SKENARIO
Mr.A,laki-laki,30 tahun bekerja di kantor pemerintahan.selama enam bulan setiap sore hari selama 1 jam melakukan olahraga binaraga.ketika dia melakukan binaraga,dia melihat otot lengan atasnya menggembung dan memendek,ketika tangannya diluruskan dia melihat ototnya mengeras tetapi tidak memendek.setelah 6 bulan berolah raga binaraga secara teratur,otot lengan atas dan otot dada mengalami pembesaran dan berat badannya bertambah. Karena kesibukan kerja di kantor ,Mr.A tidak dapat melakukan binaraga secara teratur dan otot-otot yang tadinya membesar mulai mengecil kembali seperti sebelum latihan. Mr.A berkonsultasi dengan Dr.RT yang kebetulan bekerja satu instansi dan mengatakan bahwa ototnya dulu mengalami hipertropi dan sekarang kembali seperti biasa lagi dan Dr.RT menyarankan agar kembali melakukan latihan yang sama kembali.
TERMINOLOGI
Hipertropi pembesaran atau pertumbuhan suatu organ atau bagian yg berlebihan disebabkan oleh peningkatan ukuran sel pembentuknya. Instansi suatu badan atau lembaga yg bergerak dibidang tertentu. Konsultasi tukar pendapat kepada ahlinya. Otot senyawa protein yg dapat berkontraksi. Daging diantara tulang dan kulit yangTersusun oleh kumpulan serat yang mengkerut dan merenggang sehingga terjadi gerakan
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana mekanisme terjadinya hipertropi pada otot? 2. Mengapa saat tidak melakukan olahraga binaraga ototnya mengecil kembali? 3. Sebutkan struktur penyusun dari otot? 4. Bagaimana mekanisme kerja otot saat kontraksi dan relaksasi? 5. Rangsangan apa yang menimbulkan kontraksi itu dan bagaimana mekanismenya? 6. Bagaimana hubungan saraf dengan otot?
ANALISA MASALAH
1. Bagaimana mekanisme terjadinya hipertropi pada otot?
Ukuran otot dapat ditingkatkan dengan olahraga berintensitas tinggi, berdurasi singkat, dan anaerobik secara teratur, misalnya angkat beban. Pembesaran otot terjadi karena dua hal: hipertrofi (utama) dan hiperplasia (sedikit). Hipertrofi Peningkatan diameter dari serat-serat glikolitik-cepat yang direkrut selama otot berkontraksi kuat. Sebagian besar serat menebal sebagai akibat peningkatan sintesis filamen aktin dan miosin, yang memungkinkan peningkatan kesempatan jembatan silang berinteraksi dan meningkatkan kekuatan kontraktil otot.
4.
- KONTRAKSI:
1. 2.
3.
4.
5. Potensial aksi berjalan sepanjang membrane saraf otot dengan cara yang sama seperti potensial aksi berjalan sepanjang membran saraf. 6. Potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membran serat otot, berjalan dalam serat otot ketika potensial aksi menyebabkan reticulum sarkolema melepas sejumlah ion kalsium, yang disimpan dalam reticulum ke dalam myofibril. 7. Ion kalsium menimbulkan kekuatan menarik antara filament aktin dan miosin yang menyebabkan bergerak bersama-sama menghasilkan kontraksi. 8. Setelah kurang dari satu detik kalsium dipompakan kembali kedalam retikulum sarkoplasma tempat ion-ion disimpan sampai potensial aksi otot yang baru lagi.
Relaksasi Mekanisme relaksasi Fase relaksasi dimulai dari metabolisme asetilkolin oleh asetilkolenesterase pada synaptic glutter. Proses selanjutnya adalah : - Pelepasan ion kalsium terhenti dan terjadi uptake ion kalsium kedalam sarkoplasma reticulum (perlu ATP). - Tanpa ion kalsium pada TNC, active site akan ditutup kembali oleh tropomyosin dan aktin-miosin kembali ke posisi semula. (Vander, 1985; Marieb,1989; Guyton, 1991)
POHON TOPIK
Excercise tak teratur Atrofi disuse
Hiprtrofi Kontraksi Otot Berulang dan Teratur Exercise Teratur Aktin + myosin + ATP Mr. A
TUJUAN PEMBELAJARAN
Memahami mekanisme otot dan faktor2 yang mempengaruhi kerja otot. Memahami hubungan saraf dengan otot.
OTOT (MUSCULUS)
MACAM OTOT
1. Otot polos gerakan tak disadari (INVOLUNTER) 2. Otot lurik = serat lintang gerakan disadari (VOLUNTER) 3. Otot jantung = MIOKARDIUM involunter MIOGLOBIN adalah pigmen otot yang berfungsi mengikat oksigen.
BAGIAN-BAGIAN OTOT
- TENDON urat otot, bagian ujung otot yang mengecil. - VENTRIKEL empal otot, bagian tengah otot yang menggembung. - ORIGO ujung otot yang melekat pada tempat yang tidak bergerak. - INSERSIO ujung otot yang melekat pada tempat yang bergerak. - NORMOTROFI otot yang besarnya normal. - ATROFI otot yang mengecil, lisut. - HIPERTROFI otot yang membesar. - DISKUS INTERKALARIS bagian khas otot jantung yang merupakan batas.
KARAKTERISTIK OTOT a. KONTRAKTIBILITAS : kemampuan untuk memendek b. EKSTENSIBILITAS : kemampuan untuk memanjang c. ELASTISITAS : kemampuan untuk kembali ke ukuran semula setelah memendek atau memanjang KERJA OTOT - TONUS : ketegangan akibat mengerutnya otot (kontraksi), - TETANUS : ketegangan maksimum yang terus menerus, - FLEKSI : membengkokkan > < EKSTENSI meluruskan, - ABDUKSI : menjauhi badan > < ADDUKSI mendekati badan, - DEPRESI : ke bawah > < ELEVASI ke atas, - SUPINASI : memutar telapak tangan menengadah > < - PRONASI : menelungkup.
SERAT OTOT
Berdasarkan kapasitas biokimiawi, paling sedikit terdapat tiga jenis serat otot: serat oksidatif-lambat (tipe I) serat oksidatif-cepat (tipe IIa) serat glikolitik-cepat (tipe IIb) Perbedaan utama antara ketiganya adalah kecepatan kontraksi (cepat atau lambat, ditentukan dari kecepatan aktivitas ATPase miosin) dan jenis perangkat enzimatik yang digunakan untuk membentuk ATP (oksidatif atau glikolitik). Sebagian serat diperlengkapi dengan lebih baik oleh fosforilasi oksidatif, sementara serat lain terutama mengandalkan glikolisis anaerobik untuk menghasilkan ATP. Karena fosforilasi oksidatif menghasilkan lebih banyak ATP dari setiap molekul nutrien yang diolahnya, proses ini tidak cepat menghabiskan simpanan energi. Selain itu proses ini tidak menyebabkan penimbunan asam laktat. Dengan demikian, serat otot jenis oksidatif lebih resisten terhadap kelelahan daripada serat glikolitik.
Kontraksi Otot
Secara normal otot distimulasi untuk berkontraksi sebagai respons terhadap adanya impuls saraf. Bahkan otot dalam gabungannya sebagai jaringan yang mempunyai iritabilitas juga akan berkontraksi dengan adanya stimuli listrik, mekanis, kimiawi, dan mungkin panas yang langsung. Pemendekan yang bisa dilihat pada wakltu kontraksi otot meliputi hanya perubahan mekanis sebagi akibat akhir dari beberapa perubahan internal yang tidak bisa diketahui. Dalam hal ini meliputi berbagai perubahan: kimia, termal, elektris, dan histologis. Rangsangan adalah perubahan keadaan luar yang dalam organisme misalnya sel otot dapat menimbulkan reaksi yang bersifat spesifik. Berbagai cara memberikan rangsangan sebagai berikut: Rangsangan mekanis berupa tekanan, tarikan, tusukan, cubitan, dan lain-lain. Reaksi yang terjadi dalam organisme disebut efek. Menurunnya kekuatan rangsangan mekanis jauh lebih besar daripada efek yang ditimbulkannya. Sering rangsangan mekanis begitu besar sehingga jaringan yang dirangsang itu menjadi rusak karenanya. Rangsangan kimia yang murni sukar diberikan karena sifat zat kimia yang mudah berubah. Supaya didapatkan rangsangan kimia yang murni zat harus dalam larutan, larutan harus isotinik, suhunya sama dengan suhu jaringan yang hendak dirangsang.
Rangsangan kalorik berupa rangsangan panas atau dingin. Saraf perifir umumnya tidak peka terhadap rangsangan kalorik, sehingga karenanya tenaga rangsangan harus kuat sekali; akibatnya jaringan menjadi rusak. Rangsanagn cahaya. Khusus untuk mata. Rangsangan listrik. Cara rangsangan itu banyak dipakai karena mempunyai berbagai kebaikan : a). tiap jaringan peka terhadap listrik. b). tidak merusak jaringan, c). kekuatannya dapat diatur, d). saat rangsangannya dapat ditentukan, e). lama rangsangannya dapat ditentukan, f). tempat rangsangannya dapat ditentukan. Otot rangka bila mengalami inervasi (tidak mendapat ransangan saraf) akan mengalamim paralisis. Juga otot rangka tidak bisa berkontraksi secara otomatis dan spontan.
Pada manusia, sebagian besar otot mengandung campuran ketiga jenis serat; presentase tiap-tiap jenis ditentukan oleh jenis aktivitas yang dilakukan oleh otot yang bersangkutan. Pada otot-otot yang mengkhususkan diri untuk mempertahankan kontraksi intensitas rendah dalam waktu lama tanpa mengalami kelelahan, misalnya otot-otot punggung dan tungkai yang menunjang berat tubuh melawan gaya tarik bumi, ditemukan serat-serat oksidatif lambat dalam proporsi besar. Dominasi serat-serat glikolitik cepat dijumpai pada otot-otot lengan, yang beradaptasi untuk melaukan gerakan-gerakan yang kuat dan cepat misalnya mengangkat benda berat.
A.Pembesaran Otot Ukuran otot dapat ditingkatkan dengan olahraga berintensitas tinggi, berdurasi singkat, dan anaerobik secara teratur, misalnya angkat beban. Pembesaran otot terjadi karena dua hal: hipertrofi (utama) dan hiperplasia (sedikit). Hipertrofi Peningkatan diameter dari serat-serat glikolitik-cepat yang direkrut selama otot berkontraksi kuat. Sebagian besar serat menebal sebagai akibat peningkatan sintesis filamen aktin dan miosin, yang memungkinkan peningkatan kesempatan jembatan silang berinteraksi dan meningkatkan kekuatan kontraktil otot. Hiperplasia Sel-sel otot tidak mampu membelah secara mitosis, tetapi bukti-bukti eksperimental mengisyaratkan bahwa serat yang sangat membesar dapat terputus menjadi dua di tengahnya, sehingga terjadi peningkatan jumlah serat (splitting). Perubahan-perubahan adaptif yang terjadi di otot rangka secara bertahap berbalik ke keadaan semula dalam periode beberaa bulan apabila program latihan teratur yang menimbulkan perubahan itu dihentikan.
B.Atrofi Pada ekstrem yang lain, jika suatu otot tidak digunakan, kandungan aktin dan miosinnya akan berkurang, serat-seratnya menjadi lebih kecil, dan dengan demikian otot tersebut berkurang massanya (atrofi) dan menjadi lebih lemah. Atrofi dapat terjadi melalui dua cara; Disuse atrophy dan Atrofi denervasi. Disuse atrophy Terjadi jika suatu otot tidak digunakan dalam jangka waktu lama walaupun persarafannya utuh, seperti ketika seseorang harus menggunakan gips atau berbaring untuk jangka waktu lama. Atrofi denervasi Terjadi setelah pasokan saraf ke suatu otot terputus. Apabila otot dirangsang secara listrik sampai persarafan dapat dipulihkan, seperti pada regenerasi saraf perifer yang terputus, atrofi dapat dihilangkan tetapi tidak dapat dicegah seluruhnya. Aktifitas kontraktil itu sendiri jelas berperan penting dalam mencegah atrofi; namun, faktor-faktor yang belum sepenuhnya dipahami yang dikeluarkan dari ujung-ujung saraf aktif, yang mungkin terkemas bersama dengan vesikel asetilkolin, tampaknya berperan penting dalam integritas dan pertumbuhan jaringan otot.
TERIMA KASIH
ARIGATO GOZAIMASU