Sistem muskuloskeletal memegang peranan utama dalam proses pergerakan untuk
melakukan aktivitas sehari-hari yang dikontrol oleh sistem saraf pusat dalam integrasi dan koordinasi bersama sistem saraf dalam melaksanakan fungsi tubuh yang berhubungan dengan komponen biomotorik. Faktor yang berpengaruh dalam tumbuh kembang muskuloskeletal adalah faktor intraseluler dan ekstraseluler. Prinsip dasar muskuloskeletal itu sendiri yaitu otot sebagai sebuah sel sehingga memerlukan asupan energi untuk menjalankan fungsinya. Fungsi otot yaitu untuk kontraksi, kerangka dan melakukan gerakan. Kontraksi otot terjadi oleh komponen otot utama yaitu aktin dan myosin dan didukung oleh kalsium, troponin, tropomyosin dan ATP. Besar stimulasi muskuloskeletal akan mempengaruhi kekuatan kontraksi dan penurunan stimulasi yang akan mempengaruhi kontraksi otot. Proses kontraksi otot diawali lepasnya kalsium dari sisterna yang terikat pada troponin sehingga mengakibatkan aktin terbuka dan berikatan dengan miosin. Pada kepala miosin terdapat enzim ATP-ase yang menghidrolisis ATP menjadi ADP dan Posfat (P). Reaksi memindahkan energi dari ATP ke kepala miosin menyebabkan kepala miosin berikatan dengan tempat aktif pada aktin sehingga menghasilkan power stroke berkontraksi sehingga terjadi sliding mechanisme. Sliding Mechanisme adalah ikatan antara aktin dan miosin yang menyebabkan kedua filamen ini saling menarik ke arah tengah dan ini yang disebut dengan kontraksi otot. Hal yang tidak kalah penting dalam timbulnya kontraksi otot adalah adanya stimulasi dari saraf yang melewati medulla spinalis menuju saraf tepi kemudian saraf motorik. Adapun pertemuan system saraf dan otot disebut “Neuromuscular junction (NMJ)” yang merupakan pertemuan akson terminal dengan sel otot. Adapun bagian-bagian dari NMJ tersebut adalah akson terminal yang terdapat vesikel menuju neurotransmitter, celah sinaps yang terdapat enzim di dalamnya dan motor end plate sbg reseptor. Pada motor end plate dapat terjadi mekanisme eksitasi kontraksi. Otot juga dapat mengalami perubahan seperti atrofi dan hipertrofi. Atrofi adalah pengecilan otot yang terjadi karena tidak adanya potensial aksi dari akson yang disebabkan oleh akson motoris putus. Sedangkan Disuse Atrofi adalah otot yang tidak digunakan dalam jangka waktu lama sehingga menyebabkan terjadinya Sarcopenia yaitu penurunan massa dan fungsi otot rangka yang disebabkan oleh aging (penuaan). Hipertrofi adalah otot bertambah besar terjadi jika otot digunakan teratur dengan beban maksimal yang mengakibatkan aktin dan myosin bertambah banyak, sirkulasi meningkat mengakibatkan suplai oksigen dan makanan meningkat sehingga terjadi Hiperplasia. Hipertrofi otot disebabkan juga oleh peningkatan jumlah kolagen otot yang diteruskan ke otot, tendon dan tulang. Musculoskeletal dapat mengalami penuaan. Latihan fisik yang rutin dan sesuai dapat menghambat penuaan pada muskuloskeletal, latihan fisik yang dapat dilakukan adalah resistance exercise yang berfungsi untuk meningkatan massa serta kekuatan otot dan aerobic exercise yang diketahui meningkatkan sensitivitas insulin dan kapasitas mitokondria. Peningkatan kapasitas mitokondria meningkatkan kapasitas otot myofibrillar untuk menghasilkan ATP dan meningkatkan aktifitas enzim oksidatif. Olahraga dapat menjaga struktur dan fungsi musculoskeletal agar tetap optimal. Penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan kekuatan otot, daya tahan otot pada usia lanjut dibandingkan dengan usia muda sepanjang mendapat dosis pelatihan yang tepat.