Anda di halaman 1dari 19

“HASIL RISET PENGUKURAN LEMAK ATLET”

MATA KULIAH : ILMU GIZI OLAHRAGA

Disusun oleh:
NAZWAN AZMI
REALDI RAMADHAN DAULAY
SYAHPRICAP SILALAHI
KEVIN SIRINGORINGO

PENDIDIKAN JASMANI, KESEHATAN DAN REKREASI


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamuallaikum Wr.. Wb..

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-nya yang
mana masih memberikan kesehatan dan kesempatan, untuk menyelesaikan tugas ini sebagai
memenuhi tugas kopetensi mata kuliah ILMU GIZI OLARAGA. Penulisan ini saya sajikan
secara ringkas dengan sederhana sesuai kemampuan yang dimiliki.

Jika Dalam penyusunan tugas ini banyak kesalahan dan kekurangan ,oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang membaca tulisan saya ini di harapkan dapat
membangun dan menciptakan kesempurnaan tugas lain di kedepan hari. Dalam kesempatan
ini penulis mengucapkan terimkasi kepada pihak-pihak yang telah ikut serta dalam membantu
dan khususnya saya ucapkan terimakasi kepada Bapak Dr. SURYADI DAMANIK, M.Kes.
selaku dosen pengampu mata kuliah ILMU GIZI OLAHRAGA karena telah memberikan
bimbingan kepada saya untuk menyelesaian tugas ini hingga selesai.

Medan, November 2023.

( Kelompok 6)
DAFTAR ISI

PERNYATAAN PELATIH..............................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................
1.1Latar Belakang...............................................................................................
1.2Tujuan dan Manfaat.......................................................................................
BAB II. KERANGKA PEMIKIRAN..............................................................
2.1 Kajian Teori...................................................................................................
2.2 Peranan Status Gizi dalam Pembinaan Prestasi.............................................
2.3 Teknik Pengukuran Status Gizi.....................................................................
BAB III. METODE PELAKSANAAN............................................................
3.1Tempat Dan Waktu Penelitian.......................................................................
3.2Subjek penelitian............................................................................................
3.3Teknik Pengumpulan Data.............................................................................
3.4Teknik Analisis Data......................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................
4.1Hasil Pengukuran...........................................................................................
4.2 Pembahasan...................................................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................
5.1Kesimpulan....................................................................................................
5.2Saran...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
LAMPIRAN.......................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Prestasi olahraga yang tinggi perlu terus menerus dipertahankan dan ditingkatkan.
Salah satu faktor untuk mewujudkannya adalah melalui asupan gizi seimbang, yaitu energi
yang dikeluarkan untuk olahraga harus seimbang dengan energi yang masuk dalam tubuh
melalui makanan. Makanan untuk seorang atlet harus mengandung zat gizi yang sesuai
dengan kebutuhan yang digunakan untuk kebutuhan aktifitas fisik sehari-hari dan olahraga.
Makanan harus mengandung zat gizi penghasil energi yang jumlahnya tertentu. Selain itu
makanan juga harus mampu mengganti zal gizi dalam tubuh yang berkurang akibat
digunakan untuk aktifitas olahraga.

Zat gizi dibutuhkan untuk memperbaiki atau mengganti sel tubuh yang rusak. Banyak
pelatih atau atlet yang menganggap bahwa asupan zat gizi pada atlet sama saja dengan yang
bukan atlet. Kenyataannya tidak demikian, asupan zat gizi pada atlet disiapkan berdasarkan
pengetahuan tentang dominasi energi yang akan digunakan, peran sumber zat gizi tertentu
pada proses penyediaan energi. Pengaturan makanan terhadap seorang atlet harus individual.
Pemberian makanan harus memperhatikan jenis kelamin atlet, umur, berat badan, serta jenis
olahraga. Selain itu pemberian makanan juga harus memperhatikan periodisasi latihan, masa
kompetisi, dan masa pemulihan.

Olahraga merupakan salah satu aktivitas fisik yang sangat membutuhkan energi tinggi
dan dapat disetarakan dengan kebutuhan energi/kalori atlet sangat berat. Biasanya olahraga
dilakukan waktu yang relative lama, intensitas yang sangat tinggi, gerakan yang dilakukan
adalah gerakan yang eksplosiv dan berlangsung secara terus-menerus. Gerak yang terjadi
pada olahraga karena adanya kontraksi otot.

Asupan Gizi yang tepat merupakan dasar utama bagi penampilan prima seorang
olahrgawan atau atlet. Selain itu asupan gizi ini dibutuhkan pula pada kerja biologis tubuh,
untuk penyediaan energi tubuh pada saat seorang olahragawan melakukan berbagai aktivitas
fisik, misalnya pada saat latihan (training), bertanding dan saat pemulihan, baik setelah
latihan maupun setelah bertanding. asupan gizi juga dibutuhkan untuk memperbaiki atau
mengganti sel tubuh yang rusak. Banyak pelatih atau atlet yang menganggap bahwa asupan
gizi pada atlet sama saja dengan yang bukan atlet. Kenyataannya tidak demikian, asupan gizi
pada olahragawan atau atlet disiapkan berdasarkan pengetahuan tentang dominasi energi
yang akan digunakan, peran sumber asupan gizi tertentu pada proses penyediaan energi.
Dalam hal ini termasuk pula tentang pemberian suplemen dan usaha khusus berupa
modifikasi yang dilakukan terhadap asupan gizi pada waktu tertentu, dalam upaya
meningkatkan kinerja atlet.

Praktek gizi yang baik adalah salah satu dari banyak perilaku penting yang dapat
mengakibatkan performance olahraga yang sukses (American Dietetic Association et al.,
2009). Sementara tuntutan fisiologis tertentu dapat bervariasi antara olahraga (misalnya,
frekuensi permainan, panjang musim, posisi-spesifik persyaratan), dengan intensitas tinggi
antar spersed dengan periode aktivitas intensitas rendah atau waktu istirahat. Berdasarkan
pola ini, sebagian besar atlet tim olahraga menggunakan kombinasi anaerobik dan energi
aerobik sistematis, baik yang mengandalkan karbohidrat sebagai sumber bahan bakar utama
(Holway & Spriet, 2011). Untuk tujuan ini, para ahli gizi olahraga menyarankan agar atlet
tim olahraga yang berpartisipasi dalam pelatihan intensitas tinggi intermiten atau kompetisi
untuk ≥ 1 jam menelan 30-60 g karbohidrat setiap jam latihan (American Dietetic
Association et al, 2009;. Burke et al ., 2011; Holway & Spriet, 2011) untuk menyediakan
bahan bakar untuk otot dan sistem saraf pusat (Burke et al, 2011). Selain itu, makan sebelum
latihan atau pertandingan mengisi ulang cadangan glikogen hati, terutama jika latihan atau
kompetisi di pagi hari. Dengan demikian, maka dianjurkan untuk makan 1-4 jam sebelum
latihan dan mengandung 1-4 g karbohidrat / kg (Burke et al., 2011)

Cara pengukuran status gizi yang sering dilakukan pada masyarakat yaitu
antropometri. Dimana menurut Supariasa (2002) antropometri adalah salah satu metode yang
dapat dipakai secara universal, tidak mahal, dan metode yang non invasif untuk mengukur
ukuran, bagian, dan komposisi dari tubuh manusia. Oleh karena itu, disebabkan pertumbuhan
anak-anak dan dimensi tubuh pada segala usia dapat mencerminkan kesehatan dan
kesejahteraan dari individu dan populasi, antropometri dapat juga digunakan untuk
memprediksi performa, kesehatan, dan daya tahan hidup. Antropometri juga yaitu suatu
pengukuran dari dimensi tubuh seseorang dan komposisi tubuhnya. Antropometri ini
digunakan untuk mengitung status gizi seseorang. Dari berbagai penilaian status gizi tersebut
yang akan diperinci adalah penilaian status gizi secara langsung, khususnya antropometri.
Tujuan Penulisan.
Adapun tujuan penulisan antara lain :

1. Masahasiswa mampu mengerjakan tugas KKNI yang telah di sepakati di dalam


perkuliahan

2. Untuk memenuhi salah satu tugas KKNI ilmu gizi olahraga.

3. Melatih mahasiswa agar terbiasa aktif melakukan penelitian

4. Melatih mahasiswa bagaimana cara mengukur kadar lemak dalam tubuh seorang atlit.

Manfaat Penulisan.
Adapun manfaat penulisan antar lain :

1. Supaya mahasiswa mampu mengerjakan tugas KKNI dengan baik dan benar
2. Supaya mahsiswa mampu memahami konsep matakuliah ilmu gizi olagraga
3. Supaya mahasiswa terbiasa melakukan miniriset untuk kebutuhan di waktu mendatang.
4. Supaya mahasiswa mampu mengetahui dan memahami baagaimana cara mengukur kadar
lemak dalam tubuh atlit.
BAB II

KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Status Gizi


Status gizi mengacu pada kondisi gizi seseorang atau kelompok populasi pada suatu
waktu tertentu. Ini mencakup semua aspek yang terkait dengan asupan dan penyerapan
nutrisi, serta penggunaan nutrisi oleh tubuh. Status gizi dapat mencakup parameter seperti
berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh (IMT), kadar nutrisi dalam darah, dan
parameter lain yang mencerminkan kesehatan gizi seseorang.

Penilaian status gizi melibatkan pengukuran dan evaluasi komponen-komponen gizi


untuk menentukan apakah seseorang atau kelompok populasi memiliki asupan nutrisi yang
memadai atau mengalami kekurangan gizi. Informasi tentang status gizi dapat digunakan
untuk merencanakan intervensi gizi yang diperlukan untuk meningkatkan kesehatan dan
mencegah masalah gizi, seperti kekurangan gizi atau obesitas.

Penilaian status gizi melibatkan pengukuran antropometri (seperti berat badan, tinggi
badan, dan IMT), analisis asupan makanan, serta evaluasi parameter biokimia seperti kadar
vitamin, mineral, dan protein dalam darah. Dengan memahami status gizi seseorang atau
kelompok, para profesional kesehatan dapat merancang program intervensi yang sesuai untuk
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan gizi.

2.2. Peranan Status Gizi dalam Pembinaan Prestasi

Status gizi memainkan peran yang sangat penting dalam pembinaan prestasi seseorang,
terutama dalam konteks kesehatan dan kinerja fisik serta mental. Berikut adalah beberapa
peranan status gizi dalam pembinaan prestasi:

1. Energi dan Stamina:

Status gizi yang baik memastikan pasokan energi yang cukup untuk menjalani aktivitas
sehari-hari, termasuk aktivitas fisik dan mental. Energi yang cukup membantu dalam
mempertahankan stamina yang diperlukan untuk berbagai tugas.
2. Pertumbuhan dan Perkembangan:

Anak-anak dan remaja memerlukan nutrisi yang memadai untuk pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal. Kekurangan nutrisi dapat menghambat pertumbuhan fisik dan
perkembangan otak, yang dapat berdampak pada kemampuan belajar dan prestasi akademik.

3. Kebugaran Fisik:

Gizi yang baik berperan penting dalam pembentukan otot, tulang, dan jaringan tubuh
lainnya. Kebugaran fisik yang optimal memungkinkan seseorang untuk lebih baik dalam
olahraga dan aktivitas fisik lainnya.

4. Daya Tahan Terhadap Penyakit:

Status gizi yang baik dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh, membantu melawan
infeksi dan penyakit. Kesehatan yang baik secara keseluruhan memungkinkan seseorang
untuk tetap fokus dan aktif, yang dapat mendukung prestasi baik di sekolah, pekerjaan, atau
bidang lainnya.

5. Konsentrasi dan Kecerdasan:

Nutrisi memainkan peran kunci dalam fungsi otak. Asupan nutrisi yang cukup, terutama
nutrisi yang mendukung perkembangan otak, dapat meningkatkan konsentrasi, daya ingat,
dan kemampuan kognitif secara keseluruhan.

6. Pemulihan Cepat:

Seseorang dengan status gizi yang baik cenderung pulih lebih cepat dari cedera atau
penyakit. Pemulihan yang cepat memungkinkan seseorang untuk tetap aktif dan fokus pada
tujuan prestasinya.

7. Prestasi Olahraga:

Atlet memerlukan status gizi yang optimal untuk mencapai kinerja puncak. Nutrisi yang
tepat memainkan peran kunci dalam pemulihan pasca-latihan, peningkatan kekuatan dan
ketahanan, serta pencegahan cedera.
8. Pemeliharaan Berat Badan Ideal:

Status gizi yang baik membantu seseorang untuk mempertahankan berat badan yang sehat
dan ideal. Ini dapat memengaruhi kepercayaan diri dan motivasi untuk mencapai prestasi
dalam berbagai bidang.

Penting untuk diingat bahwa status gizi yang baik melibatkan konsumsi makanan yang
seimbang dan cukup, serta gaya hidup sehat secara umum. Kekurangan atau kelebihan nutrisi
dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan dan prestasi seseorang.

2.3. Teknik pengukuran Data Status Gizi

Tebal Lemak di Bawah Kulit


Pengukuran ini menunjukkan massa lemak tubuh dan komposisi tubuh. Pengukuran
dilakukan pada biceps, triceps, subscapula dan suprailliaca. Alat ukur yang digunakan berupa
skinfold caliper dengan ketelitian 0,1 mm. Massa lemak dihitung sebagai presentase terhadap
berat badan dengan sejumlah tebal lemak di 4 daerah pengukuran.
Indeks Anthropometri.
 Berat Badan Menurut Umur (BB/U) Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
 Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
 Lingkar Lengan Atas Menurut Umur (LLA/U)
 Indeks Massa Tubuh (IMT)
 Tebal Lemak Bawah Kulit menurut Umur Berat Badan Menurut Umur BB/U
 Karakteristik berat badan biasanya labil, maka indeks BB/U biasanya lebih
menggambarkan status gizi seseorang pada saat ini (current nutritional
status). Kelebihan: lebih mudah dan cepat dimengerti, baik untuk mengukur
status gizi akut atau kronis, BB berfluktuasi, sangat sensitif untuk perubahan2
kecil, dapat mendeteksi kegemukan. Kelemahan: interpretasi keliru akibat
edema atau asites, di daerah tertentu umur sulit ditaksir, memerlukan data
umur yang akurat, sering terjadi kesalahan pengukuran, terhambat masalah
sosial budaya setempat. Tinggi Badan Menurut Umur TB/U
 Indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu dan erat kaitannya dengan
status social ekonomi. Keuntungan: baik untuk menilai status gizi masa
lampau, ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa.
Kelemahan: tinggi badan tidak cepat naik, pengukuran relatif sulit, dan
ketepatan umur sulit didapat. Berat Badan menurut Tinggi Badan BB/TB
 Indeks ini merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi pada saat
ini (sekarang). Keuntungan: tidak memerlukan data umur, dapat
membedakan proporsi badan.  Kelemahan: tidak dapat memberi gambaran
kondisi anak menurut umur, memerlukan 2 macam alat ukur, pengukuran
relatif lebih lama, dilakukan oleh 2 orang, dan sering terjadi kesalahan dalam
pembacaan hasil pengukuran.
BAB III

METODOLOGI PELAKSANAAN

3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa PJKR FIK UNIMED semester 5 ini
bertujuan untuk mecari tahu apakah seorang atlit ATLETIK yang berlatih di stadion
UNNIMED sudah memiliki badan yang ideal atau rendah lemak. Dengan cara mengkur
kadar lemak pada jaringan bawah kulit anggota tubuh seorang atlit dengan mengunakan alat
yaitu Antropometri.

Adapun waktu pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh penenliti yaitu pada:

Hari Selasa 31, Oktober ,2023 pada pukul (15:00 wib) (-18:00 wib). Dengan mengambil
sampel 10 orang atlit yang berada pada area stadion unimed ketikaa mereka melakukan
program latihan.

3.2 Subjek Penelitian

10 Atlet Atletik putra terdiri dari :

1. Levin Sinaga (24 tahun)


2. Arya Budi Fakrori (25 tahun)
3. Anggara (24 tahun)
4. Dendra (19 tahun)
5. Haikal (19 Tahun)
6. Safwan Hafiz (25 tahun)
7. Bunayya Zaki (23 tahun)
8. Hardodi Sihombing (32 tahun)
9. Yolbra (16 tahun)
10. Joy Alfrado Girsang (19 tahun).
3.3 Teknik pengumpulan Data

Tentukan lokasi tubuh yang akan diukur menggunakan skinfold caliper, kemudian
gunakan ibu jari atau tangan kiri untuk menjepit atau mencubit lokasi kulit dengan lebar yang
cukup untuk mendapatkan lipatan yang baik.

a. Tarik lipatan kulit dan lapisan lemak dibawahnya dengan tangan kiri menjauhi
tubuh.
b. Ketika menarik lipatan kulit menggunakan tangan kiri, letakkan mulut caliper
sekitar 1/4 inchi dari jari-jari tangan kiri.
c. Kemudian, lepaskan pelatuk caliper hingga seluruh kekuatan mulut berada
pada lipatan kulit.
d. Selanjutnya, tanpa melepaskan tangan kiri biarkan kekuatan caliper secara perlahan
selama beberapa detik untuk mendapatkan pembacaan yang benar.
e. Terakhir, tuliskan hasil pembacaan dan lanjutkan pemeriksaan pada lokasi tubuh yang
lain.

3.4 Teknik Analisi Data


Cara untuk mengukur status gizi dengan menggunakan IMT (Indeks Massa
Tubuh)/BMI (Body Mass Index). BMI adalah indeks sederhana yang dihitung dari berat dan
tinggi seseorang. IMT memberikan indikator untuk menentukan tentang gizi kurang, gizi
lebih dan obesitas. Penggunaan IMT ini untuk usia 18 tahun keatas. Pada jurnal murguia et al.
(2012) diaktakan bahwa menurut WHO (The World Health Organization)
merekomendasikan referensi untuk mengklasifikasikan kondisi berat badan seseorang teridiri
dari berat badan kurang, normal dan berat badan lebih.

Untuk rumus IMT nya atau cara perhitungannya adalah sebagai berikut
Keterangan :
Weight = Berat badan (Kg)
Height = Tinggi Badan (m)
Indeks Massa Tubuh (IMT) dihitung dengan menggunakan persamaan berat badan dalam
kilogram/kuadrat tinggi badan dalam meter. Untuk Asia Pasifik, WHO mengklasifikasikan
IMT menjadi:
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengukuran


1. NAMA : LEVIN SINAGA

TOTAL LEMAK : 46

Persentase lemak tubuh = 17,7%

Total lemak tubuh = 17,7% x 62 = (17,7% x 62) = 10,9

Berat badan lemak = (62 – 10,9) = 51,1 kg

BMI = Berat Badan,BB ( Kg) / Tinggi Badan Kuadrat ( TB 2(m)

Berat badan 62 62
BMI = Tinggi badan ² = 1 , 73 ² = 2 , 99 =20 ,7

2. NAMA : ARYA BUDI FAKRORI

TOTAL LEMAK : 44

Persentase lemak tubuh = 16,4%

Total lemak tubuh = 16,4% + 69 (16,4% x 69) = 11,3

Berat badan tanpa lemak = (69 – 11,3) = 57,7 kg

BMI = Berat Badan,BB ( Kg) / Tinggi Badan Kuadrat ( TB 2(m))

Berat badan 69 69
BMI = Tinggi badan ² = 1 , 75 ² = 3 , 08 =22 , 4

3. NAMA : ANGGARA

TOTAL LEMAK : 60

Persentase lemak tubuh = 21,2%

Total lemak tubuh = 21,2% + 68 (21,2% + 68) = 14,4%

Berat badan tanpa lemak = (68 – 14,4) = 53,6kg

BMI = Berat Badan,BB ( Kg) / Tinggi Badan Kuadrat ( TB 2(m))

Berat badan 68 68
BMI = = =
Tinggi badan ² 1 , 72 ² 2, 95
=23 ,05
4. NAMA : DENDRA

TOTAL LEMAK : 62

Persentase lemak tubuh = 21,2%

Total lemak tubuh = 21,2% + 65 (21,2% + 65) = 13,7%

Berat badan tanpa lemak = (65 – 13,7) = 51,3 kg

BMI = Berat Badan,BB ( Kg) / Tinggi Badan Kuadrat ( TB 2(m))

Berat badan 65 68
BMI = Tinggi badan ² = 1 , 69 ² = 2 , 85 =23 , 85

5. NAMA : HAIKAL

TOTAL LEMAK : 44

Persentase lemak tubuh = 16,4%

Total lemak tubuh = 16,4% + 59(16,4% + 59) = 9,6%

Berat badan tanpa lemak = (59 – 9,6) = 53,4 kg

BMI = Berat Badan,BB ( Kg) / Tinggi Badan Kuadrat ( TB 2(m))

Berat badan 59 59
BMI = Tinggi badan ² = 1 , 66 ² = 2 , 27 =21 , 4

6. NAMA : SAFWAN HAFIZ

TOTAL LEMAK : 34

Persentase lemak tubuh = 12,9%

Total lemak tubuh = 12,9% + 60 (12,9% + 60) = 7,74%

Berat badan tanpa lemak = (68 – 7,74) = 52,3 kg

BMI = Berat Badan,BB ( Kg) / Tinggi Badan Kuadrat ( TB 2(m))

Berat badan 60 60
BMI = Tinggi badan ² = 1 , 70 ² = 2 ,89 =20 ,7
7. NAMA : BUNAYYA ZAKI

TOTAL LEMAK : 26

Persentase lemak tubuh = 10,5%

Total lemak tubuh = 10,5% + 61 (10,5% + 61) = 6,4%

Berat badan tanpa lemak = (61 – 6,4) = 54,6 kg

BMI = Berat Badan,BB ( Kg) / Tinggi Badan Kuadrat ( TB 2(m))

Berat badan 61 60
BMI = Tinggi badan ² = 1 , 72 ² = 2, 95 =20 ,3

8. NAMA : HARDODI SIHOMBING

TOTAL LEMAK : 88

Persentase lemak tubuh = 27,88%

Total lemak tubuh = 27,88% + 127 (27,88% + 127) = 35,3%

Berat badan tanpa lemak = (127 – 35,3) = 91,7 kg

BMI = Berat Badan,BB ( Kg) / Tinggi Badan Kuadrat ( TB 2(m))

Berat badan 127 127


BMI = Tinggi badan ² = 1 , 89 ² = 3 , 57 =35 , 5

9. NAMA : YOLBRA

TOTAL LEMAK : 28

Persentase lemak tubuh = 10,5%

Total lemak tubuh = 10,5% + 45 (10,5% + 45) = 4,7%

Berat badan tanpa lemak = (45 – 4,7) = 40,3 kg

BMI = Berat Badan,BB ( Kg) / Tinggi Badan Kuadrat ( TB 2(m))

Berat badan 45 45
BMI = Tinggi badan ² = 165 ² = 2 , 72 =16 , 5
10. NAMA : JOY ALFRADO GIRSANG

TOTAL LEMAK : 50

Persentase lemak tubuh = 19%

Total lemak tubuh = 19% + 77 (19% + 77) = 14,6%

Berat badan tanpa lemak = (77 – 14,6) = 62,4 kg

BMI = Berat Badan,BB ( Kg) / Tinggi Badan Kuadrat ( TB 2(m))

Berat badan 77 77
BMI = Tinggi badan ² = 170 ² = 2 , 89 =26 , 4

4.2 Pembahasan

Berdasarkan dari pengukuran yang dilakukan oleh kelompok 6 dapat di simpulkan bahwa
atlet dari cabor ATLETIK memiliki lemak yang sedikit di dalam tubuh mereka, bisa jadi
dikarekan latihan fisik yang di lakukan dalam program latihan mereka yang memiliki
itensitas pegerakan tubuh yang cukup tinggi yang menguras energi, karena itu membutuhkan
kalori untuk di ubah menjadi energi. Latihan yang biasaa merak lakukan seperti joging, push
up, sith up yang dapat meningkatkan masa otot dan mengikis kadar lemak dalam tubuh
meraka.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari pengukuran yang dilakukan oleh kelompok 6 dapat di simpulkan
bahwa atlet dari cabor ATLETIK memiliki lemak yang sedikit di dalam tubuh mereka, bisa
jadi dikarekan latihan fisik yang di lakukan dalam program latihan mereka yang memiliki
itensitas pegerakan tubuh yang cukup tinggi yang menguras energi, karena itu membutuhkan
kalori untuk di ubah menjadi energi. Latihan yang biasaa merak lakukan seperti joging, push
up, sith up yang dapat meningkatkan masa otot dan mengikis kadar lemak dalam tubuh
meraka.

5.2 Saran
Untuk seseorang yang ingin menjadi atlit, khusunya atletik kiranya harus banyak
berlaatih agar memiliki stamina yang bagus, dan jagaa pola makan dengan mengkonsumsi
makan makanan tinggi serat yang baik untuk menjaga kadar lemaak dalaam tubuh.
Mengkonsumsi daging yang ttinngi protein untuk menyuplai pertumbuhan otot dam juga
lemak yang baik agar memenuhi kalori harian merekaa. Perlu di ingat juga seuatu yang
berlebihaan juga tidak baik untuk tubuh, jadi makan la secukupnya.

Yang terpenting adalah latihan rutin, usaha, dan jangan lupa berdoa untuk segala
usaha yang kita jalankan, Agar cita cita yang kita impikan terwujud dan jangan patah
semangat dan berputus asa.
DAFTAR PUSTAKA
Agustin PN dan Mas'ud, I. 1999. Gambaran Status Gizi dan VO2 Max Kelompok
Olahragawan dan Kelompok Mahasiswa Kedokteran, Medika 1: 30-4. Jakarta.
Ahmad, M. 1997. Psikologi Pendidikan. Pustaka Setia : Bandung.
Andersen KL. 1998. Habitual Physical Activity and Health, series no.6. WHO Regional
Ofiice for Europe, Kopenhagen.
Almatsier, S. 2005. Penuntun Diet. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Azwar, S. 2009. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Baliwati, 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar Swadaya: Jakarta.
Bagian Gizi RS. Cipto Mangun Kusumo dan Persagi (1986). Penuntun Diet. PT. Gramedia,
Jakarta.
Baliwati, 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar Swadaya: Jakarta.
Elaine Nicpon Marieb, Katja Hoehn. (2013) Human Anatomy & Physiology, Pearson, New
York.
Kartasapoetra, G, Marsctyo, (2002). Ilmu Gizi. Korelasi Gizi, Kesehatan, dan
Produklivitas Kerja. Rincka Cipta, Jakarta. Lutan, R, Habibudin, C., dan Suhennan, A.
(2000). Gizi olahraga. Departemen Pendidikan Nasional. Dirjen Dikdasmen Bagian
Proyek Penataran Guru SLTP
Setara D-III. Jakarta. Mcardle W., Katch F., Katch V. (2010) Exercise Physiology. Nutrition,
Energy, And Human Performance. Lippincot, Philadelphia
Sediaoetama, A.J. (2000). Ilmu Gizi.Untuk Mahasiswa dan Profesi. Jilid I. Dian Rakyat,
Jakarta
Soetjiningsih, 2007. Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahanya. Jakarta :CV. Sagung
Seto.
Soekirman. 2010. Kebugaran Jasmani. (Online). November 2010, Available from
Http://www.crayonpedia.org/mw/Kebugaran_Jasmani.
Soemowerdoyo, 1990. Kesegaran Jasmani. Jakarta
LAMPIRAN

1. Foto Bersama Atlet 2. Mengukur Suprailliaca

3. Mengukur Trisep 4. Mengukur Bisep

5. Mengukur Subsckapula

Anda mungkin juga menyukai