Anda di halaman 1dari 11

NAMA : AYU JURIANTI

NIM : 08041181320019
TUGAS FISIOLOGI HEWAN 1

SISTEM GERAK
A. SISTEM OTOT
Otot disebut juga alat gerak aktif karena memiliki kemampuan berkontraksi
sehingga otot dapat menggerakkan tulang. Terdapat tiga sifat otot, yaitu
kontraktibilitas (kemampuan memendek), elastisitas (kemampuan kembali ke
bentuk semula), dan ekstensibilitas (kemampuan memanjang). Setiap otot memiliki
dua atau lebih tendon (ujung otot). Tendon yang melekat pada tulang yang bergerak
disebut insersio, sedang yang melekat pada tulang yang tidak bergerak disebut origo.
Otot dibungkus oleh selaput yang disebut fasia superfisialis, sebenarnya
disusun oleh kumpulan serabut otot yang dibungkus oleh selaput fasia propia. Satu
serabut

otot

dibungkus

oleh

selaput

sarkolemma,

dan

dibentuk

oleh

banyak miofibril. Satu miofibril disusun oleh banyak sarkomer, dimana tiap
sarkomer tersusun dari aktin dan miosin.

Bagian-bagian sel otot adalah :

Sarkolema, merupakan membran plasma sel otot


Sarkoplasma, merupakan sitoplasma sel otot
Retikulum sarkoplasma, merupakan retikulum endoplasma sel otot
Nukleus, jumlahnya banyak dan terletak di sepanjang tepi sel otot

Mekanisme Kerja Otot


Otot mulai berkontraksi apabila terkena rangsangan. Kontraksi otot dikenal
dengan nama model pergeseran filamen (sliding filament mode) Kontraksi otot
diawali oleh datangnya impuls saraf. Pada saat datang impuls, sinapsis atau daerah
hubungan antara saraf dan serabut otot dipenuhi oleh asetil-kolin. Asetil-kolin ini akan
merembeskan ion-ion kalsium (Ca2+) ke serabut otot. Ion kalsium akan bersenyawa
dengan molekul, troponin, dan tropomiosin yang menyebabkan aktomiosin mengerut
(berkontraksi). Kontraksi yang terjadi membutuhkan energi.
Saat kontraksi terjadi, filamen aktin akan berjalan di antara miosin ke dalam
zona H (zona H, yaitu bagian terang di antara dua pita gelap). Dengan keadaan yang
demikian itu, terjadi pemendekan serabut otot. Namun demikian, ada serabut yang
tetap panjang, yaitu garis M (anisotrop/pita gelap), sedangkan garis Z (isotrop/pita

terang) dan daerah H bertambah pendek waktu terjadi kontraksi. Bagian ujung miosin
dapat berkaitan dengan ATP dan menghidrolisis ATP tersebut menjadi ADP. Energi
dilepaskan dengan cara mencegah pemindahan ATP ke miosin yang diubah bentuk
menjadi konfigurasi energi tinggi. Miosin yang berenergi tinggi tersebut kemudian
berikatan dengan aktin membentuk jembatan silang. Segera setelah terbentuk,
jembatan silang tersebut membebaskan sejumlah energi dan menyampaikan energi
tersebut ke arah aktin. Proses ini menyebabkan aktin mengerut. Secara keseluruhan
sarkomer ikut mengerut yang mengakibatkan otot pun berkerut. Kepala miosin akan
lepas dari aktin. Proses ini memerlukan ATP yang diambil dari sekitarnya. Dengan
peristiwa ini, maka aktin akan lepas dari miosin. Secara keseluruhan otot akan
relaksasi kembali.

Proses ini berulang sampai 5 kali dalam jangka waktu satu detik. Kontraksi otot
akan berlangsung selama ada rangsangan, apabila tidak ada rangsangan maka ion
kalsium akan direabsorpsi. Pada saat itu pun troponin dan tropomiosin tidak memiliki
sisi aktif lagi dan sarkomer dalam keadaan istirahat memanjang berelaksasi.

Jenis Otot
a. Menurut Fungsi dan Strukturnya
Di dalam tubuh terdapat tiga jenis otot yang menurut fungsi dan strukturnya
berbeda, yaitu :

otot jantung

otot polos, dan

otot rangka

b. Menurut Cara Kerja


Menurut cara kerjanya, otot dibedakan menjadi:
1) Antagonis : yaitu cara kerjanya menimbulkan efek gerak berlawanan
Cara kerja otot antagonis dapat berupa gerakan :
Ektensor (meluruskan) X fleksor (membengkakan)
Abduktor (menjauhi tubuh) X aduktor (mendekati tubuh)
Depresor (arah ke bawah) X elevator (arah ke atas)
Supinator (menengadah) X pronator (menelungkup)
2) Sinergis : yaitu cara kerja yang menimbulkan gerak searah (bersama-sama)

B. SISTEM RANGKA
Tulang
Tulang merupakan alat gerak pasif karena tidak dapat bergerak tanpa bantuan otot.
Berdasarkan jenisnya, ada dua macam tulang, yaitu tulang rawan (kartilago) dan
tulang keras (osteon).
1. Tulang Rawan
Tulang rawan merupakan rangka penyangga tahapan embrio manusia. Namun
setelah dewasa, sebagian besar tulang rawan diganti dengan tulang keras. Pada
manusia dewasa, tulang rawan hanya terdapat pada bagian yang memerlukan
elastisitas seperti daun kuping, cuping hidung, dan cincin trakea. Tulang rawan
terdiri atas anyaman serat dimana terdapat selsel tulang rawan (kondrosit)
yang membuat matriks kondrin.

Ada tiga jenis tulang rawan, yaitu:


a. Tulang Rawan Hialin
Tulang rawan hialin merupakan bentuk tulang rawan terbanyak. Tulang
rawan hialin mempunyai matriks yang homogen dan besifat halus serta
transparan. Terdapat pada cincin batang tenggorokan (trakea), cuping
hidung, persendian, dan antara tulang rusuk, dan tulang dada.
b. Tulang Rawan Elastis
Tulang rawan elastis bersifat lentur, matriksnya mengandung serat elastis
bercabang-cabang, dan terdapat pada epiglottis dan bagian luar telinga.
c. Tulang Rawan Fibrosa
Tulang rawan fibrosa bersifat kurang lentur, matriksnya mengandung serat
kolagen yang tidak lentur, dan terdapat pada antarruas tulang belakang.
2. Tulang Keras
Rangka yang menyokong sebagian besar manusia dewasa terbuat dari tulang
keras. Bagian luar tulang keras dilapisi oleh periosteum yang merupakan
tempat melekatnya otot. Sel tulang keras disebut osteosit. Sel-sel tulang keras
membentuk lingkaran konsentris berlapis-lapis.

Berdasarkan sifat matriksnya, tulang keras dibedakan sebagai berikut:


a. Tulang Kompak
Merupakan tulang dengan matriks yang bersifat padat dan rapat, misalnya
lapisan luar tulang pipa.
b. Tulang Spons
Tulang spons memiliki matriks berongga, misalnya tulang pipih dan tulang
pendek. Berdasarkan bentuknya, tulang keras dibedakan menjadi empat,
yaitu:
1.) Tulang pipa
Tulang pipa berbentuk tabung dan umumnya berongga. Tulang pipa
terbagimenjadi tiga bagian, yaitu bagian tengah (diafise), kedua ujung
(epifise), dan antara epifise dengan diafise (cakraepifise).
2.) Tulang pipih
Tulang pipih berbentuk pipih dan berongga. Contoh tulang pipih yaitu
tulang rusuk, tulang belikat, dan tulang tengkorak.
3.) Tulang pendek
Tulang pendek berbentuk silindris dan ditemukan pada pergelangan
kaki dan pergelangan tangan.
4.) Tulang tak beraturan
Tulang tak beraturan mempunyai bentuk yang tidak beraturan dan
terdapat di wajah dan tulang belakang.
3. Pembentukan Tulang
Pembentukan tulang dimulai setelah terbentuk tulang rawan. Di dalam tulang
rawan, terdapat rongga dan terisi oleh osteoblas. Osteoblas akan membentuk
osteosit dari arah dalam ke luar (konsentris). Osteosit mensekresikan protein

yang akan menjadi matriks tulang keras. Kemudian, matriks tulang keras terisi
kalsium dan fosfat sehingga matriks tulang mengeras. Proses perubahan tulang
rawan menjadi tulang keras disebut osifikasi.
Gerakan tubuh dimungkinkan oleh kerja sama antar tulang dan otot, otot
memiliki gaya mengerut menggerakan tulang atau kulit dan mekanisme terrentu oleh
sebab itu otot sering disebut alat gerak aktif, sedangkan tulang merupakan alat gerak
pasif.

Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa rangka tubuh dibedakan


menjadi dua, yaitu:
Rangka aksial (skelet aksial atau skelet sumbu)
Terdiri atas:
1. Tengkorak (kranium)
2. Ruas-ruas tulang belakang (kolumna vertebralis)
3. Rusuk (kosta)
4. Tulang dada (sternum)
Rangka appendikular (rangka anggota badan)
Terdiri atas:
1. Gelang bahu (gelang pektoral) dan anggota gerak depan
2. Gelang panggul (gelang pelvic) dan anggota gerak belakang

Kelainan-Kelainan pada Sistem Gerak


1. Distrofi otot yaitu penyakit menurun yang disebabkan oleh mutasi gen yang
bertanggung jawab untuk sintesis protein otot, sehingga otot menjadi lemah.
Umumnya terjadi pada laki-laki umur antara 3 7 tahun.
2. Tetanus yaitu terjadinya kontraksi otot seluruh tubuh yang kuat dalam waktu
tetentu, disebabkan oleh stimulus racun yang dikeluarkan oleh Clostridium tetani.
Penyakit ini menyebabkan 40-60 dari 100 orang yang terinfeksi tetanus, sehingga
penting untuk dilakukan imunisasi.
3. Atrofi otot yaitu terjadinya pengurangan ukuran otot, ketegangan dan kekuatan
otot yang disebabkan oleh mengecilnya serabut-serabut otot. Segala jenis
kerusakan pada neuron motorik akan menyebabkan terjadinya atrofi otot secara
bertahap. Misalnya virus polio yang menyerang saraf otak dan sumsum tulang
belakang menyebabkan paralisis dan atrofi otot.
4. Hipertrofi yaitu membesarnya otot yang disebabkan oleh aktivitas berat otot yang
dilakukan secara terus-menerus. Otot yang mengalami hipertrofi, diameter serabut
ototnya meningkat dan jumlah zat yang terdapat di dalam otot juga bertambah.
5. Hiperplasia yaitu membesarnya otot yang disebabkan karena jumlah serabut otot
bertambah, tetapi tidak disebabkan karena membesarnya serabut otot.
6. Osteopenia yaitu tulang-tulang pada rangka menjadi menipis dan lemah karena
proses penuaan. Masa tulang menjadi kurang karena menurunnya osifikasi.
Berlangsung pada usia 30-40 tahun.
7. Osteoporosis, istilah lainnya adalah keropos tulang yang dapat menyebabkan
patah atau retak pada tulang. Hormon seks ikut berperan dalam proses
osteoporosis, karena hormon ini berperanan dalam deposisi pada tulang.
8. Osteomalasia yaitu tulang menjadi lunak atau tidak terlalu keras karena
berkurangnya kandungan mineral di dalamnya.
9. Gigantisme yaitu suatu kondisi yang disebabkan oleh produksi hormon
pertumbuhan yang berlimpah sebelum masa pubertas.
10. Acromegali yaitu suatu kondisi yang disebabkan oleh efek samping dari produksi
hormon pertumbuhan setelah masa pubertas, terjadi pertumbuhan rangka yang
abnormal pada kartilago dan tulang-tulang pendek lainnya.
11. Ricketsia yaitu kelainan pada anak-anak yang disebabkan oleh kekurangan
garamgaram kalsium di dalam rangkanya.
12. Scurvy yaitu suatu keadaan dimana tulang menjadi lemah dan rapuh sebagai
akibat kekurangan vitamin C.

13. Fraktur yaitu tulang retak atau patah yang disebabkan oleh tekanan atau gerakan
salah atau benturan dengan benda-benda keras lainnya.
14. Osteomyelitis yaitu sakit pada tulang yang umumnya disebabkan oleh infeksi
bakteri.
15. Osteopetrosis yaitu suatu keadaan yang disebabkan oleh menurunnya aktivitas
osteoklas, sehingga masa tulang meningkat dan bentuk tulang menjadi tidak
beraturan.
16. Arthritis yaitu kelainan pada sinovial persendian, menyebabkan kerusakan pada
kartilago persendian.
17. Bursitis yaitu inflamasi pada bursa, menyebabkan rasa sakit pada hubungan antar
tendon atau ligamen saat digerakan.
18. Luksasi yaitu dislokasi, suatu keadaan dimana persendian keluar dari posisi
semestinya.
19. Kifosis yaitu suatu keadaan dimana ruas-ruas tulang belakang melengkung ke
depan, dan jika melengkungnya ke bagian belakang dinamakan lordosis.
Sedangkan jika ruas-ruas tulang belakang melengkung ke samping dinamakan
skoliosis.
20. Rakhitis yaitu gangguan pada bentuk tulang anak-anak yang disebabkan oleh
defisiensi vitamin D. Misalnya kaki berbentuk huruf X atau O pada anak-anak.

Anda mungkin juga menyukai