Anda di halaman 1dari 6

-Gambar mekanisme kontraksi otot

Mekanisme kontraksi otot dimulai saat sinyal sistem saraf dikirimkan ke dalam sel-sel di otot
(sistem muskular). Sinyal ini adalah respons otak ketika kita hendak melakukan sesuatu yang
memerlukan gerakan otot. Setelahnya, reaksi kimia dari neurotransmitter yang keluar akan
membuat otot dapat berkontraksi.Dalam sistem gerak manusia, terdapat mekanisme kontraksi
otot. Kontraksi otot ini berfungsi untuk membantu pergerakan dan kinerja organ-organ dalam
tubuh.

Tubuh manusia terdiri berbagai macam jaringan otot yang menyusun anatomi tulang dan organ.
Mekanisme kontraksi otot sebenarnya merupakan bagian dari mekanisme kerja otot. Otot-otot
berkontraksi dan melemas untuk dapat menggerakan tubuh.
Kontraksi otot ini dapat berupa pengencangan, pemendekan, atau pemanjangan otot. Contohnya,
ketika Anda memegang atau mengambil sesuatu, ada otot yang memendek sehingga Anda bisa
melakukan gerakan menggenggam.
Setiap proses kontraksi dan pelemasan yang timbul adalah respon dari sistem saraf.
urutan mekanisme kontraksi otot yang benar dapat dijabarkan menjadi beberapa tahapan, yaitu:
1. Sinyal dari sistem saraf
Mekanisme kontraksi otot dimulai ketika adanya sinyal dari sistem saraf yang dikirim ke sel-sel
dalam otot (sistem muskular). Sinyal ini adalah respons yang diperintahkan otak ketika hendak
melakukan sesuatu yang memerlukan gerakan otot.
Sinyal tersebut berjalan melalui neuron motorik hingga neuromuskular.
2. Reaksi kimia dalam otot
Otot mengandung serat-serat yang disebut dengan myosin..
Saat sinyal dari sistem saraf sampai di sambungan neuromuskular, saraf motorik akan
mengeluarkan zat kimia yang disebut dengan asetilkolin. Zat ini akan berikatan dengan reseptor
di luar serat otot dan terjadilah reaksi kimia di dalam otot.
Tergantung dari aktivitas yang akan dilakukan, serat-serat myosin akan mengencang,
memendek, mengendur, atau meregang.
Reaksi kimia tersebut memicu keluarnya kalsium dalam otot dan merangsang kinerja senyawa
aktin (tipis) dan myosin (tebal). Nantinya, akan membagun struktur jembatan silang.
Jadi, peranan kalsium dalam kontraksi otot adalah untuk mengikat troponin (kelompok protein)
dan mengubah bentuknya. Selama kontraksi otot berlangsung, akan terjadi pengurangan
karbohidrat yang menjadi sumber energi.
3. Melemasnya otot
Saat sinyal dari sistem saraf sudah berhenti, reaksi kimia dalam otot akan kembali seperti semula
dan membuat otot memanjang atau melemas. Ini membalikkan mekanisme kontraksi otot.

Secara mekanisme kontraksi otot adalah terjadinya sliding filamen, sedangkan rangkaian proses
kontraksi secara sederhana merupakan  (1) adanya rangsangan dari otak melalui akson neuron
motorik keserabut otot, (2) asetilkolin yang berada disynaptic gutter akan berikatan dengan
reseptornyapada sarkolema, sehingga terjadi depolarisasi membran dan menimbulkan potensial
aksi sel otot rangkaserta menyebabkan  ion natrium dan kalium keluar, dan (3) potensial aksi
yang disebarkan dari membran sel akan diteruskan melalui tubulus T,  selanjutnya merangsang
terminal sisterna sarkoplasmik retikulumuntuk melepaskan ion kalsium. Ion kalsium akan
berikatan dengan troponin Cpada filamen aktin dan  mendorong filamen tropomiosin  menutup
celah-celah aktivesite filamen aktin, sehingga aktivesite terbuka.
Otot merupakan jaringan peka yang dapat dirangsang untuk menimbulkan suatu potensial aksi.
Otot rangka melekat pada tulang dan berperan sebagai sistem perototan yang menggerakan
tubuh. Aktivitas otot diatur oleh susunan saraf melalui persarafan motorik. Otot rangka tersusun
dari serat-serat  yang merupakan balok penyusun (building bloks) sistem otot. 40% dari berat
badan manusia terdiri dari otot rangka dan 10% terdiri dari otot polos dan jantung. Mekanisme
kontraktil ototrangka tergantung dari protein miosin, aktin, troponin dan tropomiosin. Ciri filamen
miosin tebal, sedangkan filamen aktin tipis. Sebagian saling bertautan sehingga menyebabkan
myofibril secara bergantian menunjukan pita terang dan gelap. Pita ini saling tumpang tindih dan
terjadi penonjolan dari sisi filamen miosin. Penonjolan ini dinamakan jembatanpenyeberangan
(cross bridge).
PROSES PEMBENTUKAN TULANG (OSIFIKASI)

Tulang merupakan salah satu alat gerak tubuh yang bekerja secara pasif. Tulang terdiri dari
berbagai mineral sehingga memiliki bentuk yang kokoh dan keras. Proses pembentukan ini
disebut osifikasi.

Tulang

Pembentukan tulang dimulai sejak manusia masih berada di dalam perut sang ibu (janin). Proses
pertumbuhan tulang pada masa ini merupakan proses penulangan primer di mana tulang yang
terbentuk merupakan tulang rawan (kartilago) sehingga tulang yang dimiliki masih lunak,
contohnya tulang pada bayi.

Setelah dilahirkan, tulang bayi akan mengalami pertumbuhan hingga usia 20 tahun. Pertumbuhan
yang dimaksud di sini adalah perpanjangan tulang. Hal ini dikarenakan bagian epifise tulang akan
menyatu dengan bagian diafisis sehingga kemungkinan tulang manusia untuk bertambah panjang
sangat sedikit, namun penebalan atau pemadatan tulang masih dapat terjadi.
Osifikasi tulang

Proses pembentukan tulang atau osifikasi terjadi pada bagian tengah tulang terlebih dahulu
kemudian disusul oleh bagian ujung tulang. Pada bagian tengah tulang terdapat banyak osteosit
(sel tulang) yang akan tumbuh sehingga membentuk tulang sejati atau disebut juga tulang
kompak. Tulang yang terbentuk pada bagian ini lambat laun akan membentuk rongga sumsum
tulang dan akan diisi oleh pembuluh darah pada bagian dalamnya. Pada saat yang sama proses
pembentukan tulang juga berlangsung pada bagian ujung tulang (epifisis). Dengan demikian
pertumbuhan tulang pada bagian epifisis dan diafisis akan bertemu dan membentuk tulang yang
kokoh.

Proses pembentukan tulang disebut osifikasi (ossi = tulang, fikasi = pembuatan) atau disebut
juga osteogenesis (Tortora dan Derrickson, 2011). Semua tulang berasal dari mesenkim, tetapi
dibentuk melalui dua cara yang berbeda. Tulang berkembang melalui dua cara, baik dengan
mengganti mesenkim atau dengan mengganti tulang rawan. Sususan histologis tulang selalu
bersifat sama, baik tulang itu berasal dari selaput atau dari tulang rawan (Moore dan Agur,
2002).
2002).

a. Osifikasi membranosa

Osifikasi membranosa adalah osifikasi yang lebih sederhana diantara dua cara pembentukan
tulang. Tulang pipih pada tulang tengkorak, sebagian tulang wajah, mandibula, dan bagian
medial dari klavikula dibentuk dengan cara ini. Juga bagian lembut yang membantu tengkorak
bayi dapat melewati jalan lahirnya yang kemudian mengeras dengan cara osifikasi membranosa.

2. Osifikasi Endokondral

Pembentukan tulang ini adalah bentuk tulang rawan yang terjadi pada masa fetal dari mesenkim
lalu diganti dengan tulang pada sebagian besar jenis tulang . Pusat pembentukan tulang yang
ditemukan pada corpus disebut diafisis, sedangkan pusat pada ujung-ujung tulang disebut
epifisis. Lempeng rawan pada masing-masing ujung, yang terletak di antara epifisis dan diafisis
pada tulang yang sedang tumbuh disebut lempeng epifisis. Metafisis merupakan bagian diafisis
yang berbatasan dengan lempeng epifisis. Penutupan dari ujung-ujung tulang atau dikenal
dengan epifise line rerata sampai usia 21 tahun, hal tersebut karena pusat kalsifikasi pada epifise
line akan berakhir seiring dengan pertambahan usia, dan pada setiap tulang.

Massa tulang bertambah sampai mencapai puncak pada usia 30-35 tahun setelah itu akan
menurun karena disebabkan berkurangnya aktivitas osteoblas sedangkan aktivitas osteoklas
tetap normal. Secara teratur tulang mengalami turn over yang dilaksanakan melalui 2 proses
yaitu modeling dan remodeling. Pada keadaan normal jumlah tulang yang dibentuk remodeling
sebanding dengan tulang yang dirusak. Ini disebut positively coupled jadi masa tulang yang
hilang nol. Apabila tulang yang dirusak lebih banyak terjadi kehilangan masa tulang ini disebut
negatively coupled yang terjadi pada usia lanjut. Dengan bertambahnya usia terdapat penurunan
masa tulang secara linier yang disebabkan kenaikan turn over pada tulang sehingga tulang lebih
rapuh. Pengurangan ini lebih nyata pada wanita, tulang yang hilang kurang lebih 0,5 sampai 1%
per tahun dari berat tulang pada wanita pasca menopouse dan pada pria diatas 70 tahun,
pengurangan tulang lebih mengenai bagian trabekula dibanding dengan korteks.

Anda mungkin juga menyukai