Anda di halaman 1dari 19

METABOLISME ENERGI

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisiologi Olahraga


Dosen Pengampu Buyung Kusumawardhana S.Pd., M.Kes

Disusun Oleh :

Nama : Rifal Qolbiul Khoir


NPM : 22230116
PJKR 1C

ROGRAM STUDI PJKR


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN
KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah, rahmat dan karunia-
Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Metabolisme
Energi”
Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang metabolisme energi.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kemamuan dan pengetahuan
yang penyusun miliki. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan penyusun di masa mendatang.

Semarang, 29 Oktober 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Metabolisme dan Energi ............................................................... 6
B. Sumber Energi dalam Tubuh......................................................... 6
1.. Lemak ....................................................................................... 6
2.. Protein ....................................................................................... 7
3.. Karbohidrat ............................................................................... 8
C..Kebutuhan dan Penyediaan Energi Saat Olahraga ........................ 9
1.. Kebutuhan Energi ..................................................................... 9
2.. Penyediaan Energi .................................................................... 10
D. Metabolisme Energi Saat Olahraga ............................................... 11
1.. Secara Aerobik ......................................................................... 12
a). Pembakaran Lemak .............................................................. 13
b). Pembakaran Karbohidrat ..................................................... 14
2.. Secara Anaerobik ...................................................................... 15
a). PCr ....................................................................................... 15
b). Glikolisis .............................................................................. 16
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ....................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 19
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Metabolisme merupakan modifikasi senyawa kimia secara biokimia di dalam
organisme dan sel. Metabolisme mencakup sintesis (anabolisme) dan penguraian
(katabolisme) molekul organik kompleks. Metabolisme biasanya terdiri atas tahapan-
tahapan yang melibatkan enzim, yang dikenal pula sebagai jalur metabolisme.
Metabolisme total merupakan semua proses biokimia di dalam organisme. Metabolisme
sel mencakup semua proses kimia di dalam sel. Tanpa metabolisme, makhluk hidup tidak
dapat bertahan hidup. Produk metabolisme disebut metabolit. Cabang biologi yang
mempelajari komposisi metabolit secara keseluruhan pada suatu tahap perkembangan atau
pada suatu bagian tubuh dinamakan metabolomika.
Seluruh aktivitas gerak manusia memerlukan energi. Energi yang dikeluarkan
terutama tergantung pada waktu/lama dan intensitas kerjanya. Aktivitas gerak yang
dilakukan dengan cepat atau eksplosif memerlukan energi segera-cepat, sebaliknya
aktivitas gerak yang dilakukan dengan lambat dan lama memerlukan energi dalam waktu
lama. Energi dapat dideskripsikan sebagai kapasitas untuk melakukan kerja, merupakan
aplikasi dari kekuatan atau kontraksi otot dalam mengaplikasikan kekuatan melawan suatu
tahanan/beban.
Produk energi yang dihasilkan untuk kerja ini disebut adenosine triphosphate (ATP).
Terdapat 3 sistem energi yang dapat menghasilkan ATP, yakni sistem anaerobik alaktik
(ATP-PC), sistem anaerobik laktik (glikolitik), dan sistem aerobik. Aktivitas gerak yang
keperluan energinya dapat dipenuhi dengan baik sesuai dengan tuntutan geraknya, maka
aktivitas tersebut akan dapat terus berlangsung tanpa kendala. Sedang aktivitas gerak yang
keperluan energinya tidak dapat dipenuhi sesuai tuntutan keperluan geraknya, maka
aktivitas gerak tersebut akan mengalami kendala. Kendala dalam hal ini akan terjadi
melemahnya atau menurunnya kontraksi otot untuk melakukan aktivitas gerak yang
sedang dilakukan. Salah satu kendala dominan yang menghambat aktivitas gerak adalah
timbulnya kelelahan. Agar jangan sampai timbul kelelahan, maka atlet harus memiliki
kapasitas dan kemampuan mengelola sumber energi tubuhnya dengan baik.
Bedasarkan urain latar belakang diatas, maka dapat disusunlah makalah ini dengan
judul “Metabolisme Energi” guna mengetahui sistem metabolisme dan energi dalam
tubuh saat berolahraga.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang telah diuraikan dalam latar belakang, maka dapat diambil
permasalahan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan metabolisme energi?
2. Apa saja yang terdapat pada sumber energi dalam tubuh?
3. Bagaimana kebutuhan dan penyediaan energi dalam tubuh?
4. Bagaimana proses metabolisme energi saat olahraga?

C. Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari permasalah tersbut, yaitu :
1. Mengetahui penjabaran mengenai metabolisme energi.
2. Mengetahui apa saja yang terdapat pada sumber energi dalam tubuh.
3. Mengetahui kebutuhan dan penyediaan energi dalam tubuh.
4. Mengetahui bagaimana proses metabolisme energi saat olahraga.

D. Manfaat
Manfaat yang bisa didapat dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Menambah pengetahuan mengenai metabolsime energi.
2. Sebagai bahan refrensi agar dapat mengetahui kebutuhan dan penyediaan proses
metabolisme energi.
3. Memberikan informasi tentang metabolisme energi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Metabolisme Energi
Metabolisme merupakan salah satu ciri-ciri dari mahkluk hidup. Metabolisme
berasal dari bahasa yunani yaitu dari kata metabolisme yang berarti perubahan yang
dipakai untuk menunjukkan semua transformasi kimia dan tenaga yang timbul didalam
tubuh. Metabolisme adalah suatu proses komplek yang terjadi didalam sel dimana terjadi
perubahan makanan menjadi energi dan panas melalui suatu proses kimia, berupa proses
pembentukan dan penguraian zat didalam tubuh. Meabolisme bertujuan untuk
menghasilkan energi yang berguna bagi kelangsungan hidup, baik tingkat seluler
maupun tingkat individu. Metabolisme disebut sebagai reaksi enzimatis, karena
metabolisme terjadi menggunakan katalisator enzim.
Metabolisme dapat dibedakan menjadi anabolisme dan katabolisme. Anabolisme
adalah suatu reaksi kimia untuk membentuk kompleks molekul yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan pertahanan kehidupan. Sedangkan katabolisme adalah suatu proses
reaksi kimia untuk memecahkan kompleks molekul menjadi molekul yang berukuran
lebih kecil disertai pelepasan energi. Pada reaksi ini energi kimia yang terikat akan lepas
sehingga dihasilkan energi.
Makanan yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami pencernaan melalui saluran
pencernaan. Sehingga akan diperoleh zat zat makanan yang dapat diserap oleh tubuh dan
digunakan oleh tubuh. Namun untuk zat makanan yang tidak dapat dicerna dan diserap
oleh tubuh akan dikeluarkan melalui alat ekskresi.

B. Sumber Energi dalam Tubuh


1. Lemak
Di dalam tubuh, lemak dalam bentuk trigliserida akan tersimpan dalam jumlah
yang terbatas dalam jaringan otot dan akan tersimpan dalam jumlah yang cukup besar
pada jaringan adiposa. Ketika sedang berolahraga, trigliserida yang tersimoan ini
dapat terhidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak bebas (free fatty acid atau FFA)
untuk kemudian menghasilkan energi. Simpanan lemak akan memberikan kontribusi
yang besar sebagai sumber energi utama bagi tubuh. Kontribusi simpanan lemak
sebagai tubuh baru akan berkurang apabila terjadi peningkatan intensitas dalam
aktivitas. Pada saat terjadinya peningkatan intensitas olahraga dan juga akan
meningkatkan kebutuhan energi, pembakaran lemak akan memberikan kontribusi
yang kecil jika dibandingkan dengan pembakaaran karbohidrat untuk memenuhi
kebutuhan energi dalam tubuh. Walaupun pembakaran lemak ini memberikan
kontribusi yang lebih kecil jika dibandingkan dengan pembakaran karbohidrat saat
intensitas olahraga meningkat, namun kuantitas lemak yang terbakar tetap akan lebih
besar jika dibandingkan saat berolahraga dengan intensitas rendah. Pada saat
berolahraga kompetitif dengan intensitas tinggi, pengunaan lemak sebagai sumber
energi tubuh akibat dari mulai berkurangnya simpanan glikogen otot dapat
menyebabkan tubuh terasa lelah sehingga secara perlahan intensitas olahraga akan
menurun. Hal ini disebabkan karena produksi energi melalui pembakaran lemak
berjalan lebih lambat jika dibandingkan dengan laju produksi energi melalui
pembakaran karbohidrat walaupun pembakaran lemak akan menghasilkan energi yang
lebih besar (9kkal/gr) jika dibandingkan dengan pembakaran karbohidrat (4 kkal/gr).
Perlu juga untuk diketahui bahwa jaringan adipose dapat menghasilkan asam lemak
bebas dalam jumlah yang tidak terbatas, sehingga kelelahan serta penurunan performa
yang terjadi pada saat berolahraga tidak akan disebabkan oleh penurunan simpanan
lemak tubuh.
2. Potein
Protein merupakan salah satu jenis nutrisi yang mempunyai fungsi penting
sebagai bahan dasar bagi pembentukan jaringan tubuh atau bahan dasar untuk
memperbaiki jaringanjaringan tubuh yang telah rusak. Selain dari kedua fungsi
tersebut, protein juga akan mempunyai fungsi sebagai bahan pembentuk hormon dan
pembentuk enzim yang akan kemudian juga akan terlibat dalam berbagai proses
metabolisme tubuh. asam amino dari protein juga akan digunakan sebagai sumber
energi terutama saat simpanan glikogen sudah semakin berkurang. Pengunaan protein
sebagai sumber energi tubuh saat beraktifitas ataupun berolahraga biasanya akan
dicegah karena hal tersebut akan menganggu fungsi utamanya sebagai bahan
mbangun tubuh dan fungsiya untuk memperbaiki jaringan-jaringan tubuh yang rusak.
Dan dalam hubungannya dengan laju produksi energi di dalam tubuh, pemecahan
protein jika dibandingkan dengan pembakaran karbohidrat maupun lemak juga hanya
akan memberikan kontribusi yang relatif kecil. Pada saat berolahraga terutama
olahraga yang bersifat ketahanan, protein dapat memberikan kontribusi sebesar 3-5%
dalam produksi energi tubuh dan kontribusinya ini dapat mengalami peningkatan
melebihi 5% apabila simpanan glikogen & glukosa darah sudah semakin berkurang
sehingga tidak lagi mampu untuk mendukung kerja otot. Melalui asam amino yang
dilepas oleh otot atau yang berasal dari jaringanjaringan tubuh lainnya, liver (hati)
melalui proses gluconeogenesis dapat mengkonversi asam amino atau substrat lainya
menjadi glukosa untuk kemudian mengeluarkannya ke dalam aliran darah agar
konsentrasi glukosa darah dapat dipertahankan pada level normal. Namun pengunaan
protein sebagai sumber energi seperti yang telah disebutkan akan mengurangi fungsi
utamanya sebagai bahan pembangun tubuh serta juga fungsinya untuk memperbaiki
jaringan-jaringan tubuh yang rusak.
Selain itu, pembakaran protein sebagai sumber energi juga akan memperbesar
resiko terjadinya dehidrasi akibat dari adanya produk samping berupa nitrogen yang
harus dikeluarkan dari dalam tubuh melalui urine. Oleh karena itu untuk mencegah
pemakaian protein secara berlebihan sebagai sumber energi saat berolahraga, seorang
atlet diharapkan untuk mengkonsumsi karbohidrat yang cukup agar dapat
meningkatkan simpanan glikogen dan juga dapat menjaga level glukosa darah di
dalamtubuh.
3. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan nutrisi sumber energi yang tidak hanya berfungsi untuk
mendukung aktivitas fisik seperti berolahraga namun karbohidrat juga merupakan
sumber energi utama bagi sitem pusat syaraf termasuk otak. Di dalam tubuh,
karbohidrat yang dikonsumsi oleh manusia dapat tersimpan di dalam hati dan otot
sebagai simpanan energi dalam bentuk glikogen. Total karbohidrat yang dapat
tersimpan di dalam tubuh orang dewasa kurang lebih sebesar 500 gr atau mampu
untuk menghasilkan energi sebesar 2000 kkal. Di dalam tubuh manusia, sekitar 80%
dari karbohidrat ini akan tersimpan sebagai glikogen di dalam otot, 18-22% akan
tersimpan sebagai glikogen di dalam hati dan sisanya akan bersirkulasi di dalam aliran
darah dalam bentuk glukosa. kebutuhan energi bagi tubuh dapat terpenuhi melalui
simpanan glikogen, terutama glikogen otot serta melalui simpanan glukosa yang
terdapat di dalam aliran darah (blood glucose) dimana ketersediaan glukosa di dalam
aliran darah ini dapat dibantu oleh glikogen hati agar levelnya tetap berada pada
keadaan normal.pembakaran 1 gram karbohidrat akan menghasilkan energi sebesar 4
kkal. Walaupun nilai ini relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan energi hasil
pembakaran lemak, namun proses metabolisme energi karbohidrat akan mampu untuk
menghasilkan ATP (molekul dasar pembentuk energi) dengan kuantitas yang lebih
besar serta dengan laju yang lebih cepat jika dibandingkan dengan pembakaran lemak
C. Kebutuhan dan Penyediaan Energi Saat Olahraga
1. Kebutuhan Energi
Asupan nutrisi atlet dibutuhkan untuk penyediaan energi selama aktivitas
termasuk juga pemberian suplemen dan usaha khusus. Usaha khusus yang
dimaksudkan adalah berupa modifikasi terhadap asupan nutrisi pada jangka waktu
tertentu untuk meningkatkan penampilan (Taiyeb, 2009). Semua zat gizi yang didapat
dari makanan atau minuman haruslah mencukupi kebutuhan harian. Oleh karena itu
maka perhitungan jumlah nutrisi sangat dibutuhkan agar tidak terjadi kekurangan
ataupun kelebihan nutrisi. Ketidak seimbangan nutrisi akan berakibat terhadap atlet
sendiri yang tentunya berakibat langsung terhadap penampilannya dilapanan. Dapat
dibayangkan bahwa kekurangan nutrisi akan menyebabkan kelelahan lebih dini dan
kelebihan nutrisi akan menyebabkan kegemukan atau obesitas. Perhitungan jumlah
zat gizi ini merupakan perhitungan yang umum dipakai oleh setiap orang termasuk
atlet dengan memperhatikan persentase jumlah kalori karbohidrat, lemak, dan protein
yang harus dikonsumsi. Kalori yang dibutuhkan seseorang dihitung terlebih dahulu
dengan memperhatikan beberapa faktor diantaranya adalah jenis kelamin, umur, berat
badan, jenis aktivitas dan banyaknya aktivitas. Kemudian jumlah zat gizi yang
diperlukan ditentukan agar jumlah kalori yang dibutuhkan didapatkan. Perhitungan
zat gizi harian seorang atlet terdiri dari proporsi zat gizi yang dibutuhkan terhadap
kalori total.
Menurut Komariah (2017), proporsi zatzat gizi dari kebutuhan kalori total untuk
karbohidrat (hidrat arang) sebanyak 60 - 70 %, untuk lemak sebanyak 20 - 25%, dan
untuk protein sebanyak 10 - 15%. Pembagian proporsi zat gizi ini kadang kala
berbeda, ada pula yang menyebutkan 70% karbohidrat, 15% lemak dan 15% protein.
a. Kebutuhan karbohidrat orang dewasa dengan aktivitas sedang sebanyak 8-12
gram/kg BB/hari, sedangkan kebutuhan minimal sebanyak 50-100 gram/hari.
b. Kebutuhan lemak untuk memelihara keseimbangan fungsi tubuh, dibutuhkan
sebanyak 0,5 sampai 1 gram/kg BB/hari. Latihan fisik akan meningkatkan
kapasitas otot menggunakan lemak sebagai sumber energi. Akan tetapi konsumsi
lemak yang dianjurkan tidak melebihi 30% dari kebutuhan energi harian.
c. Kebutuhan protein tubuh dapat ditentukan dengan menghitung jumlah nitrogen
yang diekskresikan melalui urine. Umumnya kebutuhan protein adalah sebanyak
0,8 sampai 1 gram/kg BB/hari. Akan tetapi pekerja berat dan atlet kebutuhan
protein akan meningkat.
Untuk mempermudah pemahaman, perlu diketahui bahwa masing-masih sumber
kalori mempunyai kalori yang berbeda pada setiap gramnya Menurut Gabriel (2012),
1 gram hidrat arang mengandung rata-rata 4 K kalori, 1 gram lemak mengandung 9 K
kalori, dan 1 gram protein mengandung 4 kalori.
Waktu makan juga harus diperhatikan. Makan makanan seperti nasi dilakukan
tiga jam sebelum kompetisi. Dinyatakan bahwa makan 0-90 menit sebelum kompetisi
dan kurang dari tiga jam tidak akan membantu meningkatkan penampilan atlet, akan
tetapi makan sebelum tiga jam pertandingan akan dapat menyediakan glukose ke
darah dan otot (Staff UNY, 2017).
2. Penyediaan Energi
Secara garis besarnya penyediaan energi untuk kontraksi otot dapat terjadi
melalui dua cara yaitu secara anaerobik tidak menggunakan oksigen) dan secara
aerobik (menggunakan oksigen). Kontraksi anaerobik terdiri dari sistem fosfokreatin
(PC) atau yang disebut dengan sistem phosphagen dan glikolitik atau sistem asam
laktat, sedangkan penyediaan energi secara aerobik (sistem oksidatif) dapat melalui
penyediaan dari karbohidrat, lemak, dan protein. Nampak bahwa ketiga sistem energi
tersebut berfungsi sesuai dengan intensitas latihan, akan tetapi juga tergantung dari
jenis olahraganya (Hairy, 2003). Untuk olahraga lari jarak pendek dan renang jarak
dekat maka sistem fosfokreatin dan glikolitik lebih dominan sedangkan untuk
olahraga lari jarak jauh dan senam, sistem aerobik atau oksidatif akan lebih dominan.
a. Sistem Fosfokeratin (PC)
Fosfokreatin adalah fosfat berenergi tinggi yang tidak dapat digunakan secara
langsung untuk kerja otot, akan tetapi digunakan untuk memperbaharui ATP dari
ADP. Secara skematis dapat dituliskan sebagai berikut
Fosfokreatin + ADP => keratin +ATP
Fosfokreatin yang tersimpan di dalam otot memungkinkan untuk lebih cepat
dalam penyediaan energi. PC yang terdapat di dalam otot sangat terbatas sehingga
hanya dapat berlangsung dalam waktu singkat. Saat ini penyediaan energi dari
sumber PC habis dan jumlah ATP hanya cukup untuk aktivitas selama 1-2 detik
dan PC akan habis setelah aktivitas otot selama 6-8 detik (Janssen, 1993). Menurut
Bompa dan Haff (2009), sistem fosfokreatin akan berlangsung selama 0-10 detik
seperti pada cabang olehraga lari sprint < 100 meter, cabang lempar, lompat,
angkat berat, dan menyelam (diving).
Jadi penyediaan energi fosfokreatin berlaku untuk latihan fisik pada kecepatan
tinggi dengan intensitas yang tinggi pula.
b. Sistem Glikolitik
Sistem glikolitik anaerobik disebut juga dengan sistem asam laktat. Sistem
penyediaan energi ini menggunakan bahan pokok karbohidrat berupa glikogen
yang tersimpan dalam otot. Sistem glikolisis ini melalui suatu rangkaian reaksi
kimia yang melepaskan energi dari molekul glikogen untuk memperbaharui ATP
yang digunakan untuk kontraksi otot. Dinyatakan bahwa glikolisis anaerobik
merupakan rangkaian reaksi kimia yang dihasilkan dalam pemecahan glikogen
menjadi asam laktat. Secara skematis dapat dituliskan sebagai berikut (Janssen,
1993).

D. Metabolisme Energi Saat Olahraga


Inti dari semua proses metabolisme energi di dalam tubuh adalah untuk
menresintesis molekul ATP dimana prosesnya akan dapat berjalan secara aerobik
maupun anearobik. Di dalam jaringan otot, hidrolisis 1 mol ATP akan menghasilkan
energi sebesar 31 kJ (7.3 kkal) serta akan menghasilkan produk lain berupa ADP
(adenosine diphospate) dan Pi (inorganik fosfat). Pada saat berolahraga, terdapat 3 jalur
metabolisme energi yang dapat digunakan oleh tubuh untuk menghasilkan ATP yaitu
hidrolisis phosphocreatine (PCr), glikolisis anaerobik glukosa serta pembakaran
simpanan karbohidrat, lemak dan juga protein. Pada kegiatan olahraga dengan aktivitas
aerobik yang dominan, metabolisme energi akan berjalan melalui pembakaran simpanan
karbohdrat, lemak dan sebagian kecil (±5%) dari pemecahan simpanan protein yang
terdapat di dalam tubuh untuk menghasilkan ATP (adenosine triphospate). Proses
metabolisme ketiga sumber energi ini akan berjalan dengan kehadiran oksigen (O ) yang
diperoleh melalui proses pernafasan. Sedangkan pada aktivitas yang bersifat anaerobik,
energi yang akan digunakan oleh tubuh untuk melakukan aktivitas yang membutuhkan
energi secara cepat ini akan diperoleh melalui hidrolisis phosphocreatine (PCr) serta
melalui glikolisis glukosa secara anaerobik. Proses metabolisme energi secara anaerobik
ini dapat berjalan tanpa kehadiran oksigen (O ) Proses metabolisme energi secara
anaerobik dapat menghasilkan ATP dengan laju yang lebih cepat jika dibandingkan
dengan metabolisme energi secara aerobik. Sehingga untuk gerakan-gerakan dalam
olahraga yang membutuhkan tenaga yang besar dalam waktu yang singkat, proses
metabolisme energi secara anaerobik dapat menyediakan ATP dengan cepat namun
hanya untuk waktu yang terbatas yaitu hanya sekitar ±90 detik.
Walaupun prosesnya dapat berjalan secara cepat, namun metabolisme energi secara
anaerobik ini hanya menghasilkan molekul ATP yang lebih sedikit jika dibandingkan
dengan metabolisme energi secara aerobik (2 ATP vs 36 ATP per 1 molekul glukosa).
Proses metabolisme energi secara aerobik juga dikatakan merupakan proses yang bersih
karena selain akan menghasilkan energi, proses tersebut hanya akan menghasilkan
produk samping berupa karbondioksida (CO ) dan air (H O). Hal ini berbeda dengan
proses metabolisme secara anaerobik yang juga akan menghasilkan produk samping
berupa asam laktat yang apabila terakumulasi dapat menghambat kontraksi otot dan
menyebabkan rasa nyeri pada otot. Hal inilah yang menyebabkan mengapa gerakan-
gerakan bertenaga saat berolahraga tidak dapat dilakukan secara kontinu dalam waktu
yang panjang dan harus diselingi dengan interval istirahat.
a. Aerobik
Pada jenis-jenis olahraga yang bersifat ketahanan (endurance) seperti lari
marathon, bersepeda jarak jauh (road cycling) atau juga lari 10 km, produksi energi
di dalam tubuh akan bergantung terhadap sistem metabolisme energi secara aerobik
melalui pembakaran karbohidrat, lemak dan juga sedikit dari pemecahan protein.
Oleh karena itu maka atlet-atlet yang berpartisipasi dalam ajang-ajang yang bersifat
ketahanan ini harus mempunyai kemampuan yang baik dalam memasok oksigen ke
dalam tubuh agar proses metabolisme energi secara aerobik dapat berjalan dengan
sempurna.Proses metabolisme energi secara aerobik merupakan proses metabolisme
yang membutuhkan kehadiran oksigen (O ) 2agar prosesnya dapat berjalan dengan
sempurna untuk menghasilkan ATP. Pada saat berolahraga, kedua simpanan energi
tubuh yaitu simpanan karbohidrat (glukosa darah, glikogen otot dan hati) serta
simpanan lemak dalam bentuk trigeliserida akan memberikan kontribusi terhadap
laju produksi energi secara aerobik di dalam tubuh. Namun bergantung terhadap
intensitas olahraga yang dilakukan, kedua simpanan energi ini dapat memberikan
jumlah kontribusi yang berbeda. Secara singkat proses metabolisme energi secara
aerobik seperti yang ditunjukan pada gambar 1.1.Dari gambar tersebut dapat dilihat
bahwa untuk meregenerasi ATP, 3 simpanan energi akan digunakan oleh tubuh yaitu
simpanan karbohidrat (glukosa,glikogen), lemak dan juga protein. Diantara
ketiganya, simpanan karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama saat
berolahraga dan oleh karenanya maka pembahasan metabolisme energi secara
aerobik pada tulisan ini akan difokuskan kepada metabolisme simpanan karbohidrat
dan simpanan lemak
Secara singkat proses metabolime energi dari glukosa darah atau juga glikogen
otot akan berawal dari karbohidrat yang dikonsumsi. Semua jenis karbohidrat yang
dkonsumsi oleh manusia baik itu jenis karbohidrat kompleks (nasi, kentang, roti,
singkong dsb) ataupun juga karbohidrat sederhana (glukosa, sukrosa, fruktosa) akan
terkonversi menjadi glukosa di dalam tubuh. Glukosa yang terbentuk ini kemudian
dapat tersimpan sebagai cadangan energi sebagai glikogen di dalam hati dan otot
serta dapat tersimpan di dalam aliran darah sebagai glukosa darah atau dapat juga
dibawa ke dalam sel-sel tubuh yang membutuhkan.
1) Pembakaran Lemak
Langkah awal dari metabolisme energi lemak adalah melalui proses
pemecahan simpanan lemak yang terdapat di dalam tubuh yaitu trigeliserida.
Trigeliserida di dalam tubuh ini akan tersimpan di dalam jaringan adipose
(adipose tissue) serta di dalam sel-sel otot (intramuscular triglycerides). Melalui
proses yang dinamakan lipolisis, trigeliserida yang tersimpan ini akan
dikonversi menjadi asam lemak (fatty acid) dan gliserol. Pada proses ini, untuk
setiap 1 molekul trigeliserida akan terbentuk 3 molekul asam lemak dan 1
molekul gliserol. Kedua molekul yang dihasilkan melalu proses ini kemudian
akan mengalami jalur metabolisme yang berbeda di dalam tubuh. Gliserol yang
terbentuk akan masuk ke dalam siklus metabolisme untuk diubah menjadi
glukosa atau juga asam piruvat. Sedangkan asam lemak yang terbentuk akan
dipecah menjadi unitunit kecil melalui proses yang dinamakan ß-oksidasi untuk
kemudian menghasilkan energi (ATP) di dalam mitokondria sel.
Proses ß-oksidasi berjalan dengan kehadiran oksigen serta membutuhkan
adanya karbohidrat untuk menyempurnakan pembakaran asam lemak. Pada
proses ini, asam lemak yang pada umumnya berbentuk rantai panjang yang
terdiri dari ± 16 atom karbon akan dipecah menjadi unit-unit kecil yang
terbentuk dari 2 atom karbon. Tiap unit 2 atom karbon yang terbentuk ini
kemudian dapat mengikat kepada 1 molekul KoA untuk membentuk asetil KoA.
Molekul asetil-KoA yang terbentuk ini kemudian akan masuk ke dalam siklus
asam sitrat dan diproses untuk menghasilkan energi seperti halnya dengan
molekul asetil-KoA yang dihasil melalui proses metabolisme energi dari
glukosa/glikogen.
2) Pembakaran Karbohidrat
Di dalam sel tubuh, sebagai tahapan awal dari metabolisme energi secara
aerobik, glukosa yang berasal dari glukosa darah ataupun dari glikogen otot
akan mengalami proses glikolisis yang dapat menghasilkan molekul ATP serta
menghasilkan asam piruvat. Di dalam proses ini, sebanyak 2 buah molekul ATP
dapat dihasilkan apabila sumber glukosa berasal dari glukosa darah dan
sebanyak 3 =buah molekul ATP dapat dihasilkan apabila glukosa berasal dari
glikogen otot. Setelah melalui proses glikolisis, asam piruvat yang di hasilkan
ini kemudian akan diubah menjadi Asetil-KoA di dalam mitokondsia. Proses
perubahan dari asam piruvat menjadi Asetil-KoA ini akan berjalan dengan
ketersediaan oksigen serta akan menghasilkan produk samping berupa NADH
yang juga dapat menghasilkan 2-3 molekul ATP. Untuk memenuhi kebutuhan
energi bagi sel-sel tubuh, Asetil-KoA hasil konversi asam piruvat ini kemudian
akan masuk ke dalam siklus asam-sitrat untuk kemudian diubah menjadi karbon
dioksida (CO ), ATP, NADH dan FADH melalui tahapan reaksi yang kompleks.
Reaksi-reaksi yang terjadi 2 2dalam proses yang telah disebutkan dapat
dituliskan melalui persamaan reaksi sederhana sebagai berikut:
Asetil-KoA + ADP + Pi + 3 NAD + FAD + 3H O ---> 2CO + CoA + ATP
+ 3 NADH + 3H + FADH
Setelah melewati berbagai tahapan proses reaksi di dalam siklus asam
sitrat, metabolisme energi dari glukosa kemudian akan dilanjutkan kembali
melalui suatu proses reaksi yang disebut sebagai proses fosforlasi oksidatif.
Dalam proses ini, molekul NADH dan juga FADH yang dihasilkan dalam siklus
asam sitrat akan diubah menjadi molekul ATP dan H O. Dari 1 molekul NADH
akan dapat dihasilkan 3 buah molekul ATP dan dari 1 buah molekul FADH
akan dapat menghasilkan 2 molekul ATP. Proses metabolisme energi secara
aerobik melalui pembakaran glukosa/glikogen secara total akan menghasilkan
38 buah molukul ATP dan juga akan menghasilkan produk samping berupa
karbon dioksida (CO ) serta air (H O).
b. Anaerobik
1) Sistem PCr
Creatine (Cr) merupakan jenis asam amino yang tersimpam di dalam otot
sebagai sumber energi. Di dalam otot, bentuk creatine yang sudah ter-fosforilasi
yaitu phosphocreatine (PCr) akan mempunyai peranan penting dalam proses
metabolisme energi secara anaerobik di dalam otot untuk menghasilkan ATP.
Dengan bantuan enzim creatine kinase, phosphocreatine (PCr) yang
tersimpan di dalam otot akan dipecah menjadi Pi (inorganik fosfat) dan creatine
dimana proses ini juga akan disertai dengan pelepasan energi sebesar 43 kJ
(10.3 kkal) untuk tiap 1 mol PCr. Inorganik fosfat (Pi) yang dihasilkan melalui
proses pemecahan PCr ini melalui proses fosforilasi dapat mengikat kepada
molekul ADP (adenosine diphospate) untuk kemudian kembali membentuk
molekul ATP (adenosine triphospate). Melalui proses hidrolisis PCr, energi
dalam jumlah besar (2.3 mmol ATP/kg berat basah otot per detiknya) dapat
dihasilkan secara instant untuk memenuhi kebutuhan energi pada saat
berolahraga dengan intensitas tinggi yang bertenaga. Namun karena terbatasnya
simpanan PCr yang terdapat di dalam jaringan otot yaitu hanya sekitar 14-24
mmol ATP/ kg berat basah maka energi yang dihasilkan melalui proses
hidrolisis ini hanya dapat bertahan untuk mendukung aktivitas anaerobik selama
5-10 detik. Karena fungsinya sebagai salah satu sumber energi tubuh dalam
aktivitas anaerobik, supplementasi creatine mulai menjadi popular pada awal
tahun 1990-an setelah berakhirnya Olimpiade Barcelona. Creatine dalam bentuk
creatine monohydrate telah menjadi suplemen nutrisi yang banyak digunakan
untuk meningkatkan kapasitas aktivitas anaerobik. Namun secara alami, creatine
ini akan banyak terkandung di dalam bahan makanan protein hewani seperti
daging dan ikan. Data dari hasil-hasil penelitian dalam bidang olahraga yang
telah dilakukan menunjukan bahwa konsumsi creatine sebanyak 5-20 g per
harinya secara rutin selama 20 hari sebelum musim kompetisi
Creatine (Cr) merupakan jenis asam amino yang tersimpam di dalam otot
sebagai sumber energi. Di dalam otot, bentuk creatine yang sudah ter-fosforilasi
yaitu phosphocreatine (PCr) akan mempunyai peranan penting dalam proses
metabolisme energi secara anaerobik di dalam otot untuk menghasilkan ATP.
Dengan bantuan enzim creatine kinase, phosphocreatine (PCr) yang tersimpan
di dalam otot akan dipecah menjadi Pi (inorganik fosfat) dan creatine dimana
proses ini juga akan disertai dengan pelepasan energi sebesar 43 kJ (10.3 kkal)
untuk tiap 1 mol PCr. Inorganik fosfat (Pi) yang dihasilkan melalui proses
pemecahan PCr ini melalui proses fosforilasi dapat mengikat kepada molekul
ADP (adenosine diphospate) untuk kemudian kembali membentuk molekul
ATP (adenosine triphospate). Melalui proses hidrolisis PCr, energi dalam
jumlah besar (2.3 mmol ATP/kg berat basah otot per detiknya) dapat dihasilkan
secara instant untuk memenuhi kebutuhan energi pada saat berolahraga dengan
intensitas tinggi yang bertenaga. Namun karena terbatasnya simpanan PCr yang
terdapat di dalam jaringan otot yaitu hanya sekitar 14-24 mmol ATP/ kg berat
basah maka energi yang dihasilkan melalui proses hidrolisis ini hanya dapat
bertahan untuk mendukung aktivitas anaerobik selama 5-10 detik. Karena
fungsinya sebagai salah satu sumber energi tubuh dalam aktivitas anaerobik,
supplementasi creatine mulai menjadi popular pada awal tahun 1990-an setelah
berakhirnya Olimpiade Barcelona. Creatinedalam bentuk creatine monohydrate
telah menjadi suplemen nutrisi yang banyak digunakan untuk meningkatkan
kapasitas aktivitas anaerobik. Namun secara alami, creatine ini akan banyak
terkandung di dalam bahan makanan protein hewani seperti daging dan ikan.
Data dari hasil-hasil penelitian dalam bidang olahraga yang telah
dilakukan menunjukan bahwa konsumsi creatine sebanyak 5-20 g per harinya
secara rutin selama 20 hari sebelum musim kompetisi berlangsung dan
menguranginya menjadi 5 gr/hari saat memulai kompetisi dapat memberikan
peningkatan terhadap jumlah creatine & phosphocretine di dalam otot dimana
peningkatannya ini juga akan disertai dengan peningkatan dalam performa
latihan anaerobik. Data juga membuktikan bahwa cara terbaik untuk ‘mengisi’
creatine di dalam otot pada saat menjalani rutinitas latihan adalah
mengimbanginya dengan mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah besar &
mengkonsumsi lemak dalam jumlah yang kecil.
2) Glikolisis
Glikolisis merupakan salah satu bentuk metabolisme energi yang dapat
berjalan secara anaerobik tanpa kehadiran oksigen. Proses metabolisme energi
ini mengunakan simpanan glukosa yang sebagian besar akan diperoleh dari
glikogen otot atau juga dari glukosa yang terdapat di dalam aliran darah untuk
menghasilkan ATP. Inti dari proses glikolisis yang terjadi di dalam sitoplasma
sel ini adalah mengubah molekul glukosa menjadi asam piruvat dimana proses
ini juga akan disertai dengan membentukan ATP. Jumlah ATP yang dapat
dihasilkan oleh proses glikolisis ini akan berbeda bergantung berdasarkan asal
molekul glukosa. Jika molekul glukosa berasal dari dalam darah maka 2 buah
ATP akan dihasilkan namun jika molekul glukosa berasal dari glikogen otot
maka sebanyak 3 buah ATP akan dapat dihasilkan. Mokelul asam piruvat yang
terbentuk dari proses glikolisis ini dapat mengalami proses metabolisme lanjut
baik secara aerobik maupun secara anaerobik bergantung terhadap ketersediaan
oksigen di dalam tubuh. Pada saat berolahraga dengan intensitas rendah dimana
ketersediaan oksigen di dalam tubuh cukup besar, molekul asam piruvat yang
terbentuk ini dapat diubah menjadi CO dan H O di dalam mitokondria sel. 2 2
Dan jika ketersediaan oksigen terbatas di dalam tubuh atau saat
pembentukan asam piruvat terjadi secara cepat seperti saat melakukan sprint,
maka asam piruvat tersebut akan terkonversi menjadi asam laktat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Seluruh aktivitas gerak manusia memerlukan energi. Energi yang dikeluarkan
terutama tergantung pada waktu/lama dan intensitas kerjanya. Aktivitas gerak yang
dilakukan dengan cepat atau eksplosif memerlukan energi segera-cepat, sebaliknya
aktivitas gerak yang dilakukan dengan lambat dan lama memerlukan energi dalam waktu
lama. Energi dapat dideskripsikan sebagai kapasitas untuk melakukan kerja, merupakan
aplikasi dari kekuatan atau kontraksi otot dalam mengaplikasikan kekuatan melawan
suatu tahanan/beban.
Akktivitas olahraga membutuhkan energi yang berasal dari bahan makanan berupa
karbohidrat, lemak, dan protein. Semua bahan makanan tersebut diproses di dalam tubuh
untuk secara langsung dapat digunakan sebagai sumber energi berupa ATP. Proses
pembentukan ATP dapat melalui tiga sistem yaitu sistem fosfokreatin, sistem glikolisis
yang masing-masing tidak membutuhkan oksigen dan sistem oksidatif yang
membutuhkan oksigen.
DAFTAR PUSTAKA

Hairy, J. 2003. Daya Tahan Aerobik. Jakarta : Direktorat Jenderal Olahraga Departemen
Pendidikan Nasional
Irawan, M.A. 2007. Metabolisme Energi Tubuh dan Olahraga. Polton Sports Science &
Performance Lab
Sandi, I. N. 2019. Sumber dan Metabolisme Energi Dalam Olahraga. Jurnal Pendidikan
Kesehatan Rekreasi Vol. 5, No. 2, Universitas Udayana

Anda mungkin juga menyukai