MODUL 2
SISTEM ENERGI OLAHRAGA
DISUSUN OLEH
NAZHIF GIFARI, SGz, MSi
MURY KUSWARI, SPd, MSi
DESSY ARIYANTI, SGz, MSc
BAB II
SISTEM ENERGI OLAHRAGA
Tujuan:
1. Mahasiswa mampu menjelasakan tentang sistem energi olahraga
2. Mahasiswa mampu menjelasakan zat-zat gizi yang mendukung performa
A. Pendahuluan
Olahraga merupakan gejala perubahan perilaku gejala yang diprogram oleh
manusia yang melakukan. Kegiatan olahraga sering dikaitkan dengan indikator
keberhasilan pembangunan suatu negara, yang secara teratur selalu melakukan
kejuaraan nasional, regional, Asia sampai pada tingkat Olimpiade (Shadiqin,
2015). Tujuan olahraga adalah meningkatkan kekuatan, ketahanan, kelenturan,
kelincahan, dan kecepatan. Kekuatan - kekuatan ini berhubungan dengan struktur
dan faal dalam tubuh. Jika olahraga itu dikerjakan secara teratur dan sesuai
dengan cara berlatih, maka diharapkan adanya perubahan - perubahan (adaptasi)
yang menunjang tercapainya kekuatan - kekuatan tersebut (Soekarman, 2006).
Hal pokok dalam mewujudkan tujuan program latihan yang berkualitas,
adalah energi yang merupakan bahan bakar tubuh dalam melakukan segala
aktivitas. Karena latihan adalah aktivitas fisik, maka sudah pasti memerlukan
energi yang cukup (Hasibuan, 2014). Dalam mekanisme biologis sistem tubuh,
ATP berperan sebagai sumber energi untuk seluruh fungsi normal. Otot yang
berkontraksi, menghasilkan kerja yang memerlukan energi secara terus menerus.
Kegiatan fisik yang diprogram untuk meningkatkan kualitas kinerjanya, akan
memerlukan energi yang lebih besar sesuai tingkat pekerjaannya (Shadiqin,
2015).
Saat berolahraga, tubuh harus mulai menghasilkan energi lebih cepat daripada
saat istirahat. Otot-otot mulai berkontraksi lebih kuat, jantung berdetak lebih
cepat untuk memompa darah ke seluruh tubuh lebih cepat, dan paru-paru bekerja
lebih keras. Semua proses ini membutuhkan energi ekstra. Dari mana asalnya,
dan bagaimana Anda bisa memastikan Anda memiliki cukup energi untuk
latihan. Harus dipahami bagaimana tubuh menghasilkan energi, dan apa yang
terjadi padanya. Saat berolahraga, dari mana energi tambahan berasal, dan
bagaimana kombinasi bahan bakar yang digunakan berbeda menurut jenis
latihannya.
Sistem energi dalam olahraga dibagi menjadi sistem energi aerobik dan
anaerobik. Kemampuan anaerobik adalah kerja yang dilakukan dengan sumber
energi anaerobik dalam kecepatan maksimal (Pate, 1984). Kemampuan anaerobik
sangat ditentukan oleh daya anaerobik (anaerobic power) dan kapasitas anaerobik
(anaerobic capacity) (McArdle, 1986). Anaerobik merupakan salah satu sistem
untuk menghasilkan energi (ATP) bagi tubuh. Kegiatan tersebut berlangsung
dalam waktu yang pendek dan memerlukan energi segera (anaerobik). Energi
yang berperan dalam kondisi ini adalah sistem Adenosin Trifosfat (ATP) dan
Posphocreatine (Bompa, 1990).
Sedangkan kapasitas aerobik adalah suatu kerja yang dilaksanakan secar terus
menerus selama mungkin, suatu kerja otot yang agak bersifat umum dalam
kondisi aerobik (Soebroto, 2010). Kerja aerobik dilaksanakan pada kondisi
kebutuhan oksigen tidak melebihi kapasitas maksimum konsumsi. Aerobik
merupakan suatu sistem latihan untuk mencapai peningkatan kesegaran jasmani.
Dalam latihan aerobik terjadi hubungan antara kegiatan fisik dengan kebutuhan
oksigen yang berasal dari udara untuk keperluan menunjang aktivitas tubuh, yaitu
suatu program fisik yang direncanakan untuk menampilan dan meningkatkan
kapasitas energi seorang atlet untuk suatu pertandingan (Fox, 1993).
B. Sistem Energi
Kebutuhan energi merupakan kebutuhan gizi utama untuk atlet. Kinerja
atletik optimal ditentukan oleh asupan energi yang memadai. Keseimbangan
energi terjadi ketika asupan energi (jumlah energi dari makanan, cairan, dan
produk suplemen) sama dengan pengeluaran energi atau jumlah energi yang
dikeluarkan sebagai tingkat metabolisme basal (BMR), efek termal dari makanan,
efek aktivitas thermic (TEA), yang merupakan energi yang dikeluarkan dalam
aktivitas fisik yang direncanakan, dan aktivitas nonexercise thermogenesis.
Aktivitas fisik spontan juga termasuk dalam aktivitas thermic (Rodriguez, 2010).
Sumber energi tubuh berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Sumber
energi ini dipakai oleh sel untuk membentuk sejumlah besar ATP dan ATP
dipakai sebagai sumber energi untuk berbagai fungsi sel (Gayton, 1993). Atlet
perlu mengkonsumsi energi yang cukup untuk mempertahankan berat badan dan
komposisi tubuh yang tepat saat latihan dalam olahraga. Beberapa atlet
perempuan dapat mengkonsumsi energi kurang dari yang dikeluarkan. Asupan
energi rendah (misalnya, <1800-2000 kkal/hari) untuk atlet wanita adalah
perhatian gizi utama karena keadaan terus-menerus dari keseimbangan energi
yang negatif dapat menyebabkan penurunan berat badan dan gangguan fungsi
endokrin (Rodriguez, 2010).
Komponen utama yang menunjang performa seorang atlet adalah asupan zat
gizi yang seimbang dan memastikan atlet menkonsumsi kalori yang cukup untuk
menyeimbangi pengeluaran energi yang berlebihan selama beraktivitas. Asupan
energi yang terbatas, jaringan lemak dan tidak berlemak akan digunakan untuk
bahan bakar oleh tubuh. Kehilangan massa jaringan lemak menyebabkan
hilangnya kekuatan dan daya tahan, serta berhubungan dengan kekebalan tubuh,
endokrin, dan fungsi muskuloskeletal. Selain itu, asupan energi rendah jangka
panjang dapat menghasilkan asupan zat gizi yang rendah, terutama dari zat gizi
mikro, dan dapat mengakibatkan disfungsi metabolik yang berhubungan dengan
kekurangan gizi serta menurunkan RMR (Rodriguez, 2010). Makanan terbuat dari
jumlah karbohidrat, lemak dan protein yang berbeda. Masing-masing zat gizi ini
memberikan sejumlah energi saat dipecah di dalam tubuh. Misalnya, 1 g
karbohidrat atau protein melepaskan sekitar 4 kkal energi dan 1 g lemak
melepaskan 9 kkal.
dan PC dalam sel berlangsung sangat cepat. Pada saat ATP digunakan,
segera PC terurai dan membebaskan energi. Pada kondisi standart energi
dilepaskan sebesar 8300 kalori permol PC dan kondisi reaktan dan suhu
tubuh normal 13000 kalori, lebih besar energi dari hidrolisis ATP sebesar
12000 kalori (Patellongi dkk, 2000).
Kreatin fosfat jumlahnya sangat sedikit, sehingga cepat habis.
Tetapi merupakan sumber energi yang tercepat untuk membentuk ATP
kembali. Oleh karena itu sistem energi ini dapat digunakan secara cepat
yang diperlukan pada aktivitas yang memerlukan kecepatan (Fox, et al,
1993).
b. Sistem Asam laktat (Sistem Glikolisis Anaerobik).
Sistem asam laktat adalah sistem yang cepat dalam membentuk
ATP dibanding sistem aerobik. Bahan bakar yang digunakan adalah
glikogen. Akan tetapi waktunya tidak lebih cepat dibanding dengan
sistem ATP-PC. Selain itu, pada sistem asam laktat, terjadi penumpukan
asam laktat. Jika otot terus berkontraksi, sementara suplai ATP dari
sistem ATP-PC sudah tidak mencukupi, maka sumber energi untuk
membentuk ATP kembali diperoleh dari sistem asam laktat, dengan
menguraikan glukosa tanpa menggunakan oksigen.
Jalur glikolisis anaerobik menggunakan glikogen otot dan glukosa
yang cepat dimetabolisme secara anaerob melalui kaskade glikolitik.
Jalur ini mendukung aktivitas berlangsung 60-180 detik. Sekitar 25% -
35% dari total simpanan glikogen otot yang digunakan selama 30 detik
sprint atau latihan resistensi pertarungan. Baik phosphagen maupun jalur
glikolitik dapat mempertahankan penyediaan energi yang cepat untuk
memungkinkan otot untuk berkontraksi pada tingkat yang sangat tinggi
untuk aktivitas yang berlangsung lebih dari 2-3 menit (Rodriguez, 2010).
Apabila glukosa masuk dalam sel, maka molekul glukosa tersebut
dengan serangkaian reaksi kimia diproses menjadi energi, yang disebut
peristiwa glikolisis. Energi yang dikeluarkan digunakan untuk
membentuk ATP kembali dan menghasilkan 3 ATP. Reaksi ini tidak
efisien, karena dari 1 mol (180 gr) glikogen hanya membentuk 3 ATP
Sumber : www.Coach.org
latihan aerobik untuk individu yang terlibat dalam intensitas latihan ringan hingga
sedang (Rodriguez, 2010).
Orang-orang yang berpartisipasi dalam program kebugaran umum
(misalnya, berolahraga 30 - 40 menit per hari, 3 kali per minggu) biasanya dapat
memenuhi kebutuhan gizi mengikuti diet normal (misalnya, 1.800 - 2.400 kkal /
hari atau sekitar 25 - 35 kkal / kg / hari untuk 50 - 80 kg individu) karena tuntutan
kalori mereka dari latihan yang tidak terlalu besar (misalnya, 200-400 kkal / sesi).
Namun, atlet yang terlibat dalam tingkat sedang pelatihan intensif (misalnya, 2-3
jam per hari dari latihan intens dilakukan 5-6 kali per minggu) atau volume tinggi
pelatihan intensif (misalnya, 3-6 jam per hari pelatihan intensif di 1- 2 latihan
selama 5-6 hari per minggu) dapat mengeluarkan 600 - 1.200 kkal atau lebih per
jam selama latihan. Untuk alasan ini, kebutuhan kalori mereka mungkin
mendekati 50 - 80 kkal / kg / hari (2.500 - 8.000 kkal / hari untuk 50 - 100 kg atlet
(Kreider et al., 2010).
Karbohidrat merupakan sumber tenaga utama dan terbesar. Pengurangan
asupan karbohidrat pada diet atlet akan menurunkan cadangan glycogen pada
atlet. Glycogen disimpan dalam otot diperuntukan untuk cadangan bagi tubuh
ketika energi dari makanan yang diasup habis. Cadangan glycogen yang cukup
sangat penting bagi atlet, terutama untuk cabang olah raga dengan intensitas tinggi
dan durasi yang panjang (Marilyn & Peterson, 1988). Selain itu, dengan glycogen
yang cukup tubuh dapat melakukan pembentukan daya secara anaerobik
(Giriwijoyo & Sidik, 2013).
D. Kelelahan
Dalam istilah ilmiah, kelelahan adalah ketidakmampuan untuk
mempertahankan keluaran atau kecepatan tenaga tertentu. Ini adalah
ketidaksesuaian antara permintaan energi oleh otot-otot yang berolahraga dan
pasokan energi dalam bentuk ATP. Pelari mengalami kelelahan saat mereka tidak
lagi mampu mempertahankan kecepatannya; pesepakbola lebih lambat untuk
melakukan sprint untuk bola dan kemampuan teknis mereka melemah, saat di
gym tidak bisa lagi mengangkat beban dan di kelas aerobik tidak akan mampu
mempertahankan kecepatan dan intensitas.
E. Kesimpulan
Tubuh menggunakan tiga sistem energi: (1) sistem ATP-PC, atau
fosfagen; (2) sistem glikolitik anaerobik, atau asam laktat; (3) sistem aerobik,
yang terdiri dari sistem glikolitik (karbohidrat) dan lipolitik (lemak). Sistem ATP-
PC memicu ledakan aktivitas maksimal yang berlangsung hingga 6 detik.
Glikolisis anaerobik memberikan energi untuk latihan intensitas tinggi berdurasi
pendek yang berlangsung dari 30 detik hingga beberapa menit. Glikogen otot
adalah bahan bakar utama. Asam laktat yang dihasilkan selama glikolisis
anaerobik merupakan bahan bakar yang untuk energi lebih lanjut produksi saat
intensitas latihan dikurangi. Sistem aerobik menyediakan energi dari pemecahan
karbohidrat dan lemak untuk intensitas sub-maksimal, olahraga lama.
Faktor yang mempengaruhi jenis sistem energi dan penggunaan bahan
bakar adalah intensitas dan durasi latihan, tingkat kebugaran, latihan olahraga dan
diet. Proporsi penggunaan glikogen otot energi meningkat dengan intensitas
latihan dan menurun dengan durasi latihan. Untuk sebagian besar aktivitas yang
berlangsung lebih dari 30 detik, ketiga sistem energi tersebut digunakan pada
tingkat yang lebih besar atau lebih kecil. Namun, satu sistem biasanya
mendominasi. Penyebab utama kelelahan saat anaerobik aktivitas yang
berlangsung kurang dari 6 detik adalah penipisan ATP dan PC selama aktivitas
yang berlangsung antara 30 detik dan 30 menit itu adalah akumulasi asam laktat
dan keasaman sel otot. Kelelahan selama latihan intensitas sedang dan tinggi yang
berlangsung lebih dari 1 jam biasanya disebabkan oleh penipisan glikogen otot.
Untuk latihan yang berlangsung lebih dari 2 jam, kelelahan dikaitkan dengan
glikogen hati yang rendah dan kadar gula darah yang rendah. Untuk sebagian
besar aktivitas, kinerja dibatasi oleh jumlah glikogen di otot. Penyimpanan
glikogen sebelum latihan yang rendah menyebabkan kelelahan dini, berkurangnya
intensitas latihan, dan berkurangnya perolehan latihan.
E. Latihan
1. Zat gizi apa aja yang berperan dalam latihan?
Jawab
Karbohidrat, lemak dan protein merupakan sumber utama untuk latihan. Secara
umum paling utama karbohidrat dan lemak untuk latihan, protein dalam waktu
tertentu digunakan. Zat gizi mikro berperan dalam penggunaan sistem energi.
Oleh karena itu, cukupi kebutuhan gizi atlet dengan spesifik agar performa
tercukupi.
2. Sistem energi pada atlet endurance dengan durasi lama zat gizi apa yang
digunakan?
Jawab
Pada latihan endurance dengan durasi lama sebagian besar dari karbohidrat
sebagai bahan bakar utama. Perlu dipahami strategi during dan setelah latihan
dengan endurance merupakan ini juga kunci agar lebih optimal.
Daftar Pustaka
Karpinski C, Rosenbloom CA. 2016. Sport Nutrition: A Handbook for
Professionals. Sports, Cardiovascular and Wellness. Academy of Nutrition
and Dietetics.
Digate N. Sport Nutrition for Health Professional. American Council of Exercise,
2015.
Dunford M, Doyle AJ. Nutrition for Sport and Exercise. Thomson Wadworth,
2008.