Anda di halaman 1dari 9

METABOLISME ENERGI DENGAN AKTIVITAS OLAHRAGA

AEROBIK

Rosyida Oktaviani
Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Malang
rosiidaoktaviani@gmail.com

ABSTRAK
Aktivitas aerobik merupakan aktivitas yang bergantung terhadap ketersediaan oksigen untuk
membantu proses pembakaran sumber energi sehingga juga akan bergantung terhadap kerja
optimal dari organ-organ tubuh seperti jantung. Aktivitas anaerobik merupakan aktivitas
dengan intensitas tinggi yang membutuhkan energi secara cepat dalam waktu yang singkat
namun tidak dapat dilakukan secara kontinu untuk durasi waktu yang lama. Aktivitas ini
biasanya juga akan membutuhkan interval istirahat agar ATP dapat diregenerasi sehingga
kegiatannya dapat dilanjutkan kembali. Contoh dari kegiatan/jenis olahraga yang memiliki
aktivitas anaerobik dominan adalah lari cepat (sprint), push-up, body building, gimnastik atau
juga loncat jauh. Metabolisme merupakan proses kecepatan tubuh dalam mencerna,
menyerap, dan mengasimilasi makanan untuk diubah menjadi energi. Semakin
cepat metabolisme, semakin cepat proses pembakaran kalori. Sehingga berat badan ideal yang
sehat tetap terjaga.

Kata kunci: metabolisme energi,metabolisme tubuh,olahraga aerobik,

PENDAHULUAN
Metabolisme energi pada latihan diperoleh melalui proses pernapasan.
olahraga aerobik berjalan melalui Latihan olahraga aerobik merupakan
pembakaran simpanan lemak, karbohidrat, aktivitas yang bergantung terhadap
dan sebagian kecil (kurang dari lima ketersediaan oksigen untuk membantu
persen) dari pemecahan simpanan protein proses pembakaran sumber energi,
yang terdapat didalam tubuh untuk sehingga bergantung pula terhadap kerja
menghasilkan adenosine trifosfat. Proses optimal dari organ-organ tubuh, seperti:
metabolism ketiga sumber energi ini jantung, paru-paru, dan pembuluh darah
berjalan dengan kehadiran oksigen yang untuk mengangkut oksigen agar proses
pembakaran sumber energi dapat berjalan mengangkut oksigen, menurunkan denyut
dengan sempurna. Latihan olahraga nadi saat istirahat maupun saat melakukan
aerobik ialah aktivitas olahraga secara aktivitas. Latihan olahraga aerobik juga
sistematis dengan peningkatan beban meningkatkan jumlah kapiler, menurunkan
secara bertahap dan terus menerus yang kadar lemak dalam darah, dan
menggunakan energi yang berasal dari meningkatkan enzim pembakar lemak.
pembakaran dengan menggunakan Lemak dimetabolisme harus menggunakan
oksigen, dan membutuhkan oksigen tanpa oksigen dan proses ini juga membutuhkan
menimbulkan kelelahan. Dengan latihan karbohidrat agar proses pembakarannya
olahraga aerobik teratur, aliran darah menjadi sempurna sedangkan karbohidrat
menjadi lancer dan mempercepat dapat dimetabolisme tanpa kehadiran
pembuangan zat-zat sisa metabolism oksigen dengan proses glikolisis. Langkah
sehingga pemulihan berlangsung dengan awal dari metabolism energy lemak adalah
cepat, dan seseorang tidak akan mengalami melalui proses pemecahan simpanan lemak
kelelahan setelah melaksanakan tugas, yang terdapat didalam tubuh (trigliserida).
serta masih dapat melakukan aktivitas Trigliserida didalam tubuh ini tersimpan
lainnya. Contoh latihan olahraga aerobic didalam jaringan adipose (adipose tissue)
adalah jalan, jogging, lari, bersepeda, dan dan didalam sel-sel otot (intramuscular
renang. Kebugaran secara umum dapat triglycerides). Melalui proses lipolysis,
diartikan sebagai kemampuan fisik seorang trigliserida yang tersimpan dikonversi
dalam melakukan kegiatan atau kerja menjadi asam lemak dan gliserol. Pada
secara efisien tanpa timbul kelelahan yang proses ini, untuk setiap satu molekul
berarti. Kebugaran fisik adalah trigliserida terbentuk tiga molekul adam
kemampuan tubuh untuk berfungsi secara lemak dan satu molekul gliserol. Diketahui
efektif ketika bekerja atau melakukan bahwa latihan olahraga memberikan
aktivitas lainnya, dan masih memiliki adaptasi metabolik yang bermanfaat
cukup energi untuk menangani atau termasuk peningkatan sensitivitas insulin
menghadapi keadaan darurat yang dan biogenesis mitokondria pada otot
mungkin timbul. Manfaat latihan olahraga rangka, perbaikan dislipidemia, dan
aerobik ialah kebugaran kardiorespiratori. pengurangan lemak tubuh. Suplementasi
Dengan latihan olahraga aerobik seseorang beberapa antioksidan seperti astaxanthin,
dapat meningkatkan ambilan oksigen, catechin, quercetin, glutathione, dan
meningkatkan kapasitas darah untuk antosianin dapat meningkatkan

2
metabolisme energi, dan selanjutnya menghasilkan adaptasi metabolik yang
terbukti bermanfaat dalam kinerja aerobik bermanfaat. .
selama latihan akut dan kronis. Konservasi energi, seperti yang
metabolisme energi selama latihan tercermin dari rasio, dapat menyebabkan
pada manusia. ( 1–4) Misalnya, kapasitas daya tahan suboptimal dengan
suplementasi dengan karotenoid tertentu, lebih banyak cara. Salah satunya adalah
flavonoid, dan glutathione mengaktifkan bahwa meskipun EA mungkin masih
metabolisme aerobik yang terkait dengan mencukupi untuk mendukung kesehatan,
peningkatan fungsi mitokondria di otot tetapi energinya terlalu sedikit untuk
rangka, penyebab utama. organ pemulihan yang optimal setelah pelatihan
metabolisme. ( 1,5–8) Karena energi (sintesis protein untuk regenerasi otot,
dikonsumsi dalam otot rangka terutama mengisi kembali simpanan energi,
disuplai oleh karbohidrat dan lipid, aktivasi mendukung hormon seperti IGF-1).
metabolisme aerobik mempercepat Karena kita kekurangan penanda darah dan
konversi dari piruvat menjadi asetilCoA pengamatan langsung terhadap simpanan
dalam glikolisis dan pemanfaatan asam glikogen, kita hanya dapat berspekulasi
lemak. Ini dapat menekan penipisan apakah data seperti itu bisa berikan
glikogen dan pembentukan asam laktat beberapa penjelasan lebih lanjut. Jika rasio
selama olahraga. Selain itu, antioksidan ini akan terbukti berguna dalam deteksi
lain seperti antosianin meningkatkan dini perubahan kinerja sebelum terbukti
sensitivitas insulin dan metabolisme
Tanda-tanda klinis seperti amenore
glukosa pada otot rangka, ( 9,10) yang muncul, ini bisa jauh lebih sederhana dan
menyebabkan peningkatan pasokan lebih hemat biaya daripada pengukuran EA
substrat energi dari darah ke otot. Oleh yang sebenarnya. Lebih banyak studi
karena itu, penerapan suplemen ini dalam diperlukan untuk menarik kesimpulan
bidang atletik dan terapi olahraga untuk akhir.
peningkatan kesehatan dinilai memiliki
KLASIFIKASI OLAHRAGA
manfaat, karena fungsi otot rangka sangat
erat kaitannya dengan performa atletik dan Kebutuhan energi pada setiap
dengan perkembangan gangguan cabang olahraga berbeda-beda yang
metabolisme. Telah diketahui secara tergantung dari jenis dan berat aktivitas
umum bahwa latihan olahraga yang dilakukan. Untuk mempermudah
perhitungan kebutuhan energi, maka

3
menurut berat-ringannya olahraga dapat terhadap asupan nutrisi pada jangka waktu
dikelompokkan menjadi empat bagian tertentu untuk meningkatkan penampilan
yaitu olahraga ringan, sedang, berat, dan (Taiyeb, 2009). Semua zat gizi yang
berat sekali. Pembagian ini dilakukan didapat dari makanan atau minuman
dengan memperhatikan latihan fisik dan haruslah mencukupi kebutuhan harian.
teknik serta jumlah waktu dari Oleh karena itu maka perhitungan jumlah
masingmasing latihan yang dibutuhkan nutrisi sangat dibutuhkan agar tidak terjadi
(Komariah, 2017). Klasifikasi cabang kekurangan ataupun kelebihan nutrisi.
olahraga yaitu: a. Olahraga ringan yaitu Ketidak seimbangan nutrisi akan berakibat
panahan, menembak, bowling, dan golf. b. terhadap atlet sendiri yang tentunya
Olahraga sedang yaitu tenis meja, tenis, berakibat langsung terhadap
bola basket, bulutangkis, hockey, soft ball, penampilannya dilapanan. Dapat
dan senam. c. Olahraga berat yang dibayangkan bahwa kekurangan nutrisi
menyangkut renang, gulat, tinju, judo, akan menyebabkan kelelahan lebih dini
kempo, dan balap sepeda. d. Olahraga dan kelebihan nutrisi akan menyebabkan
berat sekali menyangkut angkat besi, lari kegemukan atau obesitas. Perhitungan
marathon, rowing, dan balap sepeda jarak jumlah zat gizi ini merupakan perhitungan
jauh (> 130 km). Sebelumnya olahraga yang umum dipakai oleh setiap orang
dapat dikelompokkan berdasarkan termasuk atlet dengan memperhatikan
komponen dinamis dan statis selama persentase jumlah kalori karbohidrat,
latihan yaitu statis rendah yang masing- lemak, dan protein yang harus dikonsumsi.
masing dengan dinamis rendah, sedang, Kalori yang dibutuhkan seseorang dihitung
dan tinggi. Statis sedang dengan dinamis terlebih dahulu dengan memperhatikan
rendah, sedang, dan tinggi. Selanjutnya beberapa faktor diantaranya adalah jenis
statis tinggi dengan dinamis rendah, kelamin, umur, berat badan, jenis aktivitas
sedang, dan tinggi. dan banyaknya aktivitas. Kemudian jumlah
zat gizi yang diperlukan ditentukan agar
KEBUTUHAN ENERGI OLAHRAGA
jumlah kalori yang dibutuhkan didapatkan.
Asupan nutrisi atlet dibutuhkan untuk
Perhitungan zat gizi harian seorang atlet
penyediaan energi selama aktivitas
terdiri dari proporsi zat gizi yang
termasuk juga pemberian suplemen dan
dibutuhkan terhadap kalori total. Menurut
usaha khusus. Usaha khusus yang
Komariah (2017), proporsi zatzat gizi dari
dimaksudkan adalah berupa modifikasi
kebutuhan kalori total untuk karbohidrat

4
(hidrat arang) sebanyak 60 - 70 %, untuk perhitungan praktis dalam menilai
lemak sebanyak 20 - 25%, dan untuk kebutuhan enersi untuk macam-macam
protein sebanyak 10 - 15%. Pembagian cabang olahraga tersebut dapat dipakai
proporsi zat gizi ini kadang kala berbeda, Tabel 2 di bawah ini.
ada pula yang menyebutkan 70%
Tabel 2. Kebutuhan Energi Untuk Berbagai
karbohidrat, 15% lemak dan 15% protein.
Cabang Olahraga
Seperti yang disampaikan oleh Arsani dkk
(2014). a. Kebutuhan karbohidrat orang
dewasa dengan aktivitas sedang sebanyak
8- 12 gram/kg BB/hari, sedangkan
kebutuhan minimal sebanyak 50-100
gram/hari. b. Kebutuhan lemak untuk Waktu makan juga harus diperhatikan.
memelihara keseimbangan fungsi tubuh, Makan makanan seperti nasi dilakukan tiga
dibutuhkan sebanyak 0,5 sampai 1 gram/kg jam sebelum kompetisi. Dinyatakan bahwa
BB/hari. Latihan fisik akan meningkatkan makan 0- 90 menit sebelum kompetisi dan
kapasitas otot menggunakan lemak sebagai kurang dari tiga jam tidak akan membantu
sumber energi. Akan tetapi konsumsi meningkatkan penampilan atlet, akan
lemak yang dianjurkan tidak melebihi 30% tetapi makan sebelum tiga jam
dari kebutuhan energi harian. c. Kebutuhan pertandingan akan dapat menyediakan
protein tubuh dapat ditentukan dengan glukose ke darah dan otot (Staff UNY,
menghitung jumlah nitrogen yang 2017).
diekskresikan melalui urine. Umumnya
METODE
kebutuhan protein adalah sebanyak 0,8
Peserta. Secara total, 20 pria muda sehat
sampai 1 gram/kg BB/hari. Akan tetapi
yang tidak mengikuti program olahraga
pekerja berat dan atlet kebutuhan protein
teratur direkrut dalam penelitian ini.
akan meningkat. Untuk mempermudah
Karakteristik peserta tercantum dalam
pemahaman, perlu diketahui bahwa
Tabel 1. Tidak ada peserta yang memiliki
masing-masih sumber kalori mempunyai
tanda, gejala, atau riwayat penyakit kronis
kalori yang berbeda pada setiap gramnya.
apa pun. Tidak ada dari mereka yang
Menurut Gabriel (2012), 1 gram hidrat
memiliki riwayat merokok dan tidak ada
arang mengandung rata-rata 4 K kalori, 1
yang mengonsumsi obat atau suplemen
gram lemak mengandung 9 K kalori, dan 1
makanan apa pun di mulai belajar.
gram protein mengandung 4 kalori. Untuk

5
Penelitian ini disetujui oleh komite etika peserta dalam kelompok kontrol dan
Universitas Prefektur Kyoto, dan semua kelompok antioksidan sebelum periode
subjek menandatangani formulir intervensi. Semua peserta menjadi
persetujuan setelah membaca desain dan sasaran pelatihan bersepeda yang diawasi
protokol penelitian (Izin No. 2012-46). pada 60% dari konsumsi oksigen
Desain studi. Tidak ada perbedaan maksimum selama 30 menit, 3 hari per
signifikan dalam usia, tinggi badan, massa minggu selama 4 minggu. Peserta dalam
bebas lemak, indeks massa tubuh, dan kelompok antioksidan disediakan
kinerja daya tahan yang diamati antara
Tabel 1. Karakteristik peserta sebelum dan sesudah pelatihan
Kontrol Antioksidan

Pra Pos Ρ Nilai Pra Pos Ρ Nilai Ρ


Nilai-
nilai
Umur (tahun) 20.8 ± 0.3 21.4 ± 0.4 0,323 0,367
tinggi (cm) 170.6 ± 1.8 170.6 ± 3.0 0.166 0.128
Berat badan (kg) 60.2 ± 1.2 60.3 ± 1.3 0.476 63.0 ± 3.0 63.1 ± 3.0 0,380 0,325
Lemak tubuh (%) 12.8 ± 0.8 13.1 ± 1.0 0,342 13.3 ± 1.5 12.7 ± 1.4 0,009 0,500
Indeks massa tubuh 20.7 ± 0.3 20.7 ± 0.3 0.417 21.6 ± 0.7 21.6 ± 0.7 0,003 0,312
Beban kerja maksimum (watt) Durasilatihan 206 ± 6 214 ± 5 0,009 218 ± 8 226 ± 8
(min) 18.0 ± 0.6 19.6 ± 0.6 0,033 19.5 ± 0.8 21.0 ± 0.8
Notes: Nilai adalah meannya ± SD durasi latihan meningkat secara signifikan
diperoleh dari 10 peserta. * p nilai-nilai
selama 4 minggu latihan di kontrol ( p =
dalam perbandingan antara sebelum dan
sesudah latihan olah raga antar kelompok. 0,033) dan kelompok antioksidan ( p =
# p nilai-nilai dalam membandingkan
0,003) (Tabel 1). Beban kerja maksimum
perubahan level sebelum dan sesudah
latihan olah raga antar kelompok. juga meningkat secara signifikan dengan
Hasil
pelatihan di kedua kelompok ( p = 0,009, p
Karakteristik fisik dan parameter
= 0,009).
ketahanan. Itu Berat badan, lemak tubuh,
PEMBAHASAN
dan indeks massa tubuh tidak Penelitian ini bertujuan untuk
menunjukkan perubahan yang signifikan mengetahui bahwa latihan olahraga
antara kelompok dengan asupan memberikan adaptasi metabolik yang
antioksidan atau latihan olahraga, bermanfaat termasuk peningkatan
meskipun sedikit penurunan lemak tubuh sensitivitas insulin dan biogenesis
setelah pelatihan diamati pada peserta mitokondria pada otot rangka, perbaikan
dalam kelompok antioksidan dibandingkan dislipidemia, dan pengurangan lemak
pada peserta dalam kelompok kontrol tubuh. Suplementasi beberapa antioksidan
(Tabel 1). Dalam tes latihan tambahan, seperti astaxanthin, catechin, quercetin,
6
glutathione, dan antosianin dapat yang disebabkan oleh pelatihan ketahanan
meningkatkan metabolisme energi, pada manusia.
dan selanjutnya terbukti bermanfaat dalam SIMPULAN
Setiap aktivitas fisik termasuk
kinerja aerobik selama latihan akut
olahraga membutuhkan energi yang pada
dan kronis. ( 5–8) Namun, belum
prinsipnya berasal dari bahan makanan
diklarifikasi apakah asupan aktif makanan
berupa karbohidrat, lemak, dan protein.
yang
Semua bahan makanan tersebut diproses di
mengandung antioksidan tersebut memiliki
dalam tubuh untuk secara langsung dapat
efek aditif pada manfaat metabolik
digunakan sebagai sumber energi berupa
yang dipicu oleh pelatihan. Studi kali ini
ATP. Proses pembentukan ATP dapat
mengungkapkan asupan makanan kaya
melalui tiga sistem yaitu sistem
antioksidan peningkatan oksidasi
fosfokreatin, sistem glikolisis yang
karbohidrat dalam keadaan istirahat. Selain
masing-masing tidak membutuhkan
itu, intervensi ini menunjukkan
oksigen dan sistem oksidatif yang
pengambilan oksigen yang lebih tinggi
membutuhkan oksigen.
dengan modulasi oksidasi lemak dan
SARAN
karbohidrat selama latihan meskipun tidak
Penelitian ini memiliki beberapa
ada efek aditif pada kinerja daya tahan. keterbatasan. Penyelidikan atlet dari kedua
jenis kelamin pada penelitian ini
Sepengetahuan kami, ini adalah studi
mengetahui betapa pentingnya energi
pertama yang menunjukkan bahwa asupan dalam tubuh manusia dan penting
olahraga. Disarankan untuk melakukan
harian makanan yang mengandung
latihan olahraga aerobik untuk menjaga
antioksidan spesifik memiliki beberapa dan meningkatkan kebugaran fisik, maka
efek aditif pada adaptasi metabolik aerobik kita harus melakukannya dengan baik dan
benar agar terhindar dari kelelahan.
REFERENSI

Abderrahman, A. B. (2018). Effects of recovery mode during high intensity interval training
on glucoregulatory hormones and glucose metabolism in response to maximal exercise.
Journal of athletic enhancement .

Burgomaster, K. A., Howarth, K. R., Phillips, S. M., Rakobowchuk, M., MacDonald, M. J.,
McGee, S. L., & Gibala, M. J. (2008). Similar metabolic adaptations during exercise
after low volume sprint interval and traditional endurance training in humans. The
Journal of physiology, 586(1), 151-160.
Damas F, Phillips S, Vechin FC & Ugrinowitsch C (2015). A review of resistance training-
induced changes in skeletal muscle protein synthesis and their contribution to
hypertrophy. Sports Med 45, 801–807.
7
Facchini, A., Kennedy, C., Stewart, I., & Mele, R. (2017). The energy metabolism of
megacities. Applied Energy, 186, 86-95.

Hawley JA, Maughan RJ & Hargreaves M (2015). Exercise metabolism: Historical


perspective. Cell Metab 22, 12–17.
Jurov, I., Hadžić, V., & Rauter, S. (2020). Markers of Energy Metabolism Affect Lactate
Metabolism and Aerobic Performance in Competitive Female Cyclists. Applied
Sciences, 10(21), 7563.

Kang, J. (2018). Nutrition and metabolism in sports, exercise and health. Routledge.

Koay, Y. C., Stanton, K., Kienzle, V., Li, M., Yang, J., Celermajer, D. S., & O’Sullivan, J. F.
(2021). Effect of chronic exercise in healthy young male adults: a metabolomic
analysis. Cardiovascular research, 117(2), 613-622.
Lesmana, H. S. (2019). ADAPTASI OTOT SKELET PADA LATIHAN.

Periasamy, M., Herrera, J. L., & Reis, F. C. (2017). Skeletal muscle thermogenesis and its
role in whole body energy metabolism. Diabetes & metabolism journal, 41(5), 327.

Real-Hohn, A., Navegantes, C., Ramos, K., Ramos-Filho, D., Cahuê, F., Galina, A., &
Salerno, V. P. (2018). The synergism of high-intensity intermittent exercise and every-
other-day intermittent fasting regimen on energy metabolism adaptations includes
hexokinase activity and mitochondrial efficiency. PloS one, 13(12), e0202784.
Song, D., & Doris, S. F. (2019). Effects of a moderate-intensity aerobic exercise programme
on the cognitive function and quality of life of community-dwelling elderly people with
mild cognitive impairment: a randomised controlled trial. International journal of
nursing studies, 93, 97-105.

Takami, M., Aoi, W., Terajima, H., Tanimura, Y., Wada, S., & Higashi, A. (2018). Effect of
dietary antioxidant-rich foods combined with aerobic training on energy metabolism in
healthy young men. Journal of clinical biochemistry and nutrition, 18-40.

Tas, M., Senturk, E., Ekinci, D., Demirdag, R., Comakli, V., Bayram, M., ... & Supuran, C. T.
(2019). Comparison of blood carbonic anhydrase activity of athletes performing interval
and continuous running exercise at high altitude. Journal of enzyme inhibition and
medicinal chemistry, 34(1), 218-223.
Tipton, K., & Wolfe, R. R. (2001). Exercise, protein metabolism, and muscle
growth. International journal of sport nutrition and exercise metabolism, 11(1), 109-
132.

8
Tofas, T., Draganidis, D., Deli, C. K., Georgakouli, K., Fatouros, I. G., & Jamurtas, A. Z.
(2020). Exercise-induced regulation of redox status in cardiovascular diseases: the role
of exercise training and detraining. Antioxidants, 9(1), 13.

Anda mungkin juga menyukai