Anda di halaman 1dari 93

SISTEM ORGAN PADA MANUSIA

1 Sistem gerak pada manusia

Alat gerak pada manusia dan hewan tingkat tinggi adalah tulang dan otot. Tulang disebut alat gerak
pasif, sedangkan otot disebut alat gerak aktif karena kemampuannya berkontraksi sehingga dapat
menggerakkan tulang.

1) Tulang

Tulang-tulang dalam tubuh manusia menyusun suatu sistem kerangka. Tulang-tulang yang menyusun
rangka mempunyai struktur yang beraneka ragam, sesuai dengan fungsinya. Secara umum fungsi rangka
adalah:

Menegakkan tubuh

Sebagai alat gerak pasif

Tempat melekatnya otot-otot rangka

Melindungi alat-alat yang vital seperti otak, jantung, paru-paru dan lain sebagainya

Tempat pembentukan sel-sel darah

Tempat deposit kalsium dan fosfat

Macam-macam Tulang

Tulang dapat dibedakan atas beberapa macam, baik berdasarkan jenisnya maupun berdasarkan
bentuknya. Berdasarkan jenisnya, tulang dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:

Tulang rawan (kartilago)

Tulang rawan (kartilago) terdiri atas sel-sel tulang rawan (kondrosit) yang mengeluarkan matriks yang
disebut kondrin. Tulang rawan bersifat bingkas atau lentur. Tulang rawan pada anak berbeda dengan
tulang rawan pada orang dewasa, karena tulang rawan pada anak berasal dari mesenkim dan lebih
banyak mengandung sel tulang, sedangkan pada orang dewasa berasal dari perikondrium (selaput
tulang rawan) yang mengandung calon sel tulang rawan (kondroblas).
Tulang keras / sejati (osteon)

Tulang keras dibentuk oleh sel-sel tulang keras (osteosit) yang mengeluarkan matriks yang mengandung
senyawa kapur dan fosfat. Penimbunan senyawa ini dalam matriks menyebabkan tulang menjadi keras.
Osteosit yang meyusun tulang keras menempati suatu bagian yang disebut lakuna. Lakuna ini
dihubungkan dengan lakuna-lakuna lain oleh suatu saluran kecil yang disebut kanalikuli. Lakuna yang
berisi osteosit ini membentuk suatu struktur konsentris yang berpusat pada bagian tengan yang disebut
saluran Havers. Pada saluran ini terdapat sistem saraf dan pembuluh darah yang bertugas mensuplai
oksigen dan nutrisi bagi osteosit.

Osifikasi (proses penulangan)

Tulang pipa terbagi atas tiga bagian, yaitu bagian ujung disebut epifise, bagian tengahnya yang tersusun
atas tulang keras disebut diafise, dan antara diafise dan epifise terdapat cakra epifise, yang terdiri atas
tulang rawan dan banyak mengandung osteoblas (calon osteosit). Pada orang yang masih dalam
pertumbuhan bagian inilah yang dapat bertambah panjang. Di dalam tulang pipa terdapat rongga.
Rongga ini terjadi karena aktivitas osteoklas yang berfungsi merombak sel-sel tulang. Selanjutnya rongga
itu berisi sumsum tulang. Sumsum ini berwarna kuning, yang merupakan campuran antara lemak dan
sumsum merah.

Osifikasi adalah proses perubahan tulang rawan menjadi tulang keras. Rangka manusia telah terbentuk
pada akhir bulan kedua, atau awal bulan ketiga pada waktu perkembangan embrio. Yang mula-mula
terbentuk adalah tulang rawan. Kartilago berasal dari jaringan ikat embrional atau mesenkim. Di dalam
kartilago terdapat rongga yang mengandung osteoblas. Peristiwa pengerasan tulang ini urutannya
sebagai berikut:

Tulang rawan pada embrio banyak mengandung osteoblas, terutama pada bagian tengah epifise dan
bagian tengah diafise serta pada jaringan ikat pembungkus tulang rawan

Osteoblas kemudian akan membentuk osteosit, (sel-sel tulang keras), yang tersusun melingkar
membentuk suatu sistem havers, yang banyak mengandung pembuluh darah serta serabut saraf

Osteosit mensekresikan zat protein yang akan menjadi matriks tulang, dan setelah mendapatkan
tambahan senyawa ca dan p, maka tulang akan mengeras

Terjadinya penulangan pada bagian epifise dan diafise akan menyebabkan terbentuknya daerah antara
yang tidak mengalami penulangan yang disebut cakra epifise yang berupa tulang rawan yang banyak
mengandung osteoblas
Bagian cakra epifise terus mengalami penulangan, sehingga bagian inilah yang dapat menyebabkan
tulang tumbuh memanjang

Di bagian tengah tulang pipa terdapat osteoklas yang merombak sel-sel tulang yang telah terbentuk,
sehingga terbentuk rongga yang berisi sumsum tulang

Hubungan Antartulang (Artikulasi)

TulangTulang-tulang di dalam tubuh ada yang saling berhubungan dengan erat ada pula yang tidak.
Hubungan antartulang ini disebut artikulasi. Hubungan antara tulang yang satu dengan lainnya
(persendian tulang) dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sinartrosis dan diartrosis.

Sinartrosis, yaitu hubungan antartulang yang tidak memungkinkan adanya gerak. Pada jenis artikulasi ini
penghubungnya adalah jaringan ikat yang kelak akan mengalami osifikasi. Misalnya hubungan antar
tulang tengkorak (sutura)

Amfiarthrosis yaitu hubungan antartulang yang memungkinkan sedikit gerak karena antartulang
dihubungkan oleh tulang rawan. Misalnya ruas tulang belakang (vertebrae) dan hubungan antara tulang
belakang dengan tulang rusuk.

Diartrosis, yaitu hubungan antartulang yang memungkinkan timbulnya gerak, sering disebut dengan
sendi.

Macam-macam hubungan diartrosis:

Sendi kaku, kedua ujung tulang agak rata, sehingga menghasilkan gerakan geser dan tidak berporos.
Contohnya,hubungan antartulang karpal (tulang pergelangan kaki).

Sendi engsel, ujung tulang yang bergerak membentuk lekukan. Gerakan ini berporos satu. Misalnya,
hubungan tulang pada siku, lutut dan ruas antar jari.

Sendi ovoid, di mana kedua ujung tulang yang satu berbentuk oval, dan masuk ke dalam suatu lekuk
yang berbentuk elips. Misalnya, persendian antara pergelangan tangan dan tulang pengumpil. Sendi ini
memungkinkan berporos dua dengan gerak ke kiri dan ke kanan, maju-mundur dan muka-belakang.

Sendi putar, ujung tulang yang satu dapat mengitari ujung tulang yang lain. Gerakan ini memungkinkan
adanya gerakan rotasi yang berporos satu. Misalnya, hubungan antara tulang kepala dan tulang atlas.
Sendi pelana, kedua ujung tulang membentuk sendi pelana berporos dua. Misalnya, hubungan antara
ruas jari tangan dengan tulang tapak tangan.

Sendi peluru (endartrosis), apabila ujung tulang yang satu berbentuk bonggol masuk ke tulang yang
berbentuk cekungan. Hubungan ini berporos tiga. Misalnya, tulang lengan atas dengan tulang belikat,
tulang paha dengan tulang pinggul.

2) Otot

Otot disebut juga alat gerak aktif karena memiliki kemampuan berkontraksi sehingga dapat
menggerakkan tulang. Sifat otot ada tiga yaitu: kontraktibilitas (kemampuan memendek), elastisitas
(kemampuan kembali ke bentuk semula), dan ekstensibilitas (kemampuan memanjang).

Setiap otot memiliki dua atau lebih tendon (ujung otot). Tendon yang melekat pada tulang yang
bergerak disebut insersio, sedang yang melekat pada tulang yang tidak bergerak disebut origo.

Otot dibungkus oleh selaput yang disebut fasia superfisialis, sebenarnya disusun oleh kumpulan serabut
otot yang dibungkus oleh selaput fasia propia. Satu serabut otot dibungkus oleh selaput sarkolemma,
dan dibentuk oleh banyak miofibril. Satu miofibril disusun oleh banyak sarkomer dimana tiap sarkomer
tersusun dari aktin dan miosin.

Arah gerak otot

Otot-otot yang menimbulkan arah gerak yang berlawanan disebut otot antagonis. Arah gerakan yang
antagonis dapat berupa:

Ekstensor (meluruskan) x fleksor (membengkokkan)

• Abduktor (menjauhi badan) x adduktor (mendekati badan)

• Depresor (menurunkan) x elevator (mengangkat)

• Supinasi (menengadah) x pronasi (menelungkup)

Contoh otot antagonis adalah otot bisep (otot ber-origo dua) dan otot trisep (otot ber-origo tiga).
Otot-otot yang bekerjasama untuk menimbulkan suatu gerak searah disebut otot sinergis. Contoh gerak
sinergis adalah gerak pronasi (menelungkupkan telapak tangan) yang timbul karena kerjasama otot
pronator teres dan pronator kuadratus.

Energi untuk kontraksi otot

Energi untuk kontraksi otot diperoleh dari penguraian ATP (Adenosin trifosfat). Sewaktu kontraksi ATP
terurai menjadi ADP (Adenosin difosfat) dan melepaskan energi yang digunakan untuk mengikatkan
aktin dan miosin. Selanjutnya ADP masih dapat dipecah lagi menjadi AMP dan melepaskan energi. Bila
ATP dan ADP dalam otot telah habis, maka otot tidak mampu lagi berkontraksi. Untuk dapat
berkontraksi kembali maka ATP harus dibentuk lagi.

Energi untuk membentuk kembali ATP berasal dari hasil penguraian glikogen. Glikogen akan diubah dulu
menjadi laktasidogen lalu diubah menjadi glukosa (bentuk gula yang larut dalam darah). Glukosa akan
dioksidasi secara aerob dan menghasilkan energi untuk mengikatkan gugus P pada ADP sehingga
terbentuk ATP yang siap kembali digunakan untuk sumber energi bagi kontraksi otot. Proses respirasi
aerob ini dilepaskan CO2 dan H2O.

Bila otot bekerja amat keras diperlukan banyak ATP yang tidak bisa tercukupi dengan respirasi aerob
saja. Untuk itu selain respirasi aerob, juga berlangsung respirasi anaerob dimana glukosa dipecah tanpa
oksigen menghasilkan energi dan CO2 dengan hasil samping asam laktat yang menyebabkan lelah dan
linu pada otot.

Kelainan dan gangguan pada sistem gerak

Tulang sebagai organ tubuh sering mengalami gangguan ataupun kelainan. Kelainan ini dapat
disebabkan oleh serangan kuman, kekurangan zat, hormon, vitamin, atau karena sebab-sebab lain.

Arthritis eksudatif, infeksi sendi oleh kuman (gonorhoeo atau sifilis)

Arthritis sika, berkurangnya minyak sendi, sehingga seakan-akan sendi menjadi kering. Pada waktu sendi
digerakkan, sendi seperti berderik dan menimbulkan rasa nyeri

Memar, terjadi karena sobeknya selaput sendi. Bila sobeknya selaput sendi ini diikuti oleh lepasnya
ujung tulang dari sendi maka disebut urai sendi
Layuh semu, adalah keadaan di mana tulang tidak bertenaga. Hal ini misalnya disebabkan oleh infeksi
sifilis pada anak sejak dalam kandungan. Infeksi ini menyebabkan rusaknya cakra epifise, sehingga
tulang menjadi layuh.

Fraktura / fisura, adalah patah / retaknya tulang. Dibedakan menjadi dua, yaitu patah tulang terbuka
dan patah tulang tertutup. Patah tulang tertutup terjadi apabila tulang yang patah tetap terlindungi oleh
otot dan kulit. Sedang patah tulang terbuka terjadi apabila tulang yang patah, merobek otot dan kulit
sehingga mencuat ke permukaan

Nekrosa, adalah matinya sel tulang. Biasanya hal ini disebabkan oleh kerusakan periosteum (selaput
pembungkus tulang keras) yang bertugas menumbuhkan tulang.

Gangguan pada ruas-ruas tulang belakang (vertebrae), jika ruas-ruas tulang belakang dilihat dari
samping tampak terlalu bengkok ke depan disebut lordosis, dan bila terlalu bengkok ke belakang disebut
kifosis, dan bila ruas-ruas tulang belakang bengkok ke samping disebut skoliosis.

2. Sistem pencernaan pada manusia

Pengertian Sistem Pencernaan Manusia

Pencernaan makanan merupakan proses mengubah makanan dari ukuran besar menjadi ukuran yang
lebih kecil dan halus, serta memecah molekul makanan yang kompleks menjadi molekul yang sederhana
dengan menggunakan enzim dan organ-organ pencernaan. Enzim ini dihasilkan oleh organ-organ
pencernaan dan jenisnya tergantung dari bahan makanan yang akan dicerna oleh tubuh. Zat makanan
yang dicerna akan diserap oleh tubuh dalam bentuk yang lebih sederhana.

Saluran Pencernaan Manusia

Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan
mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan (penguyahan, penelanan,
dan pencampuran) dengan enzim zat cair yang terbentang mulai dari mulut sampai anus.

Mulut

Proses pencernaan dimulai sejak makanan masuk ke dalam mulut. Di dalam mulut terdapat alat-alat
yang membantu dalam proses pencernaan, yaitu gigi, lidah, dan kelenjar ludah (air liur). Di dalam rongga
mulut, makanan mengalami pencernaan secara mekanik dan kimiawi. Beberapa organ di dalam mulut,
yaitu:

Kerongkongan
Kerongkongan (esofagus) merupakan saluran penghubung antara rongga mulut dengan lambung.
Kerongkongan berfungsi sebagai jalan bagi makanan yang telah dikunyah dari mulut menuju lambung.
Jadi, pada kerongkongan tidak terjadi proses pencernaan.

Lambung

Lambung (ventrikulus) merupakan kantung besar yang terletak di sebelah kiri rongga perut sebagai
tempat terjadinya sejumlah proses pencernaan. Lambung terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian atas
(kardiak), bagian tengah yang membulat (fundus), dan bagian bawah (pilorus). Kardiak berdekatan
dengan hati dan berhubungan dengan kerongkongan. Pilorus berhubungan langsung dengan usus dua
belas jari. Di bagian ujung kardiak dan pilorus terdapat klep atau sfingter yang mengatur masuk dan
keluarnya makanan ke dan dari lambung. Struktur lambung dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Usus Halus

Usus halus (intestinum) merupakan tempat penyerapan sari makanan dan tempat terjadinya proses
pencernaan yang paling panjang. Usus halus terdiri dari :

Usus dua belas jari (duodenum)

• Usus kosong (jejenum)

• Usus penyerap (ileum)

Usus Besar

Makanan yang tidak dicerna di usus halus, misalnya selulosa, bersama dengan lendir akan menuju ke
usus besar menjadi feses. Di dalam usus besar terdapat bakteri Escherichia coli. Bakteri ini membantu
dalam proses pembusukan sisa makanan menjadi feses. Selain membusukkan sisa makanan, bakteri E.
coli juga menghasilkan vitamin K. Vitamin K berperan penting dalam proses pembekuan darah. Sisa
makanan dalam usus besar masuk banyak mengandung air. Karena tubuh memerlukan air, maka
sebagian besar air diserap kembali ke usus besar. Penyerapan kembali air merupakan fungsi penting dari
usus besar. Usus besar terdiri dari bagian yang naik, yaitu mulai dari usus buntu (apendiks), bagian
mendatar, bagian menurun, dan berakhir pada anus.

Anus

Merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh. Sebelum dibuang lewat anus, feses
ditampung terlebih dahulu pada bagian rectum. Apabila feses sudah siap dibuang maka otot spinkter
rectum mengatur pembukaan dan penutupan anus. Otot spinkter yang menyusun rektum ada 2, yaitu
otot polos dan otot lurik. Jadi, proses defekasi (buang air besar) dilakukan dengan sadar, yaitu dengan
adanya kontraksi otot dinding perut yang diikuti dengan mengendurnya otot sfingter anus dan kontraksi
kolon serta rektum. Akibatnya feses dapat terdorong ke luar anus.

3. Sistem pernapasan pada manusia

Fungsi bernapas adalah memasukkan oksigen dari udara yang akan digunakan untuk mengoksidasi
makanan serta mengeluarkan sisa hasil oksidasi, yaitu karbon dioksida. Proses bernapas disebut juga
proses respirasi. Proses bernapas akan berlangsung jika ditunjang oleh alatalat pernapasan. Untuk itu,
kali ini akan dibahas mengenai pernapasan, organ-organ pernapasan, serta beberapa gangguan yang
berhubungan dengan sistem pernapasan.

Organ-Organ Pernapasan

Bernapas merupakan proses yang sangat penting bagi manusia. Pada proses ini terjadi pertukaran
oksigen dan karbon dioksida antara tubuh dan lingkungan. Sebelum membahas sistem pernapasan lebih
jauh, akan dijelaskan dahulu beberapa organ yang berperan dalam sistem pernapasan.

Hidung

Hidung merupakan organ pernapasan yang letaknya paling luar. Manusia menghirup udara melalui
hidung. Pada permukaan rongga hidung terdapat rambut-rambut halus dan selaput lendir yang
berfungsi menyaring udara yang masuk dari debu atau benda lainnya. Di dalam rongga hidung terjadi
penyesuaian suhu dan kelembapan udara sehingga udara yang masuk ke paru-paru tidak terlalu kering
ataupun terlalu lembap. Udara bebas tidak hanya mengandung oksigen saja, namun juga gas-gas yang
lain. Misalnya, karbon dioksida (CO2), belerang (S), dan nitrogen (N2). Gas-gas tersebut ikut terhirup,
namun hanya oksigen saja yang dapat berikatan dengan darah. Selain sebagai organ pernapasan, hidung
juga merupakan indra pembau yang sangat sensitif. Dengan kemampuan tersebut, manusia dapat
terhindar dari menghirup gas-gas yang beracun atau berbau busuk yang mungkin mengandung bakteri
dan bahan penyakit lainnya. Dari rongga hidung, udara selanjutnya akan mengalir ke tenggorokan.

Tenggorokan

Tenggorokan merupakan bagian dari organ pernapasan. Tenggorokan berupa suatu pipa yang dimulai
dari pangkal tengorokan (laring), batang tenggorokan (trakea), dan cabang batang tenggorokan
(bronkus).
Pangkal Tenggorokan (Laring)

Setelah melewati hidung, udara masuk menuju pangkal tenggorokan (laring) melalui faring. Faring
terletak di hulu tenggorokan dan merupakan persimpangan antara rongga mulut ke kerongkongan dan
rongga hidung ke tenggorokan. Setelah melalui laring, udara selanjutnya menuju ke batang tenggorokan
(trakea).

Batang Tenggorokan (Trakea)

Batang tenggorokan tersusun dari cincin-cincin tulang rawan dan terletak di depan kerongkongan.
Batang tenggorokan memanjang dari leher ke rongga dada atas. Di dalam rongga dada, batang
tenggorokan ini bercabang dua. Setiap cabangnya masuk menuju paru-paru kanan dan paruparu kiri.

Cabang Batang Tenggorokan (Bronkus)

Cabang batang tenggorokan (bronkus) merupakan cabang dari trakea. Bronkus terbagi menjadi dua,
yaitu yang menuju paru-paru kanan dan menuju paru-paru kiri. Bronkus bercabang lagi menuju
bronkiolus. Masing-masing cabang tersebut berakhir pada gelembung paru-paru atau alveolus.

Paru-paru

Paru-paru terletak di dalam rongga dada. Antara rongga dada dan rongga perut terdapat suatu
pembatas yang disebut diafragma. Pembatas ini bukan sekedar pembatas, tetapi berperan juga dalam
proses pernapasan. Paru-paru terbagi menjadi paru-paru kanan dan paruparu kiri. Paru-paru pada
dasarnya merupakan cabang-cabang suatu saluran yang ujungnya bergelembung. Gelembung-
gelembung tersebut disebut alveoli (tunggal: alveolus).

Proses Pernapasan

Bagaimanakah manusia bernapas? Cobalah kamu tarik napas perlahan-lahan dan rasakan apa yang
terjadi. Saat kamu bernapas, kamu menghirup udara melalui hidung. Udara yang kamu hirup
mengandung oksigen dan juga gasgas lain. Dari hidung, udara terus masuk ke tenggorokan, kemudian ke
dalam paru-paru. Akhirnya, udara akan mengalir sampai ke alveoli yang merupakan ujung dari saluran.
Oksigen yang terkandung dalam alveolus bertukar dengan karbon dioksida yang terkandung dalam
darah yang ada di pembuluh darah alveolus melalui proses difusi. Dalam darah, oksigen diikat oleh
hemoglobin. Selanjutnya darah yang telah mengandung oksigen mengalir ke seluruh tubuh. Tahukah
kamu untuk apa darah mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh? Oksigen diperlukan untuk proses respirasi
sel-sel tubuh. Gas karbon dioksida yang dihasilkan selama proses respirasi sel tubuh akan ditukar dengan
oksigen. Selanjutnya, darah mengangkut karbon dioksida untuk dikembalikan ke alveolus paru-paru dan
akan dikeluarkan ke udara melalui hidung saat kamu mengeluarkan napas.

Proses pernapasan meliputi dua proses, yaitu menarik napas atau inspirasi serta mengeluarkan napas
atau ekspirasi. Sewaktu menarik napas, otot diafragma berkontraksi, dari posisi melengkung ke atas
menjadi lurus. Bersamaan dengan itu, otot-otot tulang rusuk pun berkontraksi. Akibat dari
berkontraksinya kedua jenis otot tersebut adalah mengembangnya rongga dada sehingga tekanan
dalam rongga dada berkurang dan udara masuk. Saat kamu mengeluarkan napas, otot diafragma dan
otot-otot tulang rusuk melemas. Akibatnya, rongga dada mengecil dan tekanan udara di dalam paru-
paru naik sehingga udara keluar. Jadi, hal yang perlu kamu ingat, bahwa udara mengalir dari tempat
yang bertekanan besar ke tempat yang bertekanan lebih kecil.

Gangguan pada Sistem Pernapasan

Berikut adalah beberapa contoh gangguan pada sistem pernapasan manusia.

Emfisema, merupakan penyakit pada paru-paru. Paruparu mengalami pembengkakan karena pembuluh
darahnya kemasukan udara.

Asma, merupakan kelainan penyumbatan saluran pernapasan yang disebabkan oleh alergi, seperti debu,
bulu, ataupun rambut. Kelainan ini dapat diturunkan. Kelainan ini juga dapat kambuh jika suhu
lingkungan cukup rendah atau keadaan dingin.

Kanker paru-paru. Penyakit ini merupakan salah satu yang paling berbahaya. Sel-sel kanker pada paru-
paru terus tumbuh tidak terkendali. Penyakit ini lamakelamaan dapat menyerang seluruh tubuh. Salah
satu pemicu kanker paru-paru adalah kebiasaan merokok. Merokok dapat memicu terjadinya kanker
paru-paru dan kerusakan paru-paru.

Tuberkulosis (TBC), merupakan penyakit paru-paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.
Bakteri tersebut menimbulkan bintil-bintil pada dinding alveolus. Jika penyakit ini menyerang dan
dibiarkan semakin luas, dapat menyebabkan sel-sel paru-paru mati. Akibatnya paru-paru akan kuncup
atau mengecil. Hal tersebut menyebabkan para penderita TBC napasnya sering terengah-engah.

Bronkhitis, merupakan gangguan pada cabang batang tenggorokan akibat infeksi. Gejalanya adalah
penderita mengalami demam dan menghasilkan lendir yang menyumbat batang tenggorokan. Akibatnya
penderita mengalami sesak napas.

Influenza (flu), merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus influenza. Penyakit ini timbul dengan
gejala bersin-bersin, demam, dan pilek.
4. Sistem peredaran darah pada manusia

Peredaran darah manusia merupakan peredaran darah tertutup dan ganda. Peredaran darah tertutup
artinya dalam peredarannya darah selalu mengalir di dalam pembuluh darah. Peredaran darah ganda
artinya dalam satu kali beredar, darah melalui jantung sebanyak dua kali sehingga terdapat peredaran
darah besar dan peredaran darah kecil.

Alat Peredaran Darah

Jantung

Jantung berperan sebagai pemompa dalam sistem peredaran darah. Dua rongga atas yang disebut
dengan serambi (atrium) dan dua rongga bawah yang disebut bilik (ventrikel). Jantung memiliki tiga
katup yaitu katup vena semilunair yang terletak pada pangkal aorta(arteri besar), katup valvula
bikuspidalis yang terletak antara bilik (ventrikel) kiri dan serambi (atrium) kiri, serta valvula trikuspidalis
yang terletak antara bilik (ventrikel) kanan dan serambi (atrium) kanan.

Saluran yang keluar dari jantung disebut arteri. Arteri yang berhubungan langsung dengan jantung yaitu
Arteri pulmonalis dan Aorta. Arteri pulmonalis membawa darah kaya CO2 menuju paru-paru dan aorta
adalah arteri terbesar yang mengalirkan darah dari jantung(bilik/ventrikel kiri) menuju ke seluruh tubuh.

Saluran yang menuju ke jantung disebut vena. Pada jantung terdapat tiga buah vena yang berhubungan
langsung dengan jantung atrium yaitu vena cava superior, vena cava inferior dan vena pulmonalis. Vena
cava superior adalah vena yang membawa darah dari organ tubuh bagian atas menuju ke jantung, vena
cava inferior adalah vena yang membawa darah dari organ tubuh bagian bawah menuju ke jantung dan
vena pulmonalis adalah vena yang membawa darah kaya oksigen dari paru-paru menuju ke jantung.

Tekanan darah pada orang dewasa yang normal adalah 120/80 mmHg. Nilai 120 mmHg menunjukkan
tekanan darah saat ventrikel berkontraksi disebut tekanan sistol. Nilai 80 mmHg menunjukkan tekanan
darah saat ventrikel relaksasi disebut tekanan diastol.

Bilik (ventrikel) kiri mempunyai lapisan yang paling tebal karena berfungsi mengedarkan arah dari
jantung ke seluruh tubuh. Dan yang kedua ketebalannya adalah bilik (ventrikel) kanan karena tugasnya
lebih ringan yaitu memompakan darah menuju paru-paru.

Pembuluh Darah
Pembuluh darah terdiri dari pembuluh darah nadi (arteri), pembuluh balik (vena), dan kapiler.

1) Arteri, Arah alirannya meninggalkan jantung. Darah dalam arteri kaya akan oksigen kecuali arteri
paru-paru, letak pembuluh ini agak dalam dari permukaan kulit

2) Arteriole, merupakan pembuluh darah kecil yang menghubungkan kapiler dengan arteri.

3) Kapiler, berupa saluran tipis yang memungkinkan terjadi pertukaran zat antara darah dengan sel
jaringan tubuh. Pada saat darah berada di kapiler, terjadi pertukaran gas oksigen (O2) dan karbon
dioksida (CO2). Oksigen dari darah berdifusi ke sel-sel tubuh sedangkan karbon dioksida dari selsel
tubuh berdifusi ke dalam darah.

4) Venule, merupakan pembuluh darah kecil yang menghubungkan kapiler dengan vena.

5) Vena, berfungsi untuk mengalirkan darah dari kapiler menuju jantung. Dindingnya tipis dan kurang
elastis. Arah aliran darah dalam vena menuju ke jantung. Darah di dalam vena kaya akan CO2 kecuali
vena paru-paru. Letak pembuluh vena dekat dengan permukaan kulit

Darah

Darah manusia berwarna merah karena mengandung hemoglobin. Hemoglobin berfungsi untuk
mengankut oksigen dan karbondioksida.

Plasma

Merupakan bagian darah yang berupa cairan. Fungsinya mengangkut sari makanan ke seluruh tubuh.
Selain itu di dalam plasma darah terdapat protein-protein yang mempunyai fungsi khusus.

Sel-Sel Darah

sel-sel darah merupakan bagian darah yang berupa padatan.yang terdiri dari :
1) Eritrosit(sel darah merah), berfungsi untuk mengangkut hemoglobin yang berperan sebagai
pembawa oksigen dan karbon dioksida.

2) Leukosit (sel darah putih), berfungsi dalam sistem pertahanan tubuh dan kekebalan, yaitu
membunuh dan memakan mikroorganisme dan zat asing yang masuk ke dalam tubuh.

3) Trombosit, berperan dalam pembekuan darah ketika terjadi luka. Trombosit dibentuk di sumsum
tulang belakang dan dapat hidup selama 8 hari.

Kelainan pada Peredaran Darah

Beberapa kelainan pada sistem peredaran darah adalah sebagai berikut:

Anemia, merupakan keadaan tubuh yang kekurangan hemoglobin atau sel darah merah. Kadar
hemoglobin yang rendah menyebabkan tubuh kekurangan oksigen sehingga tubuh akan terasa lesu,
kepala pusing, dan muka pucat. Perdarahan yang berat juga dapat mengakibatkan anemia. Selain itu
anemia dapat terjadi akibat terganggunya produksi eritrosit.

Serangan jantung, ditandai dengan sakit pada bagian dada, gelisah, pucat, dan kulit terasa dingin.
Serangan jantungnya hebat dan tidak segera mendapat pertolongan dapat menimbulkan gagalnya
jantung memompa darah. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko terkena serangan jantung adalah
tekanan darah tinggi, kadar kolesterol tinggi, merokok, penyakit diabetes melitus, kegemukan, dan
kurang olahraga.

Varises, yaitu pelebaran pembuluh vena terutama di bagian kaki. Pada varises yang parah, pembuluh
vena tampak melebar dan berkelok-kelok. Varises disebabkan oleh cacat/kerusakan pada katup vena
sejak lahir. Varises juga sering terjadi karena bertambahnya beban vena akibat terlalu banyak berdiri,
kehamilan, dan sebagainya. Pelebaran vena pada bagian anus disebut wasir atau ambeian.

Tekanan darah rendah (hipotensi), yaitu keadaan tekanan darah yang di bawah normal. Gejala hipotensi
adalah lesu, pusing, dan gangguan penglihatan, bahkan sampai pingsan. Penyebabnya dapat karena
terlalu banyak meminum obat penurun tekanan darah, muntaber, dan pendarahan.

Tekanan darah tinggi (hipertensi), yaitu keadaan tekanan darah yang melebihi tekanan normal.
Penyebab hipertensi adalah nikotin pada rokok, faktor keturunan, stress, kelebihan berat badan,
kelebihan garam, kurang olahraga dan kelebihan obat-obatan.
METABOLISME SEL

Sel hidup adalah suatu miniature industri kimiawi, dimana ribun reaksi terjadi di dalam suatu ruangan
mikroskopik. Gula diubah menjadi asam amino, demikian juga sebaliknya. Molekul-molekul kecil juga
dirakit menjadi polimer, yang bisa dihidrolisis pada suatu waktu sesuai dengan perubahan kebutuhan
sel.

Pada tumbuhan dan hewan, banyak sel menghasilkan bahan kimiawi yang kemudian dikirimkan
untuk digunakan pada bagian lain organism itu. Proses kimiawi yang dikenal ebagai respirasi seluler akan
menggerakkan ekonomi seluler dengan cara mengekstraksi energy yang tersimpan dalam guladan
cadangan makanan lain. Sel-sel menggunakan energy ini untuk melaksanakan berbagai jenis kerja.

Pada contoh yang lain, sel-sel fungi pada foto mengubah energi yang tersimpan dalam molekul
organic tertentu menjadi cahaya, suatu proses yang disebut bioluminensensi. (cahaya tersebut dapat
menarik serangga yang akan membantu fungi itu untuk menyebarkan sporanya). Biolumensensi dan
semua aktivitas metabolik lain yang dilaksanakan oleh sel dikoordinasikan dan dikontrol dengan sangat
cermat. Sel sebagai suatu lembaga kimiawi tak ada bandingnya dalam kerumitannya, efisiensinya,
integrasimya, dan responsivitasnya terhadap perubahan yang sedikit saja. Konsep metabolisme yang
akan dipelajari pada bab ini akan membantu kita memahami lebih jauh mengenai hubungan antara
kimia dan kehidupan.

Pengertian Metabolisme Sel

Metabolisme sel merupakan aktivitas hidup yang dijalankan oleh sebuah sel yang merupakann
unit kehidupan yang terkecil.

Metabolisme adalah proses-proses kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup atau sel.
Metabolisme disebut juga reaksi enzimatis, karena metabolisme terjadi selalu menggunakan katalisator
enzim. Berdasarkan prosesnya metabolisme dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Anabolisme atau Asimilasi atau Sintesis

Anabolisme adalah suatu peristiwa perubahan senyawa sederhana menjadi senyawa


kompleks. Nama lain dari anabolisme adalah peristiwa sintesis atau penyusunan. Anabolisme
memerlukan energi, misalnya : energi cahaya untuk fotosintesis, energi kimia untuk
kemosintesis.a. Fotosintesis
Fotosintesis adalah proses penyusunan atau pembentukan dengan menggunakan energi cahaya
atau foton. Sumber energi cahaya alami adalah matahari yang memiliki spektrum cahaya infra merah
(tidak kelihatan), merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu dan ultra ungu (tidak kelihatan).

Yang digunakan dalam proses fetosintesis adalah spektrum cahaya tampak, dari ungu sampai
merah, infra merah dan ultra ungu tidak digunakan dalam fotosintesis.

sumber : (lehninger, 2005).

b. Kemosintesis

Tidak semua tumbuhan dapat melakukan asimilasi C menggunakan cahaya sebagai sumber
energi. Beberapa macam bakteri yang tidak mempunyai klorofil dapat mengadakan asimilasi C dengan
menggunakan energi yang berasal dan reaksi-reaksi kimia, misalnya bakteri sulfur, bakteri nitrat, bakteri
nitrit, bakteri besi dan lain-lain. Bakteri-bakteri tersebut memperoleh energi dari hasil oksidasi senyawa-
senyawa tertentu.

2. Katabolisme atau Dissimilasi Katabolisme adalah reaksi pemecahan atau pembongkaran senyawa
kimia kompleks yang mengandung energi tinggi menjadi senyawa sederhana yang mengandung energi
lebih rendah. Tujuan utama katabolisme adalah untuk membebaskan energi yang terkandung didalam
senyawa sumber. Bila pembongkaran suatu zat dalam lingkungan cukup oksigen (aerob) disebut proses
respira, bila dalam lingkungan tanpa oksigen (anaerob) disebut fermentasi.
sumber : (Campbell jilid 1)

A. Respirasi

Respirasi yaitu suatu proses pembebasan energi yang tersimpan dalam zat sumber energi melalui
proses kimia dengan menggunakan oksigen. Dari respirasi akan dihasilkan energi kimia ATP untak
kegiatan kehidupan, seperti sintesis (anabolisme), gerak, pertumbuhan.

sumber : (Campbell, 2003)

Contoh :

Respirasi pada Glukosa, reaksi sederhananya :

C6H12O6 + O2 → 6CO2 + 6H2O + 688KKal.

→ (glukosa)

b. Fermentasi

Pada kebanyakan tumbuhan den hewan respirasi yang berlangsung adalah respirasi
aerob. Namun demikian, dapat juga terjadi respirasi aerob terhambat pada sesuatu hal, maka hewan
dan tumbuhan tersebut melangsungkan proses fermentasi yaitu proses pembebasan energi tanpa
adanya oksigen, nama lainnya adalah respirasi anaerob.
sumber : (Lehninger, 2005).

Dari hasil akhir fermentasi, dibedakan menjadi fermentasi asam laktat atau asam susu dan
fermentasi alkohol.

Contoh :

Fermentasi pada Glukosa :

C6H1206 → 2C2H5OH + 2CO2 + Energi.

(glukosa) → (etanol)

Dari hasil akhir fermentasi, dibedakan menjadi fermentasi asam laktat atau asam susu dan
fermentasi alkohol.

A. Fermentasi Asam Laktat

Fermentasi asam laktat yaitu fermentasi dimana hasil akhirnya adalah asam laktat. Peristiwa ini dapat
terjadi di otot dalam kondisi anaerob.

Reaksinya : C6H12O6 → 2 C2H5OCOOH + Energi enzim Prosesnya :

1. Glukosa → asam piruvat (proses Glikolisis). enzim C6H12O6 → 2 C2H3OCOOH + Energi 2.


Dehidrogenasi asam piravat akan terbentuk asam laktat.

2. C2H3OCOOH + 2 NADH2 → 2 C2H5OCOOH + 2 NAD. (piruvat dehidrogenasa)

Energi yang terbentak dari glikolisis hingga terbentuk asam laktat : 8 ATP − 2 NADH2 = 8 - 2(3 ATP) = 2
ATP.

sumber : (Campbell, 2003)


sumber : (Campbell, 2003)

B. Fermentasi Alkohol

Pada beberapa mikroba peristiwa pembebasan energi terlaksana karena asam piruvat diubah
menjadi asam asetat + CO2 selanjutaya asam asetat diubah menjadi alkohol. Dalam fermentasi alkohol,
satu molekul glukosa hanya dapat menghasilkan 2 molekul ATP, bandingkan dengan respirasi aerob,
satu molekul glukosa mampu menghasilkan 38 molekul ATP.

Reaksinya :

1. Gula (C6H12O6) → asam piruvat (glikolisis)

2. Dekarbeksilasi asam piruvat + asampiruvat → asetaldehid + CO2 → piruvat dekarboksilase (CH3CHO)

3. Asetaldehid oleh alkohol dihidrogenase diubah menjadi alkohol (etanol).

2 CH3CHO + 2 NADH2 → 2 C2H5OH + 2 NAD.

alkohol dehidrogenase-enzim.

Ringkasan reaksi : C6H12O6 → 2 C2H5OH + 2 CO2 + 2 NADH2 + Energi

sumber : (Anonim, 2009).

C. Fermentasi Asam Cuka

Fermentasi asam cuka merupakan suatu contoh fermentasi yang berlangsung dalam keadaan aerob.
Fermentasi ini dilakukan oleh bakteri asam cuka (Acetobacter aceti) dengan substrat etanol. Energi yang
dihasilkan 5 kali lebih besar dari energi yang dihasilkan oleh fermentasi alkohol secara anaerob.

Reaksi: aerob C6H12O6 → 2 C2H5OH → 2 CH3COOH + H2O + 116 kal (glukosa) bakteri asam cuka asam
cuka.
sumber : (Anonim, 2009).

Reaksi pembongkaran glukosa sampai menjadi H20 + CO2 + Energi, melalui tiga tahap :

1. Glikolisis : peristiwa perubahan : Glukosa - Glulosa - 6 - fosfat - Fruktosa 1,6 difosfat -

3 fosfogliseral dehid (PGAL) atau Triosa fosfat - Asam piravat.

Jadi hasil dari glikolisis :

1. 2 molekul asam piravat

2. 2 molekul NADH yang berfungsi sebagai sumber elektron berenergi tinggi

3. 2 molekul ATP untuk setiap molekul glukosa

sumber : (Campbell jilid 1, 2003

2. Daur Krebs : Daur Krebs (daur trikarboksilat) atau daur asam sitrat merupakan pembongkaran

asam piravat secara aerob menjadi CO2 dan H2O serta energi kimia.

sumber : (Lehninger, 2005).


3. Transpor elektron respirasi : Dari daur Krebs akan keluar elektron dan ion H+ yang dibawa sebagai
NADH2(NADH + H+ + 1 elektron) dan FADH2, sehingga di dalam mitokondria (dengan adanya siklus
Krebs yang dilanjutkan dengan oksidasi melalui sistem pengangkutan elektron) akan terbentuk air,
sebagai hasil sampingan respirasi selain CO2.

Produk sampingan respirasi tersebut pada akhirnya dibuang ke luar tubuh melalui stomata
pada tumbuhan dan melalui paru-paru pada peristiwa pernafasan hewan tingkat tinggi.

Ketiga proses respirasi yang penting tersebut dapat diringkas sebagai berikut:

PROSES

AKSEPTOR

ATP

1. Glikolisis : Glukosa → 2 asam piruvat

2 NADH

2 ATP

2. Siklus Krebs : 2 asetil piruvat → 2 asetil KoA + 2 CO2

8 NADH

2 ATP

3. Rantai transnpor elektron respirator : 10 NADH + 502 → 10 NAD+ + 10 H20

30 ATP

2 FADH2

Anabolisme dan Katabolisme dari Karbohidrat


Metabolisme karbohidrat mencakup sintesis (anabolisme) dan penguraian (katabolisme) molekul
organik kompleks. Metabolisme biasanya terdiri atas tahapan-tahapan yang melibatkan enzim, yang
dikenal pula sebagai jalur metabolisme. Metabolisme total merupakan semua proses biokimia di dalam
organisme. Metabolisme sel mencakup semua proses kimia didalam sel. Tanpa metabolisme,
makhluk hidup tidak dapat bertahan hidup.

Karbohidrat merupakan hidrat dari unsur karbon (C). Peristiwa ini banyak dijumpai pada tubuh makhluk
hidup, baik tumbuhan, hewan, atau manusia.

A. Struktur

Karbohidart merupakan sumber energi utama dan sumber serat utama. Karbohidrat mempunyai
tiga unsur yaitu karbon, hidrogen dan oksigen. Jenis-jenis karbohidrat sangat beragam. Karbohidrat
dibedakan satu dengan yang lain berdasarkan susunan atom-atomnya, panjang pendeknya rantai serta
jenis ikatan. Dari kompleksitas serta ukurannya.

Karbohidrat dibedakan menjadi karbohidrat sederhana (monosakarida dan disakarida) dan karbohidrat
dengan struktur yang kompleks (polisakarida). Selain kelompok tersebut juga masih ada oligosakarida
yang memiliki monosakarida lebih pendek dari polisakarida, contohnya adalah satkiosa, rafinosa,
fruktooligosakarida, dan galaktooligosakarida (Anonim, 2009).

1. Monosakarida

a. Glukosa : Glukosa merupakan produk utama yang dibentuk dari hidrolisis karbohidrat kompleks
dalam proses pencernaan. Glukosa ,merupakan bentuk gula yang biasnya terdapat pada aliran darah
dan dalam sel. Glukosa dioksidasi untuk menghasilkan energy dan disimpan dalam hati untuk sebagi
glikogen.

b. Fruktosa : Fruktosa dinamakan juga gula tebu.

c. Galaktosa : Produk ini diproduksi dari laktosa (gula dalam susu) dengan car hidroisis dalam proses
pencernaan dan terdapat dalam bentuk bebas.

d. Mannosa : Mannosa tidak terdapat dalam bentuk bebas dalam makanam, merupakn turunan dari
mannosan yan terdapat dari beberpa leguminosa.

2. Oligosakarida

Didalam oligosakarida terdapat pula disakarida, trisakarida dan tetrasakarida, oligasakarida ini
merupakan ikatan dari monosakarida yang tidak melebihi dari ikatan polisakarida.

Adapun contohnya sebagai berikut :


· Disakarida non-pereduksi

a. Sukrosa : sukrosa ini terdiri dari glukosa dan fruktosa.

Trehalosa : kupulan mosoakarida ini banyak terdapat pada hemolimfe dari insekta

· Disakarida pereduki

a a. Maltosa : terdiri dari dua molekul glukosa.

b. Laktosa : Pada hidrolisi lakstosa akan menghasilakn galaktosa dan glukosa.

c. Selubiosa : Merupakan disakaroda [enyusun selulosa terdiri dari dua molekul glukosa dengn i

katan glikosidik

· Trisakarida

a a. Rafinosa : rafinosa terdiri dari galaktosa, glukosa dan fruktosa. Senyawa ini dikenal dengan

nama galaktosil sukrosa.

b. Gelatinosa : terdiri atas glukosa, glukosa dan fruktosa.

c. Polisakarida

Polisakarida yang terdapat pada ayam berfungsi strktural dan berperan sebagai cadangan energi. Semua
polisakarida dapat dihidrolisis oleh asam atau enzim akan menghasilkan monosakarida dan derivate
monosakarida.

· Homopolisakarida : merupakn polisakarida yang menghasilkan satu tipe monosakarida pada


proses hidrolisis.

a a. Selulosa : berbemtuk linear, tidak larut dalam air dan merupakn rangakain molekul

beta-D-glukosa 10.000-5.000 unit

Glikogen : serupa dengn amilopektin, Percabangan yang dijumapai pada glikogen terjadi pada setiap 8-
12 unti glukosa, sehingga tamapk terlihat lebih kompak.
Amilum : Amilum terdiri dari dua macam polimer glukosa yaitu amilosa (ranytai panjang dan tidak
bercabang) dan amilo pectin.

Khitin.

· Heteropolisakarida : merupakan polisakarida yang menghasilkan campuaran antara monosakarida


dan derivatnya.

a a. Glikosaminoglikan

Peptidoglikan (Prastowo, 2008)

B. Fungsi

Simpanan Energi, bahan bakar dan senyawa antara metabolism

Bagian dari kerangka structural dari pembentuk RNA dan DNA

Merupakn eleme structural dari dinding sel tanamn mauoun bakteri

Identitas sel, berikatan dengan protein atau lipid dan berfungsi dalam proses pengenalan antar sel
(Nuringtyas. 2009)

Katabolisme

Pada Proses katabolisme karbohidrat, sering disebut dengan glikolisis. Proses degradasi 1 molekul
glukosa (C6) menjadi 2 molekul piruvat (C3) yang terjadi dalam serangkaian reaksi enzimatis yg
menghasilkan energi bebas dalam bentuk ATP dan NADH.

Proses glikolisis terdiri dari 10 langkah reaksi yang terbagi menjadi 2 Fase, yaitu:

· 5 langkah pertama yang disebut fase preparatory

· 5 langkah terakhir yang disebut fase payoff

Fase I memerlukan 2 ATP dan Fase II menghasilkan 4 ATP dan 2 NADP, sehingga total degradasiglukosa
menjadi 2 molekul piruvat menghasilkan 2 molekul ATP dan 2 molekul NADP.

Pada tahap pertama, molekul D-Glukosa diaktifkan bagi reaksi berikutnya dengan fosforilasi pada posisi
6, menghasilkan glukosa-6-fosfat dengan memanfaatkan ATP Reaksi ini bersifat tidak dapat balik. Enzim
heksokinase merupakan katalis dalam reaksi tersebut dibantu oleh ion Mg2+ sebagai kofaktor.
Reaksi berikutnya ialah isomerasi yaitu pengubahan glukosa-6-fosfat, yang merupakan suatu aldosa,
menjadi fruktosa-6-fosfat, yang merupakan suatu ketosa, dengan enzim fosfoglukoisomerase dan
dibantu oleh ion Mg2+.

Tahap selanjutnya adalah fruktosa-6-fosfat diubah menjadi fruktosa-1,6-difosfat oleh enzim


fosoffruktokinase dibantu oleh ion Mg2+ sebagai kofaktor. Dalam reaksi ini,gugus fosfat dipindahkan
dari ATP ke fruktosa-6-fosfat pda posisi 1.

Reaksi tahap keempat dalam rangkaian reaksi glikolisis adalah penguraian molekul fruktosa-1,6-difosfat
membentuk dua molekul triosa fosfat, yaitu dihidroksi aseton fosfat dan D-gliseraldehid-3-fosfat oleh
enzim aldolase fruktosa difosfat atau enzim aldolase. Hanya satu di antara dua triosa fosfat yang
dibentuk oleh aldolase, yaitu gliseraldehid-3-fosfat, yang dapat langsung diuraikan pada tahap reaksi
glikolisis berikutnya. Tetapi, dihidroksi aseton fosfat dapat dengan cepat dan dalam reaksi dapat balik,
berubah menjadi gliseraldehid-3-fosfat oleh enzim isomerase triosa fosfat.

Tahap selanjutnya adalah reaksi oksidasi gliseraldehid-3fosfat menjadi asam 1,3 difosfogliserat. Dalam
reaksi ini digunakan koenzim NAD+, sedangkan gugus fosfat diperoleh dari asam fosfat. Enzim yang
mengkatalisis dalam tahap ini adalah dehidrogenase gliseraldehida fosfat. Pada tahap ini, enzim kinase
fosfogliserat mengubah asam 1,3-difosfogliserat menjadi asam 3-fosfogliserat. Dalam reaksi ini
terbentuk satu molekul ATP dari ADP dan memerlukan ion Mg2+ sebagai kofaktor. Pada tahap ini,
terjadi pengubahan asam 3-fosfoliserat menjadi asam 2-fosfogliserat. Reaksi ini melibatkan pergeseran
dapat balik gugus fosfat dari posisi 3 ke posisi 2. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim fosfogliseril mutase
dengan ion Mg2+ sebagai kofaktor.

Reaksi berikutnya adalah reaksi pembentukan asam fosfoenol piruvat dari asam 2-fosfogliserat dengan
katalisis enzim enolase dan ion Mg2+ sebagai kofaktor. Reaksi pembentukan asam fosfoenol piruvat ini
ialah reaksi dehidrasi.

Tahap terakhir pada glikolisis ialah reaksi pemindahan gugus fosfat berenergi tinggi dari fosfoenolpiruvat
ke ADP yang dikatalisis oleh enzim piruvat kinase sehingga terbentuk molekul ATP dan molekul asam
piruvat (Campbell,2003).

Anabolisme dan katabolisme dari Lemak

A. Struktur

Berdasarkan struktur dan fungsi bermacam-macam lemak menjadi salah satu dasar pengklasifiksian
lemak.
Asam-asam lemak : Merupakan suatu rantai hidrokarbon yang mengandung satu gugus metal pada
salah satu ujungnya dan salah satu gugus asam atau karboksil. Secara umum formula kimia suatu asam
lemak adalah CH3(CH2)nCOOH, dan n biasanya kelipatan dua.

· Rantai pendek : rantai hidrokarbonnya terdiri dari jumlah atom karbon genap 4-6 atom.

· Rantai sedang : 8-12 atom

· Rantai panjang : 14-26 atom.

Dan asam lemak-asam lemak ini merupakan asam lemak jenuh, sedangkan untuk asam lemak tidak
jenuh, adalh yang mempunayi ikatan rangkap astu lebih misalnya palmitoleat, linolenat, arakhidat, dan
lain sebagainya. CH3(CH2)7CH=CH(CH2)7COOH (oleat).

Turunan-turunan asam lemak : merupakan suatu komponen yang terbentuk dari satu atau lebih asam
lemak yang mengandung alcohol dan disebut ester. Terdapat dua golongan ester yaitu gliserol ester dan
cholesterol ester.

· Gliserol ester : terbentuk melalui metabolism karbohidrat yang mengandung tiga atom karbon,
yang salah satu ataom karon bersatu dengan salah satu gugus alcohol. Reaksi kondensasi antara gugus
karboksil dengan gugus alcohol dari gliserol akan membentuk gliserida, tergantung dari jumlah asam
lemak dari gugus alkohol yang membentuk raeksi kondensasi. (monogliserida, digliserida, trigliserida)

· Kolesterol ester : terbentuk melelui reaksi kondensasi, sterol, kolesterol, dan sam lemak terikat
dengan gugus alcohol.

· Glikolipid : komponen ini mempunayi sifat serperti lipid, terdiri dari satu atu lebih komponen gula,
dan biasanya glukosa dan galaktosa.

· Sterol : merupakan golongan lemak yang larut dalam alcohol, Mislanya kolesterol sterol. Berbeda
dengan struktur lainnya sterol mempunyai nucleus dengan empat buah cincin yang saling berhubunga,
tiga diantaranya mengandung 6 atom karbon, sedang yang keempat mengandung 5 atom karbon
(Piliang. 2006).

3 Metabolisme glisero

Gliserol sebagai hasil hidrolisis lipid (trigliserida) dapat menjadi sumber energi. Gliserol ini
selanjutnya masuk ke dalam jalur metabolisme karbohidrat yaitu glikolisis. Pada tahap awal, gliserol
mendapatkan 1 gugus fosfat dari ATP membentuk gliserol 3-fosfat. Selanjutnya senyawa ini masuk ke
dalam rantai respirasi membentuk dihidroksi aseton fosfat, suatu produk antara dalam jalur glikolisis.

· Oksidasi asam lemak (oksidasi beta)

Untuk memperoleh energi, asam lemak dapat dioksidasi dalam proses yang dinamakan oksidasi beta.
Sebelum dikatabolisir dalam oksidasi beta, asam lemak harus diaktifkan terlebih dahulu menjadi asil-
KoA. Dengan adanya ATP dan Koenzim A, asam lemak diaktifkan dengan dikatalisir oleh enzim asil-KoA
sintetase (Tiokinase).

Asam lemak bebas pada umumnya berupa asam-asam lemak rantai panjang. Asam lemak rantai panjang
ini akan dapat masuk ke dalam mitokondria dengan bantuan senyawa karnitin, dengan

Rumus : (CH3)3N+-CH2-CH(OH)-CH2-COO- (Murray, et al, 2003).

· Sintesis asam lemak

Makanan bukan satu-satunya sumber lemak kita. Semua organisme dapat men-sintesis asam lemak
sebagai cadangan energi jangka panjang dan sebagai penyusun struktur membran. Pada manusia,
kelebihan asetil KoA dikonversi menjadi ester asam lemak. Sintesis asam lemak sesuai dengan
degradasinya (oksidasi beta). Sintesis asam lemak terjadi di dalam sitoplasma. ACP (acyl carrier protein)
digunakan selama sintesis sebagai titik pengikatan. Semua sintesis terjadi di dalam kompleks multi
enzim-fatty acid synthase. NADPH digunakan untuk sintesis (Murray, et al, 2003).

Anabolisme dan Katabolisme dari Protein

A. Struktur

Diliht dari tingkat organisasi struktur, protein dapat diklasifikasikan ke dalam empat kelas dengan urutan
kerumitan yang berkurang. Kelas-kelas itu adalah :

Struktur primer : hanya urutan asam amino di dalam rantai protein. Struktur primer protein
diselenggarakan oleh ikatan-ikatan (peptida) yang kovalen.

Struktur sekunder. Hal ini merujuk ke banyaknya struktur helix-aa atau lembaran berlipatan-B setempat
yang berhubungan dengan struktur protein secara keseluruhan. Struktur sekunder protein
diselenggarakan oleh ikatan-ikkatan hidrogen antara oksigen karbonil dan nitrogen amida dari rantai
polipeptida.
Struktur tersier. Hal ini menunjuk ke cara rantai protein ke dalam protein berbentuk bulat dilekukkan
dan dilipat untuk membentuk struktur tiga-dimensional secara menyeluruh dari molekul protein.
Struktur tersier diselenggarakan oleh onteraksi antara gugus-fufus R dalam asam amino.

Struktur kuartener. Banyak protein ada sebagai oligomer, atau molekul-molekul besar terbentuk dari
pengumpulan khas dari subsatuan yang identik atau berlainan yang dikenal dengan protomer (Poedjiadi,
2005).

B. Fungsi

1. Membentuk jaringan/ bagian tubuh lain

2. Pertumbuhan (bayi, anak, pubertas)

3. Pemeliharaan (dewasa)

4. Membentuk sel darah

5. Membentuk hormon, enzym, antibody,dll

6. Memberi tenaga (protein sparing efek)

7. Pengaturan (enzim, hormone) (Anonim, 2009 (b))

C. Anabolisme

Proses anabolisme atau sintesis protein secara garis besar dibagi dalam tiga tahap yaitu, tahap
pemrakarsaan (initiation), tahan pemanjangan (elongation), dan tahap penghentian (termination).

1. Tahap Initiation

a. Tahap ini merupakan tahap interaksi antara ribosom subunit besar dan subunit kecil. Inisiator aminosil
tRNA hanya dapat berikatan dengan kodon AUG yang disebut juga kodon pemrakarsa, karena AUG
adalah kode untuk asam amino metionin. Metionin ini akan digandeng oleh inisiator aminoasil tRNA,
shingga tRNA ini sering disebut dengan Met-tRNA. Tahap inisiasi diawai dengan pemisahan ribosom sub
unit besar dengan ribosom sub unit kecil.

b. Langkah kedua adalah Met-tRNA berinteraksi dengan GTP.

c. Langkah ketiga kombinasi Met-tRNA dan GTP akan bergabung dengan ribosom su-unit kecil. Dan ini
akan mengakibatkan langkah selanjutnya.

d. Pada langkah keempat ribosom subunit kecil akan siap bergabung dengan mRNA dalam satu reaksi
kompleks yang melibatkan hidrolisis ATP.
e. Pada langkah ke lima terjadi penyatuan ribosom sub unit kecil dan ribosom subunit besar yang
disertai dengan hidrolisis GTP menjadi GDP. Tahap ini diakhiri dengan gabungnya antara ribosom dengn
mRNA dan Met-tRNA.

2. Tahap Pemanjangan (Elongasi)

Setelah terbentuk pemrakarsaan (initiating complex), maka ribosom subunit besar akan menempel pada
ribosom sub unit kecil.dengan diahului oleh hidrolisis terhadap molekul GTP, sehingga dihasilkan dua
tempat yang terpisah pada ribosom sub unti besar yaitu sisi P (Pepetidil) dan sisi A (aminoasil). Pada
proses elongasi ribosom akan bergerak sepanjang mRNA untuk menerjemahkan pesan yang dibawa oleh
mRNA dengan arah gerakan dari 5’ ke 3’.

Langkah pertama dari proses elongasi adalah reaksi pengikatan aminoasil tRNA (AA2) dengan GTP. Pada
langkah sealnjutnya yaitu terjadi ikatan pada kompleks tersebut pada ribosom sisi A.

Pada langkah ketiga GTP dihidrolisis, Met RNA terdapat pada sisi P dan aminoasil-tRNA (AA2) pada sisi A
siap untuk membentuk rantai peptide pertama.

Pada langkah keempat metionin yang digandeng oleh tRNA inisiator pada sisi P mulai terikat asam
amino yang dibawa oleh tRNA pada sisi A dengan ikatan peptide yang membentuk dipeptida. Sehingga
sisi P ribosom menjadi kosong, reaksi ini dikatalis oleh peptidil transferse yang dihasilkan oleh ribosom
sub unit besar.

Pada langkah terakhir ribososm bergerak sepanjang mRNA menuju ke 3’ sehingga dipeptida yang sudah
terbentuk dari sisi A aka berganti menempati sisi P, sehingga sisi A menjadi kosong. Dan pada sisi A akan
terbuka kodon dan akan dimasuki tRNA. Setelah kedua tempat di ribosom terisi oleh tRNA yang
menggandeng asm amino masing-masing, asam amio akan sangat berdekatan, dan akibatnya akan
terjadi ikatan peptide diantara keduanya.

3. Tahap Penghentian (terminasi)

Pada tahap ini dikenal dengan tahap penghentian, Jadi tahap ini penejemahan kan berhenti apabila
kodon penghenti (UAA, UAG, atau UGA) masuk ke sisi A. Hal ini akan terjadi jika tidak ada staupun tRNA
yang memiliki anti kodon yang dapat berpasangan dengn kodon-kodon penghenti. Setelah itu sebgai
pengganti tRNA, masuklah factor pembebas atau RF (Release Faktor) ke sisi A. Faktor ini bersama-sama
dengan molekul GTP, melepaskan rantai polipepetida yang telai usai dibentuk oleh tRNA. Setelah itu
RIbosom kembali terpisah menjadi unti besar dan unit kecil serta kembali ke sitosol untuk kemudian
akan berfungsi lagi sebagia penerjemah (Marianti, 2007).

D. Katabolisme
Asam-asam amino tidak dapat disimpan oleh tubuh. Jika jumlah asam amino berlebihan atau terjadi
kekurangan sumber energi lain (karbohidrat dan protein), tubuh akan menggunakan asam amino
sebagai sumber energi. Tidak seperti karbohidrat dan lipid, asam amino memerlukan pelepasan gugus
amin. Gugus amin ini kemudian dibuang karena bersifat toksik bagi tubuh.

Terdapat 2 tahap pelepasan gugus amin dari asam amino, yaitu:

1. Transaminasi : Enzim aminotransferase memindahkan amin kepada α-ketoglutarat menghasilkan


glutamat atau kepada oksaloasetat menghasilkan aspartat

2. Deaminasi oksidatif : Pelepasan amin dari glutamat menghasilkan ion ammonium Gugus-gugus amin
dilepaskan menjadi ion amonium (NH4+) yang selanjutnya masuk ke dalam siklus urea di hati. Dalam
siklus ini dihasilkan urea yang selanjutnya dibuang melalui ginjal berupa urin.

Proses yang terjadi di dalam siklus urea digambarkan terdiri atas beberapa tahap yaitu:

Dengan peran enzim karbamoil fosfat sintase I, ion amonium bereaksi dengan CO2 menghasilkan
karbamoil fosfat. Dalam raksi ini diperlukan energi dari ATP

Dengan peran enzim ornitin transkarbamoilase, karbamoil fosfat bereaksi dengan L-ornitin
menghasilkan L-sitrulin dan gugus fosfat dilepaskan.

Dengan peran enzim argininosuksinat sintase, L-sitrulin bereaksi dengan L-aspartat menghasilkan L-
argininosuksinat. Reaksi ini membutuhkan energi dari ATP

Dengan peran enzim argininosuksinat liase, L-argininosuksinat dipecah menjadi fumarat dan L-arginin

Dengan peran enzim arginase, penambahan H2O terhadap L-arginin akan menghasilkan L-ornitin dan
urea (Lehninger, 2005).

Keterkaitan Proses Katabolisme dan Anabolisme

Proses katabolisme dan anabolisme dalam suatu organisme berlangsung secara kontinyu dan
bersamaan. Keduanya merupkan proses pengubahan energi sehingga energi dalam tubuh organisme
tersebut teap tersedia.
Tumbuhan hijau sebagai organisme fotoautotrof menyediakan sumber energi kimia bagi organsime
heterotrof, sebaliknya organisme heterotrof akan melepaskan sisa metabolsime berupa CO2 dan H2O
yang akan dimanfaatkan kembali oleh tumbuhan hijau untuk proses fotosintesis.

Secara ekologis terdapat hubungan antara tumbuhan hijau sebagai produsen dan hewan sebagai
konsumen dalam proses transformasi energi. Dalam tubuh individu organisme itu sendiri terjadi proses
penyususnan dan dan pembongkaran zat untuk transformasi energi.

Dalam tumbuhan hijau, mereka menyusun makanannya sendiri melalui proses fotosintesis. Selajutnya ia
juga memanfaatkan senyawa kimia yang terbentuk dari fotosintesis tersebut untuk prosesn respirasi sel
guna menghasilkan energi. Bahkan mungkin kalian pernah mengamati beberapa tumbuhan dapat
menyimpan cadangan makanannya sebagai energi cadangan, yang tersimpan dalam bentuk umbi-
umbian. Begiti pula dalam tubuh hewan, termasuk dalam tubuh manusia terjadai proses penyusunan
dan pembongkaran zat tersebut. Disamping ada proses respirasi protein (katabolisme) untuk
memperoleh energi, juga terjadi proses penyusunan (sintesis) protein yang penting untuk tersedianya
protein guna membangun sel atau jaringan yang rusak dan sebagai pembangun struktur jaringan tubuh.
Demikian pula sintesis lemak dan pembongaran lemak, merupkan dua proses yang saling berkaitan satu
sama lain.

Keterkaitan Metabolisme Karbohidrat, Lemak, dan Protein

Proses metabolisme karbohidrat, protein dan lemak daalam sel tubuh manusia, satu sama lain saling
terkait. Ketiga proses metabolsime tersebut akan melewati senyawa asetil CO-A, sebagai senyawa
antara untuk memasuki siklus Krebs. Begitu pula apabila terjadi kelebihan sintesis glukosa, maka dalam
tubuh akan diubah menjadi senyawa lemak sebagai cadangan energi.

Gambar diagram hubungan antara metabolisme karbohidrat, protein dan lemak

Bilogigonz.blogspot.com
Enzim

Enzim merupakan biokatalisator atau katalisator organik yang dihasilkan oleh sel.

Struktur enzim terdiri dari:

· Apoenzim, yaitu bagian enzim yang tersusun dari protein, yang akan rusak bila suhu terlampau
panas(termolabil).

· Gugus Prostetik (Kofaktor), yaitu bagian enzim yang tidak tersusun dari protein, tetapi dari ion-ion
logam atau molekul-molekul organik yang disebut koenzim. Molekul gugus prostetik lebih kecil dan
tahan panas (termostabil), ion-ion logam yang menjadi kofaktor berperan sebagai stabilisator agarenzim
tetap aktif. Koenzim yang terkenal pada rantai pengangkutan elektron (respirasi sel), yaitu NAD
(Nikotinamid Adenin Dinukleotida), FAD (Flavin Adenin Dinukleotida), SITOKROM.

Enzim mengatur kecepatan dan kekhususan ribuan reaksi kimia yang berlangsung di dalam sel.
Walaupun enzim dibuat di dalam sel, tetapi untuk bertindak sebagai katalis tidak harus berada di dalam
sel. Reaksi yang dikendalikan oleh enzim antara lain ialah respirasi, pertumbuhan dan perkembangan,
kontraksi otot, fotosintesis, fiksasi, nitrogen, dan pencernaan.

Enzim mempunyai sifat-siat sebagai berikut:

1. Biokatalisator, mempercepat jalannya reaksi tanpa ikut bereaksi.

2. Thermolabil; mudah rusak, bila dipanasi lebih dari suhu 60º C, karena enzim tersusun dari protein
yang mempunyai sifat thermolabil.

3. Merupakan senyawa protein sehingga sifat protein tetap melekat pada enzim.

4. Dibutuhkan dalam jumlah sedikit, sebagai biokatalisator, reaksinya sangat cepat dan dapat digunakan
berulang-ulang.

5. Bekerjanya ada yang di dalam sel (endoenzim) dan di luar sel (ektoenzim), contoh ektoenzim:
amilase,maltase.
6. Umumnya enzim bekerja mengkatalisis reaksi satu arah, meskipun ada juga yang mengkatalisis reaksi
dua arah, contoh : lipase, meng- katalisis pembentukan dan penguraian lemak. lipase Lemak + H2O →
Asam lemak + Gliserol

7. Bekerjanya spesifik ; enzim bersifat spesifik, karena bagian yang aktif (permukaan tempat melekatnya
substrat) hanya setangkup dengan permukaan substrat tertentu.

8. Umumnya enzim tak dapat bekerja tanpa adanya suatu zat non protein tambahan yang disebut
kofaktor.

Pada reaksis enzimatis terdapat zat yang mempengarahi reaksi, yakni aktivator dan inhibitor, aktivator
dapat mempercepat jalannya reaksi, 2+ 2+ contoh aktivator enzim: ion Mg, Ca, zat organik seperti
koenzim-A. Inhibitor akan menghambat jalannya reaksi enzim. Contoh inhibitor : CO, Arsen, Hg, Sianida.

Fungsi Enzim Dalam Metabolisme :

Metabolisme merupakan sekumpulan reaksi kimia yang terjadi pada makhluk hidup untuk menjaga
kelangsungan hidup.Reaksi-reaksi ini meliputi sintesis molekul besar menjadi molekul yang lebih kecil
(anabolisme) dan penyusunan molekul besar dari molekul yang lebih kecil (katabolisme).

Beberapa reaksi kimia tersebut antara lain respirasi, glikolisis, fotosintesis pada tumbuhan, dan protein
sintesis. Dengan mengikuti ketentuan bahwa suatu reaksi kimia akan berjalan lebih cepat dengan
adanya asupan energi dari luar (umumnya pemanasan), maka seyogyanya reaksi kimia yang terjadi pada
di dalam tubuh manusia harus diikuti dengan pemberian panas dari luar.

Fungsi enzim dalam metabolism :

Sebagai contoh adalah pembentukan urea yang semestinya membutuhkan suhu ratusan derajat Celcius
dengan katalisator logam, hal tersebut tidak mungkin terjadi di dalam suhu tubuh fisiologis manusia,
sekitar 37° C. Adanya enzim yang merupakan katalisator biologis menyebabkan reaksi-reaksi tersebut
berjalan dalam suhu fisiologis tubuh manusia, sebab enzim berperan dalam menurunkan energi aktivasi
menjadi lebih rendah dari yang semestinya dicapai dengan pemberian panas dari luar.
Kerja enzim dengan cara menurunkan energi aktivasi sama sekali tidak mengubah ΔG reaksi (selisih
antara energi bebas produk dan reaktan), sehingga dengan demikian kerja enzim tidak berlawanan
dengan Hukum Hess 1 mengenai kekekalan energi.

Selain itu, enzim menimbulkan pengaruh yang besar pada kecepatan reaksi kimia yang berlangsung
dalam organisme. Reaksi-reaksi yang berlangsung selama beberapa minggu atau bulan di bawah kondisi
laboratorium normal dapat terjadi hanya dalam beberapa detik di bawah pengaruh enzim di dalam
tubuh.

Terdapat berbagai macam peranan atau Fungsi dari pasa enzim yakni :

Reduksi, yaitu reaksi penambahan hydrogen, electron atau pelepasan oksigen.

Dehidrasi yaitu pelepasan molekul uap air (H20).

Oksidasi yaitu reaksi pelepasan molekul hydrogen, electron atau penambahan oksigen

Hidrolisis yaitu reaksi penambahan H20 pada suatu molekul dan diikuti pemecahan molekul pada ikatan
yang ditambah H20.

Deminase yaitu reaksi pelepasan gugus amin (NH2)

Dekarbolisasi yaitu reaksi pelepasan CO2 dan gugusan karbosil.

7. Fosforilasi yaitu reaksi pelepasan fosfat.

PEMBELAHAN SEL

Sel tentunya sahabat biologi sudah sangat sering mendengar kata ini, nah postingan kali ini akan
membahas tentang bagaimana sebenarnya proses pembelahan sel, Pengertian Pembelahan sel, serta
macam-macam pembelahan sel dan tahapannya akan dikupas disini, Langsung saja disimak ya

A.PENGERTIAN PEMBELAHAN SEL


Seperti namanya, pembelahan sel dapat diartikan sebagai suatu proses membelahnya sel induk menjadi
dua atau lebih sel anak. Pembelahan sel biasanya merupakan siklus sel kecil yang akan menyebabkan
siklus besar selanjutnya.

Pembelahan Sel

B.MACAM-MACAM PEMBELAHAN SEL DAN PROSESNYA

1.Pembelahan sel secara amitosis ( Pembelahan Biner )

Pembelahan Sel Secara Amitosis

Pembelahan sel secara amitosis ini disebut juga merupakan pembelahan sel secara langsung alias tidak
melalui tahapan – tahapan tertentu, proses ini juga berlangsung secara spontan, atau disebut
pembelahan biner. Proses ini tidak melibatkan kromosom mengapa demikian? Karena DNA yang ada
dalam jumlah dan besaran yang kecil sehingga tidak dapat dipaketkan, kebanyak pembelahan ini terjadi
pada sel Prokariotik seperti bakteri. Tujuan dari pembelahan ini adalah untuk membentuk keturunan
baru.

2.Pembelahan Sel Secara Mitosis

Pembelahan secara Mitosis pembelahan yang menghasilkan dua sel anak yang bersifat sama dengan
induknya, artinya sel anak ini pun dapat membelah lagi. Pada Manusia, pembelahan ini terjadi di sel
meristem somatik ( sel tubuh muda). Proses ini berlangsung melalui tahapan – tahapan yang terstruktur
dan teratur, tidak seperti Amitosis yang berlangsung secara spontan.

Pembelahan secara mitosis ini melalui dua tahapan, yaitu Kariokinesis dan Sitokinesis
Pembelahan Secara Mitosis

a.Kariokinesis

Proses ini mnunjukkan perbedaan yang mencolok pada tiap fasenya dan bertujuan untuk pembagian
materi inti, nah untuk melihat apa saja berubah, langsung aja disimak yang berikut ini :

Interfase

Pada tahap ini sel tidak membelah. Nukleus terdiri dari RNA ribosom dan merupakan tempat sintesis
protein serta materi yang berwarna gelap dikenal sebagai kromatin atau bentuk benang-benang
kromosom sehingga bentuk kromosom tidak dapat dilihat secara jelas. Pada salah satu ujung sel,
terdapat 2 pasang protein yang disebut sentrioles, tetapi pada tumbuhan, sentriosol tidak muncul.

Mitosis I : Profase

Profase

Pada tahap ini DNA mulai dikemas menjadi kromosom. Kromosom mulai memendek dan menebal.Pada
sel hewan sentriol membelah dan masing-masing bergerak ke kutub yang berlawanan dan terbentuk
benang-benang spindle yang terhubung ke kutub-kutub. Pada akhirnya kromosom terlihat terdiri dari
dua kromatid yang terikat pada sentromer.Nucleolus hilang dan membran nucleus hancur.

Mitosis : Metafase

Metafase

Pada fase ini, kromosom berpindah menjadi satu garis yang disebut the equator. Selain itu, muncul
benang-benang yang disebut spindel dan melekat pada sentromer setiap kromosom. Spindel ini
menghubungkan kromosom ke 2 kutub sentrisol yang berlawanan.
Mitosis : Anafase

Anafase

Masing-masing sentromer yang mengikat kromatid membelah bersamaan dan kromatid bergerak
menuju kutub pembelahan, menghasilkan salinan kromosom berpasangan.

Mitosis : Telofase

Telofase

Pada tahap ini kromosom mulai mengatur membentuk nukleus yang terpisah dan dikelilingin memberan
nukleus. Cleavage Burrow/ pembelahan alur menyempit dan lama kelamaan membelah sel. Berbeda
dengan itu, pada tumbuhan, pembelahan terjadi dengan cell plate daripada cleavage burrow.

Mitosis : Sitokinesis

b.Sitokinesis

Pembelahan ini akan menghasilkan gamet yang tidak dapat membelah lagi sampai tahap pembuahan,
Pembelahan secara meiosis menghasilkan anak yang memiliki jumlah kromosom setengah dari yang
dimiliki induknya, terjadi di alat reproduksi dan langsung antara fase 1 dilanjutkan dengan fase 2 tanpa
diselingi interfase.

Tahapan – tahapannya adalah sebagai berikut :

Meiosis I
Meiosis I

Interfase

Pada interfase, sel berada pada tahap persiapan untuk mengadakan pembelahan. Persiapannya adalah
berupa penggandaan DNA dari satu salinan menjadi dua salinan (sama seperti pada interfase mitosis).
Tahap akhir interfase adalah adanya dua salinan DNA yang telah siap dikemas menjadi kromosom.
Profase 1

Pada tahap ini terjadi proses sebagai berikut

Leptoten adalah tahap dimana benang kromatin berubah menjadi kromosom. Hal ini dilakukan dengan
cara memadatkan diri.

Zigoten/Zigonema, pada tahap ini, kromatid homolong saling berpasangan atau bersinapsis membentuk
bivalen. Sentrosom terbelah 2 menjadi sentriol dan bergerak ke kutub berlawanan.

Pakiten/Pakinema, kromosom kemudian berdupkikat menjadi 4 pada tahap ini dan disebut tetrad
(kromosom homolog yang mengganda sehingga ada 4 kromatid berpasangan). Pada tahap ini sering
terjadi rekombinasi gen melalui proses perpindahan silang.

Diploten, kromosom homolog yang tadinya bivalen terpisah. Bila terjadi perpindahan silang, akan
terdapat kiasma sebagai tanda.

Diakinesis, pada fase diakinesis, nukleolus (membrane inti) akan hilang dan sentriol bergerak ke masing-
masing kutub serta membentuk benang-benang spindel.

Metafase 1

Pasangan kromosom homolog mengatur diri dan saling berhadapan di daerah ekuator. Setengah dari
pasangan kromosom homolog mengarah ke kutub yang satu dan setengah pasangan kromosom
homolog lainnya mengarah ke kutub yang lain.

Anafase 1

Tiap kromosom homolog masing-masing mulai ditarik oleh benang spindel menuju ke kutub
pembelahan yang berlawanan arah.
Telofase 1

Kromosom yang masih terdiri dari dua kromatid berada di kutub. Selanjutnya terbentuk membran
nukleus yang diikuti oleh proses sitokinesis. Akhir telofase I terbentuk dua sel anak. Setiap sel anak
mengandung n kromosom sehingga pada akhir meiosis I terbentuk dua sel anak yang haploid.

Sitokenesis 1

Pada sitokinesis I tiap kromosom homolog dipisahkan oleh sekat sehingga sitokinesis menghasilkan dua
sel, masing-masing berisi kromosom dengan kromatid kembarnya.

Meiosis II

Meiosis II

Profase II

Pada profase II kromatid kembaran masih melekat pada tiap sentromer kromosom. Tahap ini kadang
terjadi dalam waktu yang singkat karena diikuti tahap berikutnya.

Metafase II

Pada metafase II tiap kromosom (yang berisi dua kromatid) merentang pada bidang ekuator. Terbentuk
benang-benang spindel, satu ujung melekat pada sentromer, dan ujung lain membentang menuju ke
kutub pembelahan yang berlawanan arah.

Anafase II

Pada anafase II benang spindel mulai menarik kromatid menuju ke kutub pembelahan yang berlawanan
tersebut. Akibatnya, kromosom memisahkan kedua kromatidnya dan bergerak menuju kutub yang
berbeda. Kromatid yang terpisah kini dinamakan kromosom.

Telofase II
Pada telofase II, kromatid (atau kini disebut kromosom) telah mencapai kutub pembelahan. Hasil total
dari tahap ini adalah terbentuk empat inti. Tiap inti mengandung setengah pasang kromosom (haploid)
dan satu salinan DNA (1n,1c).

Sitokenesis II

ada sitokinesis II tiap inti mulai dipisahkan oleh sekat sel dan akhirnya menghasilkan empat sel kembar
haploid.

STRUKTUR DAN FUNGSI TUMBUHAN

Struktur tubuh tumbuhan tingkat tinggi pada umumnya terdiri atas organ pokok yaitu akar, batang dan
daun. Organ tersusun oleh beberapa jaringan, dan jaringan disusun oleh beberapa sel yang mempunyai
bentuk, struktur, serta fungsi yang sama. Berdasarkan kemampuan sel membelah jaringan pada
tumbuhan dibedakan menjadi dua yaitu jaringan meristem dan jaringan permanen. Setiap jaringan
memiliki struktur dan fungsi yang berbeda.

Apakah jaringan itu ? Jaringan yaitu sekumpulan sel yang mempunyai bentuk, fungsi, dan sifat-
sifat yang sama. Jaringan-jaringan akan menyusun diri menjadi suatu pola yang jelas di seluruh bagian
tumbuhan. Misalnya jaringan-jaringan yang berfungsi dalam pengangkutan air dan makanan akan
membentuk suatu sistem pembuluh pengangkutan. Jaringan-jaringan tersebut akan menyusun organ
tumbuhan yaitu organ akar, organ batang maupun daun.

A. JARINGAN MERISTEM

Jaringan meristem adalah jaringan pada tumbuhan yang selalu menhgalami pembelahan diri secara
terus menerus.

Berdasarkan posisinya dalam tubuh tumbuhann, meristem dibedakan menjadi tiga, yaitu:

a. Meristem apikal, terdapat di ujung pucuk utama dan pucuk lateral serta ujung akar.

b. Meristem interkalar, terdapat di antara jaringan dewasa, contohnya meristem pada pangkal ruas
tumbuhan anggota suku atau family rumput-rumputan.

c. Meristem llateral,, terletak sejajar dengan permukaan organ tempat ditemukannya. Contohnya
adalah cambium dan cambium gabus (felogen)

Berdasarkan asal-usulnya, meristem dikelompokkan menjadi dua, yaitu:


a. Meristem primer, sel-selnya berkembang langsung dari sel-sel embrionik (contoh: meristem
apikal). Kegiatan jaringan meristem primer menimbulkan batang dan akar bertambang panjang.
Pertumbuhan jaringan meristem primer disebut pertumbuhan primer.

b. Meristem sekunder, sel-selnya berkembang dari jaringan dewasa yang sudah mengalami
diferensiasi. Contohnya adalah kambium dan kambium gabus. Kegiatan jaringan meristem menimbulkan
pertambahan besar tubuh tumbuhan.

Aktivitas kambium menyebabkan pertumbuhan skunder, sehingga batang tumbuhan menjadi besar . Ini
terjadi pada tumbuhan dikotil dan Gymnospermae (tumbuhan berbiji terbuka). Pertumbuhan kambium
kearah luar akan membentuk kulit batang, sedangkan kearah dalam akan membentuk kayu. Pada masa
pertumbuhan, pertumbuhan kambium kearah dalam lebih aktif dibandingkan pertumbuhan kambium
kearah luar, sehingga menyebabkan kulit batang lebih tipis dibandingkan kayu.

Gb1. Meristem

B. JARINGAN DEWASA

Jaringan dewasa adalah jaringan yang sudah mengalami diferensiasi. Sifat-sifat jaringan dewasa antara
lain:

a. Tidak mempunyai aktivitas untuk memperbanyak diri,

b. Mempunyai ukuran sel yang relatif besar dibandingkan sel-sel meristem,

c. Mempunyai vakuola besar, sehingga plasma sel sedikit dan merupakan selaput yang menempel
pada dinding sel,

d. Kadang-kadang selnya telah mati,

e. Selnya telah mencapai penebalan dinding sesuai dengan fungsinya,

f. Di antara sel-selnya dijumpai ruang antarsel.

Jaringan dewasa penyusun organ tumbuhan tingkat tinggi antara lain jaringan pelindung (epidermis),
jaringan dasar (parenkim), jaringan penyokong (penguat), jaringan pengangkut (vaskuler), dan jaringan
sekretoris.

B.1. Jaringan pelindung (epidermis)

Epidermis merupakan jaringan paling luar yang menutupi permukaan organ tumbuhan, seperti:
daun, bagian bunga, buah, biji, batang, dan akar. Fungsi utama jaringan epidermis adalah sebagai
pelindung jaringan yang ada di bagian sebelah dalam. bentuk, ukuran, dan susunan, serta fungsi sel
epidermis berbeda-beda pada berbagai jenis organ tumbuhan. Ciri khas sel epidermis adalah sel-selnya
rapat satu sama lain membentuk bangunan padat tanpa ruang antar sel. Dinding sel epidermis ada yang
tipis, ada yang mengalami penebalan di bagian yang menghadap ke permukaan tubuh, dan ada yang
semua sisinya berdinding tebal dan mengandung lignin.

Seperti kita temukan pada biji dan daun pinus, dinding luar sel epidermis biasanya mengandung
kutin, yaitu senyawa lipid yang mengendap di antara selulosa penyusun dinding sel sehingga
membentuk lapisan khusus di permukaan sel yang disebut kutikula. Di permukaan luar kutikula
kadangkala kita temukan lapisan lilin yang kedap air untuk mengurangi penguapan air.

Sel-sel epidermis dapat berkembang menjadi alat tambahan atau derivate epidermis, misalnya
stoma, trikoma, sel kipas, sistolit, sel silica, dan sel gabus.

1) Stoma

Stoma (jamak: stomata) adalah lubang atau celah yang terdapat pada epidermis organ tumbuhan yang
dibatasi oleh sel khusus yang disebut sel penutup. Sel penutup dikelilingi oleh sel-sel yang bentuknya
sama atau berbeda dengan sel-sel epidermis lainnya, dan disebut sel tetangga. Sel tetangga berperan
dalam perubahan osmotik yang menyebabkan gerakan sel penutup yang mengatur lebar stomata. Letak
stomata kebanyakan berada di permukaan bawah daun. Stomata berfungsi sebagai tempat pertukaraan
gas.

Gb2. Epidermis daun

2) Trikoma

Trikoma (jamak: trikomata) berasal dari sel-sel epidermis, biasanya berbentuk rambut. Ada juga
trikomata yang berbentuk sisik atau duri. Fungsi trikoma bagi tumbuhan adalah sebagai berikut:

a) Mengurangi penguapan

b) Meneruskan rangsang

c) Melindungi tumbuhan dari gangguan hewan

d) Membantu penyebaran biji

e) Membantu penyerbukan bunga

f) Menyerap air dan garam-garam mineral dari dalam tanah.

3) Sel kipas
Sel kipas dapat dijumpai pada epidermis atas daun tumbuhan suku atau family Gramineae atau
Cyperaceae. Sel kipas tersusun dari beberapa sel berdinding tipis dengan ukuran yang lebih besar
dibandingkan sel-sel epidermis di sekitarnya. Sel kipas berfungsi mengurangi penguapan dengan
menggulung daun.

B.2 Jaringan Parenkim

Parenkim terdiri atas kelompok sel hidup yang bentuk, ukuran, maupun fungsinya berbeda-beda. Sel-sel
parenkim mampu mempertahankan kemampuannya untuk membelah meskipun telah dewasa sehingga
berperan penting dalam proses regenerasi.

Sel-sel parenkim yang telah dewasa dapat bersifat meristematik bila lingkungannya memungkinkan.
Jaringan parenkim terutama terdapat pada bagian kulit batang dan akar, mesofil daun, daging buah, dan
endosperma biji. Sel-sel parenkim juga tersebar pada jaringan lain, seperti pada parenkim xilem,
parenkim floem, dan jari-jari empulur.

Ciri utama sel parenkim adalah memiliki dinding sel yang tipis, serta lentur. Beberapa sel parenkim
mengalami penebalan, seperti pada parenkim xilem. Sel parenkim berbentuk kubus atau memanjang
dan mengandung vakuola sentral yang besar. Ciri khas parenkim yang lain adalah sel-selnya banyak
memiliki ruang antarsel karena bentuk selnya membulat.

Parenkim yang mempunyai ruang antarsel adalah daun. Ruang antarsel ini berfungsi sebagai sarana
pertukaran gas antar klorenkim dengan udara luar. Sel parenkim memiliki banyak fungsi, yaitu untuk
berlangsungnya proses fotosintesis, penyimpanan makanan dan fungsi metabolisme lain. Isi sel
parenkim bervariasi sesuai dengan fungsinya, misalnya sel yang berfungsi untuk fotosintesis banyak
mengandung kloroplas. Jaringan yang terbentuk dari sel-sel parenkim semacam ini disebut klorenkim.
Cadangan makanan yang terdapat pada sel parenkim berupa larutan dalam vakuola, cairan dalam
plasma atau berupa kristal (amilum). Sel parenkim merupakan struktur sel yang jumlahnya paling
banyak menyusun jaringan tumbuhan.

Ciri penting dari sel parenkim adalah dapat membelah dan terspesialisasi menjadi berbagai jaringan
yang memiliki fungsi khusus. Sel parenkim biasanya menyusun jaringan dasar pada tumbuhan, oleh
karena itu disebut jaringan dasar.

Berdasarkan fungsinya, parenkim dibagi menjadi bebrapa jenis jaringan, yaitu:

1) Parenkim Asimilasi

Biasanya terletak di bagian tepi suatu organ, misalnya pada daun, batang yang berwarna hijau, dan
buah. Di dalam selnya terdapat kloroplas, yang berperan penting sebagai tempat berlangsungnya proses
fotosintesis.

2) Parenkim Penimbun
Biasanya terletak di bagian dalam tubuh, misalnya: pada empulur batang, umbi akar, umbi lapis, akar
rimpang (rizoma), atau biji. Di dalam sel-selnya terdapat cadangan makanan yang berupa gula, tepung,
lemak atau protein.

3) Parenkim Air

Terdapat pada tumbuhan yang hidup di daerah panas (xerofit) untuk menghadapi masa kering, misalnya
pada tumbuhan kaktus dan lidah buaya.

4) Parenkim Udara

Ruang antar selnya besar, sel- sel penyusunnya bulat sebagai alat pengapung di air, misalnya parenkim
pada tangkai daun tumbuhan enceng gondok

Gb3. Jaringan parenkim

B.3 Jaringan Penyokong (Penguat)

Jaringan penyokong merupakan jaringan yang menguatkan tumbuhan. Berdasarkan bentuk dan
sifatnya, jaringan penyokong dibedakan menjadi jaringan kolenkim dan sklerenkim.

1) Kolenkim

Kolenkim tersusun atas sel-sel hidup yang bentuknya memanjang dengan penebalan dinding sel yang
tidak merata dan bersifat plastis, artinya mampu membentang, tetapi tidak dapat kembali seperti
semula bila organnya tumbuh. Kolenkim terdapat pada batang, daun, bagian-bagian bunga, buah, dan
akar. Sel kolenkim dapat mengandung kloroplas yang menyerupai sel-sel parenkim. Sel – sel kolenkim
dindingnya mengalami penebalan dari kolenkim bervariasi, ada yang pendek membulat dan ada yang
memanjang seperti serabut dengan ujung tumpul.

Gb4. kolenkim

Berdasarkan bagian sel yang mengalami penebalan, sel kolenkim dibedakan atas:

1. kolenkim angular (kolenkim sudut), merupakan jaringan kolenkim dengan penebalan dinding sel pada
bagian sudut sel;
2. kolenkim lamelal, merupakan jaringan kolenkim yang penebalan dinding selnya membujur;

3. kolenkim anular, merupakan kolenkim yang penebalan dinding selnya merata pada bagian dinding sel
sehinggi berbentuk pipa.

2) Sklerenkim

Sklerenkim merupakan jaringan penyokong tumbuhan, yang sel - selnya mengalami penebalan sekunder
dengan lignin dan menunjukkan sifat elastis. Sklerenkim tersusun atas dua kelompok sel, yaitu sklereid
dan serabut. Sklereid disebut juga sel batu yang terdiri atas sel - sel pendek, sedangkan serabut sel –
selnya panjang. Sklereid berasal dari sel-sel parenkim, sedangkan serabut berasal dari sel - sel meristem.
Sklereid terdapat di berbagai bagian tubuh. Sel – selnya membentuk jaringan yang keras, misalnya pada
tempurung kelapa, kulit biji dan mesofil daun. Serabut berbentuk pita dengan anyaman menurut pola
yang khas. Serabut sklerenkim banyak menyusun jaringan pengangkut.

Gb5. Kolenkim dan Sklerenkim

B.3 Jaringan Pengangkut (Vaskuler)

Jaringan pengangkut pada tumbuhan terdiri atas sel-sel xilem dan floem, yang membentuk berkas
pengangkut (berkas vaskuler). Xilem berperan mengangkut air dan mineral dari dalam tanah ke daun,
sedangkan floem berfungsi mengedarkan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tumbuhan.

1) Xilem

Xilem merupakan jaringan kompleks karena tersusun dari beberapa tipe sel yang berbeda. Penyusun
utamanya adalah trakeid dan trakea sebagai saluran pengangkut air dengan penebalan dinding sel yang
cukup tebal sekaligus berfungsi sebagai penyokong. Xilem juga tersusun atas serabut, sklerenkim, serta
sel-sel parenkim yang hidup dan berperan dalam berbagai kegiatan metabolisme sel. Xilem disebut juga
sebagai pembuluh kayu yang membentuk kayu pada batang.

Trakeid dan trakea merupakan dua kelompok sel yang membangun pembuluh xilem. Kedua tipe sel
berbentuk bulat panjang, berdinding sekunder dari lignin dan tidak mengandung kloroplas sehingga
berupa sel mati. Perbedaan pokok antara keduanya, adalah pada trakeid tidak terdapat perforasi
(lubang-lubang), hanya ada celah (noktah), berupa plasmodesmata yang menghubungkan satu sel
dengan sel lainnya.
gb6. Xilem

Sedangkan pada trakea terdapat perforasi pada bagian ujung-ujung selnya. Transpor air dan mineral
pada trakea berlangsung melalui perforasi ini, sedangkan pada trakeid berlangsung lewat noktah (celah)
antar sel selnya. Sel-sel pembentuk trakea tersusun sedemikian rupa sehingga merupakan deretan sel
memanjang (ujung bertemu ujung) membentuk pipa panjang (kapiler). Bentuk penebalan pada dinding
trakea dapat berupa cincin spiral, atau jala.

2) Floem

Pada prinsipnya, floem merupakan jaringan parenkim.Tersusun atas beberapa tipe sel yang berbeda,
yaitu buluh tapis, sel pengiring, parenkim, serabut, dan sklerenkim.

gb7. Floem

Floem juga dikenal sebagai pembuluh tapis, yang membentuk kulit kayu pada batang. Unsur penyusun
pembuluh floem terdiri atas dua bentuk, yaitu: sel tapis (sieve plate) berupa sel tunggal dan bentuknya
memanjang dan buluh tapis (sieve tubes) yang serupa pipa. Dengan bentuk seperti ini pembuluh tapis
dapat menyalurkan gula, asam amino serta hasil fotosintesis lainnya dari daun ke seluruh bagian
tumbuhan.

Tipe-tipe berkas pengankut

Berdasarkan posisi xylem dan floem dibedakan atas :

a) Tipe kolateral

Kolateral terbuka, jika diantara xylem dan floem terdapat cambium

Kolateral tertutup, jikaq antara xylem dan floem tidak dijumpai kambium

b) Tipe konsentris

Konsentris amfikibral, apabila xylem berada ditengah dan floem mengelilingi xylem

Konsentris amfivasal, apabila floem ada ditengah dan xylem mengelilingi floem

c) Tipe radial, xilem dan floem letaknya bergantian menurut jari-jari lingkaran

B.4 Jaringan sekretori


Disebut juga kelenjar internal karena senywa yang dihasilkan tidak keluar dari tubuh. Penyusun
jaringan sekretori adalah :

a) Sel kelenjar, sel minyak dalam endosperma biji jarak

b) Saluran kelenjar, saluran kelenjar pada daun jeruk, senyawa yang dihasilkan ditimbun dalam
ruangan penyimpan, misalnya minyak atsiri, lender, dan damar

c) Saluran getah, sel-sel yang mengalami fusi membentuk suatu system jaringan yang menembus
jaringan-jaringan lain dalam tubuh. Sel tersebut berisi getah.

C. ORGAN PADA TUMBUHAN

Tumbuhan memiliki bermacam-macam organ yang tersusun atas beberapa jaringan tumbuhan.
Berdasarkan fungsinya, organ pada tumbuhan dibedakan menjadi organ sebagai alat hara (organa
nutritiaum), dan organ reproduksi (organa reproductikum). Alat hara meliputi akar, batang, dan daun,
sedangkan organ reproduksi berupa putik dan benang sari yang terdapat pada bunga.

Gb8. Organ dan Jaringan Tumbuhan

1. Akar

Akar merupakan organ tumbuhan yang penting karena berperan sebagai alat pencengkeram pada
tanah/penguat dan sebagai alat penyerap air. Akar memiliki bagian pelindung berupa tudung akar yang
tidak dimiliki oleh organ lain. Berdasarkan asal terbentuknya, akar dapat dibedakan atas akar primer dan
akar adventitif. Akar primer terbentuk dari bagian ujung embrio dan dari perisikel, sedangkan akar
adventitif berkembang dari akar yang telah dewasa selain dari perisikel atau keluar dari organ lain
seperti dari daun dan batang.

Pada kebanyakan tumbuhan dikotil dan gimnospermae, sistem perakaran berupa akar tunggang yang
memiliki satu akar pokok yang besar, sedangkan pada tumbuhan monokotil berupa akar serabut, yang
berupa rambut dan berukuran relatif sama.

Pada irisan membujur akar akan terlihat bagian-bagian akar, mulai dari yang paling ujung disebut ujung
akar. Ujung akar ditutupi oleh tudung akar (kaliptra). Kemudian dari ujung akar ke arah atas, terdapat
zona pembelahan sel, pada daerah ini terdapat meristem apikal dan turunannya yang disebut meristem
primer. Menuju ke atas, zona pembelahan menyatu dengan zona pemanjangan. Pada zona
pemanjangan, sel-sel memanjang sampai sepuluh kali panjang semula, pemanjangan sel ini berguna
untuk mendorong ujung akar (termasuk meristem) ke depan. Semakin keatas , zona pemanjangan akan
bergabung dengan zona pematangan. Pada zona pematangan, sel – sel jaringan akar menyelesaikan dan
menyempurnakan diferensiasinya.
Gb9. Struktur Akar

Apabila kita membuat irisan melintang akar muda, maka akan terlihat struktur sel dan jaringan
penyusun akar, berturut – turut, yaitu epidermis, korteks, endodermis dan stele (silinder pusat).

Lapisan terluar dari akar adalah epidermis yang tersusun atas sel –sel yang tersusun rapat satu sama lain
tanpa ruang antar sel, berdinding tipis, dan memanjang, sejajar sumbu akar. Dinding sel epidermis
tersusun dari bahan selulosa dan pectin yang menyerap air. Epidermis akar biasanya satu lapis.
Permukaan sel epidermis sebelah luar membentuk tonjolan yaitu berupa rambut atau bulu akar.

Korteks akar terutama terdiri atas jaringan parenkim yang relatif renggang dan sedikit jaringan
penyokongnya. Di sebelah dalam lapisan epidermis sering terdapat selapis atau beberapa lapis sel
membentuk jaringan padat yang disebut hipodermis atau eksodermis yang dinding selnya mengandung
suberin dan lignin.

Di sebelah dalam korteks terdapat selapis sel yang bersambung membentuk silinder dan memisahkan
korteks dari slinder berkas pengangkut di sebelah dalamnya. Lapisan ini disebut endodermis. Sel-sel
endodermis membentuk pita kaspari, yaitu penebalan dari suberin dan lignin pada sisi radial. Akibat
adanya penebalan ini, larutan tidak bisa menembusnya.

Silinder pusat akar (stele) tersusun atas berkas pengangkut. Bagian ini dipisahkan dari korteks oleh
endodermis. Bagian luar yang berbatasan dengan endodermis adalah perisikel yang tersusun atas sel-sel
parenkim berdinding tipis dan mempunyai potensi meristematik, sehingga sering disebut sebagai
perikambium. Peranan perisikel terutama sebagai awal terbentuknya cabang akar tempat terjadinya
kambium vaskuler, kambium gabus dan berperan dalam proses penebalan akar. Sebelah dalam perisikel
terdapat berkas pengangkut xilem dan floem. Xilem pada tumbuhan dikotil mengumpul di bagian
tengah silinder pusat, tersusun seperti bentuk bintang, sedangkan pada tumbuhan monokotil, xilem dan
floem letaknya berselang-seling.

2. Batang

Pada tumbuhan dikotil, berkas pembuluh tersusun dalam suatu lingkaran sehingga korteks terdapat di
bagian luar lingkaran dan empulur di bagian dalam lingkaran. Pada tumbuhan dikotil ini, xilem tersusun
di bagian dalam lingkaran. Di antara floem dan xilem terdapat kambium yang menyebabkan
pertumbuhan sekunder pada tumbuhan dikotil.

Kambium merupakan jaringan meristem lateral yang berfungsi dalam pertumbuhan sekunder.

Dua macam kambium yang menghasilkan jaringan sekunder tumbuhan dikotil, yaitu:
a) kambium pembuluh (vascular cambium) yairg menghasilkan xylem sekunder (kayu) ke arah dalam dan
floem sekunder ke arah luar,

b) kambium gabus (cork cambium) yang menghasilkan suatu penutup keras dan tebal yang
menggantikan epidermis pada batang dan akar.

Empulur batang tersusun atas jaringan parenkim yang mungkin mengandung kloroplas. Empulur
mempunyai ruang antarsel yang nyata dan tersusun atas perikambium yang disebut perisikel.
Perikambium dibatasi oleh floem primer di sebelah dalam dan endodermis di sebelah luarnya. Jari-jari
empulur berupa pita radier yang terdiri atas sederet sel, mulai dari empulur sampai dengan floem.
Fungsi utamanya adalah melangsungkan pengangkutan makanan ke arah radial. Pada tumbuhan dikotil,
jari-jari empulur tampak berupa garis-garis halus yang membentuk lingkaran tahun.

Gb10. Perbedaan Batang Dikotil dan Monokotil

Gb11. Struktur Batang dikotil

3. Daun

Struktur morfologi daun pada setiap jenis tumbuhan berbeda-beda. Oleh karena itu, struktur morfologi
daun dapat digunakan untuk mengklasifikasikan jenis-jenis tumbuhan. Struktur daun dapat dilihat dari:
bentuk tulang daun (menvirip, menjari, melengkung, dan sejajar); bangun daun atau bentuk helaian
daun (bulat, lanset, jorong, memanjang, perisai,
jantung, dan bulat telur); tepi daun (bergerigi, beringgit, berombak, bergiri, dan rata); bentuk ujung
daun (runcing,meruncing, tumpul, membulat, rompang/ terbelah, dan berduri); bentuk pangkal daun
(runcing, meruncing, tumpul, membulat, rata, dan berlekuk); dan prmukaan (licin, kasap, berkerut,
berbulu, dan bersisik).

Tidak hanya sebagai tempat fotosintesis, daun juga berfungsi untuk transpirasi (penguapan air) dan
respirasi (pernapasan). Bila kita mengamati preparat irisan melintang daun, maka akan kita jumpai
bagian-bagian penyusun struktur anatomi daun yang sesuai dengan fungsi daun tersebut. Daun tersusun
atas jaringan epidermis, jaringan parenkim, dan jaringan pengangkut.

Epidermis berfungsi sebagai pelindung jaringan ini memiliki struktur khusus sebagai adaptasi untuk
berkangsungnya proses fotosintesis, yaitu adanya stoma yang dalam jumlah banyak disebut stomata.
Stomata tersusun atas sel penutup dan sel tetangga yang banyak mengandung kloroplas. Adanya
stomata memungkinkan terjadinya pertukaran gas antara sel – sel fotosintetik dibagian dalam daun
dengan udara disekitarnya. Stomata juga merupakan jalan keluarnya uap air.

Bagian tengah dari struktur anatomi daun juga dapat kita jumpai jaringan parenkim yang menyusun
mesofil daun dan terdiri atas parenkim palisade (parenkim pagar / jaringan tiang) dan parenkim spons
(parenkim bunga karang. Parenkim palisade terdiri atas sel – sel yang memanjang di sel –sel bulat dan
pada bagian ini banyak terdapat ruang antar sel sebagai tempat pertukaran gas selama fotosintesis
berlangsung.

Hamper semua daun memiliki berkas pengangkut yang tampak sebagai tulang daun atau urat daun.
Tulang daun ini berisi pembuluh angkut xylem dan floem. Berkas pengangkut pada daun berfungsi untuk
mengangkut air dan hasil fotosintesis pada daun.

Gb12. Struktur Daun

4. Bunga
Bunga merupakan organ reproduksi pada tumbuhan, organ ini bukanlah organ pokok dan rnerupakan
modifikasi (perubahan bentuk) dari organ utama yaitu batang dan daun yang bentuk, susunan, dan
warnanya telah disesuaikan dengan fungsinya sebagai alat perkembangbiakan pada tumbuhan. |ika kita
memperhatikan bagian dasar bunga dan tangkai bunga, bagian ini merupakan modifikasi dari batang,
sedangkan kelopak dan mahkota bunga merupakan modifikasi dari daun yang bentuk dan warnanya
berubah. Sebagian masih tetap bersifat seperti daun, sedangkan sebagian lagi akan mengalami
metamorfosis membentuk bagian yang berperan dalam proses reproduksi.

Kelopak bunga merupakan bagian bunga yang masih mempertahankan sifat daun. Kelopak bunga
berfungsi untuk melindungi kuncup bunga sebelum bunga mekar. Mahkota bunga biasanya memiliki
warna dan bentuk yang menarik jika dibandingkan dengan kelopak bunga. Mahkota bunga ini berperan
dalam menarik serangga dan agen penyerbukan yang lain. Benang sari merupakan bagian yang berperan
sebagai alat reproduksi jantan pada bunga, benang sari terdiri atas kepala sari yang merupakan tempat
berkembangnya serbuk sari (gametofit jantan) dan suatu tangkai yang disebut filamen (tangkai sari).

Putik merupakan alat reproduksi betina pada bunga. Pada putik terdapat kepala putik yang biasanya
memiliki permukaan yang lengket sebagai tempat menempelnya serbuk sari. Selain itu, putik memiliki
saluran yang disebut tangkai putik. Saluran ini menuju ke ovarium pada dasar bunga yang mengandung
bakal buah tempat sel telur (gametofit betina).

CIRI MAHKLUK HIDUP DAN KLASIFIKASI

Mendeskripsikan ciri-ciri makhluk hidup

Ciri-ciri pada makhluk hidup meliputi TRANSPIRER :

Transportasi : ditubuh mahkluk hidup dipastikan ada pemindahan materl

Respirasi : mahkluk hidup bernafas untuk bisa menghasilkan energi untuk aktivitas

Adaptasi : mahkluk hidup selalu beradaptasi agar tetap survive

Nutrisi : mahkluk hidup perlu nutrisi , minum untuk sumber energi tentu

Sintesa : di tubuh mahkluk hidup terjadi perubahan senyawa yang dikenal metabolisme

Pertumbuhan dan Perkembangan : agar jelas ia hidup tubuhnya tumbuh & berkembang
Iritabilita : kemampuan merespons rangsang dari luar dan menanggapinya : gerak

Reproduksi : mahkluk hidup agar tidak punah keturunannya harus dipertahankan

Ekskresi : di tubuh mahkluk hidup hasil metabolisme berupa racun harus dikeluarkan

Regulasi : semua kegiatan baik organ dalam dan luar ada yang mengaturnya sehingga terjadi
keseimbangan (Balance)

KLASIFIKASI

Mengidentifikasi ciri-ciri pada pengelompokan makhluk hidup.

Keanekaragaman Tumbuhan

Tujuan klasifikasi makhluk hidup adalah untuk memudahkan mengenal dan mempelajari makhluk hidup.

Dasar klasifikasi makhluk hidup adalah persamaan dan perbedaan ciri.

Tingkatan klasifikasi pada tumbuhan yaitu : divitio (divisi), classis (kelas), ordo (bangsa), familia (suku),
genus (marga), species (jenis)

Tingkatan klasifikasi pada hewan yaitu : phylum (filum), classis (kelas), ordo (bangsa), familia (suku),
genus (marga), species (jenis)

Contoh nama ilmiah : Musa paradisiaca, Musa adalah genus/marga, paradisiaca adalah penunjuk

jenis.

Tumbuhan dibagi menjadi 4 divisi, yaitu :

Thallophyta : ganggang (Algae) & jamur (Fungi)

Bryophyta : Lumut - lumut hati (Hepaticae), lumut daun (Musci), lumut Tanduk (Anthoceros)

Pterydophyta : Paku-pakuan - paku rambut (Lycopodinase), paku ekor kuda (Equisetinae), paku sejati
(Filicinae)

Sphermatophyta- Tumbuhan biji : Gymnospermae dan Angiospermae

Berdasarkan warnanya, ganggnag dibedakan menjadi 4, yaitu :

Ganggang hijau (Chloropyceae) : Chlamydomanas & Spirogyra

Ganggang cokelat (Phaeophyceae) : Sargasum, Fucus, Laminaria


Ganggang merah (Rhodophyceae) : Euchema gracialis

Ganggang pirang (Chrysophyceae) : Synendra

Berdasarkan bentuk hifanya, jamur dibedakan menjadi 2 kelas, yaitu :

Jamur ganggang (Phycomycetes) à hifa tidak bersekat Contoh : Rhyzopus (jamur tempe)

Jamur sejati (Eumycetes) à hifa bersekat

Dibagi menjadi 4, yaitu :

Zygomycetes , contohnya Rhyzopus untuk pembuatan tempe

Askomisetes, contohnya Penicillium sp (penghasil penisilin), Sacharomyces sp (jamur tape)

Basidiomisetes, contohnya Jamur kuping, jamur merang, jamur kayu

Deuteromisetes, contohnya jamur oncom

Perhatikan siklus lumut dan Paku di bawah ini

Metagenesis Lumut (Bryophyta)


Perhatikan sikulus paku di bawah ini

Ciri-ciri tumbuhan berbiji, yaitu mempunyai akar, batang, daun, dan bunga
Tumbuhan berbiji dikelompokan menjadi 2, yaitu :

1. Gimnospermae (terbuka) à ex : melinjo & pakis haji

2. Angiospermae (tertutup) à ex : mangga, rambutan

Angiospermae dikelompokan menjadi 2, yaitu :

1. Dikotil (berkeping dua)

2. Monokotil (berkeping satu)

Ciri monokotil, yaitu

tulang daun umumnya sejajar

batang tak berkambium

akar serabut

bagian-bagian bunga kelipatan tiga.

Tumbuhan monokotil dikelompokan menjadi 5 suku, yi :

1. Rumut-rumputan (Graminae), ex : jagung, padi

2. Pinang-pinangan (Palmae), ex : kelapa, sagu

3. Pisang-pisangan (Musaceae), ex : pisang ambon, raja

4. Anggrek-angrekan (Orchidaceae), ex : anggrek, vanili

5. Jahe-jahean (Zingiberaceae), ex : jahe, kunyit

Ciri Dikotil, yaitu

tulang daun beranekaragam, yi menjari, menyirip dll

batang berkambium

akar tunggang

bagian-bagian bunga kelipatan 2,4, atau 5.

Tumbuhan dikotil dikelaompokan menjadi 5 suku, yi :

1. Jarak-jarakan (Euphorbiaceae), ex : jarak, ubi, karet


2. Polong-polongan (Leguminoceae), ex : pete, kacang

3. Terung-terungan (Solanaceae), ex : terong, cabe, tomat

4. Jambu-jambuan (Myrtaceae), ex : jambu biji, jambu air

5. Komposite (Compositae), ex : bunga matahari

Keanekaragaman Hewan

Dunia hewan dibagi menjadi 2, yi :

1. Avertebrata (tidak bertulang belakang)

2. Vertebrata (bertulang belakang)

Kelompok hewan avertebrata, yi :

1. Protozoa (hewan bersel satu, ex : Amoeba, Paramecium, Euglena

2. Porifera (hewan berpori), ex : Sycons sp, Euspongia sp

3. Coelenterata (hewan rongga usus), ex : Anemon laut, Bahar, Karang batu

4. Platyhelminthes (cacing pipih), ex : Taenia sp (cacing pita), Planaria sp (cacing pipih)

5. Nemathelminthes (cacing gilik), ex : Ascaris sp (cacing perut), Oxyuris sp (cacing kremi)

6. Anelida (cacing beruas-ruas), ex : Pheretima sp(cacing tanah), Hirudo medicinalis (lintah)

7. Echinodermata (hewan berkulit duri), ex : bintang laut, landak laut

8. Molusca (hewan lunak), ex : Octopus sp (gurita), Loligo sp (sotong), Sepia sp (cumi-cumi), Chlamis sp
(tiram), Corbicula sp (remis), Lima scraba (kerang)

9. Insecta (serangga), ex : jangkrik, belalang

10. Crustacesa (udang-udangan), ex : kepiting

11. Arachnida (laba-laba), kalajenging, laba-laba

12. Myriapoda (lipan), ex : lipan, luing


Vertebrata dikelompokan menjadi 5, yi :

1. Pisces (ikan), ex : gurami, lele

2. Amfibia (hewan hidup 2 alam), ex : katak, salamander

3. Reptilia (melata), ex : kadal, buaya

4. Aves (burung), ex : perkutut, cocak rowo

5. Mamalia (menyusui), ex : sapi, kerbau

EVOLUSI

2.1 Pengertian evolusi

Evolusi berarti proses kompleks pewarisan sifat organisme yang berubah dari generasi ke
generasi dalam kurun waktu jutaan tahun. Evolusi secara umum tidak dapat terlepas dari kehidupan
masa lampau. Hal yang saat ini merupakan hasil dari proses masa lampau. Evolusi juga berarti
perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu populasi organisme dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh kombinasi tiga proses utama: variasi, reproduksi,
dan seleksi. Sifat-sifat yang menjadi dasar evolusi ini dibawa oleh gen yang diwariskan kepada keturunan
suatu makhluk hidup dan menjadi bervariasi dalam suatu populasi. Ketika organisme bereproduksi,
keturunannya akan mempunyai sifat-sifat yang baru. Sifat baru dapat diperoleh dari perubahan gen
akibat mutasi ataupun transfer gen antar populasi dan antar spesies. Pada spesies yangbereproduksi
secara seksual, kombinasi gen yang baru juga dihasilkan oleh rekombinasi genetika, yang dapat
meningkatkan variasi antara organisme. Evolusi terjadi ketika perbedaan-perbedaan terwariskan ini
menjadi lebih umum atau langka dalam suatu populasi.

2.2 Pencetus-pencetus teori evolusi

1 Charles Darwin

Charles Robert Darwin (1809-1882) adalah seorang peminat ilmu alam dari inggris. Pada
tahun 1831, ia mengikuti pelayaran HMS Beagle untuk memetakan jalur pelayaran. Selama pelayaran,
Darwin banyak mendapat fosil, batuan dan berbagai makhluk hidup. Ketika sampai di kepulauan
Galapagos, Darwin menjumpai berbagai macam makhluk yang menarik perhatiannya, terutama burung-
burung Finch. Burung Finch banyak juga ditemukan di Inggris, namun burung Finch yang terdapat di
Galapagos memiliki bentuk paru yang beragam. Darwin menyadari bahwa struktur yang bervariasi ini
karena terbentuk karena adaptasi lingkungan tertentu. Darwin meyakini bahwa struktur paru burung
Finch bersesuaian dengan keanekaragaman makanan yang tersedia. Selain burung Finch, Darwin juga
mengamati kura-kura raksasa. kedua kura-kura ini memiliki sedikit perbedaan morfologi yang
disebabkan oleh perbedaan habitat. dari pengamatannya, Darwin memperoleh ide tentang evolusi yang
didasarkan atas pokok-pokok pikirannya, yaitu :

A. Makhluk hidup bervariasi dan beberapa variasi sifatnya dapat diturunkan. Tidak ada dua individu
yang sama persis dalam suatu spesies (kecuali kembar identik)

B. Setiap populasi cenderung bertambah banyak, karena setiap makhluk hidup mampu
berkembangbiak. Untuk berkembangbiak perlu adanya makanan yang cukup. Dan jumlah individu yang
dilahirkan lebih banyak dari pada yang dapat bertahan hidup.

C. Kenyataan menunjukkan bahwa pertambahan populasi tidak berjalan terus-menerus.

D. Individu-individu berkompetisi untuk memperoleh sumber daya agar mampu bertahan hidup.

E. Sifat-sifat yang diwariskan milik beberapa individu membuat mereka dapat bertahan hidup dan
bereproduksi pada keadaan lingkungan tertentu.

F. Akibat dari seleksi lingkungan tersebut, hanya individu yang adaptif terhadapa lingkungan yang
dapat hidup dan menurunkan sifat adaptif tersebut. Seleksi alam akhirnya akan mengubah sifat dalam
populasi, bahkan menghasilkan spesies baru.

2. Teori evolusi Aristoteles (384-322 SM).

Aristoteles adalah seorang filosof yang berasal dari Yunani, yang mencetuskan teori evolusi. Ia
mengatakan bahwa evolusi yang terjadi berdasarkan metafisika alam, maksudnya metafisika alam dapat
mengubah organisme dan habitatnya dari bentuk sederhana ke bentuk yang lebih kompleks.

3. Teori evolusi Anaximander (500 SM0.

Anaximander juga merupakan seorang filosof yang berasal dari Yunani. Ia berpendapat bahwa manusia
berawal dari makhluk akuatik mirip ikan dan mengalami proses evolusi.

4. Teori evolusi Empedoclas (495-435 SM).

Empedoclas adalah seorang filosof Yunani. Ia mengemukakan teori bahwa kehidupan berasal dari
lumpur hitam yang mendapat sinar dari matahari dan berubah menjadi makhluk hidup. Evolusi terjadi
dengan dimulainya makhluk hidup yang sederhana kemudian berkembang menjadi sempurna dan
akhirnya menjadi beraneka ragam seperti sekarang ini.
5. Teori evolusi Erasmus Darwin (1731-1802).

Erasmus Darwin adalah kakek dari Charles Robert Darwin, seorang tokoh evolusi berkebangsaan Inggris.
Teorinya adalah bahwa evolusi terjadi karena bagian fungsional terhadap stimulasi adalah diwariskan. Ia
menyusun buku yang berjudul Zoonamia yang menentang teori evolusi dari Lamarck.

6. Teori evolusi Count de Buffon (1707-1788).

Buffon berpendapat bahwa variasi-variasi yang terjadi karena pengaruh alam sekitar diwariskan
sehingga terjadi penimbunan variasi.

7. Teori evolusi Sir Charles Lyell (1797-1875).

Lyell adalah seorang ilmuwan yang berasal dari Skotlandia dengan bukunya yang terkenal
berjudul Principles of Geology. Di dalam bukunya tersebut Lyell berpendapat bahwa permukaan bumi
terbentuk melalui proses bertahap dalam jangka waktu yang lama.

8. Teori evolusi Jean Baptise de Lamarck.

Jean Baptise de Lamarck (1744 – 1829) seorang ahli biologi kebangsaan Perancis, memiliki suatu gagasan
dan menuliskannya dalam bukunya berjudul “Philoshopic”. Dalam bukunya
tersebut Lamarck mengatakan sebagai berikut.

Lingkungan mempunyai pengaruh pada ciri-ciri dan sifat-sifat yang diwariskan melalui proses adaptasi
lingkungan.

Ciri dan sifat yang terbentuk akan diwariskan kepada keturunannya.

Organ yang sering digunakan akan berkembang dan tumbuh membesar, sedangkan organ yang tidak
digunakan akan mengalami pemendekan atau penyusutan, bahkan akan menghilang. Contoh yang dapat
digunakan oleh Lamarck adalah jerapah. Menurut Lamarck, pada awalnya jerapah memiliki leher
pendek. Karena makanannya berupa daun-daun yang tinggi, maka jerapah berusaha untuk dapat
menjangkaunya. Karena terbiasa dengan hal ini maka semakin lama, leher jerapah menjadi semakin
panjang dan pada generasi berikutnya akan lebih panjang lagi. Teori Lamarck ditentang oleh Erasmus
Darwin (kakek dari Charles Darwin) yang mengatakan bahwa populasi jerapah adalah heterogen, ada
yang berleher pendek dan ada yang berleher panjang. Jerapah-jerapah tersebut berkompetisi untuk
mendapatkan makanan. Dari persaingan tersebut jerapah berleher panjang akan menang dan akan
tetap hidup, sifat ini akan diwariskan kepada keturunannya. Jerapah yang berleher pendek akan mati
dan perlahan-lahan mengalami kepunahan.

Teori Lamarck ditentang oleh Erasmus Darwin (kakek dari Charles Darwin) yang mengatakan bahwa
populasi jerapah adalah heterogen, ada yang berleher pendek dan ada yang berleher panjang. Jerapah-
jerapah tersebut berkompetisi untuk mendapatkan makanan. Dari persaingan tersebut jerapah berleher
panjang akan menang dan akan tetap hidup, sifat ini akan diwariskan kepada keturunannya. Jerapah
yang berleher pendek akan mati dan perlahan-lahan mengalami kepunahan.
9. Carolus Linnaeus (1707-1778)

Membuat sebuah ketentuan cara mencari keteraturan posisi antar makhluk hidup dengan mencari
persamaan sifat, dan mengelompokkan yang mirip ke dalam satu kelompok. Pengelompokan dilakukan
secara berjenjang, mulai dari jenjang yang paling rendah sampai jenjang yang paling tinggi. Jenjang
ditentukan dari pengelompokkan dengan kemiripan sifat-sifat khusus, menempati takson terendah,
sampai pada jenjang untuk pengelompokkan makhluk hidup dengan kategori sifat-sifat umum pada
takson yang paling tinggi. Linnaeus juga membuat suatu cara penamaan jenis makhluk hidup dengan
sistem Binomial nomenklatur. Dengan sumbangan ilmunya ini Linnaeus disebut sebagai pendiri
Taksonomi, suatu ilmu yang membahas tentang penamaan dan pengelompokkan makhluk hidup yang
sangat beraneka ragam

10. Georges Cuvier (1769-1832)

Ahli anatomi, tetapi sangat perhatian terhadap paleontology (ilmu mengenai fosil). Cuvier mendukung
teori Katastropi yang mengatakan bahwa makhluk hidup setiap strata tidak ada hubungan kekerabatan
karena setiap strata terbentuk akibat terjadinya bencana alam, seperti gempa bumi, banjir, atau
kemarau yang panjang. Jika strata lenyap oleh bencana, muncul strata baru lengkap dengan makhluk
hidup baru, yang berpindah dari daerah lain. Dari temuan fosil dilembah Paris, Cuvier menyimpulkan
bahwa batuan yang membentuk bumi ini tersusun berupa lapisan-lapisan. Setiap strata dihuni oleh
berbagai makhluk hidup yang unik, berbeda strukturnya dengan makhluk penghuni strata lainnya. Cuvier
yakin bahwa makhluk modern di lapisan bumi paling atas sangat berbeda dengan makhluk di strata tua
di lapisan bawah.

11. James Hutton (1726-1797)

Mengemukakan teori gradualisme, yang menyebutkan bahwa bentuk bumi dan lapisan-lapisannya
merupakan hasil perubahan yang berlangsung secara bertahap, terus menerus, dan lamabat (dalam
waktu lama)

12. Alfred Russel Wallace (1923-1913

Mengembangkan teori yang serupa dengan teori Darwin. Dasar teori Wallace adalah penelitian biologi
perbandingan di Brasilia dan Hindia Belanda (sekarang di Indonesia), dan Malaya. Buku penelitinnya
berjudul “On the tendency of varieties to depart indefinitely from the original type”. Teorinya sama
dengan yang dikembangkan Darwin.

2.3 Faktor yang mempengaruhi evolusi


Evolusi pada umumnya dapat disebabkan oleh dua faktor penyebab, yaitu antara lain :

1. Faktor Dalam / Faktor Gen / Faktor Genetika

Pada setiap makhluk hidup pasti memiliki substansi gen pada kromosom. Perubahan pada gen atau
genetika pada makhluk tersebut akan berakibat pada terjadinya perubahan sifat atau organisme
tersebut :

a. Mutasi gen

Mutasi adalah perubahan pada struktur kimia gen yang bersifat turun-temurun yang terjadi bisa secara
spontan atau tidak spontan oleh zat kimia, radiasi sinar radioaktif, terinfeksi virus, dan lain sebagainya.

b. Rekombinasi gen

Pengertian dan arti definisi rekombinasi gen adalah penggabungan beberapa gen induk jantan dan
betina ketika pembuahan ovum oleh sperma yang menyebabkan adanya susunan pasangan gen yang
berbeda dari induknya. Akibatnya adalah lahirnya varian spesies baru.

2. Faktor Lingkungan Luar

Makhluk hidup dalam kesehariannya pasti berada di lingkungan habitat tempat tinggalnya sesuai
dengan kondusi fisik maupun kondisi karakteristiknya. Organisme makhluk hidup dituntut untuk dapat
menyesuaikan atau adaptasi dengan kondisi lingkungan sekitarnya. Mahluk hidup yang melakukan
perubahan fisik dan karakter secara terus-menerus untuk dapat selalu beradaptasi dengan
lingkungannya menyebabkan munculnya varian spesies baru yang bermacam-macam dan beraneka
ragam.

2.4 petunjuk adanya evolusi

Ada beberapa macam petunjuk adanya evolusi antara lain :

1. Adanya variasi makhluk hidup

2. Fosil

3. Perbandingan fisiologi/biokimia

4. Adanya embriologi perbandingan

5. Petunjuk alat tubuh yang tersisa

6. Homologi organ tubuh dan analogi organ tubuh

1. Variasi Makhluk Hidup


Adanya variasi makhluk hidup terbukti tidak ada dua individu di dunia yang mempunyai sifat/ciri yang
sama, hal ini menunjukkan adanya variasi. Bila varian tersebut hidup pada lingkungan yang berbeda
maka akan menghasilkan keturunan yang berbeda.

2. Fosil

Fosil dapat diartikan sisa-sisa binatang dan tumbuhan yang telah membatu.

Leonardo da Vinci (Itali, 1452 – 1519), Ia berpendapat bahwa fosil merupakan bukti adanya makhluk
hidup di masa lampau.

3. Homologi organ tubuh dan analogi organ tubuh

Organ-organ yang mempunyai bentuk asal sama namun mempunyai fungsi yang berbeda
disebut homologi.

Contoh organ homolog.

· Kaki depan kuda homolog dengan sayap burung

· Tangan manusia homolog dengan kaki depan kuda

· Kaki depan anjing homolog dengan sayap burung

· Kaki depan kucing homolog dengan sirip dada ikan

Organ tubuh yang menunjukkan kesamaan fungsi tetapi struktur asalnya berbeda disebut analogi.

Contoh analogi:

a. Sayap kelelawar analog dengan sayap kupu, kedua sayap berfungsi sama untuk terbang

b. Sayap kupu-kupu analog dengan sayap burung, kedua sayap berfungsi sama untuk terbang tetapi
struktur asalnya berbeda.

4. Embriologi Perbandingan

Antara hewan vertebrata pices, reptil, amfibi, aves, dan mamalia mempunyai kemiripan pada embrio,
yaitu : mempunyai fase perkembangan embrio yg sama. Terdiri Zigot, morulla, blastula, gastrula, janin.

5. Perbandingan Fisiologi/biokimia
secara fisiologi dari berbagai organisme dijumpai kemiripan fisiologi yang dapat ditinjau secara kimiawi.

Contoh:

a. Atas dasar struktur tubuh yang mirip dan memiliki kesamaan seperti: kristaloksi hemoglobin dari
burung memiliki kemiripan.

b. Test presipitin untuk serum darah manusia mempunyai reaksi yang mirip jika dibanding dengan
serum darah gorilla dan simpanse.

Untuk menentukan jauh dekatnya hubungan kekerabatan antar makhluk hidup dapat diuji dengan
analisa biokimia. Misalnya:

1. Uji presipitin yaitu mengetahui adanya reaksi antara antigen-antibodi pada darah, ternyata dari
pengujian serum darah manusia mempunyai kemiripan dengan pengujian pada serum darah gorilla dan
simpanse.

2. Hormon insulin pada sapi mempunyai banyak persamaan dengan insulin manusia.

3. Adanya kemiripan hormon tiroksin sapi dengan tiroksin manusia.

4. Pada sebagian manusia dalam darahnya ditemukan protein yang sama seperti protein yang
ditemukan dalam darah kera Maccacus rhesus.

6. Petunjuk alat tubuh yang tersisa

Pada beberapa hewan maupun pada manusia dapat kita temukan beberapa organ vestigial. Organ
vestigial merupakan organ-organ yang tersisa akibat adanya penyusutan (mereduksi) sehingga sudah
tidak berfungsi sebagaimana organ yang belum mengalami reduksi.

Contoh:

1. Pada manusia ditemukan umbai cacing, otot penggerak telinga, rambut pada dada dan tulang
ekor, bentuk gigi taring yang runcing dan adanya selaput pada sudut mata sebelah dalam.

2. Pada burung kiwi dan pinguin anggota gerak depan (sayap) mengalami penyusutan sehingga tidak
dapat berfungsi untuk terbang.

3. Pada hewan yang hidup di laut yang dalam matanya mengalami reduksi sehingga tidak dapat
melihat, sedangkan mata pada ikan yang hidup di tempat yang terang berkembang dengan baik.

4. Pada paus dewasa kulitnya tidak mempunyai rambut, sedangkan pada masa embrionya
mempunyai rambut

2.5 Asal-usul makhluk hidup

Seorang ahli yang meneliti asal-usul makhluk hidup adalah Francesco Redi (1628-1689). Dia
membuktikan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup.
Dalam penelitiannya, Redi menggunakan beberapa contoh daging. Daging tersebut diberi tiga perlakuan
yang berbeda. Pada perlakuan I, daging ditempatkan di dalam botol yang terbuka. Pada perlakuan II,
daging ditempatkan di dalam botol yang ditutup kain kasa. Pada perlakuan III, daging diletakkan di
dalam botol yang ditutup rapat dengan tutup botol.

Setelah beberapa hari, ternyata daging dalam botol I dan II membusuk dan menimbulkan bau busuk.
Bau tersebut menarik lalat untuk hinggap. Lalat hinggap pada daging di botol I, dan di permukaan kain
kasa di botol II, tetapi tidak hinggap pada botol III. Beberapa hari kemudian terlihat belatung pada
daging di botol I dan pada kain kasa di botol II. Redi mengamati bahawa belatung berubah menjadi lalat.

Dari percobaan tersebut Redi menyimpulkan belatung bukan berasal dari daging busuk, melainkan telur
lalat yang menetas. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa makhluk hidup berasal dari
makhluk hidup. Kesimpulan tersebut akhirnya dianut oleh ahli-ahli berikutnya.

2.6 Penentangan terhadap evolusi

1. Evolusi hanyalah teori dan bukannya fakta

Para pengkritik evolusi seringkali menekankan bahwa evolusi "hanyalah sebuah teori", dengan tujuan
menyiratkan bahwa evolusi itu sendiri belum terbukti, ataupun evolusi itu adalah opini dan bukan fakta
ataupun bukti. Hal ini mencerminkan kesalahpahaman pada pengertian teori dalam konteks ilmiah:
manakala pada percakapan sehari-hari teori adalah konjektur dan spekulasi, pada ilmu pengetahuan,
teori adalah penjelasan ataupun model yang dapat membuat prediksi yang dapat diuji.
Ketika evolusi dirujuk sebagai teori, ia merujuk pada penjelasan terhadap keanekaragaman spesies dan
leluhur-leluhurnya. Contoh evolusi sebagai teori adalah sintesis modern seleksi alam Darwin
dan pewarisan Mendel. Sebagaimana dengan teori ilmiah, sintesis modern terus-menerus
diperdebatkan, diuji, dan diperbaiki oleh para ilmuwan. Terdapat konsensus yang sangat besar di
kalangan ilmuwan bahwa sintesis evolusi modern merupakan satu-satunya model kuat yang dapat
menjelaskan fakta-fakta mengenai evolusi. Pada kritikus juga menyatakan bahwa evolusi bukanlah fakta.
Dalam ilmu pengetahuan, sebuah fakta adalah pemantauan empiris yang telah diverifikasi; dalam
konteks percakapan sehari-hari, fakta dapat merujuk pada apapun yang memiliki bukti yang sangat
banyak. Sebagai contoh, dalam penggunaan sehari-hari, teori seperti "Bumi mengelilingi Matahari" dan
"benda jatuh oleh karena gravitasi" dapat dirujuk sebagai "fakta", walaupun mereka sebenarnya
hanyalah murni teoretis. Dari sudut pandang ilmiah, evolusi dapat disebut sebagai "fakta" sama seperti
gravitasi adalah fakta sesuai dengan definisi ilmiah evolusi bahwa evolusi adalah proses perubahan
genetika yang terpantau terjadi di suatu populasi dari waktu ke waktu. Menurut definisi sehari-hari pun,
teori evolusi dapat juga disebut sebagai fakta, jika kita merujuk pada status teori evolusi sebagai teori
yang sudah berkembang dengan baik. Sehingga, evolusi secara luas dianggap sebagai baik teori dan
fakta oleh para ilmuwan. Kerancuan yang sama juga terjadi pada keberatan bahwa evolusi "belum
terbukti"; pembuktian secara cermat hanyalah dimungkinkan dalam bidang matematika dan logika, dan
tidak dimungkinkan dalam ilmu pengetahuan (di mana istilah yang tepat adalah "memvalidasi"). Dalam
hal ini, adalah benar bahwa evolusi hanyalah disebut sebagai "teori" dan bukanlah "teorema".
Kerancuan dapat terjadi apabila pengertian sehari-hari terhadap kata pembuktian (proof) disamaartikan
dengan "bukti" (evidence). Perbedaan ini merupakan salah satu bagian penting dalamfilosofi sains,
karena ia berhubungan dengan ketiadaan kepastian absolut pada semua klaim empiris, dan bukan hanya
pada evolusi.

2. Evolusi diperdebatkan ataupun kontroversial

Salah satu keberatan utama terhadap evolusi adalah argumen bahwa evolusi itu kontroversial dan
diperdebatkan. Tidak seperti argumen-argumen kreasionis lainnya yang berusaha untuk menghapuskan
pengajaran evolusi, argumen ini berusaha membuat klaim bahwa evolusi memiliki posisi yang lemah
oleh karena terdapat kontroversi, sehingga pandangan alternatif lainnya haruslah dipaparkan juga
kepada para murid, dan para murid haruslah diizinkan untuk mengevaluasi dan memilih pilihan sesuai
dengan kepercayaan mereka. Seruan terhadap "keadilan" dan "demokrasi", serta pendekatan yang
"seimbang" di mana pandangan yang saling bertolak belakang ini diberikan "waktu yang sama" didukung
oleh mantan Presiden Amerika Serikat George W. Bush.

Keberatan ini merupakan salah satu dasar dari kampanye "Ajarkan Kontroversi" (Teach the Controversy)
yang diusahakan oleh Discovery Institute untuk mempromosikan pengajaranperancangan cerdas di
sekolah umum. Usaha ini pada akhirnya merupakan salah satu bagian dari "wedge strategy" institut
tersebut untuk secara perlahan meremehkan evolusi dan pada akhirnya "membalikkan
pandangan materialisme yang mencekik dan menggantinya dengan sains yang sejalan dengan keyakinan
Kristen dan teistik". Para ilmuwan dan pengadilan Amerika Serikat telah menolak keberatan ini atas
dasar bahwa ilmu pengetahuan tidak didasarkan pada popularitas (Argumentum ad populum), namun
berdasarkan bukti. Konsensus ilmiah para biologiwanlah yang menentukan hal-hal apa saja yang dapat
diterima secara ilmiah, dan bukanlah permasalahan opini. Walaupun evolusi adalah benar kontroversial
di masyarakat, namun ia sepenuhnya tidak kontroversial di kalangan ilmuwan dan orang yang ahli di
bidang tersebut. Sebagai respon, para kreasionis kemudian memperselisihkan tingkat dukungan evolusi
di kalangan ilmuwan. Discovery Institute telah mengumpulkan sekitar 600 ilmuwan sejak tahun 2001
untuk menandatangani petisi "A Scientific Dissent From Darwinism" (Ketidaksepakatan ilmiah dari
Darwinisme) untuk menunjukkan bahwa terdapat sejumlah ilmuwan yang meragukan apa yang mereka
rujuk sebagai "evolusi Darwin". Pernyataan petisi ini tidak secara jelas menyatakan ketidakpercayaan
pada evolusi, melainkan skeptisisme kemampuan "mutasi acak dan seleksi alam untuk bertanggung
jawab terhadap kompleksitas kehidupan." Beberapa petisi tandingan telah dilancarkan sebagai
balasannya, di antaranya petisi yang dibuat oleh gerakan "A Scientific Support for Darwinism"
(Dukungan ilmiah untuk Darwinisme) yang berhasil mengumpulkan 7.000 petisi dalam empat hari.
Selama satu abad, para kreasionis terus beragumen bahwa evolusi merupakan "teori dalam krisis" yang
dalam waktu dekat akan runtuh. Hal ini didasarkan pada beragam keberatan terhadap evolusi, termasuk
pula ketidaksahihan bukti evolusi ataupun evolusi melanggar hukum alam. Keberatan-keberatan seperti
ini telah lama ditolak oleh banyak ilmuwan, termasuk pula klaim bahwa teori perancangan cerdas dan
penjelasan-penjelasan ciptaanisme lainnya memenuhi standar dasar ilmiah yang diperlukan untuk
menjadi teori ilmiah "alternatif" terhadap evolusi. Selain itu, bahkan jika terdapat bukti-bukti yang
membantah evolusi, adalah salah untuk menganggap bahwa ia merupakan bukti yang
mendukung perancangan cerdas.
Materi Genetik

Manusia sejak dulu sangat tertarik pada pewarisan sifat atau hereditas. Manusia telah mengetahui
pentingnya pewarisan sifat dalam keluarga, produksi tanaman, dan ternak. Gregor Mendel adalah orang
pertama yang mempelajari pewarisan sifat secara ilmiah. Sekitar 1857.

1. KROMOSOM

Kromosom berasal dari kata chrome artinya berwarna dan soma artinya badan. Oleh karena itu,
kromosom dapat diartikan sebagai badan yang menyerap warna. Kromosom terdapat pada nukleus (inti
sel) setiap sel. Kromosom dapat diamati pada tahap metafase saat pembelahan mitosis maupun
meiosis.

a) Struktur Kromosom

Kromosom terdiri atas sentromer dan lengan kromosom. Sentromer tidak mengandung gen dan
merupakan tempat melekatnya kromosom. Jika dilihat menggunakan mikroskop, sentromer terlihat
terang karena kemampuan menyerap zat warna yang rendah. Sentromer memiliki fungsi penting dalam
pembelahan sel mitosis dan meiosis yang akan Anda pelajari pada bab berikutnya. Lengan kromosom
merupakan bagian kromosom yang mengandung gen. setiap kromosom memiliki satu atau dua lengan.
Setiap lengan kromosom, terdapat benang halus yang terpilin. Benang-benang halus tersebut dikenal
dengan kromatin. Benang-benang kromatin juga merupakan untaian DA (deo yribonucleic acid) yang
berpilin dengan protein histon. Bentuk ikatan DNA dan protein histon disebut juga nukleosom.

b) Bentuk Kromosom

Kromosom memiliki bentuk yang berbeda-beda. Berdasarkan panjanglengan yang dimilikinya


kromosom dibedakan menjadi metasentrik, submetasentrik, akrosentrik, dan telosentrik

1) Metasentrik, kromosom jenis ini memiliki panjang lengan yang relative sama sehingga sentromer
berada di tengah-tengah kromosom.

2) Submetasentrik, kromosom jenis ini memiliki satu lengan kromosom lebih pendek sehingga letak
sentromer sedikit bergeser dari tengah kromosom.

3) Akrosentrik, pada kromosom ini salah satu lengan kromosom jauh pendek dibandingkan lengan
kromosom lainnya.
4) Telosentrik, kromosom ini hanya memiliki satu buah lengan saja sehingga letak sentromernya berada
di ujung kromosom.

c) Jumlah kromosom

Semua makhluk hidup eukariotik memiliki jumlah kromosom yang berbeda-beda. Pada sel tubuh atau
sel somatis, jumlah kromosom umumnya genap, karena kromosom sel tubuh selalu berpasangan.
Jumlah kromosom sel somatis tersebut terdiri atas 2 set kromosom (diploid, 2n), dari induk jantan dan
induk betina. Berikut ini tabel jumlah kromosom beberapa makhluk hidup.

Pada sel gamet atau sel kelamin, seperti sel telur dan sel sperma, hanya memiliki setengah dari jumlah
kromosom sel tubuh. Jumlah kromosom sel gamet hanya satu set atau haploid (n). Pada manusia
dengan jumlah kromosom sel somatis 46, sel telur atau sel sperma hanya memiliki 23 kromosom.
Adanya fertilisasi (peleburan sel telur dan sel sperma) mengembalikan jumlah kromosom sel tubuh
menjadi 46 buah.

d) Tipe Kromosom

Kromosom dalam tubuh berdasarkan pengaruhnya terhadap penentuan jenis kelamin dan sifat tubuh
dibedakan menjadi dua, yaitu:

1) Autosom, disebut juga kromosom biasa atau kromosom tubuh. Autosom tidak menentukan jenis
kelamin organisme. Pada manusia dengan jumlah kromosom sel somatis 46 buah, memiliki 44 autosom.
Selebihnya, 2 kromosom, adalah kromosom kelamin. Penulisan autosom dilambangkan dengan huruf A
sehingga penulisan autosom sel somatis manusia adalah 44A atau 22AA. Bagaimanakah penulisan

sel gamet?

2) Gonosom, disebut juga kromosom kelamin atau kromosom seks. Gonosom dapat menentukan jenis
kelamin makhluk hidup. Jumlahnya sepasang pada sel somatis. Pada manusia dengan jumlah kromosom
sel somatis 46 buah, terdapat 44 autosom dan 2 gonosom. Terdapat 2 jenis gonosom, yaitu X dan Y.
Umumnya pada makhluk hidup, gonosom X menentukan jenis kelamin betina dan gonosom Y
menentukan jenis kelamin jantan. Susunan gonosom wanita XX dan gonosom pria XY. Oleh karena itu,
penulisan kromosom sel somatic (2n) adalah 44A + XY (pria) atau 44A + XX (wanita). Adapun untuk sel
gamet (n) adalah 22A + X atau 22A + Y.

B. DNA DAN RNA

RNA DNA
Asam nukleat adalah polinukleotida yang terdiri dari unit-unit mononukleotida, jika unit-unit
pembangunnya dioksinukleotida maka asam nukleat itu disebut dioksiribonukleat(DNA) dan jika terdiri
dari unit-unit mononukleotida disebut asam ribonukleat(RNA).

DNA dan RNA mempunyai sejumlah sifat kimia dan fisika yang sama sebab antara unit-unit
mononukleotida terdapat ikatan yang sama yaitu melalui jembatan fosfodiester antara posisi 3′ suatu
mononukleotida dan posisi 5′ pada mononukleotida lainnya(Harpet, 1980).

Asam-asam nukleat seperti asam dioksiribosa nukleat (DNA) dan asam ribonukleat (RNA) memberikan
dasar kimia bagi pemindahan keterangan di dalam semua sel. Asam nukleat merupakan molekul makro
yang memberi keterangan tiap asam nukleat mempunyai urutan nukleotida yang unik sama seperti
urutan asam amino yang unik dari suatu protein tertentu karena asam nukleat merupakan rantai
polimer yang tersusun dari satuan monomer yang disebut nukleotida(Dage, 1992).

Dua tipe utama asam nukleat adalah asam dioksiribonukleat(DNA) dan asam ribonukleat(RNA). DNA
terutama ditemui dalam inti sel, asam ini merupakan pengemban kode genetik dan dapat memproduksi
atau mereplikasi dirinya dengan tujuan membentuk sel-sel baru untuk memproduksi organisme itu
dalam sebagian besar organisme, DNA suatu sel mengerahkan sintesis molekul RNA, satu tipe RNA, yaitu
messenger RNA(mRNA), meninggalkan inti sel dan mengarahkan tiosintesis dari berbagai tipe protein
dalam organisme itu sesuai dengan kode DNA-nya(fessenden, 1990).

Meskipun banyak memiliki persamaan dengan DNA, RNA memiliki perbedaan dengan DNA, antara lain
yaitu(Poedjiati, 1994):

1. Bagian pentosa RNA adalah ribosa, sedangkan bagian pentosa DNA adalah dioksiribosa.

2. Bentuk molekul DNA adalah heliks ganda, bentuk molekul RNA berupa rantai tunggal yang terlipat,
sehingga menyerupai rantai ganda.

3. RNA mengandung basa adenin, guanin dan sitosin seperti DNA tetapi tidak mengandung timin,
sebagai gantinya RNA mengandung urasil.

4. Jumlah guanin dalam molekul RNA tidak perlu sama dengan sitosin, demikian pula jumlah adenin,
tidak perlu sama dengan urasil.

Selain itu perbedaan RNA dengan DNA yang lain adalah dalam hal(Suryo, 1992):

1. Ukuran dan bentuk

Pada umumnya molekul RNA lebih pendek dari molekul DNA. DNA berbentuk double helix, sedangkan
RNA berbentuk pita tunggal. Meskipun demikian pada beberapa virus tanaman, RNA merupakan pita
double namun tidak terpilih sebagai spiral.

2. Susunan kimia

Molekul RNA juga merupakan polimer nukleotida, perbedaannya dengan DNA yaitu:
a. Gula yang menyusunnya bukan dioksiribosa, melainkan ribosa.

b. Basa pirimidin yang menyusunnya bukan timin seperti DNA, tetapi urasil.

3. Lokasi

DNA pada umumnya terdapat di kromosom, sedangkan RNA tergantung dari macamnya, yaitu:

a. RNA d(RNA duta), terdapat dalam nukleus, RNA d dicetak oleh salah satu pita DNA yang berlangsung
didalam nukleus.

b. RNA p(RNA pemindah) atau RNA t(RNA transfer), terdapat di sitoplasma.

c. RNA r(RNA ribosom), terdapat didalam ribosom.

4. Fungsinya

DNA berfungsi memberikan informasi atau keterangan genetik, sedangkan fungsi RNA tergantung dari
macamnya, yaitu:

a. RNA d, menerima informasi genetik dari DNA, prosesnya dinamakan transkripsi, berlangsung didalam
inti sel.

b. RNA t, mengikat asam amino yang ada di sitoplasma.

c. RNA t, mensintesa protein dengan menggunakan bahan asam amino, proses ini berlangsung di
ribosom dan hasil akhir berupa polipeptida.

Ada beberapa cara untuk menentukan DNA dan RNA, yaitu(Frutan and Sofia, 1968):

1. Jaringan hewan dan alkali hangat

RNA akan terpecah menjadi komponen-komponen nukleotida yang larut dalam asam. DNA sulit dipecah
atau dirusak oleh alkali.

2. Metode Schnider

Jaringan dan asam trikloro asetat panas dan diperkirakan DNA dapat diuji oleh reaksi kalorimetri dengan
difenilanin, yang mana akan bereaksi dengan purin dioksiribosa dan tidak bereaksi dengan purin ribosa.

3. Metode Feligen

Fuchsin sulfurous acid akan berwarna merah dengan DNA, dan tidak dengan RNA. Reaksi ini diterapkan
untuk mempelajari distribusi RNA dan DNA didalam bagian-bagian sel.

4. Secara Spektroskopi
Pengaukuran absorbsi cahaya oleh RNA dan DNA pada 260nm dimana spektra cincin purin dan pirimidin
asam nukleat menunjukkan maksimal.

Tiga bentuk utama RNA yang terdapat didalam sel adalah mRNA(messenger RNA), rRNA(ribosa RNA),
dan tRNA(transfer RNA). Tiap bentuk RNA ini mempunyai berat molekul dan komposisi yang berlainan,
tetapi khas untuk tiap macam bentuk RNA.

Semua RNA terdiri dari rantai tunggal poliribonukleotida. Pada sel bakteri, hampir semua RNA ada di
dalam sitoplasma. Disel hati kira-kira 11% terdapat dalam nukleus(terutama mRNA), sekitar 15% dalam
mitokondria, lebih dari 50% dalam ribosom, dan kira-kira 24% dalam strosol.

C.KODE GENETIK

Kode genetik adalah suatu informasi dengan menggunakan huruf sebagai lambang basa nitrogen (A, T,
C, dan G) yang dapat menerjemahkan macam-macam asam amino dalam tubuh. Dengan kata lain, kode
genetik adalah cara pengkodean urutan nukleotida pada DNA atau RNA untuk menentukan urutan asam
amino pada saat sintesis protein. Macam molekul protein tergantung pada asam amino penyusunnya
dan panjang pendeknya rantai polipeptida.

Pada tahun 1968, Nirenberg, Khorana dan Holley menerima hadiah nobel untuk penelitian mereka yang
sukses menciptakan kode-kode genetik yang hingga sekarang kita kenal. Seperti kita ketahui saat ini, ada
20 macam asam amino penting yang dapat dirangkai membentuk jutaan polipeptida.

Untuk memudahkan mempelajarinya, asam amino ditulis secara singkat dengan mencantumkan 3 huruf
pertama dari nama asam amino itu.

Yang menjadi masalah bagaimana 4 basa nitrogen ini dapat mengkode 20 macam asam amino yang
diperlukan untuk mengontrol semua aktifitas sel?

Para peneliti melakukan penelitian pada bakteri E. Coli. Mula mula digunakan basa nitrogen kode singlet
(kode yang terdiri atas satu huruf atau satu basa), maka diperoleh 4 (41) asam amino saja yang dapat
diterjemahkan. Padahal ke 20 asam amino itu harus diterjemahkan semua agar protein yang dihasilkan
dapat digunakan. Kemudian para ilmuwan mencoba lagi dengan kodeduplet (kombinasi dua basa),
namun baru dapat menerjemahkan 16 (42) asam amino. Ini pun belum cukup. Kemudian yang terakhir
dicoba adalah kodetriplet (kombinasi 3 basa) yang dapat menerjemahkan 64 (43) asam amino.

Berdasarkan hasil berbagai percobaan, terbukti bahwa kombinasi tiga basa adalah yang paling mungkin
untuk mengkode asam amino. Tiga basa tersebut yang mewakili informasi bagi suatu asam amino
tertentu dinamakan kode triplet atau kodon.

HAL ini tidak mengapa, meskipun jumlah asam amino ini melebihi jumlah 20 macam asam amino.
Terjadi suatu “kelimpahan” dalam kode genetika, di mana terdapat lebih dari satu kodon memberi kode
bagi satu asam amino tertentu. Misalnya asam amino phenilalanin yang merupakan kode terjemahan
dari kodon UUU atau UUC. Istilah yang diberikan oleh para ahli genetika pada kelimpahan semacam ini
adalah degenerasi atau mengalami redundansi. Dapat dikatakan kode genetik bersifat degeneratif
dikarenakan 18 dari 20 asam amino ditentukan oleh lebih dari satu kodon, yang disebut kode sinonimus.
Hanya metionin dan triptofan yang mempunyai kodon tunggal. Kodon sinonimus mempunyai perbedaan
pada urutan basa ketiga.

Selain itu terdapat pula kodon-kodon yang memiliki fungsi yang sama. Misalkan fungsi kodon asam
asparat (GAU dan GAS) sama dengan fungsi kodon asam tirosin (UAU,UAS) dan juga triptopan (UGG).
Hal ini justru sangat menguntungkan pada proses pembentukkan protein karena dapat menggantikan
asam amino yang kemungkinan rusak.

Proses sintesis protein (polipeptida) baru akan diawali apabila ada kodon AUG yang mengkode asam
amino metionin, karenanya kodon AUG disebut sebagai kodon permulaan (kode ‘start’). Sedangkan
berakhirnya proses sintesis polipeptida apabila terdapat kodon UAA, UAG, dan UGA (pada prokariotik)
dan UAA (pada eukariotik). Kodon UAA,UAG, dan UGA tidak mengkode asam amino apapun dan
merupakan agen pemotong gen (tidak dapat bersambung lagi dengan double helix asam amino) disebut
sebagai kodon terminasi/kodon nonsense (kode ‘stop’). Kode genetik berlaku universal, artinya kode
genetik yang sama berlaku untuk semua jenis makhluk hidup.

Dengan adanya kodon permulaan dan kodon terminasi, berarti tidak semua urutan basa berfungsi
sebagai kodon. Yang berfungsi sebagai kodon hanyalah urutan basa yang berada di antara kodon
permulaan dan kodon terminasi. Urutan basa yang terletak sebelum kodon permulaan dan setelah
kodon penghenti tidak dibaca sebagai kodon.

Tabel 4. Kode genetik

D. REPLIKASI DNA

1. Pengertian Replikasi DNA

Replikasi adalah proses duplikasi DNA secara akurat. genom manusia pada satu sel terdiri sekitar 3
milyar dan pada saat replikasi harus diduplikasi secara akurat (persis tidak boleh ada yang salah).
Replikasi adalah transmisi vertical (dari sel induk ke sel anak supaya informasi genetik yang diturunkan
sama dengan sel induk). Replikasi hanya terjadi pada fase S (pada mamalia), Replikasi terjadi sebelum sel
membelah dan selesai sebelum fase M.

Salah satu sumber kesalahan DNA adalah pada kesalahan replikasi yang dipengaruhi oleh berbagai
factor, diantaranya karena kondisi lingkungan dan kesalahan replikasi sendiri sehingga menyebabkan
terjadinya mutasi. Supaya replikasi sel dari generasi ke generasi tidak terjadi kesalahan maka perlu ada
repair DNA. Selain karena kesalahan replikasi, DNA juga sangat rentan terhadap bahan kimia, radiasi
maupun panas (hal yang dapat menyebabkan mutasi pada DNA pada saat replikasi).
Replikasi terjadi dengan proses semikonservatif karena semua DNA double helix. Hasil replikasi DNA
double strand. Kedua DNA parental strand bisa menjadi template yang berfungsi sebagai cetakan untuk
proses replikasi: Semikonservaative process. Primer strand : Pada 3’ dia akan melepaskan 2P dipakai
sebagai energy untuk menempelkan, tetapi pada 5’ P tidak bisa dilepas karena ketiga P dibutuhkan
sehigga tidak ada energy sehingga tidak pernah terjadi sintesis dari 3’-5’, tetapi dari 5’-3’, jadi yang
menambah selalu ujung 3’

2. Perbedaan Replikasi DNA dan Trankripsi DNA yaitu :

Enzim yang berperan dalam proses transkripsi dan replikasi berbeda Pada proses transkripsi, enzim yang
berperan RNA polymerase. transkripsi DNA : terjadi pada saat akan terjadi sintesis protein (ekspresi
gen); yang dipakai cetakan hanya salah satu untai DNA(3’-5’)

replikasi DNA : sebelum fase mitosis (fase S) dalam siklus sel; kedua untai induk dipakai sebagai cetakan
untuk di replikasi.

3. DNA polymerase

Pada proses replikasi DNA terdapat enzim sentral, yaitu DNA polymerase. Pada proses replikasi, DNA
polymerase hanya bisa menempel pada gugus OH (hidroksil) dimana gugus OH hanya ada pada ujung 3’
sedangkan ujung 5’ adalah ujung fosfat. (ciri utama DNA polymerase). Ciri kedua: DNA polymerase tidak
bisa mensintesis/ menempelkan DNA ke pasangan-nya kalau tidak ada primer (lokomotif). Sifat dari DNA
polymerase dia hanya bisa mensintesis DNA dari arah 5’-3’ sehingga pertumbuhan dari 5’-3’ karena
penambahan pada ujung 3’, dimana pada ujung 3’ ada ujung hidroksil.

Ciri lain DNA polymerase: membutuhkan primer, tidak bisa mensintesis DNA tanpa adanya primer,
primer yang dipakai adalah RNA (sekitar 4-5 basa dan dilanjutkan DNA). DNA yang dibutuhkan adalah
DNA primase untuk meletakkan RNA pada tempatnya. DNA primase untuk mensintesis RNA sebagai
lokomotif (4-5 basa). Bila lokomotif sudah jadi maka akan di-take over oleh DNA polymerase, dan yang
ditambahkan adalah DNA.

Pada Proses replikasi di butuhkan titik awal (replication origin) biasa di singkat ORI. Contoh pada plasmid
(prokariot), terdapat proses replikasi yang dimulai pada replication origin dan mengembang sampai
dihasilkan 2 plasmid yang sama persis. Tetapi pada eukariot (mamalia) lebih kompleks tetapi tetap
membutuhkan replication origin.
Pada mamalia ada beberapa replication origin (replication bubble) yang akan bergabung satu sama lain.
DNA harus terbuka dahulu baru bisa digandakan. Origin replication disebut sebagai unique sequence
yang merupakan pertanda sebagai tempat proses/titik mulai terjadinya replikasi, dimana ada protein
tertentu yang akan mengenali sequence. Pada bakteri (prokariot) hanya butuh satu titik ORI (origin of
replication) sedangkan pada mamalia (eukariot) butuh beberapa ORI karena kalau hanya 1 ORI akan
butuh waktu 3 minggu untuk mereplikasi 3 milyard DNA. Sehingga pada mamalia ada 30.000 titik ORI
yang bekerja secara bersamaan sehingga fase S untuk replikasi hanya butuh beberapa jam saja.

Untuk replikasi perlu sequence tertentu yaitu yang disingkat (ACS) merupakan urutan basa yang sangat
terjaga karena urutan basa tersebut dikenali oleh protein Origin Recognition Complex (ORC) sehingga
bila ORC mengenali sequence maka replikasi dapat dimulai. ORI lebih global sedangkan ACS sudah pada
sequence (pada urutan basa tertentu). Replikasi terjadi pada fase S sedangkan transkripsi bisa terjadi
pada fase S atau G1 dimana terjadi sintesis protein maka bisa terjadi transkripsi.

Saat awal akan di mulainya repliaksi, pada G1 akhir ORC mengenali sequence ACS, kemudian ada
molekul lain, juga helikase yang membentuk pre-replicative complex (pre-RC). selanjutnya pada fase S
degradasi fosporilasi ORC, degradasi fosforilasi Cdc6 maka terbentuk bubble replication. Helikase
membuka pilinan, topoisomerase yang memotong pada titik tertentu.

secara singkat dalam siklus sel : Pada fase G2/M sudah ada 2 copy. Pada fase G1 persiapan, S proses
replikasi, G2/M sudah selesai

Sumber:

4. Proses replikasi DNA

Pertama adanya replication origin, kemudian pembukaan local DNA helix dan adanya RNA primer
synthesis. Replikasi:> ORC menempel pada ACS (ORI) :> sehingga pilinan membuka dengan bantuan
helikase. Helikase akan menempel untuk membuka pilinan (helix). DNA double helix (bentuk terpilin).
Untuk mereplikasi bila bentuknya terpilin tidak akan pernah bisa sehingga perlu dibuka pilinannya. Bila
membuka pilinan pada salah satu ujung maka ujung yang lain akan semakin kuat pilinannya sehingga
perlu daerah tertentu yang dipotong untuk membuka pilinan tesebut yang dilakukan oleh helikase. Perlu
DNA primase untuk membuat RNA primer sintesis, karena DNA polymerase tidak bisa mensintesis tanpa
ada primer.
Kemudian terjadi proses replikasi. Karena arah DNA anti parallel maka perlu Leading-strand dan lagging
strand. Dari ORI didapatkan 2 replication fork.

Ada ORI dan helikase yang membuka pilinan terus sampai terbentuk replication bubble.

Proses replikasi yang di perlukan utama:

1. ORI

2. Helikase

3. Replication bubble

Selanjutnya perlu primase untuk membuka primary. Merah RNA, Biru DNA. Bubble semakin besar,
replikasi berlanjut dan 1 ORI akan membentuk 2 replication fork.

Replication fork pada plasmid

Terdapat 2 parental strand (run occusite direction) yang bersifat antiparalel: 5’-3’ dan 3’-5’. DNA
polymerase hanya mensintesis/mempolimerasi dari arah 5’-3’. Satu strain bisa secara kontinyu disintesis
yaitu yang 5’-3 (leading strain). Sementara yang 3’-5’ tidak bisa dibentuk, tetapi tetap harus dibentuk
dengan 5’-3’, sehingga perlu satu strain yang terbentuk dari small discontinue peaces yang disebut
sebagai lagging strain. Small peaces disebut okazaki fragmen.

Pada leading strand karena arahnya sudah dari 5’-3’ maka tinggal menambah saja. Sedangkan
pasangannya (lagging strain) karena arahnya 3’-5’ maka hanya diam, tetapi pada titik tertentu akan
ditambahkan primase lagi dan akan mensintesis lagi dari arah 5’-3’ (okazaki fragmen: fragmen2
potongan kecil yang terjadi pada saat replikasi pada lagging strain)-> Pada lagging strand arahnya dari 3’-
5’

Okazaki fragment: fragment potongan kecil pada saat replikasi yang terjadi pada lagging strand
template. Yang terjadi pd Okazaki fragment (OF): kita punya RNA primer sehingga di OF ada RNA-DNA
hybrid. Tetapi RNA harus dibuang oleh RNase H. Setelah itu untuk menggantikan RNA dibutuhkan
polymerase delta (delta) yang bisa bersifat exonuclease tetapi juga bisa bersifat endonuclease, yaitu
mereplace atau menempatkan dNTP. Pada saat RNA dibuang maka akan digantikan dengan DNA
polymerase delta yang baru sampai hilang sama sekali. Tetapi masih belum lengkap karena masih ada
celah sehingga perlu DNA ligase untuk menempelkan. Akhirnya diperoleh 2 strain yang sama persis.

Protein yang dibutuhkan dalam replication fork yaitu:

- Helicase: fungsinya untuk membuka (unwinding) parental DNA

- Single-stranded DNA-binding protein: untuk menstabilisasi unwinding, untuk mencegah DNA yang
single-stranded agar tetap stabil (tidak double straded lagi).

- Topoisomerase: untuk memotong (breakage) pada tempat-tempat tertentu.

DNA Polimerase yang memiliki DNA single-strand binding protein monomer yang bertugas untuk
mencegah supaya DNA tidak hanya menempel dengan lawannya tetapi juga bisa membentuk hairpins.

Karena sudah terbuka sehingga ada basa-basa tertentu yang saling berpasangan sehingga terbentuk
hairpins. Supaya tidak terbentuk hairpins maka didatangkan single strand binding protein supaya tetap
lurus dan tidak berbelok-belok.

Topoisomerase, cirinya memotong DNA pada tempat tertentu sehingga mudah untuk memutar karena
sudah dipotong. Tugasnya adalah memasangkan kembali DNA yang terpotong.

Protein aksesori:

Brace protein, : Replication factor C (RFC), supaya DNA polimerasenya menempelnya stabil (tidak mudah
terlepas dari DNA template).

Sliding-clamps protein, supaya kedudukannya stabil dan tidak goyang2.

Proses pada leading dan lagging strand berlangsung secara bersamaan, tetapi proses pada lagging
bertahap. Ada DNA polimerase dan sliding clamps. Sintesis terjadi pada leading strand terlebih dahulu.
Pada tahap tertentu DNA primase akan ditambahkan sehingga clamps-nya datang lagi. Setelah proses
replikasi selesai maka RNA akan segera dibuang digantikan dengan DNA yang baru.

Perangkat untuk replikasi: DNA polimerasi, brace, clamp, DNA helicase, single-strand binding protein,
primase, topoisomerase.
Setelah direplikasi ujung DNA harus ada telomere (ujung DNA). Bila tidak ada telomere maka kromosom
akan saling menempel sehingga kromosom tidak 46 tetapi dalam bentuk gandeng2 (tidak diketahui).

Chromosome end:

Pada lagging strand, di akhir replikasi ujungnya akan dihilangkan, RNA juga akan dihilangkan, sehingga
hasil replikasi menjadi lebih pendek. Hal ini terjadi karena menggunakan primer RNA untuk proses
replikasi, dan RNA primer setelah replikasi harus dibuang dan tidak bisa digantikan. Untuk mengatasinya
maka diadakan telomerase yang dibuat berkali-kali. (slide 76: TTGGGGTTGGGTTGGGG). Telomer dibuat
oleh enzim telomerase. Telomer: ujung yang merupakan non coding DNA sehingga kalau memendek
tidak akan menjadi masalah karena tidak mengkode apapun. Telomer diadakan untuk mengantisipasi
pada saat replikasi karena DNA akan memendek. EXTENDS 3’ PRIMARY GENE --> TELOMERE, dan enzim
yang membuatnya : telomerase. Semua sel selain stem sel tidak punya telomere. Pada saat sel replikasi
maka akan selalu memendek. Sampai pada suatu titik tertentu yang merupakan signal bagi sel untuk
berhenti membelah. Karena kemampuan sel untuk membelah dibatasi oleh panjangnya telomerase.
Pada saat telomere memendek sampai batas tertentu maka akan memberikan sinyal bagi sel untuk
berhenti membelah. Sedangkan pada stem sel yang memiliki telomerase, maka kemampuan
membelahnya tidak terbatas karena pada saat telomere habis maka telomerase akan membentuk
telomere baru. Hal ini yang dimanfaatkan oleh sel kanker karena sel kanker memiliki telomerase
sehingga sel kanker dapat terus membelah. Manusia memiliki kemampuan replikasi sel yang terbatas
karena keterbatasan telomere, shg bila telomere habis sel akan berhenti membelah.

5. Tahapan-tahapan dalam proses replikasi

§ Inisiasi, DNA dalam sel-sel eukaryotik memiliki ARCs (autonomously replicating sequence) yang
berperan sebagai asal muasal replikasi dan mereka saling berlawanan dari asal bakterial (ORI). ARCs
terdiri atas 11 pasangan landasan rentetan tambah dua atau tiga rentetan nucleotida pendek tambahan
dengan 100 hingga 200 pasangan landasan sepanjang area DNA. Grup utama dari enam protein, secara
kolektif dikenal dikenal sebagai ORC (Origin Recognition Complex), mengikat asal muasal replikasi,
menandai replikasi DNA dengan tepat pada saat waktu yang sesuai melalui siklus sel. Pengenalan situs
awal replikasi, oleh suatu protein komponen polymerase DnaA yang dihasilkan oleh gen dnaA.

§ Terbentuknya Garpu Replikasi. Garpu replikasi atau cabang replikasi (replication fork) ialah struktur
yang terbentuk ketika DNA bereplikasi. Garpu replikasi ini dibentuk akibat enzim helikase yang memutus
ikatan-ikatan hidrogen yang menyatukan kedua untaian DNA, membuat terbukanya untaian ganda
tersebut menjadi dua cabang yang masing-masing terdiri dari sebuah untaian tunggal DNA. Masing-
masing cabang tersebut menjadi “cetakan” untuk pembentukan dua untaian DNA baru berdasarkan
urutan nukleotida komplementernya. DNA polimerase membentuk untaian DNA baru dengan
memperpanjang oligonukleotida (RNA) yang dibentuk oleh enzim primase dan disebut primer.

§ Pemanjangan Untaian DNA. DNA polimerase membentuk untaian DNA baru dengan menambahkan
nukleotida dalam hal ini, deoksiribonukleotida ke ujung 3′ hidroksil bebas nukleotida rantai DNA yang
sedang tumbuh. Dengan kata lain, rantai DNA baru (DNA “anak”) disintesis dari arah 5′→3′, sedangkan
DNA polimerase bergerak pada DNA “induk” dengan arah 3′→5′. Namun demikian, salah satu untaian
DNA induk pada garpu replikasi berorientasi 3′→5′, sementara untaian lainnya berorientasi 5′→3′, dan
helikase bergerak membuka untaian rangkap DNA dengan arah 5′→3′. Oleh karena itu, replikasi harus
berlangsung pada kedua arah berlawanan tersebut

§ Pembentukan Leading strand. Pada replikasi DNA, untaian pengawal (leading strand) ialah untaian
DNA disintesis dengan arah 5′→3′ secara berkesinambungan. Pada untaian ini, DNA polimerase mampu
membentuk DNA menggunakan ujung 3′-OH bebas dari sebuah primer RNA dan sintesis DNA
berlangsung secara berkesinambungan, searah dengan arah pergerakan garpu replikasi.

§ Pembentukan Lagging strand. Lagging strand ialah untaian DNA yang terletak pada sisi yang
berseberangan dengan leading strand pada garpu replikasi. Untaian ini disintesis dalam segmen-segmen
yang disebut fragmen Okazaki. Panjang fragmen okazaki mencapai sekitar 2.000 nukleotides panjang
dalam sel-sel bakterial dan sekitar 200 panjang nukelotides dalam sel-sel eukaryotic. Pada untaian ini,
primase membentuk primer RNA. DNA polimerase dengan demikian dapat menggunakan gugus OH 3′
bebas pada primer RNA tersebut untuk mensintesis DNA dengan arah 5′→3′. Fragmen primer RNA
tersebut lalu disingkirkan (misalnya dengan RNase H dan DNA Polimerase I) dan deoksiribonukleotida
baru ditambahkan untuk mengisi celah yang tadinya ditempati oleh RNA. DNA ligase lalu
menyambungkan fragmen-fragmen Okazaki tersebut sehingga sintesis lagging strand menjadi lengkap.

DNA polymerases tidak mampu ‘mengisi’ ikatan covalent yang hilang. Celah yang tersisa direkat oleh
DNA ligase. Enzim ini mengkatalis pembentukan ikatan phosphodiester antara 3’ – OH dari salah satu
helaian dari 5’-P dari helaian yang lain.DNA ligase diaktifkan oleh AMP (adenosine monophosphate)
sebagai ‘cofactor’ (faktor pengendali). Dalam E.coli, AMP dibawa dari nucleotide NAD+. Dalam sel-sel
eukaryotik, AMP ditandai dari ATP. Ligase-ligase tidak dilibatkan dalam pemanjangan rantai; melainkan,
mereka berperan pemasang enzim-enzim untuk perekatan ‘celah’ melalui molekul DNA.

§ Modifikasi Post-Replikasi DNA, Setelah DNA direplikasikan, dua helaian tersintesis terbaru
dipasangkan ke modifikasi enzimatik. Perubahan-perubahan ini biasanya melibatkan penambahan
molekul-molekul tertentu untuk mengkhususkan titik-titik sepanjang helix ganda. Pada cara ini, tags sel,
atau label-label, DNA, sehingga ini bisa membedakan material genetiknya sendiri dari berbagai DNA
asing yang mungkin bisa masuk ke dalam sel. Modifikasi post-replikasi DNA mungkin juga
mempengaruhi cara molekul diikat. DNA merupakan faktor utama modifikasi dengan penambahan
kelompok methyl ke beberapa adenine dan residu-residu cytosine. Grup methyl ditambahkan oleh DNA
methylasess setelah nucleotides telah digabungkan dengan DNA polymerases.

Penambahan methyl ke cytosine membentuk 5-methylcytosine dan methylasi dari adenine membentuk
6-methyladine. Methyladine lebih umum daripada methylcytosine dalam sel-sel bakterial, di mana
dalam sel-sel eukaryotik, grup methyl paling banyak ditambahkan ke cytosine. Methylase muncul hanya
pada beberapa rentetan nucleotide khusus. Dalam sel-sel eukaryotik, sebagai contoh, methylasi secara
umum muncul pada saat cytosine berdampingan ke guanine di sisi 3’-OH (5’ P-CG-3’OH).Pola methylasi
bersifat spesifik untuk spesies yang diberikan, berperan seperti tanda tangan untuk DNA spesies
tersebut. Hal ini patut diperhatikan karena grup methy melindungi DNA melawan perlawanan enzim-
enzim tertentu disebut ‘restriction endonucleases’ Oleh karena itu DNA asing melalui sebuah sel
dicerna dengan ‘restriction endonucleases’. Dalam sel tertentu, ‘restriction endonucleases’ bisa
memotong DNA di titik khusus tertentu di mana DNA methylase menambah sebuah grup methyl.

Pola methylasi melindungi DNA dari cernaan oleh sel yang memiliki endonucleases tapi tidak melawan
pembatasan enzim-enzim yang diproduksi sel-sel spesies yang lain. Pembatasan ini menyederhanakan
pertukaran DNA antar sel dari spesies yang diproduksi sel-sel spesies yang berbeda. Methylasi DNA pada
titik-titik tertentu mungkin akan berakhir pada konversi terdekat dari B-DNA ke bentuk-bentuk Z-DNA.
Dalam bentuk B-DNA, grup-grup hydropholic methyl dari alur utama, menghasilkan pengaturan yang
tepat. Dengan mengubahnya ke bentuk Z, grup-grup methyl membentuk area hydropholik yang
membantu menstabilkan DNA. Konversi lokal ini (dari B-DNA ke Z-DNA) mungkin mempengaruhi fungsi
beberapa gen.

Dalampenelitiannya,Mendel dapat merumuskan suatu hukumyang dikenaldengan hukum Mendel


antara lain :

1.Hukum I Mendel, yaitu hukum segregasimenyatakan bahwa pasangan – pasangan alel selama
pembentukan gamet dan berpasangan kembali secara acak pada saat fertilisasi antargamet

2.Hukum II Mendel, yaitu hukum pemisahan bebas menyatakan bahwa pada persilangan dengan dua
sifatbeda atau lebihmakasifatyang sepasang tidaktergantung dengan sifat pasangannya

Macam- macam persilangan padahukum mendel :

1. Persilangan Monohibrid atau Monohibridisasi ialah suatupersilangan persilangan sederhana


dengan satusifat beda

· Contoh persilangan antara :

Mawar merah bergenotif (MM) , dan

Mawar putih bergenotif (mm)

2. Persilangan dihibrid atau dihibridisasi ialah suatu persilangan ( pembastaran ) dengan dua sifat
beda

· Contoh persilangan antara :

Kacang ercis bulat kuning (BBKK),Gen B (bulat) dominan terhadap gen b (kisut)
Kacang ercis kisut hijau (bbkk). Gen K (kuning) dominan terhadap gen k (hijau)

3. Persilangan Trihibrid atau lebih adalah persilangan antar induk yang memiliki tiga atau lebih sifatbeda.
Misalnnya, persilangan dua organisme dengan genotif AaBbCc.Kita dapat menentukan bahwa
peristiwatersebutmerupakan 3 persilangan monohibridyang terpisah ,yaitu Aa >< Aa,Bb >< Bb,dan Cc ><
Cc. Hasil persilangan trihibrid dapat dijelaskan dengan prinsipsegresi dankombinasi alel – alelnya

4. Persilangan Resiprok atau persilangan tukar kelamin adalah persilangan ulang dengan jenis kelamin
yang dipertukarkan. Misalnya pada perkawinan monohybrid tanaman jantannya berbiji bulat, sedangkan
tanaman betina berbiji keriput. Maka pada perkawinan resiproknya adalah tanaman jantannya berbiji
keriput dan tanaman betinanya berbiji bulat.

· contoh dapat digunakan percobaan Mendel lainnya

H : gen yang menentukan buah polong berwarna hijau

h : gen yang menentukan buah polong berwarna kuning

contoh : Persilangan resiproknya

P ♀ hh >< ♂ HH P ♀ HH >< ♂ hh

Kuning hijau hijau kuning

F1 Hh F1 Hh

hijau Hijau

serbuk sari : H dan h Serbuk sari : H dan h

sel telur : H dan h Sel telur : H dan h

F2 HH : polong hijau F2 HH : polong hijau

Hh : polong hijau Hh : polong hijau

Hh : polong hijau Hh : polong hijau

hh : polong kuning hh : polong kuning

5. Backcross atau persilangan kembali Ialah persilangan antara hibrid F1 dengan induknya jantan atau
betina

· Contoh persilangan pada marmot.


B : gen untuk warna hitam

b : gen untuk warna putih

Contoh :

P ♂ BB >< ♀ bb

Hitam Putih

F1 Bb (hitam)

“backcross” ♂ BB >< ♀Bb

F2 Hitam Hitam

BB

Hitam

BB

Hitam

6. Persilangan testcrossatau uji silang Ialah persilangan antara hibrid F1 dengan individu yang
homozigotik resesif

· Jika digunakan induk seperti pada contoh, hibrid

F1 disilangkan dengan induk betina (homozigotik resesif)

Uji silang monohibrid ini menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotip maupun genotip 1 : 1

P ♂ BB >< ♀ bb

Hitam Putih
F1 Bb (hitam)

Uji silang ♂ Bb >< ♀ bb

Hitam putih

♂ ♀

Bb

hitam

50%

bb

putih

50%

PENYIMPANGAN SEMU HUKUM MENDEL

Hukum I dan II Mendel yang telah dipelajari sebelumnya pada persilangan monohybrid heterozigot akan
menghasilkan perbandingan fenotip 3:1, sedangkan persilangan dihibrid heterozigot menghasilkan
perbandingan fenotip 9:3:3:1

Pada kenyataannya, kebanyakan sifat yang diturunkan dari induk kepada keturunannya tidak dapat
dianalisis dengan cara Mendel yang sederhana.

1) EPISTASIS dan HIPOTASIS


Epistasis-hipostasis merupakan suatu peristiwa dimana suatu gen dominan menutupi pengaruh gen
dominan lain yang bukan alelnya. Gen yang menutupi disebut epistasis, dan yang ditutupi disebut
hipostasis.

Contoh: persilangan antara jagung berkulit hitam dengan jagung berkulit kuning.

P : hitam x kuning

HHkk hhKK

F1 : HhKh = hitam

Perhatikan bahwa H dan K berada bersama dan keduanya dominan. Tetapi karakter yang muncul adalah
hitam. Ini berarti hitam epistasis (menutupi) terhadap kuning/kuning hipostasis (ditutupi) terhadap
hitam

P2 : HhKk x HhKk

F2 : 9 H-K- : hitam

3 H-kk : hitam

3 hhK- : kuning

1 hhkk : putih

Rasio fenotif F2 hitam : kuning : putih = 12 : 3 : 1

2) POLIMERI

Polimeri adalah suatu gejala dimana terdapat banyak gen bukan alel tetapi mempengaruhi
karakter/sifat yang sama.

Polimeri memiliki ciri: makin banyak gen dominan, maka sifat karakternya makin kuat.
Contoh: persilangan antara gandum berkulit merah dengan gandum berkulit putih

P : gandum berkulit merah x gandum berkulit putih

M1M1M2M2 m1m1m2m2

F1 : M1m1M2m2 = merah muda

P2 : M1m1M2m2 x M1m1M2m2

F2 : 9 M1- M2 - : merah – merah tua sekali

3 M1- m2m2 : merah muda – merah tua

3 m1m1M2 - : merah muda – merah tua

1 m1m1m2m2 : putih

Dari contoh di atas diketahui bahwa gen M1 dan M2 bukan alel, tetapi sama-sama berpengaruh
terhadap warna merah gandum.

Semakin banyak gen dominan, maka semakin merah warna gandum.

4M = merah tua sekali

3M = merah tua

2M = merah

M = merah muda

m = putih

Bila disamaratakan antara yang berwarna merah dengan yang berwarna putih, diperoleh:

Rasio fenotif F2 merah : putih = 15 : 1

3) KRIPTOMERI

Kriptomeri merupakan suatu peristiwa dimana suatu faktor tidak tampak pengaruhnya bila berdiri
sendiri, tetapi baru tampak pengaruhnya bila ada faktor lain yang menyertainya.

Kriptomeri memiliki ciri khas: ada karakter baru muncul bila ada 2 gen dominan bukan alel berada
bersama

Contoh: persilangan Linaria maroccana


A : ada anthosianin B : protoplasma basa

a : tak ada anthosianin b : protoplasma tidak basa

P : merah x putih

AAbb aaBB

F1 : AaBb = ungu - warna ungu muncul karena A dan B berada bersama

P2 : AaBb x AaBb

F2 : 9 A-B- : ungu

3 A-bb : merah

3 aaB- : putih

1 aabb : putih

Rasio fenotif F2 ungu : merah : putih = 9 : 3 : 4

4) ATAVISME atau INTERAKSI ALEL

Interaksi alel merupakan suatu peristiwa dimana muncul suatu karakter akibat interaksi antar
gen dominan maupun antar gen resesif.

Contoh: mengenai pial/jengger pada ayam

R-pp : pial Ros/Gerigi rrP- : pial Pea/Biji

R-P- : pial Walnut/Sumpel rrpp : pial Single/Bilah

P : Ros x Pea

R-pp rrP-

F1 : RrPp : Walnut

P2 : RrPp X RrPp
F2 : 9 R-P- : Walnut

3 R-pp : Ros

3 rrP- : Pea

1 rrpp : Single

Pada contoh di atas ada 2 karakter baru muncul:

- Walnut : muncul karena interaksi 2 gen dominan

- Singel : muncul karena interaksi 2 gen resesif

Rasio fenotif F2 Walnut : Ros : Pea : Single = 9 : 3 : 3 : 1

5) KOMPLEMENTER

Komplementer merupakan bentuk kerjasama dua gen dominan yang saling melengkapi untuk
memunculkan suatu karakter.

Contoh: perkawinan antara dua orang yang sama-sama bisu tuli

P : bisu tuli x bisu tuli

DDee ddEE

F1 : DdEe = normal

D dan E berada bersama bekerjasama memunculkan karakter normal. Bila hanya memiliki salah satu gen
dominan D atau E saja, karakter yang muncul adalah bisu tuli.

P2 : DdEe X DdEe
F2 : 9 D-E- : normal

3 D-uu : bisu tuli

3 ppE- : bisu tuli

1 ppuu : bisu tuli

Tautan

Tautan dapat terjadi pada kromosom tubuh maupun kromosom kelamin. Tautan pada kromosom
tubuh disebut tautan autosomal atau tautan non-kelamin. Sedangkan tautan kelamin disebut juga
tautan seks.

Misal: AaBbCcDDee, gen A dan B saling bertautan. berapa kemungkinan gamet yang dapat dibentuk?

kemungkinan gamet yang dapat dibentuk = jumlah kemungkinan gamet/jumlah gen yang tertaut

1. Tautan Autosomal

Tautan autosomal merupakan gen-gen yang terletak pada kromosom yang sama, tidak
dapat bersegregasi secara bebas dan cenderung diturunkan bersama. Penelitian mengenai tautan
dilakukan secara intensif oleh Thomas Hunt Morgan. Beliau adalah orang pertama yang menghubungkan
suatu gen tertentu dengan kromosom khusus

Bukti gen tertaut dapat ditemukan pada Drosophila yang di testcross antara lalat buah yang
dibedakan dalam dua karakter, yaitu warna tubuh dan ukuran sayap.

2. Tautan Kelamin

Gen tertaut kelamin (sex linked genes) adalah gen yang terletak pada kromosom kelamin dan sifat yang
ditimbulkan gen ini diturunkan bersama dengan jenis kelamin. Kromosom kelamin terdiri dari kromosom
X dan kromosom Y. Perempuan memiliki susunan XX dan laki-laki XY.

Gen tertaut kromosom X adalah gen yang terdapat pada kromosom X

Gen tertaut kromosom Y adalah gen yang terdapat pada kromosom Y


Dari setiap persilangan, anak jantan akan menerima kromosom X dari induk betinanya.
Sedangkan anak betina akan menerima kromosom X dari kedua induknya.

Pindah Silang

Gen-gen yang mengalami tautan pada satu kromosom tidak selalu bersama-sama pada saat
pembentukan gamet melalui pembelahan meiosis. Gen-gen yang tertaut tersebut dapat mengalami
pindah silang. Pindah silang (crossing over) adalah peristiwa pertukaran gen-gen suatu kromatid dengan
gen-gen kromatid homolognya.

Gen Letal

Gen Letal merupakan gen yang menyebabkan kematian bila dalam keadaan homozigot. Letal
dominan disebabkan oleh gen homozigot dominan, sedangkan letal resesif disebabkan oleh gen
homozigot resesif

Pewarisan Sifat yang Terpaut dalam Kromosom Seks

Gen yang bertempat pada kromosom seks disebut gen terpaut seks. Sifat gen yang terpaut dalam seks
sifatnya bergabung dengan jenis kelamin tertentu dan diwariskan bersama kromosom seks. Umumnya
gen terpaut seks terdapat pada kromosom X, tetapi ada juga yang terpaut pada kromosom Y.

Buta warna

Orang yang menderita buta warna tidak dapat membedakan warna-warna tertentu, buta warna merah
hijau, tidak mampu membedakan warna merah dan hijau. Buta warna ini dikendalikan oleh gen resesif.
Gen ini terpaut dalam kromosom X. Terdapat 5 kemungkinan genotipe, yaitu:

1) XC XC : wanita normal
2) Xc Xc : wanita buta warna

3) XC Xc : wanita pembawa buta warna/karier

4) XC Y : pria normal

5) XcY : pria buta warna

Wanita karier atau pembawa artinya wanita yang secara fenotipe normal tetapi secara genotipe dia
membawa alel sifat resesif untuk buta warna. Coba kalian buat diagram penurunan sifat, kepada siapa
gen buta warna seorang ibu diwariskan. (Ibu buta warna menikah dengan ayah normal).

Hemofilia

Hemofilia merupakan kelainan dimana seseorang darahnya tidak dapat/sulit membeku bila luka. Luka
kecil pun dapat menyebabkan penderita meninggal karena terjadi pendarahan yang terus-menerus. Gen
yang mengendalikan sifat ini adalah gen resesif dan terpaut dalam kromosom X. Dalam keadaan
homozigot resesif gen ini bersifat letal (menimbulkan kematian). Beberapa kemungkinan susunan
genotype adalah:

1) XH XH : wanita normal

2) Xh Xh : wanita hemofilia bersifat letal

3) XH Xh : wanita pembawa/karier

4) XH Y : pria normal

5) Xh Y : pria hemofilia

Golongan Darah Manusia

Golongan Darah Sistem ABO

Penggolongan darah sistem ABO berdasarkan adanya dua macam antigen, yaitu antigen A dan
antigen B serta dua macam antibody, yaitu anti-A dan anti-B.

Antigen merupakan glikoprotein yang terdapat pada permukaan sel darah merah

Antibodi merupakan molekul protein yang dihasilkan oleh sel-B (limfosit-B) untuk merespon
adanya antigen. Antibodi terdapat pada serum atau cairan darah.
Golongan Darah Sistem MN

Berbeda dengan penggolongan darah sistem ABO, penggolongan darah sistem MN berdasarkan
adanya perbedaan salah satu jenis antigen glikoprotein. Antigen glikoprotein ini terdapat pada membran
sel darah merah yang disebut glikoforin A.

Golongan Darah Sistem Rhesus

Sistem Rh membagi golongan darah manusia menjadi dua kelompok berdasarkan reaksi
penggumpalan antara antigen sel darah merah dengan annti serum Rh. Hasilnya berupa individu dengan
golongan Rh positif, dengan genotip RhRh atau Rhrh, memiliki antigen faktor rhesus di dalam sel-sel
darah merahnya.

Sebaliknya individu golongan Rh negatif, dengan genotip rhrh, tidak memiliki antigen faktor
rhesus di dalam sel-sel darah merahnya.

HUKUM HARDY - WEINBERG

Populasi mendelian yang berukuran besar sangat memungkinkan terjadinya kawin acak (panmiksia) di
antara individu-individu anggotanya. Artinya, tiap individu memiliki peluang yang sama untuk bertemu
dengan individu lain, baik dengan genotipe yang sama maupun berbeda dengannya. Dengan adanya
sistem kawin acak ini, frekuensi alel akan senantiasa konstan dari generasi ke generasi. Prinsip ini
dirumuskan oleh G.H. Hardy, ahli matematika dari Inggris, dan W.Weinberg, dokter dari Jerman,.
sehingga selanjutnya dikenal sebagai hukum keseimbangan Hardy-Weinberg.
Di samping kawin acak, ada persyaratan lain yang harus dipenuhi bagi berlakunya hukum keseimbangan
Hardy-Weinberg, yaitu tidak terjadi migrasi, mutasi, dan seleksi. Dengan perkatan lain, terjadinya
peristiwa-peristiwa ini serta sistem kawin yang tidak acak akan mengakibatkan perubahan frekuensi alel.

Deduksi terhadap hukum keseimbangan Hardy-Weinberg meliputi tiga langkah, yaitu :

(1) Dari tetua kepada gamet-gamet yang dihasilkannya

(2) Dari penggabungan gamet-gamet kepada genotipe zigot yang dibentuk

(3) Dari genotipe zigot kepada frekuensi alel pada generasi keturunan.

Secara lebih rinci ketiga langkah ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

Kembali kita misalkan bahwa pada generasi tetua terdapat genotipe AA, Aa, dan aa, masing-masing
dengan frekuensi P, H, dan Q. Sementara itu, frekuensi alel A adalah p, sedang frekuensi alel a adalah q.
Dari populasi generasi tetua ini akan dihasilkan dua macam gamet, yaitu A dan a. Frekuensi gamet A
sama dengan frekuensi alel A (p). Begitu juga, frekuensi gamet a sama dengan frekuensi alel a (q).

Dengan berlangsungnya kawin acak, maka terjadi penggabungan gamet A dan a secara acak pula. Oleh
karena itu, zigot-zigot yang terbentuk akan memilki frekuensi genotipe sebagai hasil kali frekuensi gamet
yang bergabung. Pada Tabel 15.1 terlihat bahwa tiga macam genotipe zigot akan terbentuk, yakni AA,
Aa, dan aa, masing-masing dengan frekuensi p2, 2pq, dan q2.

Tabel 15.1. Pembentukan zigot pada kawin acak

Gamet-gamet Edan frekuensinya

A(p)

a(q)

Gamet-gamet G

dan frekuensinya

A (p)

AA(p2)

Aa(pq)

a (q)

Aa(pq)

aa(q2)
Oleh karena frekuensi genotipe zigot telah didapatkan, maka frekuensi alel pada populasi zigot atau
populasi generasi keturunan dapat dihitung. Fekuensi alel A = p2 + ½ (2pq) = p2 + pq = p (p + q) = p.
Frekuensi alel a = q2 + ½ (2pq) = q2 + pq = q (p + q) = q. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa frekuensi
alel pada generasi keturunan sama dengan frekuensi alel pada generasi tetua.

Kita ketahui bahwa frekuensi gene pool dari generasi ke generasi pada waktu ini (populasi hipotesis)
adalah 0,9 dan 0,1; dan perbandingan genotip adalah 0,81; 0,81; dan 0,01. Dengan angka – angka ini kita
akan mendapatkan harga yang sama pada generasi berikutnya. Hasil yang sama ini akan kita jumpai
pada generasi seterusnya, frekuensi genetis dan perbandingan genotip tidak berubah. Dapat kita
simpulkan bahwa perubahan evolusi tidak terjadi. Hal ini dapat diketahui oleh Hardy (1908) dari
Cambrige University dan Weinberg dari jerman yang bekerja secara terpisah.

Secara singkat dikatakan di dalam rumus Hardy-Weinberg

“Di bawah suatu kondisi yang stabil, baik frekuensi gen maupun perbandingan genotip akan tetap
(konstan) dari generasi ke generasi pada populasi yang berbiak secara seksual”

Kondisi yang Diperlukan untuk Keseimbangan Genetis

Perlu diteliti apakah yang dimaksud dengan kondisi pada hokum Hardy – Weinberg, sehingga
menyebabkan gene pool dari suatu populasi berada di dalam keseimbangan genetis. Kondisi tersebut
digambarkan sebagai berikut:

Populasi harus cukup besar, sehingga suatu faktor kebetulan saja tidak mungkin mengubah frekuensi
genetis secara berarti.

Mutasi tidak boleh terjadi, atau harus terjadi keseimbangan secara mutasi.

Harus tidak terjadi emigrasi dan imigrasi.

Reproduksi harus sama sekali sembarang (random).

Secara teoritis, suatu populasi harus begitu besar sehingga dapat dianggap bukan merupakan faktor
penyebab dari perubahan frekuensi genetis. Dalam kenyataan, tidaklah ada populasi yang besarnya
tidak terbatas, tetapi beberapa populasi alami dapat cukup besar sehingga perubahan sedikit saja tidak
cukup menjadi penyebab dari perubahan yang berarti pada frekuensi genetis gene pool mereka.

Suatu populasi produktif yang terdiri lebih dari 10.000 anggota yang dapat berbiak, mempunyai
kemungkinan besar tidak dipengaruhi secara berarti oleh perubahan sembarang, yang dapat menuju
kepada lenyapnya suatu alel dari gene pool, meskipun alel itu merupakan alel superior. Di dalam
populasi yang demikian, ternyata hanya terdapat sangat kecil alel yang mempunyai frekuensi antara,
rupanya semua alel itu mempunyai kecenderungan untuk hilang dengan segera atau tertahan sebagai
satu – satunya alel yang ada. Dengan perkataan lain, populasi kecil mempunyai kecenderungan besar
untuk menjadi homozigot, sedangkan populasi besar cenderung untuk lebih bermacam – macam.
Jadi suatu kesempatan dapat menyebabkan perubahan evolusi di dalam populasi kecil, tetapi perubahan
ini kadang – kadang disebut juga genetic drift atau pergeseran genetis tidak dipengaruhi secara besar
oleh adaptivitas relative dari berbagai gen. Hal ini disebut sebagai evolusi pertengahan (intermediate
evolution). Syarat kedua bagi keseimbangan mutasi mungkin tidak dijumpai pada suatu populasi.

a. Mutasi maju

Mutasi selalu terjadi, tidak ada suatu cara apapun untuk mencegahnya. Hampir semua gen mungkin
mengalami mutasi sekali pada 50.000 sampai 10.000 pembelahan, kecepatan mutasi pada berbagai
macam gen berbeda. Sangat jarang mutasi alel dengan sifat sama dapat sampai mencapai
keseimbangan. Jadi jumlah mutasi maju jarang sekali sama dengan mutasi balik di dalam suatu kesatuan
waktu. Contoh mutasi alel A ke alel a adalah mutasi maju, sedangkan mutasi dari a ke A adalah mutasi
mundur.

b. Mutasi mundur

Kecepatan dari kedua mutasi ini jarang sekali akan terjadi dalam keadaan yang sama - sama betul sama,
salah satu mutasi yang akan terjadi lebih sering. Tekanan mutasi ini akan cenderung untuk
menyebabkan pergeseran perlahan – lahan pada frekuensi genetis di dalam populasi. Alel yang lebih
stabil akan cenderung untuk bertambah frekuensinya, sedangkan alel yang mudah bermutasi akan
cenderung untuk berkurang frekuensinya, kecuali kalau ada faktor lain yang mengubah tekanan mutasi
ini. Meskipun tekanan mutasi selalu ada, tetapi mungkin sekali bahwa ini merupakan faktor utama yang
dapat menghasilkan perubahan pada frekuensi genetis di dalam suatu populasi. Mutasi berjalan begitu
lambat sehingga kalau bereaksi secara tunggal akan membutuhkan waktu yang lama sekali untuk
menimbulkan suatu perubahan yang nyata (kecuali dalam hal poliploid). Mutasi terjadi secara
sembarang (random) dan seringkali cenderung untuk mengarah pada jurusan yang berbeda dari faktor –
faktor lain yang menyebabkan organism sesungguhnya harus berevolusi.

Mutasi mempertinggi variabilitas sehingga dengan demikian merupakan bahan (raw material) yang
segera ada untuk evolusi, tetapi jarang menentukan arah atau sifat dari perubahan evolusi.

Kalau gene pool harus dalam keadaan seimbang, sudah barang tentu imigrasi dari populasi lain tidak
boleh terjadi kalau hal ini akan menyebabkan terjadinya pemasukan gen baru. Hilangnya gene pool
secara emigrasi harus tidak boleh terjadi. sebagian besar populasi alami mungkin paling sedikit
mengalami migrasi genetis di dalam jumlah yang sangat kecil, dan faktor ini menambah terjadinya
variasi yang cenderung untuk mengacaukan keseimbangan Hardy-Weinberg. Sangat disangsikan akan
adanya suatu populasi yang bebas dari migrasi genetis dan pada beberapa kejadian dimana migrasi
genetis terjadi, hal ini terjadi begitu kecil sehingga dapat diabaikan sebagai faktor yang menyebabkan
pergeseran frekuensi genetis. Itulah sebabnya dapat kita simpulkan bahwa syarat ketiga untuk
keseimbangan genetis kadang – kadang terjadi di alam.
Kondisi untuk keseimbangan genetis di dalam populasi adalah perkembangbiakan atau reproduksi yang
random. Reproduksi atau perkembangbiakan tidak hanya bertanggung jawab atas kelangsungan
reproduksi dari suatu populasi. Seleksi pasangan, efisiensi dan frekuensi proses perkawinan, fertilitas,
jumlah zigot yang terjadi pada setiap perkawinan, prosentase zigot yang menuju kea rah pertumbuhan
embrio dan kelahiran berhasil, kemampuan hidup keturunan sampai mencapai umur berbiak. Hal
tersebut mempunyai pengaruh langsung pada keturunannya dalam arti keselamatan atau efisiensi dari
reproduksi. Bila reproduksi merupakan sesuatu yang sama sekali random, maka semua faktor yang
mempengaruhi harus random, yakni tidak terganggu dari genotip.

Keadaan tersebut di atas mungkin tidak dijumpai pada suatu populasi. Faktor – faktor tersebut mungkin
selalu berhubungan dengan genotip, yakni genotip dari organisme yang mempengaruhi pasangannya
dan semua hal yang disebutkan di atas. Secara singkat dapat dikatakan bahwa tidak ada aspek
reproduksi yang sama sekali tidak mempunyai hubungan dengan genotip.

Reproduksi tidak sembarang (nonrandom) adalah hokum umum. Reproduksi di dalam arti luas adalah
seleksi alam. Jadi seleksi selalu bekerja pada semua populasi. Sehingga kalau kita simpulkan, empat
kondisi yang diperlukan untuk keseimbangan genetis yang diusulkan oleh hokum Hardy-Weinberg
adalah:

Ditemukan pada populasi besar.

Tidak pernah dijumpai mutasi.

Tanpa migrasi.

Reproduksi random tidak pernah dijumpai.

Suatu keseimbangan yang lengkap di dalam gene pool tidak pernah dijumpai, perubahan secara evolusi
adalah sifat – sifat fundamental dari kehidupan suatu populasi.

Peranan Seleksi Alam

Setelah ditemukan daya antibiotik dari penisilin, kemudian diketahui pula bahwa suatu bakteri yang
disebut Staphylococcus aureus dapat dengan cepat tumbuh resistan terhadap antibiotic tersebut. Akan
dibutuhkan dosis yang lebih tinggi lagi untuk membunuh bakteri tersebut, jadi nyatalah bahwa di bawah
pengaruh seleksi penisilin yang kuat, maka populasi bakteri mengalami perubahan secara evolusi.
Fenomena ini telah diselidiki secara mendalam di laboratorium secara eksperimental. Pada eksperimen
tersebut menujukkan, kultur dari berjuta – juta bakteri mati, dan hanya beberapa yang dapat hidup
terus. Kalau sisa bakteri yang hidup ini dikenai penisilin dari dosis yang sama, maka hampir semua
bakteri dapat hidup.

Gen untuk kekebalan mungkin telah ada pada populasi sebelum percobaan di atas dimulai, dan
antibiotic hanyalah membunuh bakteri yang tidak mempunyai gen ini, yang ditinggalkan hanyalah
bakteri yang mempunyai gen kekebalan. Dengan perkataan lain, penisilin mungkin hanya melakukan
suatu tekanan seleksi yang kuat terhadap gen yang tidak kebal, sehingga menyebabkan adanya
pergeseran besar pada frekuensi tersebut.

Dari beberapa percobaan diketahui bahwa keterangan pertama rupanya benar. Obat ini tidak
menyebabkan adanya mutasi untuk kekebalan, hanya mengadakan seleksi terhadap bakteri yang tidak
kebal. Beberapa gen yang menentukan jalan metabolism yang menyebabkan resistensi terhadap
penisilin sudah ada di dalam kebanyakan populasi pada frekuensi rendah yang muncul mula – mula
sekali sebagai hasil mutasi sembarang. Seandainya gen semacam itu belum ada pada populasi yang
terkena penisilin, tidak akan ada sel dari populasi yang dapat hidup dan populasi tersebut akan tersapu
bersih.

Hal tersebut di atas, tidak berarti bahwa mutasi baru tidak dapat memperbaiki kekebalan, malahan
seleksi terus menerus oleh penisilin biasanya menuju ke arah penambahan resistensi secara gradual. Hal
ini sudah hampir dipastikan sebagai hasil dari mutasi. Tetapi mutasi tidak dihasilkan oleh kondisi sama
yang menyeleksi gen mutan yang telah timbul.

Keuntungan mutasi pada suatu keadaan keliling yang mengandung penisilin dapat timbul sewaktu obat
itu dimasukkan sebagai hal yang terjadi secara kebetulan. Sebab mutasi yang serupa dapat juga timbul
meskipun penisilin tidak ada. Evolusi resistensi obat pada bakteri tidak dapat disamakan seluruhnya
pada evolusi organisme biparental, sebab seleksi yang hebat dapat mengubah frekuensi genetis lebih
cepat pada organism haploid aseksual daripada organisme biparental.

Rekombinasi yang terjadi pada setiap generasi pada spesies biparental sering menimbulkan kembali
genotip yang hilang pada generasi sebelumnya. Hal ini tidak akan terjadi pada organisme aseksual.
Tetapi bagaimanapun juga, suatu tekanan seleksi yang sangat kecil dapat menimbulkan suatu
pergeseran besar pada frekuensi gen suatu populasi biparental kalau jangka waktunya mencapai 50.000
tahun (meskipun waktu ini relative sangat pendek). Hal tersebut pernah diperhitungkan Haldane bahwa
jika suatu alel dominan yang memperkuat suatu individu dibawa oleh satu bagian dari 1000 (misalnya
1000 individu dari AA yang dapat hidup dan berbiak untuk alel dominan dapat bertambah dari alel
resesif).

Anda mungkin juga menyukai