Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH DASAR ILMU GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

ENERGI

Universitas Andalas

Oleh :
Indri Yalni
No. BP. 1511211068

Dosen Pengampu:
Dr. Azrimaidaliza, S.KM., M.KM.

Fakultas Kesehatan Masyarakat


Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Andalas, 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
nikmat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan judul
Energi .
Selanjutnya shalawat beserta salam penulis sampaikan kepada pimpinan umat muslim
sedunia, yakni Nabi Muhammad S.A.W, yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliyah
hingga zaman berilmu yang dapat kita rasakan seperti saat sekarang ini.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen mata kuliah Dasar
Ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat. Kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Dr. Azrimaidaliza, S.KM., M.KM. yang telah membantu membimbing dan
mengarahkan untuk menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, saran
dan kritikan pembaca terhadap makalah ini penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan
datang.
Wassalam...

Padang, 16 Juli 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii

DAFTAR TABEL .................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1

1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 3

2.1 Definisi Energi dan Panas ......................................................................................... 3

2.2 Energi pada Makanan ................................................................................................ 4

2.3 Pengertian Energi Basal Metabolisme ...................................................................... 6

2.4 Pengukuran Energi Basal Metabolisme .................................................................... 7

2.5 Cara Menghitung Energi Basal Metabolisme ........................................................... 11

2.6 Kebutuhan Energi Total ............................................................................................ 17

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 21

3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 21

3.2 Saran .......................................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 22

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.4.1 Kecukupan Energi Baku bagi Orang Indonesia (Berdasarkan Komisi Ahli
FAO/WHO1973)................................................................................................... 10

Tabel 2.5.1 Luas Permukaan Badan (M2) untuk Berbagai Tinggi (Cm) dan Berat Badan
(Kg)........................................................................................................................12

Tabel 2.5.2 Energi Basal Metabolisme (Kalori Per M2 Luas Permukaan Badan Per
Jam)........................................................................................................................13

Tabel 2.5.3 Faktor Menurut aktivitas dan Jenis Kelamin..............................................................14

Tabel 2.5.4 AMB Berdasar Berat Badan menurut FAO/WHO/UNU...........................................15

Tabel 2.5.5 Faktor menurut Jenis Kelamin dan Aktivitas.............................................................17

Tabel 2.5.6 Kebutuhan kalori menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin...............................17

Tabel 2.6.1 Perkiraan Pengeluaran Energi Per Menit yang Berhubungan dengan Pekerjaan...........

...............................................................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia demi tercapainya kehidupan ditentukan oleh berlangsung atau bergeraknya
proses-proses di dalam tubuhnya, seperti berlangsungnya proses peredaran atau sirkulasi
darah, denyut jantung, pernafasan, pencernaan, proses-proses fisiologi lainnya, selanjutnya
bergerak melakukan berbagai kegiatan atau melakukan aktivitas fisik baik berat maupun
ringan, untuk itu semua diperlukan energi agar kegiatan seharinya lebih optimal.
Energi dalam tubuh manusia dapat timbul dikarenakan adanya pembakaran karbohidrat,
protein dan lemak, dengan demikian agar manusia selalu tercukupi eneginya diperlukan
pemasukan zat-zat makanan yang cukup pula ke dalam tubuhnya. Manusia yang kurang
makan akan lemah baik daya kegiatan, pekerjaan-pekerjaan fisik maupun daya
pemikirannya karena kurangnya zat-zat makanan yang diterima tubuhnya yang dapat
menghasilkan energi. Menurut Suhardjo, Clara M. Kusharto (1988) dalam Prinsip-
Prinsip Ilmu Gizi seseorang tidak dapat bekerja dengan energi yang melebihi dari apa yang
diperoleh dari makanan kecuali jika meminjam atau menggunakan cadangan energi dalam
tubuh, namun kebiasaan meminjam ini akan dapat mengakibatkan keadaan yang gawat,
yaitu kurang gizi khususnya energi.
Pengertian makanan sebagai sumber energi ternyata energi makanan dalam proses-
proses yang terjadi dalam tubuh hanya sebagian saja yang diubah menjadi tenaga, sedang
lainnya diubah menjadi panas. Tentang hal ini perhatikan saja pada tubuh kita, setelah kita
melakukan pekerjaan fisik yang cukup berat atau cukup lama akan terasa badan kita
menjadi panas. Ketika kita hanya sedikit melakukan kerja fisik, sebagian besar energi
diubah menjadi panas, dan dalam kita tidak melakukan pekerjaan fisik maka relatif seluruh
energi diubah menjadi panas dan selanjutnya panas akan keluar dari tubuh.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari makalah ini adalah agar mahasiswa mampu menjelaskan dan
memahami mengenai energi bagi tubuh.

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Energi dan Panas.
2. Untuk mengetahui Energi pada makanan.
3. Untuk mengetahui pengertian Energi basal metabolisme.
4. Untuk mengetahui pengukuran Energi basal metabolisme.
5. Untuk mengetahui cara menghitung Energi basal metabolisme.
6. Untuk mengetahui kebutuhan Energi total.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Energi dan Panas


Energi diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan kerja. Satuan besaran energi
adalah kilokalori (pada umumnya disebut kalori saja). 1 kalori saja setara dengan panas
yang diperlukan untuk menaikkan panas 1 gram air dari 14.50C menjadi 1550C(Eleanor,
1984).
Dalam tubuh kita bekerja dua jenis energi, yakni kimia yang berupa metabolisme
makanan dan energi mekanik berupa kontraksi otot untuk melakukan gerak.

Energi Kimia Energi Mekanik

Metabolisme Kontraksi Otot

Makanan

Energi yang diperlukan untuk kerja otot diperoleh dari zat makan yang dikonsumsi
setiap hari, terdiri atas zat gizi makro meliputi karbohidrat, lemak, protein. Energi dan zat
gizi yang diperlukan oleh setiap orang dalam jumlah sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
jenis kelamin, berat badan, lama, dan berat ringannya aktivitas fisik.
Kandungan energi dalam makanan dapat dihitung dari komposisinya: 1 gm lemak
memberikan 37 kj (9 Kal), 1 gm alkohol 29 kj (7 Kal), 1 gm protein 17 kj (4 kal) dan 1
gm karbohidrat 16 kj (4 kal).
Kebutuhan seseorang akan energi tergantung pada basal metabolic rate (BMR) dan
kegiatannya. BMR dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, suhu lingkungan, penyakit, dan
komposisi tubuh. Setiap kelebihan energi yang tidak diperlukan untuk metabolisme akan
diubah menjadi lemak dan disimpan dalam jaringan adiposa.
Enegi dapat diartikan sebagai daya atau kemampuan bekerja. Perwujudnnya terjadi
melalui berbagai cara seperti energi panas, energi listrik, energi cahaya atau pun energi
mekanis.

3
Energi tidak pernah rusak tetapi berubah dari bentuk yang satu ke bentuk lainnya.
Sebagai contoh, energi dari air terjun dapat diubah menjadi arus listrik yang kemudian
menampakkan diri sebagai cahaya atau panas, atau dapat dipakai untuk menggerakkan
mesin.

2.2 Energi pada Makanan


Sumber energi berkonsentrasi bahan makanan sumber lemak, misalnya lemak dan
minyak, kacang-kacangan dan biji-bijian dapat digunakan sebagai bahan pangan sumber
energi. Bahan kaya karbohidrat seperti padi-padian, umbi-umbian, dan gula murni maupun
produknya juga digunakan sebagai sumber energi. Daftar bahan makanan sumber energi
yang umum digunakan di Indonesia secara lengkap dapat dilihat pada Daftar Komposisi
Makanan yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan (1979).
Energi potensial yang terkandung dalam makanan dapat diukur menggunakan
kalorimeter bom, yang membakar makanan dengan bantuan oksigen untuk menghasilkan
energi. Nilai yang diperoleh adalah energi kotor. Akan tetapi, pemecahan makanan di
dalam tubuh, selama proses pencernaan, absorpsi, dan metabolisme, tidak begitu efisien,
sehingga jumlah energi yang tersedia pada tingkat biokimiawi kurang dari jumlah yang
didapat melalui pembakaran. Energi biokimiawi ini disebut energi yang dapat
dimetabolisme, yang menyatakan jumlah energi dalam setiap makanan yang benar-benar
tersedia bagi jaringan.
Jumlah energi yang dimetabolisme dari setiap makronutrien diketahui dari penelitian
secara cermat, dan nilai yang didapat (dikenal sebagai prinsip proksimat atau faktor
konversi energi) digunakan dalam perhitungan kandungan energi dalam makanan, seperti
yang dijumpai dalam daftar komposisi bahan makanan.
Aktivitas metabolik pada tingkat selular, jaringan, dan organ, yang sebagian
besar berlangsung di luar kesadaran kita dan terus berlangsung sepanjang hidup;
Aktivitas sadar yang dilakukan sebagai bagian dari aktivitas fisik, dan
meemrlukan energi dalam jumlah yang berbeda-beda, tergantung dari usaha
yang diperlukan;
Pertumbuhan, dalam tahun-tahun awal kehidupan, pada masa remaja, dan selam
masa kehamilan.

4
Semua energi yang diperlukan tubuh harus disuplai melalui asupan makanan.
Makronutrien dalam makanan dan minuman (karbohidrat, lemak, dan protein), bersama
dengan alkohol, menghasilkan energi ketika dipecah. Mineral dan vitamin dalam makana
tidak menghasilkan energi, meskipun beberapa diantaranya bersifat esensial dalam proses
biokimiawi yang menghasilkan energi.
Dalam perhitungan nilai energi, dibuat berbagai asumsi tentang efisiensi pencernaan
dan absorpsi, yang mungkin tidak berlaku untuk penyakit yang meliputi diare atau sindrom
melabsorpsi, atau jika diet mengandung banyak bahan yang tidak terabsorpsi, seperti
polisakarida nonpati, atau jika laktasif digunakan.
Fungsi berbagai nutrien tidak mungkin dipilahkan secara kaku karena fungsi-funngsi
tersebut kerapkali saling tumpang-tindih.
Hidratarang (karbohidrat) dipecah oleh tubuh untuk menghasilkan panas dan energi.
Protein (zat putih telur) menyediakan bahan untuk pembentukan perbaikan jaringan.
Protein dapat pula dipecah untuk menghasilkan energi.
Lemak dipakai untuk panas dan energi; sebagian di antaranya digunakan untuk ikut
membangun jaringan tubuh.
Air memeberikan media cair yang diperlukan bagi semua proses metabolisme. Air juga
dibutuhkan untuk proses ekskresi produk limbah dan memainkan peran penting di
dalam pengaturan suhu.
Mineral dan vitamin sangat penting dalam pengaturan berbagai proses tubuh. Mineral
turut membangun beberapa jaringan tubuh.

Nilai Energi Nutrien


Nilai energi yang digunakan di Inggris ialah;
Karbohidrat (sebagai monosakarida): 3,75 kkal/g (=16 kJ/g)
Lemak : 9 kkal/g (=37 kJ/g)
Protein : 4 kkal/g (=17 kJ/g)
Alkohol : 7 kkal/g (=29 kJ/g)

5
Kontribusi kelompok-kelompok makanan asupan energi
Kesulitan dalam memperoleh informasi akurat tentang asupan energi dari masing-
masing individu yaitu:
Informasi yang diperoleh dari survei pangan rumah tangga di Inggris memeberikan
gambaran umum tentang kontributor utama terhadap asupan energi dalam suatu populasi;
hal ini menyatakan bahwa :
Serealia dan produk olahannya merupakan penyedia energi utama, seperti halnya
pada hampir semua negara di dunia.
Sejumlah kelompok makanan lain menyediakan jumlah energi yang hampir sama,
relatif terhadap asupan keseluruhan.
Sebagian besar energi yang dikonsumsi (sekitar 80%) disuplai oleh makanan yang
mengandung berbagai macam nutrien; namun demikian, 10% berasal dari makanan
yang hanya mengandung lemak dan 10% berasal dari makanan yang hanya
mengandung karbohidrat. Kedua jenis makanan ini harus dikurangi jika pedoman
pola makan sehat benar-benar diikuti.

2.3 Pengertian Energi Basal Metabolisme


Dikemukakan bahwa energi minimal yang digunakan untuk menjalankan proses kerja
tubuh atau dapat pula dikatakan energi minimal yang diperlukan untuk mempertahankan
proses-proses hidup yang utama disebut; energi basal metabolisme.apabila energi itu
dinyatakan persatuan permukaan badan disebut Nilai Dasar Metabolik (Basal Metabolic
Rate/BMR).
Proses kerja tubuh yang merupakan proses hidup utama atau yang pokok yaitu meliputi
pekerjaan yang secara terus-menerus (tiada henti-hentinya) dari organ-organ dalam tubuh,
yang aktif menjalankan proses hidup bersamaan dengan gerakan sel-sel dan jaringan-
jaringan dalam tubuh. Dalam hal ini tenaga atau energi yang minimal itu ternyata sebagian
digunakan organ-organ tubuh untuk melangsungkan gerakan/kegiatannya, seperti gerakan
mendenyutkan jantung yang teratur dan secara terus-menerus, gerakan
mengembangkempiskan paru-paru, gerakan secara peristaltik makanan dalam usus,
aktivitas memfungsikan hati, ginjal, dan kelenjar-kelenjar sebagaiman mestinya,dan lain
sebagainya. Sebagian lagi tenaga atau energi yang merupakan bagian yang lebih besar

6
digunakan untuk melakukan proses oksidasi dalam jaringan untuk mempertahankan tonus
otot. Jadi, proses hidup utama atau yang pokok (yang memerlukan energi minimal) secara
garis besarnya akan meliputi kerja-kerja:
a. Untuk mempertahamkan tonus otot;
b. Untuk mempertahankan sistem sirkulasi;
c. Untuk mengaktifkan sistem pernafasan;
d. Memfungsikan kelenjar-kelenjar serta aktivitas selular.

Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Energi Basal Metabolisme


Energi basal metabolisme atau energi minimal yang diperlukan untuk mempertahankan
proses-prose hidup utama yang pokok itu ternyata dalam kemanfaatannya untuk
melakukan gerakan-gerakan tadi selalu dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :
a. Faktor jaringan aktif di dalam tubuh
b. Besar dan luas bidang permukaan tubuh
c. Komposisi tubuh
d. Jenis kelamin
e. Usia
f. Sekresi hormon
g. Tonus pada waktu tidur
h. Tonus otot
i. Kondisi emosional dan mental
j. Gerakan tubuh yang berat
k. Kehamilan
l. Kondisi tubuh yang tidak sehat

2.4 Pengukuran Energi Basal Metabolisme


Badan Pangan dan Pertanian PBB (FAO) dan Badan Kesehatan Dunia PBB (WHO)
dalam terbitannya yang berjudul energi dan Protein Reqruirements (Genewa, 1973) telah
menyusun pedoman untuk mengukur atau menentukan kecukupan energi bagi orang
dewasa, yaitu dengan mengemukakan standar kecukupan energi bagi orang laki-laki

7
dewasa (Reference Man) dan standar kecukupan energi bagi wanita dewasa (Reference
woman).

Yang dimaksud dengan Reference Man yaitu laki-laki dewasa berumur 20 sampai 39
tahun, berat tubuhnya sekitar 65 kg, , berkemampuan melakukan pekerjaan berat. Pada
hari-hari kerja yang bersangkutan melakukan pekerjaan yang sedang selama 8 jam, pada
waktu tidak bekerja digunakannya untuk duduk-duduk atau berjalan-jalan di sekitar
lingkungan tempat tinggalnya selama 4 sampai 6 jam, melakukan jalan kaki selama 2 jam,
menangani pekerjaan rumah tangga, rekreasi aktif, dan waktu untuk tidur selama 8 jam.
Laki-laki dewasa dengan batasan-batasan di atas menggunakan energi setiap harinya
sejumlah 3.000 kalori yang dianggap sebagai jumlah kecukupan energi baku (standar).

Yang dimaksud dengan Reference woman , yaitu wanita dewasa berumur sekitar 20
sampai 39 tahun, berat tubuhnya sekitar 55 kg. Setiap harinya yang bersangkutan
melakukan pekerjaan yang sedang atau ringan selama 8 jam meliputi pekerjaan rumah
tangga dan pekerjaan-pekerjaan lainnya. Waktu untuk tidur disediakannya selama 8 jam,
waktu untuk duduk-duduk, berjalan-jalan di sekitar rumah digunakan sekitar 4 sampai 6
jam. Wanita dewasa dengan batasan-batasan tersebut menggunakan energi sejumlah 2.200
kalori setiap harinya yang dianggap sebagai jumlah kecukupan energi baku (standar).

Mengenai angka atau jumlah kecukupan energi baku bagi laki-laki dan wanita dewasa
Indonesia menurut hasil penyesuaian dan pertimbangan dengan situasi dan kondisi di
Indonesia terhadap patokan/batasan yang dikemukakan FAO/WHO, oleh para pakar kita
dalam Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi yang diselengggarakan di Bogor (Juli,
1978), adalah sebagai berikut:

a. Reference Man, berumur antara 20 sampai 39 tahun, berat tubuhnya sekitar 55 kg,
melakukan pekerjaan atau kegiatan-kegiatan yang sedang, setiap harinya
menggunakan energi 2530 kalori, angka atau jumlah ini dianggap mencukupi
kebutuhan energi yang baku (standar).
b. Reference woman, berumur sekitar 20 sampai 39 tahun, berat tubuhnya sekitar 47
kg, melakukan pekerjaan atau kegiatan-kegiatan yang sedang, setiap harinya

8
menggunakan energi 1880 kalori, angka atau jumlah ini dianggap mencukupi
kebutuhan energi yang baku (standar).

Menurut Suhardjo (1988) dalam Neraca Bahan Makanan, untuk penyesuaian jenis
kegiatan yang tidak termasuk kategori sedang yangdigunakan dalam perhitungan
kecukupan energi, perlu dilakukan koreksi sebagi berikut:

a) Untuk kegiatan ringan dikalikan 0,90;


b) Untuk kegiatan berat dikalikan 1,17;
c) Untuk kegiatan sangat berat dikalikan 1,34.

Bagi wanita hamil dan menyusui untuk kebutuhan tambahan perlu dipertimbangkan
berat badan serta fase-fase kehamilan dan menyusui, dianjurkan tambahan per hari rata-
rata 300 kalori untuk wanita hamil dan 470 kalori untuk wanita menyusui.

Dengan adanya energi baku (standar energi) bagi reference man dan reference woman
Indonesia, maka pengukuran/penentuan energi yang digunakan seseorang dewasa yang
berumur antara 20 sampai 39 tahun dapat dilakukan dengan cara langsung dan cara tidak
langsung dengan berpedoman pada standar energi tersebut. Standar energi yang digunakan
seorang laki-laki atau wanita menurut penggolongan umur lainnya adalah sebagi berikut:

9
Tabel 2.4.1

Kecukupan Energi Baku bagi Orang Indonesia

(Berdasarkan Komisi Ahli FAO/WHO 1973)

Jenis Kelamin Golongan/umur Berat Tubuh (Kg) Energi yang


(tahun) digunakan (Kalori)
Laki-laki 0,5-1 8,0 900
1-3 11,5 1160
4-6 16,5 1450
7-9 23,0 1790
10-12 30,0 2130
13-15 40,0 2280
16-19 53,0 2600
20-39 55,0 2530
40-50 55,0 2470
>60 55,0 2020

Wanita 10-12 32,0 1980


13-15 42,0 2100
16-19 45,0 1940
20-39 47,0 1880
40-59 47,0 1740
>60 47,0 1500

1. Pengukuran Langsung
Cara mengukur langsung menggunakan kalorimeter. Subjek yang akan diukur
memenuhi persyaratan yang ditentukan, selanjutnya sebyek masuk ke dalam
ruangan dikenal ruang Atwater. Panas yang dihasilkan oleh tubuh tubuh orang

10
tersebut ditangkap oleh air yang telah diketahui jumlahnya yang berada dalam pipa
saluran melingkar sekeliling dinding ruang yang diisolasi rapat. Kenaikan suhu
dapat diukur secara teliti.

2. Pengukuran Tidak Langsung


Terdapat berbagai cara pengukuran AMB tidak langsung yaitu a) menggunakan
kalorimetri tidak langsung, b) cara Benedict Roth, c) dengan Double Bag, d) dengan
Oxiolg.
a. Menggunakan Kalorimetri Tidak Langsung
Alat dilengkapi dengan pengukuran gas oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2)
dari hasil respirasi subjek yang diukur. Banyaknya energi yang dihasilkan pada
prose oksidasi diukur menggunakan data jumlah oksigen yang tercatat. Dengan
alat tersebut juga dapat ditentukan rasio jumlah CO2 yang diproduksi
dibandingkan O2 yang dikonsumsi. Rasio tersebut disebut Respiratory Qoutient
(RQ). Pada proses pernapasan, secara empiris dapat ditentukan korelasi RQ
dengan energi yang dihasilkan.
b. Benedict Roth, diukur volume O2 sebelum dan sesudah tes dilakukan selama
enam menit.
c. Douglas Bag mengukur AMB dalam berbagai aktivitas fisik.
d. Oxilog dengan komponen elektronik, hasil dapat dibaca pada tampilan digital
setiap empat menit.

2.5 Cara Menghitung Energi Basal Metabolisme


Beberapa hasil penelitian mengenai energi ini menunjukkan bahwa pada golongan
mereka yang digolongkan dewasa umumnya energi basal metabolisme menningkat secara
proporsional dengan luas permukaan badan. Menurut suhardjo dan Clara M. Kusharto
(1988) beberapa pakar seperti dikemukakan berikut telah berhasil mengemukakan hasil-
hasil penelitiannya yang menjelaskan kepada kita tentang senergi metabolisme seseorang,
antara lain :

11
a. Aub dan Du Bois (1916) dengan menggunakan menghitung luas permukaan
tubuh, sebagai berikut:

A = W0,425 x H0,725X 71,84

Dimana : A= Luas permukaan badan (cm2),

H= Tinggi badan seseorang (cm),

W= Berat badan seseorang (kg),

Telah berhasil mengemukakan sebuah tabel yang memuat data-data tentang luas
permukaan badan untuk berbagai tinggi dan berat badan orang dewasa (tabel
2.5.1)sehingga dapat dikemukakan pula suatu tabel yang memuat hasil-hasil penelitiannya
mengenai besarnya energi basal metabolisme per satuan luas dan waktu yang
dihubungkannya dengan umur orang yang digolongkan dewasa dan jenis kelaminnya (tabel
2.5.2).

Tabel 2.5.1

Luas Permukaan Badan (M2) untuk Berbagai Tinggi (Cm) dan Berat Badan (Kg)

Tinggi Berat
Badan Badan
(km) (Kg)
35 40 45 50 55 60 65 70 75 80
180 - 1,49 1,57 1,64 1,71 1,77 1,83 1,89 1,95 1,00
175 1,36 1,46 1,53 1,60 1,67 1,73 1,79 1,85 1,94 1,96
170 1,34 1,43 1,50 1,57 1,63 1,69 1,75 1,81 1,86 1,91
165 1,31 1,40 1,47 1,54 1,60 1,66 1,72 1,78 1,83 1,88
160 1,29 1,37 1,44 1,50 1,56 1,62 1,68 1,73 1,78 1,83
155 1,26 1,33 1,40 1,46 1,52 1,58 1,64 1,69 1,74 1,79
150 1,23 1,30 1,36 1,42 1,48 1,54 1,60 1,65 1,70 1,75
145 1,20 1,27 1,33 1,39 1,45 1,51 1,56 1,61 1,66 1,71

12
140 1,17 1,24 1,30 1,36 1,42 1,47 1,52 1,57 - -

Tabel 2.5.2

Energi Basal Metabolisme (Kalori Per M2 Luas Permukaan Badan Per Jam)

Umur (Tahun) Laki-laki Wanita


14-16 46,0 43,0
16-18 43,0 40,0
18-20 41,0 38,0
20-30 39,5 37,0
30-40 39,5 36,5
40-50 38,5 36,0
50-60 37,5 35,0
60-70 36,5 34,0
70-80 36,5 33,0

Angka-angka energi basal metabolisme tersebut diatas menurut penelitian-penelitian


yang dilakukan kemudian, ternyata laki-laki dan wanita secara berturut-turut dinilai
ketinggian sekitar 4-5% dan 7-8%.

b. Harris dan Benedict, mengemukakan cara perhitungan besarnya energi basal


metabolisme seorang laki-laki dan wanita yang tergolong dewasa berdasarkan
rumus-rumus sebagai berikut:

H = 66,473 + 13.752 W + 5.003 S 6.755 A........bagi laki-laki


H = 65.5096 + 9.563 W + 1. 850 S 4.676 A.......bagi wanita

Dimana untuk kedua rumus diatas :


H = produksi panas dalam 24 jam (kalori)]
W = berat badan (kg)
S = tinggi badan (cm)

13
A = umur (tahun)

c. Dreyer, yang juga melakukan kegiatan penelitian untuk mengetahui besarnya


energi basal metabolisme berhasil menemukan cara-cara perhitungannya yang
mendekati, dengan mengemukakan rumus-rumus sebagai berikut:


C = 0,1333 ...............................................................................bagi laki-laki


C= ................................................................................bagi wanita
0,1333

Dimana untuk kedua rumus diatas :


C = energi basal selama 24 jam (kalori)
W = berat badan (gram)
A = umur (tahun)

d. Taylor dan Mc Leod (1956), khusus melakukan penelitian mengenai energi basal
metabolisme pada golongan anak-anak, mengingat pengaruhnya terhadap
kelincahan, daya pikir dan kreativitas, gerak kegiatan anak-anak dalam
pertumbuhan dan perkembangan anak-anak.

Berbagai cara telah ditemukan untuk menaksir AMB dengan pergitungan. Dari kedua
cara tersebut, baik langsung maupun tidak langsung berdasar beberapa penelitian terdapat
perbedaan kurang lebih 10 persen dari cara perhitungan. Secara ringkas perhitungan
tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.

Tabel 2.5.3

Faktor Menurut Aktivitas dan Jenis Kelamin

Jenis kelamin Aktivitas


Kurang Aktif Agak aktif Aktif
Laki laki 14 17 20
Perempuan 12 15 18

14
1. Metode Faktorial (AMB + Aktivitas + Efek Makanan)
Cara menghitung AMB dari empat model yang ada adalah :
a. Berdasarkan berat badan (ukuran normal)
AMB = BB (kg) x 1,0 x 24 kkal (Laki-laki) atau
AMB = BB (kg) x 0,9 x 24 kkal (perempuan)

b. Rumus Harris Benedict (REE) berlaku untuk pria usia lebih dari 10 tahun dan
semua umur wanita
AMB (L) = 66,5 + {13,5 x BB (kg)} + {5,0 x TB (cm)} (6,75 x umur (th)}
AMB (P) = 65,1 + {9,56 x BB (kg)} + {1,85x TB (cm) (4,68 x umur (th)}

c. Menggunakan body metabolic size/fad freebody size/biologic body weight AMB


= 70 X BB (kg)0,7

d. FAO/WHO/UNU

AMB berbeda menurut kelompok umur dan jenis kelamin, secara lengkap dapat dilihat
pada tabel 2.5.4.
Langkah dalam menghitung kebutuhan energi total secara bertahap sebagai berikut :
a. Menghitung Angka Metabolisme Basal
b. Menghitung semua kebutuhan energi untuk semua aktivitas yang dilakukan
selama 24 jam (masing-masing energi untuk berbagai jenis aktivitas dan
jenis kelamin selengkapnya dapat dilihat di Intruductory Nutritiom [Guthrie,
1989] halaman 178).

Tabel 2.5.1

AMB Berdasar Berat Badan menurut FAO/WHO/UNU


Usia Laki-laki Perempuan
0-3 60,9 W-54 61,0 W 51
3-10 22,7 W + 495 22,5 W +499
10-18 17,5 W + 651 12,2 W + 746

15
18-30 15,3 W + 679 14,7 W + 496
30-60 11,6 W + 879 8,7 W + 829
>60 13,5 W + 487 10,5 W + 596
Sumber : FAO/WHO/UNU dalam Guthrie, H.A (1989)
W = berat badan

1. Melihat Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (RDA/Recommended Dietary


Allowances)
Di Indonesia Angka Kecukupan Energi dan Zat Gizi dapat dilihat pada hasil Widya
Karya Nasional terakhir VII (2004).

2. Metode WHO/FAO/UNU (1985)


Total energi yang diperlukan dihitung dari REE (Resting Energy Expenditure) dikalikan
dengan faktor yang dibedakan menurut aktivitas dan jenis kelamin. REE selain
menunjukkan jumlah energi yang digunakan untuk mempertahankan proses tubuh yang
vital (AMB) juga memasukkan sejumlah energi untuk aktivitas ringan serta energi yang
diperlukan untuk mencerna makanan. Biasanya REE diasumsikan 10 persen lebih besar
saripada metabolisme basal. Faktor yang digunakan dapat dilihat pada tabel 2.5.5.

TE = REE (Haris Benedict) x faktor

Rule of Thumb, cara cepat untuk menghitung energi total orang yang mempunyai berat
badan relatif normal dengan berbagai aktivitas menurut jenis kelamin (Tabel 2.5.5).
Cara menghitung energi :

Total (ET kkal) = BB (lb) x faktor (tabel 7)

16
Tabel 2.5.2

Faktor menurut Jenis Kelamin dan Aktivitas

Jenis kel Aktivitas Keterangan


SR R M B SB SR; sangat ringan,
B; berat, R; ringan,
Laki-laki 1,3 1,6 1,7 2,1 2,4 SB; sangat berat,
Perempuan 1,3 1,5 1,6 1,9 2,2 M; moderat

3. Menggunakan Canadian Dietary Standard


Standar hanya berlaku untuk kelompok usia diatas 13 tahun dan dibedakan menurut
jenis kelamin seperti pada tabel 2.5.6.

Tabel 2.5.3

Kebutuhan kalori menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin


Umur (th) L(kkal/kg P(kkal/kg Umur (th) L(kkal/kg P(kkal/kg
BB) BB) BB) BB)
13-15 57 46 25-49 36 32
16-18 51 40 50-74 31 29
19-24 42 36 >75 29 23
25-49 36 32

2.6 Kebutuhan Energi Total


Untuk melaksanakan berbagai kegiatan sehari-hari seperti berjalan, naik turun tangga,
kerja rumahtangga, kerja di pabrik atau bentuk kegiatan apa pun, diperlukan energi yang
lebih banyak daripada energi yang diperlukan bagi metabolisme basal. Kebutuhan energi
total (total energy) requirement) untuk banyak kegiatan diukur melalui kalorimetri tak
langsung. Sebenarnya klasifikasi tersebut masih kurang tepat; sebagai contoh, jumlah
energi yang dipakai untuk berdayung, bermain bola atau pun berkebun semuanya sangat
bergantung kepada kondisi lingkungannya.

17
Berdasarkan pengalaman, seorang wanita aktif dengan ukuran tubuh rata-rata akan
memerlukan energi sebanyak ini:

Tidur selama 8 jam (480 menit)


metabolisme basal 480 X 3.8 = 1824 kj (430 Kal)
Kerja yang amat ringan 12 jam
(720 menit)6.3 kj per menit 720 X 6.3 = 4536 kj (1080 Kal)
1
Kerja ringan 3 2 jam (210 menit)

10.5 kj per menit 210 X 10.5 = 2205 kj (520 Kal)


1
Kerja cukupan 2 jam (30 menit) 30 X 25.2 = 756 kj (180 Kal)

Total = 9321 kj (2220 Kal)

= (9.3 MJ)

Kecukupan energi yang dianjurkan dalam Widya Karya Nasional pangan dan Gizi,
LIPI, Matret 1979. Perkiraan seperti diatas disusun sebagai pedoman untuk usaha boga
(catering) bagi sejumlah besar orang dan tidak boleh diterapkan secara kaku bagi
kebutuhan perorangan. Di antara mereka yang melakukan kegiatan serupa pun terdapat
keragaman yang luas pada kebutuhan energinya, dan penyimpangan yang cukup banyak
dari perkiraan di atas ternyata masih meemberikan kesehatan yang baik. Masukan energi
yang diperlukan untuk mempertahankan berat badan normal pada seseorang merupakan
pedoman terbaik sehubungan dengan kecukupan energi seseorang.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Energi

Sebagaimana terlihat diatas, kebutuhan basal dipengaruhi oleh ukuran badan seseorang
sehingga kebutuhan energi basal laki-laki akan lebih besar daripada kebutuhan wanita, dan
kebutuhan energi total bergantung kepada derajat kegiatan otot. Berbagai faktor lainnya
tetap harus dipertimbangkan.

18
Tabel 2.6.1

Perkiraan Pengeluaran Energi Per Menit yang Berhubungan dengan Pekerjaan

Kerja amat Kerja ringan 10- Kerja cukupan Kerja berat 30- Sangat berat 40-
ringan, kurang 20 kj (2.4 - 48 20-30 kj (4.8- 40 kj (7.1 9.5 50 kj (9.5 119
dari 10 kj (24 Kal) 71 Kal) Kal) Kal)
Kal)
Misalnya Misalnya Misalnya Misalnya Misalnya
Menyapu, Merapikan Bersepeda, Menggali tanah Bertinju,
Merajang ranjang, Menari, dengan cangkul Bekerja dengan
sayuran, Membersihkan Berkebun, / pacul dan kapak, 35
Mengetik, jendela dengan Berbelanja sekop, ayunan per
Mengemudikan bawaan yang dengan Membelah menit.
kendaraan ringan, bawaan yang kayu,
bermotor. Mengelas, berat, Berdayung,
Mencuci piring Mengebar. bermain Sepak
di kantin. bola.

1. Usia. BMR pada anak-anak lebih tinggi per satuan luas permukaan tubuh dibandingkan
orang dewasa. BMR lebih rendah pada usia lanjut.
2. Suhu Lingkungan. Metabolisme meningkat pada cuaca dingin karena harus meningkatkan
produksi panas untuk membantu mempertahankan suhu tubuh. BMR pada orang-orang
yang tinggal di daerah beriklim dingin akan lebih tinggi daripada mereka yang hidup di
daerah tropis.
3. Penyakit. Pada keadaan demam, laju metabolisme (BMR) akan meningkat sebesar
kurang-lebih delapan persen untuk setiap kenaikan suhu 0.50C. Beberapa penyakit
endokrin tertentu juga memengaruhi BMR, misalnya hipertiroidisme yang menaikkan
BMR dan hipotiroidisme yang menurunkannya.
4. Kehamilan. BMR meningkat pada saat hamil dan menyusui.

19
5. Masukan energi. Pada keadaan kurang gizi (undernutrisi) yang berlangsung lama, tubuh
akan mengadakan kompensasi untuk penyesuaian dengan masukan energi yang tidak
memadai dengan cara mengurangi laju metabolisme (BMR).

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Energi diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan kerja. Satuan besaran energi
adalah kilokalori (pada umumnya disebut kalori saja). Energi tidak pernah rusak tetapi
berubah dari bentuk yang satu ke bentuk lainnya.

Energi dibutuhkan hidup pokok dan dihasilkan dengan oksidasi dari makronutrien
seperti karbohidrat, lemak, dan sebagian kecil dari protein. Kepadatan energi dalama
makanan bervariasi dari 37 kJ/g dari lemak murni. Laju energi ekspenditur diukur
berdasarkan oksigen yang dapat digunakan. Komponen energi ekspenditur terbesar adalah
energi dari basal metabolisme ditambah dengan energi yang dibuang selama melakukan
aktivitas fisik atau beraktivitas.

Kebutuhan energi dapat diprediksikan melalui ekuivalen perkiraan dari basal


metabolisme plus kebutuhan untuk aktivitas. Keseimbangan energi merupakan kontrol
umpan balik yang diatur oleh rasa lapar, kontrol lemak tubuh melalui sel media lemak
seperti leptin. Leptin adalah hormon yang diproduksi oleh sel lemak.

Kebutuhan energi total (total energy requirement) untuk banyak kegiatan diukur melalui
kalorimetri tak langsung. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan energi yaitu usia,
suhu lingkungan, penyakit, kehamilan, dan masukan energi.

3.2 Saran
Setelah mempelajari mengenai energi kiranya kita dapat memanfaatkan semaksimal
mungkin makalah ini sehingga dapat mengerti dan memahami kebutuhan energi dari tubuh
kita masing-masing dan sesuai dengan takaran yang sesuai dan tercukupi berdasarkan
AKG. Penulis berharap kepada penulis berikutnya dapat membahas lebih lanjut mengenai
energi ini. Oleh sebab itu, penulis menerima kritik dan saran untuk memperbaiki dan
melengkapi kekurangan yang terdapat dalam makalah ini.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Kartasapoetra, G dan Marsetyo. 2010. Ilmu Gizi Korelasi Gizi, Kesehatan, dan
Produktivitas Kerja. Jakarta : Rineka Cipta.
2. Supariasa, I Dewa Nyoman, Bachyar Bakri, dan Ibnu Fajar. 2002. Penilaian Status Gizi.
Jakarta : EGC.
3. Irianto, Djoko Pekik. 2007. Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan.
Yogyakarta : CV. ANDI OFFSET.
4. Beck, Mary E. 2000. Ilmu Gizi dan Diet Hubungannya dengan Penyakit-penyakit untuk
Perawat dan Dokter. Yogyakarta : CV. ANDI OFFSET.
5. Barasi, Mary E. 2007. At a Glance Ilmu Gizi. Erlangga.
6. Departemen Gizi dan kesehatan Masyarakat. 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta : PT.RAJAGRAFINDO PERSADA.

Kartasapoetra, G dan Marsetyo. Ilmu Gizi Korelasi Gizi, Kesehatan, dan Produktivitas
Kerja. Jakarta : Rineka Cipta; 2010.
Supariasa, I Dewa Nyoman, Bachyar Bakri, dan Ibnu Fajar. Penilaian Status Gizi. Jakarta
: EGC; 2002.
Irianto, Djoko Pekik. Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan. Yogyakarta :
CV. ANDI OFFSET; 2007.
Beck, Mary E. Gizi dan Diet Hubungannya dengan Penyakit-penyakit untuk Perawat
dan Dokter. Yogyakarta : CV. ANDI OFFSET; 2000.
Barasi, Mary E. At a Glance Ilmu Gizi. Erlangga; 2007.
Departemen Gizi dan kesehatan Masyarakat. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta :
PT.RAJAGRAFINDO PERSADA; 2007.

22

Anda mungkin juga menyukai