Anda di halaman 1dari 7

C.

PERSENDIAN
Tulang yang satu berhubungan dengan tulang yang lain untuk membentuk
rangka tubuh dengan struktur jaringan penyambung yang dinamakan persendian
(artikulasi). Guttman (1999: 937) mengatakan bahwa pada artikulasi, ada cairan
pelumas (cairan sinovial). Otot dapat dilekatkan pada tulang oleh jaringan ikat yang
dinamakan tendon. Adapun jaringan antar tulang dinamakan ligamen. Berdasarkan
pergerakannya, persendian dikelompokkan menjadi sinartrosis, amfiartrosis, dan
diartrosis.
1. Sinartrosis
Sinartrosis adalah persendian yang tidak memungkinkan terjadinya
gerakan. Pada persendian ini, tulang tulangnya dipersatukan oleh serabut
jaringan ikat (sinartrosis sinfibrosis) atau oleh tulang rawan hialin (sinartrosis
sinkondrosis). Contoh sinartrosis sinfibrosis adalah hubungan antartulang
tengkorak, sedangkan contoh sinartrosis sinkondrosis adalah hubungan
antartulang vertebra.
2. Amfiartrosis
Amfiartrosis merupakan persendian tulang dengan gerakan yang sangat
terbatas. Contoh amfiartosis adalah hubungan antartulang rusuk dan tulang dada.
3. Diartrosis
Diartosis merupakan persendian yang menyebabkan gerakan bebas dan
biasanya terjadi pada tulang tulang panjang dan memiliki mobilitas cukup
besar. Ujung ujung tulang biasanya tertutupi oleh tulang rawan. Selain itu,
pada ujung tulang terdapat rongga sinovial yang berisi cairan sinovial untuk
memudahkan gerakan. Hubungan antartulang tersebut dibungkus oleh
pembungkus jaringan fibrosa. Hubungan diartosis terbagi atas sendi peluru,
sendi engsel, sendi putar, sendi pelana, dan sendi geser.

a.

Sendi Peluru
Sendi peluru merupakan persendian yang memungkinkan terjadinya gerakan
paling bebas. Sendi ini terdapat pada hubungan antara tulang lengan atas dan
tulang belikat, serta hubungan antar tulang panggul dan tulang paha.

b.

Sendi Putar
Sendi putar merupakan persendian yang menyebabkan gerakan berputar atau
rotasi. Sendi ini terdapat pada pergelangan tangan, pergelangan kaki,
hubungan antara tulang tengkorak dan tulang atlas, serta hubungan antara
tulang lengan atas dan tulang pengumpil serta tulang hasta.

c.

Sendi Engsel
Sendi engsel merupakan persendian yang menyebabkan gerakan satu arah.
Sendi ini terdapat pada bagian lutut, siku, dan ruas ruas jari.

d.

Sendi Pelana
Sendi pelana merupakan persendian yang membentuk sendi seperti pelana.
Sendi ini terdapat pada hubungan antara tulang telapak tangan dan tulang
pergelangan tangan.

e.

Sendi Luncur atau Geser


Sendi luncur merupakan persendian yang melibatkan gerakan menggeser,
satu tulang meluncur di atas tulang yang lain. Sendi ini terdapat pada ruas
ruas tulang belakang.

D.

OTOT SEBAGAI ALAT GERAK AKTIF


Tulang dapat bergerak dengan bantuan otot. Otot merupakan alat gerak aktif karena
otot memiliki gerakan melemas (relaksasi) dan gerakan memendek (kontraksi). Jika
otot

berkontraksi,

tulang

akan

terangkat.

Gerakan

tersebut

dinamakan

kontraksibilitas. Sementara itu, jika otot relaksasi atau melemas, tulang akan
kembali ke kedudukan semula. Gerakan tersebut dinamakan ekstansibilitas.
a.

Jenis Jenis Otot


Gerak yang terjadi pada tubuh dilakukan oleh otot polos, otot lurik, dan otot
jantung. Secara terstruktur otot otot tersebut berbeda.
i.

Otot Lurik
Otot lurik merupakan otot yang melekat pada tulang rangka. Otot
lurik ini berperan menggerakkan tulang. Otot lurik tersusun atas sel sel otot
yang intinya berjumlah banyak dan terletak di tepi sel.
Di dalam sel sel otot lurik, terdapat serabut serabut yang
dinamakan miofibril. Miofibril tersusun atas protein otot aktin, miosin,
troponin, dan tropomiosin. Jika diproyeksikan, susunan protein tersebut
menunjukkan adanya daerah terang, yang disebut juga daerah I (isotop). Tiap
pita I dibagi oleh garis gelap transversal yang disebut garis Z. Daerah gelap
dinamakan daerah A (anisotop). Pada daerah gelap (A), terdapat daerah
terang (I). Daerah I-A-I dinamakan satu sarkomer.
Garis terang dan garis gelap memantulkan cahaya ke mata yang
berbeda. Hal ini menyebabkan seakan akan ada serat lintang atau lurik
sehingga otot ini disebut otot lurik. Sebenarnya pada otot lurik, tidak
terdapat serat serat lurik. Bekerjanya otot lurik dipengaruhi oleh susunan
saraf pusat sehingga dinamakan otot sadar.

ii.

Otot Polos
Sel otot polos berbentuk memanjang. Keduanya lancip dengan inti
tunggal dan serat miofibril yang homogen sehingga tidak menggambarkan

adanya serat lurik. Bentuk otot polos tersebut sangat berbeda dengan otot
lurik dan otot jantung.
Otot polos dijumpai pada dinding saluran pencernaan makanan, paru
paru, dinding pembuluh darah, pembuluh limfa, serta ovarium. Otot polos
memiliki sifat lambat bereaksi terhadap rangsangan tetapi tahan lelah, dan
bekerja dipengaruhi saraf tidak sadar.
iii.

Otot Jantung
Struktur otot jantung menyerupai otot lurik, tetapi letak inti selnya di
tengah. Selain itu, bentuk selnya bercabang. Pada setiap percabangan,
terdapat jaringan pengikat yang dinamakan diskus interkalaris (Brum, et al.,
1994: 558).
Otot jantung memiliki ciri ciri cepat bereaksi terhadap ransangan,
tahan lelah, dan dipengaruhi oleh susunan saraf tidak sadar. Susunan saraf ini
adalah saraf kembar (nervus vagus) yang bersifat parasimpatis. Sel sel
ajntung mendapat makanan dari arteri koronaria.
Selama manusia hidup, jantung terus berkontaksi dan jumlah
kontaksi setiap menit adalah 72 kali. Kontraksi jantung akan meningkat
dengan ransangan hormon adrenalin.

b.

Jenis Jenis Gerak


Gabungan antara otot dan tulang menghasilkan suatu gerak. Secara umum, gerak
pada tubuh manusia dapat dikelompokkan menjadi gerak sinergis dan gerak
antagonis.
a.

Gerak Sinergis
Gerak sinergis adalah gerak selaras yang melibatkan dua atau lebih
macam otot untuk suatu gerakan tubuh. Dengan kata lain, otot otot yang
terlibat akan berkontraksi atau berelaksasi secara bersamaan. Sebagai contoh
adalah gerakan otot otot leher dan otot otot punggung.

b.

Gerak Antagonis
Gerak antagonis adalah gerak yang berlawanan antara dua atau lebih
macam otot yang mengendalikan gerak pada suatu bagian tubuh. Gerak
antagonis yang paling banyak dikenal adalah otot bisep dan trisep.
Ketika lengan bawah terangkat, otot bisep berkontraksi, sedangkan
otot trisep berelaksasi. Sebaliknya ketika siku lurus, otot bisep berelaksasi,
sedangkan otot trisep berkontraksi.
Otot bisep memiliki dua buah tendon sebagai origon, yakni satu buah
melekat pada humerus dan satu buah melekat pada skapula. Sementara itu,
insersinya melekat pada tulang radius. Otot trisep memiliki tiga buah tendon
sebagai origo, yakni dua buah melekat pada humerus, dan satu buah melekat
pada skapula. Sementara itu, insersinya melekat pada tulang ulna.
Jika otot bisep berkontraksi, tulang lengan bawah (radius dan ulna)
akan terangkat ke atas dan otot trisep relaksasi. Apabila otot trisep
berkontraksi, radius dan ulna akan lurus dengan humerus. Otot bisep bersifat
membengkokkan tulang, yakni radius dan ulna sehingga disebut sebagai otot
fleksor. Otot trisep bersifat meluruskan tulang, yakni radius ulna sehingga
disebut sebagai otot ekstensor. Dengan kata lain, jenis gerakan yang terjadi
pada radius ulna adalah fleksi ekstensi.
Gerakan antagonis lainnya adalah abduksi adduksi (menjauhi
mendekati) dan pronasi supinasi (menelungkup menengadah). Sebagai
telah diuraikan sebelumnya, gerak abduksi aduksi dapat terjadi pada
lengan dan tungkai. Sementara itu, gerak pronasi supinasi dapat terjadi
pada telapak tangan.

c.

Mekanisme Gerak dan Sumber Energi Otot


Sel otot merupakan sel tubuh yang khusus yang digunakan untuk
melakukan kontraksi dan relaksasi. Sel otot disebut juga serabut otot atau miosit.
Sitoplasma otot mengandung protein otot yang dinamakan aktin dan miosin.
Aktin dan miosin berbentuk filamen. Filamen yang berkelompok membentuk
bundel miofibril.

Kontraksi otot terjadi ketika ransangan saraf mencapai otot. Miosit yang
menerima sinyal seperti pada serabut otot, memiliki retikulum yang rumit dan
gelembung tubular. Ransangan dihantarkan dengan cepat dan simultan ke
seluruh miofibril aktin dan miosin di dalam otot. Hal ini menyebabkan otot
saling menyelip, memendekkan sarkomer, dan berkontraksi.

Proses ini

membutuhkan banyak energi. Itulah sebabnya, sel otot memiliki banyak


mitokondria untuk menghasilkan energi secara efisien. Untuk kontraksi,
diperlukan metabolisme kalsium yang tinggi.
Secara makroskopis gumpalan otot dibungkus oleh selaput transparan
yang dinamakan fasia. Ujung ujung otot diikat ke tulang oleh tendon yang
berupa origo dan insersi. Origo merupakan tempat perlekatan tendon pada tulang
yang tidak mengalami gerakan. Insersi merupakan tempat perlekatan tendon
pada bagian tulang akan mengalami pergerakan.
Ketika otot skelet (rangka) berkontraksi, akan terjadi hubungan antara
aktin dan miosin oleh troponin dan tropomiosin. Aktin dan miosin akan bergerak
sehingga jarak aktin dan miosin menjadi rapat. Hal ini menyebabkan sel otot
memendek. Untuk melakukan itu, otot memerlukan energi.
Energi berasal dari pemecahan molekul ATP (Adenosin trifosfat) menjadi
ADP (Adenosin difosfat) yang berada di dalam otot. ATP yang digunakan
berasal dari ATP yang dibentuk oleh mitokondria sel otot.
Jika kontaraksi terus berlangsung, energi diambil dari senyawa glukosa
yang terdapat dalam otot. Glukosa akan mengalami glikolisis menjadi asam
piruvat dan ATP yang kemudian akan digunakan untuk kontraksi otot. Asam
piruvat dalam sel otot dapat diubah menjadi asam laktat. Timbunan asam laktat
dapat menyebabkan rasa pegal.
Apabila otot bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, asam piruvat
dapat dioksidasi secara aerob menjadi CO2 + H2O + ATP. Jia cadangan glukosa
dalam otot habis, sumber ATP dapat diperoleh dari senyawa kreatin fosfat yang
ada dalam hati. Otot yang terus menerus dirangsang untuk melakukan
kontraksi dapat menyebabkan kejang otot.
Pada tahun 1955, Hansen dan Huxly mengemukakan teori kontraksi otot
yang disebut sliding filamen model (model filamen meluncur). Mekanisme

kontraksi otot secara singkat adalah sebagai berikut. Ujung miosin dapat
mengikat ATP dan menghidrolisisnya menjadi ADP. Setelah itu, pangkal miosin
terikat pada filamen aktin. Filamen aktin bergerak karena adanya tegangan.
Pangkal miosin terlepas dari aktin ketika ATP lain terikat pada miosin,
selanjutnya siklus dimulai kembali (Brum et al., 1994: 555-556).

Anda mungkin juga menyukai