Anda di halaman 1dari 7

PAPER MATA KULIAH BIOKIMIA

METABOLISME TERINTEGRASI PADA TUBUH

Disusun Oleh :

RIZKY WIDYA AYUNING TIAS


(190105089)
FARMASI 3B

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKUTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

2020

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemiskinan, kesulitan bahan pangan, dan berpuasa merupakan


beberapa penyebab terjadinya kelaparan. Kelaparan adalah kondisi dimana
tubuh kekurangan asupan energi dan unsur-unsur nutrisi seperti
karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral yang biasanya didapatkan
dari bahan makanan. Dalam kondisi kelaparan lebih dari satu hari, mulai
akan terjadi perubahan - perubahan metabolisme untuk mengimbangi
kekurangan yang terjadi. Meskipun tubuh dapat melakukan adaptasi
metabolisme dalam kondisi lapar, tetap harus dilakukan perbaikan pola
makan. Mengapa? Karena jika dibiarkan terlalu lama, tubuh akan menjadi
kurus kering dan lemah serta dapat berujung pada kematian. Melalui paper
ini akan membahas mengenai metabolisme energi yang terjadi dalam
tubuh dikala terjadi kelaparan. Selain itu, dalam metabolisme tersebut akan
menjelaskan pola makan yang baik untuk menghindari kelaparan.

Di dalam berbagai jenis olahraga baik olahraga dengan gerakan-


gerakan yang bersifat konstan seperti jogging, marathon dan bersepeda
atau juga pada olahraga yang melibatkan gerakangerakan yang explosif
seperti menendang bola atau gerakan smash dalam olahraga tenis atau
bulutangkis, jaringan otot hanya akan memperoleh energi dari pemecahan
molekul aden osine triphospate atau yang biasa disingkat sebagai ATP.
Melaui simpanan energi yang terdapat di dalam tubuh yaitu simpanan
phosphocreatine (PCr), karbohidrat, lemak dan protein, molekul ATP ini
akan dihasilkan melalui metabolisme energi yang akan melibatkan
beberapa reaksi kimia yang kompleks. Pengunaan simpanan-simpanan
energi tersebut beserta jalur metabolisme energi yang akan digunakan
untuk menghasilkan molekul ATP ini juga akan bergantung terhadap jenis
aktivitas serta intensitas yang dilakukan saat berolahraga.

2
B. Tujuan
Mengetahui metabolisme pada orang kelaparan
Mengetahui metabolisme pada pelari marathon

C. Ruang Lingkup Materi


 Metabolisme pada orang kelaparan
 Metabolisme pada pelari marathon

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Metabolisme Pada Orang Kelaparan

Saat berpuasa panjang (1-3 hari bahkan lebih) seseorang akan kelaparan.
Pada saat seperti inilah, tubuh kekurangan asupan glukosa sehingga melalui
proses metabolisme energi, tubuhakan berusaha untuk bisa menghasilkan
cukup glukosa bagi jaringan (terutama bagi otak).Upaya pemenuhan glukosa
tersebut dapat dilakukan dengan cara mengubah simpanan glikogen dalam
tubuh menjadi glukosa dan menguraikan protein menjadi asam-asam amino
yang nantinya akan diubah menjadi glukosa lewat proses yang dikenal sebagai
glukoneogenesis.

Selain glikogen dan protein yang diubah menjadi glukosa, melalui proses
lipolisis, lemak yang disimpan dalam jaringan adiposa akan diuraikan menjadi
gliserol dan asam-asam lemak. Gliserol dan laktat yang merupakan hasil
metabolisme glukosa dalam keadaan anaerob dapat diubah oleh hati menjadi
glukosa. Sementara itu, asam-asam lemak yang tidak bisa diubah menjadi
glukosa akan ditukar dengan asam - asam amino dari otot. Otot dapat
menggunakan asam lemak sebagai sumber energi dengan menghasilkan limbah
metabolik yang berupa keton bodies. Asam-asam amino yang didapat dari
pertukaran di otot nantinya akan diubah menjadi glukosa lewat
glukoneogenesis dalam hati.

Dengan cara menggunakan glikogen, protein, serta lemak untuk


membentuk glukosa kembali, otak serta jaringan-jaringan tubuh dapat hidup
dan bekerja sesuai dengan fungsi masing - masing. Apabila puasa
bekepanjangan sehingga mengakibatkan kelaparan yang teramat - sangat,
secara berangsur-angsur otak akan mengubah metabolisme energinya
dari pemakaian glukosa menjadi pemakaian keton bodies sebagai sumber
energi kedua. Tujuannya untuk mempertahankan protein tubuh agar fungsi

4
organ - organ penting dapat terpelihara. Seluruh proses adaptasi baik bagi
puasa singkat maupun puasa lama, dikoordinasikan oleh hipotalamus dan
diatur oleh kelenjar adrenal, tiroid dan pankreas.

B. Metabolisme Pada Pelari Marathon

Pada jenis-jenis olahraga yang bersifat ketahanan (endurance) seperti lari


marathon, bersepeda jarak jauh (road cycling) atau juga lari 10 km, produksi
energi di dalam tubuh akan bergantung terhadap sistem metabolisme energi
secara aerobik melalui pembakaran karbohidrat, lemak dan juga sedikit dari
pemecahan protein. Oleh karena itu maka atlet-atlet yang berpartisipasi dalam
ajang-ajang yang bersifat ketahanan ini harus mempunyai kemampuan yang
baik dalam memasok oksigen ke dalam tubuh agar proses metabolisme
energi secara aerobik dapat berjalan dengan sempurna. Proses metabolisme
energi secara aerobik merupakan proses metabolisme yang membutuhkan
kehadiran oksigen (O2) agar prosesnya dapat berjalan dengan sempurna untuk
menghasilkan ATP.

Pada saat berolahraga, kedua simpanan energi tubuh yaitu simpanan


karbohidrat (glukosa darah, glikogen otot dan hati) serta simpanan lemak
dalam bentuk trigeliserida akan memberikan kontribusi terhadap laju produksi
energi secara aerobik di dalam tubuh. Namun bergantung terhadap intensitas
olahraga yang dilakukan, kedua simpanan energi ini dapat memberikan jumlah
kontribusi yang berbeda. Secara singkat proses metabolisme energi secara
aerobik dapat dilihat bahwa untuk meregenerasi ATP, 3 simpanan energi akan
digunakan oleh tubuh yaitu simpanan karbohidrat (glukosa,glikogen), lemak
dan juga protein. Diantara ketiganya, simpanan karbohidrat dan lemak
merupakan sumber energi utama saat berolahraga dan oleh karenanya maka
pembahasan metabolisme energi secara aerobik pada tulisan ini akan
difokuskan kepada metabolisme simpanan karbohidrat dan simpanan lemak.

5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara sederhana segala bentuk proses metabolisme energi saat
kelaparan dapat dilihat pada proses dinyatakan dalam garis putus-putus.
Berdasarkan uraian-uraian diatas, ada dua jenis metabolisme yaitu
glikogenolisis dan glukoneogenesis.
Sistem metabolisme energi untuk menghasilkan ATP dapat
berjalan secara aerobik (dengan oksigen) dan secara anaerobik (tanpa
oksigen). Kedua proses ini dapat berjalan secara simultan di dalam tubuh
saat berolahraga. Pada cabang-cabang olahraga dengan intensitas rendah-
sedang yang memilki komponen aerobik tinggi seperti jogging, maraton,
triathlon atau juga bersepeda jarak jauh, metabolisme energi tubuh akan
berjalan secara aerobik dengan kehadiran oksigen melalui pembakaran
simpanan karbohidrat, lemak dan protein.

6
DAFTAR PUSTAKA

Dennis, S.C., & Noakes, T.D., Exercise:muscle & metabolic requirement.


In Encyclopedia of Food Sciences & Nutrition, 2nd Edition, Caballero,
B. Trugo, L.C., & Finglas, P.M.,Eds,. Academic Press. 2003.

Jeukendrup, A. & Gleeson, M. Sport nutrition : An introduction to energy


production and performance. Human Kinetics, Champaign,IL, 2004.

Litwak, S.R., Energy Metabolism. In Encyclopedia of Food Sciences &


Nutrition, 2nd Edition, Caballero, B. Trugo, L.C., & Finglas, P.M.,Eds,.
Academic Press. 2003. Elsevier Science, 2003.

Marks DB, Marks AD, Smith CD. Biokimia kedokteran dasar. sebuah
pendekatan klinis, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;2003.

Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. Edisi 27. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009

Anda mungkin juga menyukai