurunan kekuatan otot, peningkatan
denyut jantung submaksimal, nyeri otot kronis, kelelahan, rentan terkena infeksi,
insomnia.

E. Proses Metabolisme Aerobik Saat Melakukan Latihan


Proses metabolisme energi secara aerobik merupakan proses metabolisme yang
membutuhkan kehadiran oksigen (O2) agar prosesnya dapat berjalan dengan sempurna
untuk menghasilkan ATP. Pada saat berolahraga, kedua simpanan energi tubuh yaitu
simpanan karbohidrat (glukosa darah, glikogen otot dan hati) serta simpanan lemak
dalam bentuk trigeliserida akan memberikan kontribusi terhadap laju produksi energi
secara aerobik di dalam tubuh. Namun bergantung terhadap intensitas olahraga yang
dilakukan, kedua simpanan energi ini dapat memberikan jumlah kontribusi yang berbeda.
Secara singkat proses metabolisme energi secara aerobik seperti yang ditunjukan pada

9
Gambar 3.

1
Gambar 3. Proses metabolism aerobik di dalam latihan

Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa untuk meregenerasi ATP, tiga
simpanan energi akan digunakan oleh tubuh yaitu simpanan karbohidrat (glukosa,
glikogen), lemak dan juga protein. Di antara ketiganya, simpanan karbohidrat dan
lemak merupakan sumber energi utama saat berolahraga. Atlet dengan latihan berat,
memerlukan energy expenditure 2 – 3 kali lebih besar dari individu yang tidak berlatih.

F. Manfaat Latihan Olahraga Aerobik Terhadap Kebugaran Fisik


Manfaat bagi jantung ialah jantung bertambah besar, sehingga daya tampung
lebih besar dan denyut nadi menjadi kuat. Hal ini terjadi karena saat latihan terjadi
peningkatan tuntutan oksigen di otot aktif menjadi meningkat, lebih banyak zat gizi
digunakan, dan proses metabolisme dipercepat, serta menghasilkan sisa metabolisme.
Terjadi respon, seperti peningkatan kontraktilitas miokard, peningkatan curah jantung
yang juga berdampak pada tekanan darah sistolik meningkat, peningkatan tekanan
darah dan respon perifer termasuk vasokonstriksi umum pada otot-otot dalam keadaan
istirahat, ginjal, hati, limpa, dan daerah daerah planknikus ke otot-otot kerja. Setelah
latihan secara teratur, terjadi penurunan denyut nadi saat istirahat. Efisiensi kerja dari
tiap denyut jantung (stroke volume), sehingga terjadi penurunan frekuensi denyut
jantung yang ditandai dengan penurunan denyut nadi saat istirahat.

1
Manfaat bagi pembuluh darah, pembuluh darah bertambah elastis karena
berkurangnya timbunan lemak akibat cadangan lemak lebih banyak dibakar. Efek
positif pada keadaan tersebut membuat kadar LDL atau Low Density Lipoprotein akan
menurun, kadar HDL atau High Density Lipoprotein meningkat, sehingga berat badan
relatif proporsional. Elastisitas pembuluh darah bertambah, karena adanya penambahan
kontraktilitas otot di dinding pembuluh darah. Manfaat untuk paru, elastisitas paru
bertambah, sehingga kemampuan paru-paru untuk berkembang kempis menjadi
bertambah.

1
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara ringkas, sistem metabolisme energi untuk menghasilkan ATP dapat
berjalan secara aerobik (dengan oksigen) dan secara anaerobik (tanpa oksigen). Kedua
proses ini dapat berjalan secara simultan di dalam tubuh saat berolahraga. Pada aktivitas-
aktivitas olahraga yang membutuhkan energi besar dalam waktu yang cepat atau pada
olahraga dengan intenistas tinggi. Pada cabang-cabang olahraga dengan intensitas
rendah- sedang yang memilki komponen aerobik tinggi seperti jogging, maraton, triathlon
atau juga bersepeda jarak jauh, metabolisme energi tubuh akan berjalan secara aerobik
dengan kehadiran oksigen melalui pembakaran simpanan karbohidrat, lemak dan protein.
Pada olahraga beregu yang merupakan kombinasi antara aktivitas intensitas
tinggi dan aktivitas intensitas rendah, metabolisme energi juga akan berjalan secara
aerobik dan anaerobik dan juga mengunakan sumber-sumber energi yang sama yaitu
phospocreatine (PCr), karbohidrat, lemak dan juga protein. Diantara semua bentuk
simpanan energi yang terdapat di dalam tubuh, simpanan karbohidrat dan lemak
merupakan sumber zat gizi utama yang akan digunakan untuk menyediakan energi bagi
kontraksi otot. Keduanya akan menjadi sumber energi utama bagi tubuh saat berolahraga
yang persentase kontribusinya terhadap produksi energi akan ditentukan oleh intensitas
olahraga serta lamanya waktu berolahraga.
Bentuk simpanan energi di dalam tubuh yang merupakan penentu performa pada
saat berolahraga yaitu simpanan karbohidrat dapat diproses melalui 2 jalur metabolisme
baik yaitu melalui pembakaran glukosa/glikogen (secara aerobik) maupun melalui
glikolisis glukosa/glikogen (secara anaerobik) untuk menghasilkan ATP. Sedangkan
simpanan lemak yang terdapat di dalam tubuh hanya dapat diproses secara aerobik untuk
menghasilkan ATP, dimana proses ini juga akan membutuhkan ketersediaan karbohidrat
agar proses pembakarannya menjadi sempurna
B. Saran
Untuk para pendidik terutama pelatih hendaklah memahami sistem energi pada
olahraga aerobik agar tujuan latihan yang hendak dicapai sesuai dengan materi latihan
yang diberikan.

1
DAFTAR PUSTAKA

Permana, Dhias FW. Pengaruh Latihan Aerobic Class dan Bodi Languange terhadap
Penurunan Persentase Lemak Tubuh Universitas Negeri Semarang.2014. Jurnal
media Ilmu Keolahragaan Indonesia Volume 4.
Plowman, Sharon A. & Denise L. Smith. Excercise Physiology for Health, Fitness,
and Performance. Second Edition. New York. 2008.

Hermawati. Produksi Asam Laktat Pada Exercise Aerobik dan Anaerobik. Bandung.
Fenanlampir, Albertus. & Muhammad Muhyi Faruq. Tes dan Pengukuran dalam
Olahraga. Yogyakarta. 2015.

Hargreaves, Mark. & Lawrence Spriet. Exercise Metabolism Second Edition. United
States of America. 2006.
Palar, Chrisly M., dkk. Manfaat Latihan Olarga Aerobik Terhadap Kebugaran Fisik
Manusia. Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. 2015.

Irawan, M. Anwari. Metabolisme Energi Tubuh & Olahraga..Volume 1 2007.

Umar. Fisiologi Olahraga. FIK-UNP.

Anda mungkin juga menyukai