Anda di halaman 1dari 23

REFERAT

ATEROSKLEROSIS

Nadia Carolina N. 1980721016

Goklas R.P Tambunan 1980721009

Luh Putu Santhi D. 1980721008

Olivia Dharmasanti 1980721026

Rynda 1980721018

Kenny Augusto 1980721028

Mila Damayanti W. 1980721013

Vidya M.D.T 1980721001

Demak Vera Rachelia 1980721010

Ni Ketut Ayu Maharani 1980721006

Program Studi Pascasarjana Biomedik

Universitas Udayana

2020
PENDAHULUAN (Kumar et al., 2014)

Histologi

Figure 1. Spesialisasi regional darivaskulatur

Secara histologi, pembuluh darah dapat dibagi menjadi tiga lapisan, yaitu:

1. Tunika intima
Tunika intima terbentuk dari selapis sel-sel endotel yang menempel pada membran basal
yang terbentuk dari matriks ekstraselular. Tunika intima dibatasi oleh lamina elastic
interna dari tunika media
2. Tunika media
 Tunika media dari arteriterbentuk dari sel otot polos yang tersusun secara
konsentrik sedangkan pada vena, selotot polos tersusun secara acak.
 Pada arteri besar, tunika media mengandung kadar elastin yang tinggi, sehingga
memungkinkan pembuluh darah untuk membesar saat sistol dan kembali saat
diastol.
 Pada arteri sedang, tunika media hamper seluruhnya terbentuk dari selotot polos
yang tersusun secara konsentrik dan rapi. Sel-sel ini dapat berkontraksi dan ber-
relaksasi sesuai dengan input dari system saraf otonom dan faktor-faktor
metabolit local sehingga menentukan laju aliran darah dan tekanan darah.
 Arteriola dalah pembuluh darah dengan resistensi vaskular paling tinggi, karena
resistensi dari laju aliran darah sendiri berbanding terbalik dari ukuran diameter
sebesar pangkat 4. (i.e. menurunkan diameter sebesar setengah akan meningkat
kan resistensi sebesar 16 kali).
3. Tunika adventitia
Tunika adventitia terletak diluar tunika media dan dipisahkan oleh lamina elastic
eksterna. Lapisan ini terdiri dari jaringan ikat longgar yang mengandung serabuts araf
dan vasa vasorum yang berperan untuk mengantarkan oksigen dan nutrisi pada bagian
luar arteri tersebut.

Berdasarkan ukurannya, arteri dan vena dapat dibagi menjadi tiga. Untuk arteri, pembagian
tersebut berupa:

 Arteri besar/elastik
Meliputi aorta, dan cabang-cabang mayor aorta (innominate, subclavian, common
carotid, dan iliac).
 Arteri sedang/muskular
Meliputicabang-cabang minor dari aorta sepertiartericoronary dan renal
 Arteri kecil dan arteriol
Meliputiarteri-arteridenganukuran diameter ≤2 mm (arterikecil) hingga 20-100 µm
(arteriol)

Kapiler adalah ujung dari arteriol yang berhubung ke venul, kapiler berukuran 7-8 µm, dan
tersusun dari satu sel endotel yang mengelilingi kapiler tersebut, kapiler tidak mempunyai tunika
media, namun dikelilingi oleh sel-sel yang disebut pericytes.

Darah dari kapiler akan mengalir menuju ke venul, dan akan lanjut ke vena kecil, besar, dan
sedang. Dibandingkan dengan arteri, vena pada tingkat percabangan yang sama akan mempunyai
diameter yang lebih besar, lumen yang lebih besar, dan dinding yang lebih tipis. Struktur ini
memungkinkan vena untuk menampung volume darah yang sangat banyak. Sebanyak 2/3 darah
diseluruh tubuh terdapat di dalam vena.

DEFINISI

Arteriosklerosis secara harfiah berarti "pengerasan arteri". Ini merupakan istilah umum
yang mencerminkan penebalan dinding dan hilangnya elastisitas arteri.

Terdapat tiga jenis arteriosklerosis yang berbeda, masing-masing dengan dampak klinis
dan patologis yang berbeda, yaitu:

1) Arteriolosklerosis mempengaruhi arteri kecil dan arteriol dan dapat menyebabkan


cedera iskemik di hilir. Terdapat dua varian yaitu arteriolosklerosis hialin dan hiperplastik.

2) Sklerosis medialis Monckeberg ditandai dengan adanya deposit kalsifikasi di arteri


sedang, biasanya pada orang yang berusia di atas 50 tahun. Lesi ini tidak mengganggu lumen
pembuluh dan biasanya tidak signifikan secara klinis.

3) Aterosklerosis, berasal dari kata Yunani untuk "bubur" dan "pengerasan," adalah
bentuk yang paling sering dan penting secara klinis. Arteri besar (contohnya aorta, arteri karotis,
dan arteri iliaka) dan arteri sedang (contohnya arteri koronaria, aretri renalis, dan arteri poplitea)
merupakan pembuluh darah yang paling sering terkena aterosklerosis. Aterosklerosis merupakan
pathogenesis dari penyakit koroner, serebral dan penyakit vaskuler perifer dan menyebabkan
morbiditas dan mortalitas hamper separuh dari penyebab kematian di Negara Barat.

EPIDEMIOLOGI

Hampir seluruh kematian yang ada di Amerika Serikat dan Eropa disebabkan oleh
penyakit vaskular. Sekitar dua pertiga kematian disebabkan oleh trombosis pada satu atau lebih
arteri koronaria. Satu pertiga lainnya disebabkan karena thrombosis pada daerah lain seperti otak,
hati, ginjal, saluran pencernaan, anggoota gerak dan lain sebagainya.(Hall, 2010) Aterosklerosis
merupakan pathogenesis dari penyakit koroner, serebral dan penyakit vaskuler perifer dan
menyebabkan morbiditas dan mortalitas hamper separuh dari penyebab kematian di Negara
Barat.
Di Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir di 8 rumah sakit umum pusat di Indonesia
didapatkan data bahwa prevelensi penyakit jantung koroner telah menggeser penyakit jantung
reumatik sebagai penyakit jantung yang paling banyak ditemukan. Hal tersebut juga terlihat di
negara-negara Asia Tenggara serta Afrika, Di Singapura dan Malaysia, kematian penyakit
jantung koroner meningkat dari yang tadinya tidak bermakna menjadi sekurangnya 10% dari
semua kematian.

FAKTOR RESIKO

Faktor resiko terjadinya aterosklerosis dibagi menjadi 2 yaitu, non-modifiable/


konstitusional dan modifiable.

Faktor resiko non-modifiable/ konstitusional :

o Genetik  riwayat penyakit keluarga merupakan factor resiko independent yang


paling penting pada kasus aterosklerosis.
o Usia  walaupun perkembangan aterosklerosis bersifat progresif, manifestasi
klinik biasanya mulai terjadi pada usia pertengahan. Populasi yang berada pada
usia 40-60 tahun memiliki peningkatan insidensi MI sebanyak 5x.
o Jenis Kelamin  Pada wanita menopause, insidensi penyakit yang berhubungan
dengan aterosklerosis meningkat dibandingkan pria. Hal ini berhubungan dengan
predisposisi seperti diabetes mellitus, hiperlipidemia, maupun hipertensi.
Meskipun demikian, pada clinical trial penggunaan estrogen replacement sebagai
agen protector terhadap penyakit pembuluh darah tidak terbukti efektif.

Faktor resiko modifiable :

o Hiperlipidemia  khususnya hiperkolesterolemia, merupakan faktor resiko


mayor terjadinya aterosklerosis.
o Hipertensi
o Merokok

Sehubungan dengan faktor resiko merokok pada kejadian aterosklerosis, terdapat


penelitian yang menilai adiksi merokok dengan derajat keparahan aterosklerosis pada
pasien penyakit jantung koroner. Penelitian ini dilakukan dengan metode cross-
sectional, melalui wawancara dengan 30 responden yang merupakan pasien instalasi
jantung RSUP Dr.Kariadi yang menjalani pemeriksaan angiografi koroner dengan
rentang usia 40 hingga 65 tahun. Hasil : Didapatkan bahwa banyak maupun sedikit
paparan asap rokok, tidak mempengaruhi derajat keparahan aterosklerosis pada
pembuluh darah koroner jantung (p=0,156)

Hal ini dapat terlihat dengan hasil dari penelitian pada responden, dimana didapatkan
10 orang (33%) dengan sumbatan di ketiga pembuluh darah koroner merupakan
perokok ringan, sedangkan terdapat 2 orang (6%) dengan hanya satu sumbatan di
pembuluh darah koroner namun merupakan perokok berat. (Yudanardi et al., 2016)

Tabel 1. Faktor resiko aterosklerosis


PATOGENESIS

Konsep patogenesis aterosklerosis saat ini disebut hipotesis respons terhadap cedera.
Konsep ini mengacu pada aterosklerosis sebagai penyakit radang kronik yang diinduksi oleh
cedera endotel (disfungsi endotel). Proses radang kronik pada aterosklerosis terdiri dari
rangkaian respons seluler dan molekuler.

Faktor utama yang dapat menginduksi dan memacu proses radang disini adalah cedera
endotel. Adanya cedera endotel menyebabkan terjadinya respons kompensatorik yang mengubah
homeostasis endotel serta meningkatkan permeabilitas endotel dan adhesi lekosit atau trombosit
terhadap endotel. Banyak faktor dapat mencetuskan terjadinya cedera endotel namun yang
terpenting adalah gangguan hemodinamik dan hiperkolesterolemia. Selain itu sel otot polos
pembuluh darah juga turut berperan dalam aterogenesis yang bersama-sama dengan matriks
ekstrasel mengubah fatty streak menjadi bercak ateroma.
Tahap-tahap terbentuknya aterosklerosis :

o Aterosklerosis diinisiasi adanya kerusakan dan disfungsi sel endotel, sehingga


menyebabkan peningkatan permeabilitas vascular, adesi leukosit dan thrombosis.
o Akumulasi Lipoprotein, terutama LDL didalam dinding pembuluh darah.
o Adhesi sel monosit pada endothelium, yang diikuti oleh migrasi kedalam tunika intima
dan berubah menjadi sel makrofak dan sel foam.
o Terjadinya adhesi platelet
o Pelepasan faktor-faktor yang berasal dari platelet aktif, makrofak, dan dinding pembuluh
darah, termasuk recruitment sel otot polos
o Proliferasi sel otot polos, matriks extraseluler dan recruitment sel T
o Akumulasi lemak baik pada extraselular maupun didalam sel (makrofak dan sel otot
polos)(Lintong, 2009)

Evolution of arterial wall changes in the response to injury


hypothesis. 1, Normal. 2, Endothelial injury with monocyte and platelet adhe
sion. 3, Monocyte and smooth muscle cell migration into the intima, with
macrophage activation. 4, Macrophage and smooth muscle cell uptake of
modified lipids, with further activation and recruitment of T cells. 5, Intimal
smooth muscle cell proliferation with extracellular matrix production, forming
a well-developed plaque.

1. Kerusakan sel endotel

Kerusakan sel endotel merupakan respon tubuh terhadap adanya jejas. Jejas di
induksi oleh proses mekanis, kelainan hemodinamika, penumpukan kompleks imun,
radiasi ataupun bahan kimia yang menyebabkan penebalan pada tunika intima dinding
pembuluh darah.

Pada mulanya, lesi timbul pada sel-sel endotel yang intak namun mengalami
disfungsi, sehingga terjadi peningkatan permeabilitas endotel, adesi leusokit, serta terjadi
nya perubahan ekspresi gen. Penyebab utama disfungsi sel endotelial ini adalah gangguan
hemodinamika dan hiperkolesterolemia.

2. Gangguan hemodinamika

Turbulensi hemodinamik pada aterosklerosis diilustrasikan melalui observasi


terhadap plak yang sering terjadi pada percabangan pembuluh darah, dan sepanjang
dinding posterior arteri aorta dimana pada lokasi tersebut sering terjadi turbulensi. Pada
penelitian in vitro, pembuluh darah yang memiliki turbulensi lebih sedikit merangsang
ekspresi gen yang menyebabkan keluarga produk yang bersifat protektif terhadap
eterosklerosis.

3. Lipid

Lipid yang ditransportasikan kedalam pembuluh darah berikatan secara spesifik pada
apoprotein membentuk kompleks lipoprotein. Dislipoproteinemia adalah kelainan lipoprotein
yang timbul pada kebanyakan orang, diantaranya peningkatan kadar kolesterol LDL,
penurunan kadar HDL dan peningkatan lipoproteun yang abnormal. Ketiga hal ini
disebabkan karena adanya mutasi sehingga terdapat defek pada apoprotein dan reseptor
lipoprotein atau berasal dari penyakit lainnya yang mempengaruhi sirkulasi kadar lipid
seperti sindroma nefrotik, alcoholism, hipotiroidism, maupun diabetes melitus. Kelainan-
kelainan tersebut berhubungan dengan resiko terjadi aterosklerosis

Mekanisme hiperlipidemia terhadap patogenesis aterosklerosis :

 Kronik hiperlipidemia, terutama hiperkolesterolemia berefek menyebabkan


kerusakan fungsi sel endotel secara langsung, dengan cara meningkatkan
produksi ROS lokal.
 Pada kronik hiperlipidemia, lipoprotein yang terakumulasi didalam intima
teroksidasi oleh radikal bebas yang diproduksi oleh sel-sel inflamasi. LDL
yang teroksidasi ini kemudian terakumulasi didalam makrofak karena
makrofak tidak mampu mendegradasi seutuhnya. Lama-kelamaan akan
muncul formasi makrofak berisi lipid yang disebut foam cell. Selain itu, sel
otot polos pun bertransformasi mencerna LDL yang sudah termodifikasi
melalui reseptornya. Tidak hanya bersifst toksik, LDL yang sudah
termodifikasi mampu menstimulasi pelepasan growth faktor, sitokin dan
kemokin yang menyebabkan penarikan monosit dan aktivasinya.

4. Inflamasi

Inflamasi disebabkan adanya rangsangan dari akumulasi kristal kolesterol dan


free fatty acid didalam makrofag dan sel lainnya. Aktivasi proses inflamasi ini, menyebabkan
produksi sitokin proinflamasi IL-1, yang akan merekrut sel-sel leukosit termasuk monosit dan
limfosit T. Makrofak yang teraktivasi akan memproduksi reactive oxygen species sehingga
menyebabkan LDL teroksidasi dan merangsang growth faktor untuk prolifasi sel otot polos dan
sintesis matriks extraseluler.

5. Proliferasi otot polis dan sintesis matrik extraseluler

Proliferasi otot polos intima dan penumpukan maktriks extraseluler mengkonversi


fatty streak menjadi atheroma dan berkontribusi terhadap pertumbuhan lesi
aterosklerosis. Selain itu, proliferasi otot polos juga menstimulasi sintesis matrix
extraseluler seperti kolagen untuk menstabilisasi plak aterosklerosis. Namun sebaliknya,
aktivasi sel-sel inflmasi pada atheroma meningkatkan degradasi komponen matriks
extraseluler yang menyebabkan unstable plaque.

Pada stage awal, plak yang terbentuk merupakan akumulasi dari agregasi sel otot polos,
makrofak dan sel foam. Kematian pada sel-sel tersebut menyebabkan pelepasan lipid dan debris
nekrosis. Seiring berjalanny waktu sintesis matrix extraseluler oleh sel otot polos menyebabkan
terbentuknya cap fibrous pada atheroma serta fatty debris akan mengalami kalsifikasi. Apabila
terdapat pencetus yang menyebabkan degradasi matriks extraseluler, plaque menjadi tidak stabil
dan dapat menyebabkan oklusi vascular akut atau thrombosis.
6. Kalsifikasi

Mikrokalsifikasi mulai terbentuk pada saat sel otot polos mengalami apoptosis (≥
0.5 µm-≤15 µm) dan seiring meningkat saat makrofak bermigrasi ke lipid pool pada stage
awal fibroatheroma. Konfluen dari area kalsifikasi melibatkan matriks extraseluler dan
pusat nekrosis, yang dapat diidentifikasi menggunakan radiografi sebagai spot bila
berukuran ≤2 mm atau fragment bila berukuran >2 s/d <5 mm .

Figure 4.
Coronary calcification and plaque morphology in humans. A, Radiograph of the coronary
arteries following removal from the heart. B, Type of radiographic calcification in different
plaques. Radiographic calcification was typed according to the classification of Friedrich et
al24 and in brief absence of calcification, speckled, and fragmented (linear or wide, single focus
of calcium >2 mm in diameter), or diffuse (≥5-mm segment of continuous calcium). C, Bar
graph shows mean area of calcification in different plaque morphologies in sudden coronary
death victims. T bars indicate SEM. AIT indicates adaptive intimal thickening; FA,
fibroatheroma; LAD, left anterior descending artery; LCX, left circumflex artery; LD, left
diagonal artery; LM, left main coronary artery; LOM, left obtuse marginal branch; PIT,
pathological intimal thickening; RCA, right coronary artery; and TCFA, thin-cap
fibroatheroma. B and C are reproduced with permission from Burke et al.25 Authorization for this
adaptation has been obtained both from the owner of the copyright in the original work and from
the owner of copyright in the translation or adaptation.(Otsuka et al., 2014)
Konsekuensi dari Aterosklerosis

Target utama dari aterosklerosis adalah arteri dengan ukuran besar dan dinding pembuluh yang
elastis (aorta, karotis, arteri iliaka), dan arteri berukuran besar dan sedang dengan dinding
pembuluh yang tebal (arteri coroner dan poplitea). Gejala utama dari aterosklerosis paling sering
melibatkan arteri yang menyuplai darah menuju ke jantung, otak, ginjal dan ekstremitas bawah.

Konsekuensi utama dari aterosklerosis berupa Infark miokard (serangan jantung), infark serebri
(stroke), aneurisma aorta, dan penyakit pembuluh darah perifer (seperti gangren pada kedua
kaki).

Gambaran proses pathogenesis dan komplikasi klinis dari aterosklerosis

Stenosis pada aterosklerosis

Pada pembuluh darah kecil, plak dari aterosklerosis, secara bertahap, akan menyebabkan
penyempitan pada lumen pembuluh darah, terjadi gangguan pada aliran darah dan menyebabkan
terjadi nya iskemik. Pada tahap awal proses stenosis, bagian tunika media pada pembuluh darah
masih dapat mempertahankan ukuran lumen. Namun demikian, pada proses jangka panjang,
penambahan atheroma pada lumen akan menyebabkan terganggunya aliran darah. Pada tahap
stenosis yang kritis, sumbatan yang terjadi menyebabkan terjadi nya proses iskemik pada
jaringan. Kondisi ini, pada sirkulasi koroner, akan terjadi pada 70% penyumbatan lumen
pembuluh darah, dengan keluhan nyeri pada dada (stable angina).

Konsekuensi aterosklerosis yang paling berbahaya adalah proses akut dari pecahnya pembuluh
darah (ruptur) karena terdapatnya sumbatan plak tersebut. Selain proses akut proses hambatan
aliran darah, dengan berkurangnya perfusi arteri pada organ tubuh, dan terjadi secara kronis
dapat menyebabkan beberapa kondisi berikut, oklusi mesenterika dan iskemik pada saluran
cerna, henti jantung mendadak, penyakit jantung kronis iskemik, ensefalopati iskemik, dan
intermittent claudication yang disebabkan terhenti nya aliran darah pada ekstremitas tubuh).

Proses akut pada plak di pembuluh darah

Erosi atau pun ruptur pada plak diawali dengan thrombosis sebagian atau total pada pembuluh
darah, yang menyebabkan proses infark pada jaringan (seperti yang terjadi pada infark miokard
dan serebral). Berikut adalah proses yang dapat terjadi pada plak:

 Ruptur
 Erosi/ ulserasi,
 Haemorrhage

Plak yang menyebabkan infark miokard dan sindrom koroner akut lainnya, pada umumnya
bersifat asimptomatis. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan perubahan pada plak dan
thrombosis, yaitu faktor instrinsik (struktur dan komposisi plak) dan ekstrinsik (tekanan darah,
reaktivitas platelet dan kekakuan pembuluh darah).

Plak yang rentan untuk ruptur adalah plak yang mengalami proses destabilisasi, dan mengandung
banyak lipid ekstraseluler. Kolagen merupakan komponen utama dari kapsul fibrosa yang
berperan pada kekuatan dan kestabilan dari plak pada pembuluh darah. Pada proses destabilisasi
tersebut, terjadi penipisan pada kapsul fibrosa, mengandung sedikit sel otot halus,danterjadi
proses inflamasi karena adanya deposit kolesterol pada plak sehingga menyebabkan peningkatan
proses degradasi dan mengurangi proses pembentukan dari kolagen.
Di atas adalah gambaran perbedaan plak aterosklerosis yang rentan dan stabil

Faktor ekstrinsik yang mempengaruhi suatu plak, antara lain dapat dipengaruhi stimulasi
adrenergik yang akan meningkatkan tekanan pada pembuluh darah sistemik atau menginduksi
vasokonstriksi lokal. Stress emosional yang intens juga dapat menyebabkan perubahan pada
plak.

Perubahan pada plak dan agregasi platelet superfisial dan thrombosis meruapakan hal yang
umum terjadi pada proses atheroma dan dapat terjadi secara berulang, dan menyebabkan
komplikasi yang tidak bergejala pada lesi aterosklerosis.

Thrombosis

Thrombosis sebagian ataupun total merupakan faktor utama dari sindrom koroner akut.
Thrombin dan faktor lainnya yang terkait dengan thrombosis dapat mengaktivasi sel otot halus
dan menyebabkan pertumbuhan lesi aterosklerosis.(Husin et al., 2006)

Vasokonstriksi

Vasokonstriksi dapat mempengaruhi ukuran lumen dan menyebabkan peningkatan tekanan


mekanik pada pembuluh sehingga terjadi perubahan pada plak. Berikut adalah beberapa faktor
yang mempengaruhi terjadi nya vasokonstriksi pada atheroma, yaitu:
 Sirkulasi agonis adrenergic.
 Pelepasan platelet secara lokal.
 Disfungsi sel endothelial dengan terganggunya sekresi faktor relaksasi dari sel endotel
(nitric oxide) dan faktor kontraksinya (endothelin)
 Pelepasan mediator dari sel inflamasi perivaskuler.
NUTRISI LOW FAT DENGAN RESIKO ATHEROSCLEROSIS

Sebelumnya kita telah membahas mengenai patofisiologi terjadinya atherosclerosis dan


salah satu faktor resikonya adalah hiperkolesterolemia. Selanjutnya kita mencari jurnal penelitian
tentang nutrisi dengan resiko atherosclerosis. Apakah bila kita mengeliminasi fat dalam asupan
kita, benar-benar bisa menurunkan resiko atherosclerosis? Eliminasi fat yang dimaksud adalah
nol, ditekan semaksimal mungkin atau tetap mengkonsumsi fat tapi dalam bentuk tidak jenuh.
Penelitian berikut ini dapat menjelaskan diet seperti apa yang ideal untuk menurunkan resiko
atherosclerosis.

Pada penelitian short term, diet Mediterranean dibandingkan dengan diet low fat nutrisi
pada 772 dewasa asimptomatis (umur 55-80 tahun) dengan resiko diabetes mellitus atau
setidaknya memiliki 3 faktor resiko cardiovascular secara acak. Sample ini diberikan 3 perlakuan
yang berbeda yaitu diet low fat, diet Mediterranian dengan >30g virgin olive oil/hari dan diet
Mediterranian dengan >30g walnut, hazelnut dan almond tiap hari. Setelah 3 bulan, didapatkan
hasil rat-rat tekanan darah yang lebih rendah(systolic

6-7 mmHg; diastolic 2-3 mmHg ), kadar glukosa darah yang lebih rendah(5-7 mg/dL) , kadar
total kolesterol yang lebih rendah pada kelompok diet Mediterranian. Penurunan berat badan
pada kedua kelompok adalah rata-rata sama antara 2 kelompok. Kesimpulannya adalah diet
Meditteranian lebih baik dalam menurunkan resiko atherosclerosis dibandingkan diet low fat.
Penelitian ini dilakukan oleh Estruch R, et al. 2006. “Effects of a Mediterranean-style diet on
cardiovascular risk factors: a randomized trial. Ann Intern med. 2006; 145(1):1-11”

Dari penelitian di atas dapat diambil manfaatnya dan kita aplikasikan yaitu kita tidak
perlu mengeliminasi lemak dari diet kita sehari-hari. Diet low fat malah akan menyebabkan
gangguan metabolic. Menurut Chakravarthy, et al, 2015., hati akan membedakan sumber lemak
tersebut dan mengaturnya menjadi nutriens dan keseimbangan energy. Lemak merupakan natural
ligand PPAR yang mengatur metabolism dari glukosa, lemak dan kolesterol. Ketika tubuh
kekurangan lemak maka akan menyebabkan hipoglikemia disebabkan karena gagal untuk
mengaktivasi PPAR. Berbicara tentang hubungan antara lemak dan atherosclerosis, yang
menjadi poin penting adalah kualitas dari serum lipoprotein bukan dari kuantitasnya.
STATIN DAN RESIKO ATHEROSCLEROSIS

Inhibitor HMG-CoA reduktase (statins) menurunkan resiko vena thromboembolism pada


orang sehat. Statin menurunkan kadar penanda inflamasi, namun mekanisme masih belum
diketahui secara pasti.

Ada suatu penelitian pada orang sehat yang mempelajari hubungan antara faktor
hemostatic dengan resiko vena thromboembolisme. Metode yang dipakai adalah analisa cross-
sectional dari 6814 laki-laki dan wanita sehat yang berusia 45-84 tahun, tidak memiliki penyakit
cardiovascular. 1001 menggunakan statin, sedangkan yang lain tidak. Hasilnya adalah partisipan
yang menggunakan statins memiliki kadar D-dimer yang lebih rendah, C-reaktive protein yang
lebih rendah dan faktor VIII yang lebih rendah di banding yang tidak menggunakan statin.

Hubungan D-dimer dengan atherosclerosis adalah D-dimer merupakan penanda yang


secara umum digunakan untuk melihat apakah proses hemostasis itu sedang berjalan atau tidak.
Semakin tinggi nilai D-dimer berarti proses hemostasis makin tinggi dan produk-produk
pembekuan darah semakin banyak. C-reactive protein adalah penanda terjadinya inflamasi pada
tubuh kita. Semakin tinggi C-reactive protein berarti semakin tinggi proses inflamasi dalam
tubuh kita. Sehingga bila proses inflamasi makin banyak, maka faktor resiko terjadinya thrombus
juga semakin tinggi. Hal ini dapat berarti pula bahwa resiko atheroscelosis semakin tinggi.
Faktor VIII adalah faktor yang berperan dalam proses hemostasis sehingga makin tinggi faktor
VIII berarti makin tinggi potensi terjadinya atherosclerosis.(Gebbers, 2007)
Antioxidants in cardiovascular therapy : Panacea or false hope?

Antioxidant dikenal sebagai penetral dari system ROS sebelum mereka masuk
berinteraksi dengan sel , serta merubah struktur dengan fungsinya. Berdasarkan teori anti aging
bahwa antioksidan mempunya peran dan keunggulan di dalam tubuh kita, beberapa timbul
kesimpulan bahwa semua antioksidan baik dan berguna untuk tubuh. Sedangkan antioksidan ada
berbagai macam, seperti tinggi lipofilic dan mempunyai rantai alkali yang panjang (vitamin E,
carotenoid), dan yang larut dalam air (vitamin C). ukuran antioksidan juga bervariasi dari yang
berukuran kecil serta yang berukuran besar.

Antioksidan bekerja dalam beberapa mekanisme dalam tubuh kita. Mekanisme pertama,
antioksidan membantu menghambat kerusakan dengan mengubah stress oksidative menjadi
bentuk yang kurang reaktiv. Mekanisme kedua antioksidan bekerja di dalam pemecahan rantai
oxidative stress, menangkap radikal bebas sebelum mereka mulai merusak.

Dari penelitian belum disimpulkan bahwa antioksidan merupakan satu-satunya therapy di


dalam penyakit kardiovaskular khususnya atherosclerosis, namun ada harapan bahwa antioksidan
dapat menurunkan angka kematian yang dapat disebabkan oleh atherosclerosis. (Goszcz et al.,
2015)
DAFTAR PUSTAKA

GEBBERS, J.-O. 2007. Atherosclerosis, cholesterol, nutrition, and statins–a critical review. GMS German
Medical Science, 5.
GOSZCZ, K., DEAKIN, S. J., DUTHIE, G. G., STEWART, D., LESLIE, S. J. & MEGSON, I. L. 2015. Antioxidants in
cardiovascular therapy: panacea or false hope? Frontiers in cardiovascular medicine, 2, 29.
HALL, J. E. 2010. Guyton and Hall textbook of medical physiology e-Book, Elsevier Health Sciences.
HUSIN, W., HUDAJA, O. & KRISTIANTO, Y. 2006. Oklusi Arteri Perifer pada Ekstrimitas Inferior.
Maranatha Journal of Medicine and Health, 6.
KUMAR, V., ABBAS, A. K., FAUSTO, N. & ASTER, J. C. 2014. Robbins and Cotran pathologic basis of
disease, professional edition e-book, elsevier health sciences.
LINTONG, P. 2009. Perkembangan konsep patogenesis aterosklerosis. JURNAL BIOMEDIK: JBM, 1.
OTSUKA, F., SAKAKURA, K., YAHAGI, K., JONER, M. & VIRMANI, R. 2014. Has our understanding of
calcification in human coronary atherosclerosis progressed? Arteriosclerosis, thrombosis, and
vascular biology, 34, 724-736.
YUDANARDI, M. R. R., SETIAWAN, A. A. & SOFIA, S. N. 2016. Hubungan Tingkat Adiksi Merokok Dengan
Derajat Keparahan Aterosklerosis Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner. Diponegoro University.

Anda mungkin juga menyukai