Word Referat Aterosklerosis
Word Referat Aterosklerosis
ATEROSKLEROSIS
Rynda 1980721018
Universitas Udayana
2020
PENDAHULUAN (Kumar et al., 2014)
Histologi
Secara histologi, pembuluh darah dapat dibagi menjadi tiga lapisan, yaitu:
1. Tunika intima
Tunika intima terbentuk dari selapis sel-sel endotel yang menempel pada membran basal
yang terbentuk dari matriks ekstraselular. Tunika intima dibatasi oleh lamina elastic
interna dari tunika media
2. Tunika media
Tunika media dari arteriterbentuk dari sel otot polos yang tersusun secara
konsentrik sedangkan pada vena, selotot polos tersusun secara acak.
Pada arteri besar, tunika media mengandung kadar elastin yang tinggi, sehingga
memungkinkan pembuluh darah untuk membesar saat sistol dan kembali saat
diastol.
Pada arteri sedang, tunika media hamper seluruhnya terbentuk dari selotot polos
yang tersusun secara konsentrik dan rapi. Sel-sel ini dapat berkontraksi dan ber-
relaksasi sesuai dengan input dari system saraf otonom dan faktor-faktor
metabolit local sehingga menentukan laju aliran darah dan tekanan darah.
Arteriola dalah pembuluh darah dengan resistensi vaskular paling tinggi, karena
resistensi dari laju aliran darah sendiri berbanding terbalik dari ukuran diameter
sebesar pangkat 4. (i.e. menurunkan diameter sebesar setengah akan meningkat
kan resistensi sebesar 16 kali).
3. Tunika adventitia
Tunika adventitia terletak diluar tunika media dan dipisahkan oleh lamina elastic
eksterna. Lapisan ini terdiri dari jaringan ikat longgar yang mengandung serabuts araf
dan vasa vasorum yang berperan untuk mengantarkan oksigen dan nutrisi pada bagian
luar arteri tersebut.
Berdasarkan ukurannya, arteri dan vena dapat dibagi menjadi tiga. Untuk arteri, pembagian
tersebut berupa:
Arteri besar/elastik
Meliputi aorta, dan cabang-cabang mayor aorta (innominate, subclavian, common
carotid, dan iliac).
Arteri sedang/muskular
Meliputicabang-cabang minor dari aorta sepertiartericoronary dan renal
Arteri kecil dan arteriol
Meliputiarteri-arteridenganukuran diameter ≤2 mm (arterikecil) hingga 20-100 µm
(arteriol)
Kapiler adalah ujung dari arteriol yang berhubung ke venul, kapiler berukuran 7-8 µm, dan
tersusun dari satu sel endotel yang mengelilingi kapiler tersebut, kapiler tidak mempunyai tunika
media, namun dikelilingi oleh sel-sel yang disebut pericytes.
Darah dari kapiler akan mengalir menuju ke venul, dan akan lanjut ke vena kecil, besar, dan
sedang. Dibandingkan dengan arteri, vena pada tingkat percabangan yang sama akan mempunyai
diameter yang lebih besar, lumen yang lebih besar, dan dinding yang lebih tipis. Struktur ini
memungkinkan vena untuk menampung volume darah yang sangat banyak. Sebanyak 2/3 darah
diseluruh tubuh terdapat di dalam vena.
DEFINISI
Arteriosklerosis secara harfiah berarti "pengerasan arteri". Ini merupakan istilah umum
yang mencerminkan penebalan dinding dan hilangnya elastisitas arteri.
Terdapat tiga jenis arteriosklerosis yang berbeda, masing-masing dengan dampak klinis
dan patologis yang berbeda, yaitu:
3) Aterosklerosis, berasal dari kata Yunani untuk "bubur" dan "pengerasan," adalah
bentuk yang paling sering dan penting secara klinis. Arteri besar (contohnya aorta, arteri karotis,
dan arteri iliaka) dan arteri sedang (contohnya arteri koronaria, aretri renalis, dan arteri poplitea)
merupakan pembuluh darah yang paling sering terkena aterosklerosis. Aterosklerosis merupakan
pathogenesis dari penyakit koroner, serebral dan penyakit vaskuler perifer dan menyebabkan
morbiditas dan mortalitas hamper separuh dari penyebab kematian di Negara Barat.
EPIDEMIOLOGI
Hampir seluruh kematian yang ada di Amerika Serikat dan Eropa disebabkan oleh
penyakit vaskular. Sekitar dua pertiga kematian disebabkan oleh trombosis pada satu atau lebih
arteri koronaria. Satu pertiga lainnya disebabkan karena thrombosis pada daerah lain seperti otak,
hati, ginjal, saluran pencernaan, anggoota gerak dan lain sebagainya.(Hall, 2010) Aterosklerosis
merupakan pathogenesis dari penyakit koroner, serebral dan penyakit vaskuler perifer dan
menyebabkan morbiditas dan mortalitas hamper separuh dari penyebab kematian di Negara
Barat.
Di Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir di 8 rumah sakit umum pusat di Indonesia
didapatkan data bahwa prevelensi penyakit jantung koroner telah menggeser penyakit jantung
reumatik sebagai penyakit jantung yang paling banyak ditemukan. Hal tersebut juga terlihat di
negara-negara Asia Tenggara serta Afrika, Di Singapura dan Malaysia, kematian penyakit
jantung koroner meningkat dari yang tadinya tidak bermakna menjadi sekurangnya 10% dari
semua kematian.
FAKTOR RESIKO
Hal ini dapat terlihat dengan hasil dari penelitian pada responden, dimana didapatkan
10 orang (33%) dengan sumbatan di ketiga pembuluh darah koroner merupakan
perokok ringan, sedangkan terdapat 2 orang (6%) dengan hanya satu sumbatan di
pembuluh darah koroner namun merupakan perokok berat. (Yudanardi et al., 2016)
Konsep patogenesis aterosklerosis saat ini disebut hipotesis respons terhadap cedera.
Konsep ini mengacu pada aterosklerosis sebagai penyakit radang kronik yang diinduksi oleh
cedera endotel (disfungsi endotel). Proses radang kronik pada aterosklerosis terdiri dari
rangkaian respons seluler dan molekuler.
Faktor utama yang dapat menginduksi dan memacu proses radang disini adalah cedera
endotel. Adanya cedera endotel menyebabkan terjadinya respons kompensatorik yang mengubah
homeostasis endotel serta meningkatkan permeabilitas endotel dan adhesi lekosit atau trombosit
terhadap endotel. Banyak faktor dapat mencetuskan terjadinya cedera endotel namun yang
terpenting adalah gangguan hemodinamik dan hiperkolesterolemia. Selain itu sel otot polos
pembuluh darah juga turut berperan dalam aterogenesis yang bersama-sama dengan matriks
ekstrasel mengubah fatty streak menjadi bercak ateroma.
Tahap-tahap terbentuknya aterosklerosis :
Kerusakan sel endotel merupakan respon tubuh terhadap adanya jejas. Jejas di
induksi oleh proses mekanis, kelainan hemodinamika, penumpukan kompleks imun,
radiasi ataupun bahan kimia yang menyebabkan penebalan pada tunika intima dinding
pembuluh darah.
Pada mulanya, lesi timbul pada sel-sel endotel yang intak namun mengalami
disfungsi, sehingga terjadi peningkatan permeabilitas endotel, adesi leusokit, serta terjadi
nya perubahan ekspresi gen. Penyebab utama disfungsi sel endotelial ini adalah gangguan
hemodinamika dan hiperkolesterolemia.
2. Gangguan hemodinamika
3. Lipid
Lipid yang ditransportasikan kedalam pembuluh darah berikatan secara spesifik pada
apoprotein membentuk kompleks lipoprotein. Dislipoproteinemia adalah kelainan lipoprotein
yang timbul pada kebanyakan orang, diantaranya peningkatan kadar kolesterol LDL,
penurunan kadar HDL dan peningkatan lipoproteun yang abnormal. Ketiga hal ini
disebabkan karena adanya mutasi sehingga terdapat defek pada apoprotein dan reseptor
lipoprotein atau berasal dari penyakit lainnya yang mempengaruhi sirkulasi kadar lipid
seperti sindroma nefrotik, alcoholism, hipotiroidism, maupun diabetes melitus. Kelainan-
kelainan tersebut berhubungan dengan resiko terjadi aterosklerosis
4. Inflamasi
Pada stage awal, plak yang terbentuk merupakan akumulasi dari agregasi sel otot polos,
makrofak dan sel foam. Kematian pada sel-sel tersebut menyebabkan pelepasan lipid dan debris
nekrosis. Seiring berjalanny waktu sintesis matrix extraseluler oleh sel otot polos menyebabkan
terbentuknya cap fibrous pada atheroma serta fatty debris akan mengalami kalsifikasi. Apabila
terdapat pencetus yang menyebabkan degradasi matriks extraseluler, plaque menjadi tidak stabil
dan dapat menyebabkan oklusi vascular akut atau thrombosis.
6. Kalsifikasi
Mikrokalsifikasi mulai terbentuk pada saat sel otot polos mengalami apoptosis (≥
0.5 µm-≤15 µm) dan seiring meningkat saat makrofak bermigrasi ke lipid pool pada stage
awal fibroatheroma. Konfluen dari area kalsifikasi melibatkan matriks extraseluler dan
pusat nekrosis, yang dapat diidentifikasi menggunakan radiografi sebagai spot bila
berukuran ≤2 mm atau fragment bila berukuran >2 s/d <5 mm .
Figure 4.
Coronary calcification and plaque morphology in humans. A, Radiograph of the coronary
arteries following removal from the heart. B, Type of radiographic calcification in different
plaques. Radiographic calcification was typed according to the classification of Friedrich et
al24 and in brief absence of calcification, speckled, and fragmented (linear or wide, single focus
of calcium >2 mm in diameter), or diffuse (≥5-mm segment of continuous calcium). C, Bar
graph shows mean area of calcification in different plaque morphologies in sudden coronary
death victims. T bars indicate SEM. AIT indicates adaptive intimal thickening; FA,
fibroatheroma; LAD, left anterior descending artery; LCX, left circumflex artery; LD, left
diagonal artery; LM, left main coronary artery; LOM, left obtuse marginal branch; PIT,
pathological intimal thickening; RCA, right coronary artery; and TCFA, thin-cap
fibroatheroma. B and C are reproduced with permission from Burke et al.25 Authorization for this
adaptation has been obtained both from the owner of the copyright in the original work and from
the owner of copyright in the translation or adaptation.(Otsuka et al., 2014)
Konsekuensi dari Aterosklerosis
Target utama dari aterosklerosis adalah arteri dengan ukuran besar dan dinding pembuluh yang
elastis (aorta, karotis, arteri iliaka), dan arteri berukuran besar dan sedang dengan dinding
pembuluh yang tebal (arteri coroner dan poplitea). Gejala utama dari aterosklerosis paling sering
melibatkan arteri yang menyuplai darah menuju ke jantung, otak, ginjal dan ekstremitas bawah.
Konsekuensi utama dari aterosklerosis berupa Infark miokard (serangan jantung), infark serebri
(stroke), aneurisma aorta, dan penyakit pembuluh darah perifer (seperti gangren pada kedua
kaki).
Pada pembuluh darah kecil, plak dari aterosklerosis, secara bertahap, akan menyebabkan
penyempitan pada lumen pembuluh darah, terjadi gangguan pada aliran darah dan menyebabkan
terjadi nya iskemik. Pada tahap awal proses stenosis, bagian tunika media pada pembuluh darah
masih dapat mempertahankan ukuran lumen. Namun demikian, pada proses jangka panjang,
penambahan atheroma pada lumen akan menyebabkan terganggunya aliran darah. Pada tahap
stenosis yang kritis, sumbatan yang terjadi menyebabkan terjadi nya proses iskemik pada
jaringan. Kondisi ini, pada sirkulasi koroner, akan terjadi pada 70% penyumbatan lumen
pembuluh darah, dengan keluhan nyeri pada dada (stable angina).
Konsekuensi aterosklerosis yang paling berbahaya adalah proses akut dari pecahnya pembuluh
darah (ruptur) karena terdapatnya sumbatan plak tersebut. Selain proses akut proses hambatan
aliran darah, dengan berkurangnya perfusi arteri pada organ tubuh, dan terjadi secara kronis
dapat menyebabkan beberapa kondisi berikut, oklusi mesenterika dan iskemik pada saluran
cerna, henti jantung mendadak, penyakit jantung kronis iskemik, ensefalopati iskemik, dan
intermittent claudication yang disebabkan terhenti nya aliran darah pada ekstremitas tubuh).
Erosi atau pun ruptur pada plak diawali dengan thrombosis sebagian atau total pada pembuluh
darah, yang menyebabkan proses infark pada jaringan (seperti yang terjadi pada infark miokard
dan serebral). Berikut adalah proses yang dapat terjadi pada plak:
Ruptur
Erosi/ ulserasi,
Haemorrhage
Plak yang menyebabkan infark miokard dan sindrom koroner akut lainnya, pada umumnya
bersifat asimptomatis. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan perubahan pada plak dan
thrombosis, yaitu faktor instrinsik (struktur dan komposisi plak) dan ekstrinsik (tekanan darah,
reaktivitas platelet dan kekakuan pembuluh darah).
Plak yang rentan untuk ruptur adalah plak yang mengalami proses destabilisasi, dan mengandung
banyak lipid ekstraseluler. Kolagen merupakan komponen utama dari kapsul fibrosa yang
berperan pada kekuatan dan kestabilan dari plak pada pembuluh darah. Pada proses destabilisasi
tersebut, terjadi penipisan pada kapsul fibrosa, mengandung sedikit sel otot halus,danterjadi
proses inflamasi karena adanya deposit kolesterol pada plak sehingga menyebabkan peningkatan
proses degradasi dan mengurangi proses pembentukan dari kolagen.
Di atas adalah gambaran perbedaan plak aterosklerosis yang rentan dan stabil
Faktor ekstrinsik yang mempengaruhi suatu plak, antara lain dapat dipengaruhi stimulasi
adrenergik yang akan meningkatkan tekanan pada pembuluh darah sistemik atau menginduksi
vasokonstriksi lokal. Stress emosional yang intens juga dapat menyebabkan perubahan pada
plak.
Perubahan pada plak dan agregasi platelet superfisial dan thrombosis meruapakan hal yang
umum terjadi pada proses atheroma dan dapat terjadi secara berulang, dan menyebabkan
komplikasi yang tidak bergejala pada lesi aterosklerosis.
Thrombosis
Thrombosis sebagian ataupun total merupakan faktor utama dari sindrom koroner akut.
Thrombin dan faktor lainnya yang terkait dengan thrombosis dapat mengaktivasi sel otot halus
dan menyebabkan pertumbuhan lesi aterosklerosis.(Husin et al., 2006)
Vasokonstriksi
Pada penelitian short term, diet Mediterranean dibandingkan dengan diet low fat nutrisi
pada 772 dewasa asimptomatis (umur 55-80 tahun) dengan resiko diabetes mellitus atau
setidaknya memiliki 3 faktor resiko cardiovascular secara acak. Sample ini diberikan 3 perlakuan
yang berbeda yaitu diet low fat, diet Mediterranian dengan >30g virgin olive oil/hari dan diet
Mediterranian dengan >30g walnut, hazelnut dan almond tiap hari. Setelah 3 bulan, didapatkan
hasil rat-rat tekanan darah yang lebih rendah(systolic
6-7 mmHg; diastolic 2-3 mmHg ), kadar glukosa darah yang lebih rendah(5-7 mg/dL) , kadar
total kolesterol yang lebih rendah pada kelompok diet Mediterranian. Penurunan berat badan
pada kedua kelompok adalah rata-rata sama antara 2 kelompok. Kesimpulannya adalah diet
Meditteranian lebih baik dalam menurunkan resiko atherosclerosis dibandingkan diet low fat.
Penelitian ini dilakukan oleh Estruch R, et al. 2006. “Effects of a Mediterranean-style diet on
cardiovascular risk factors: a randomized trial. Ann Intern med. 2006; 145(1):1-11”
Dari penelitian di atas dapat diambil manfaatnya dan kita aplikasikan yaitu kita tidak
perlu mengeliminasi lemak dari diet kita sehari-hari. Diet low fat malah akan menyebabkan
gangguan metabolic. Menurut Chakravarthy, et al, 2015., hati akan membedakan sumber lemak
tersebut dan mengaturnya menjadi nutriens dan keseimbangan energy. Lemak merupakan natural
ligand PPAR yang mengatur metabolism dari glukosa, lemak dan kolesterol. Ketika tubuh
kekurangan lemak maka akan menyebabkan hipoglikemia disebabkan karena gagal untuk
mengaktivasi PPAR. Berbicara tentang hubungan antara lemak dan atherosclerosis, yang
menjadi poin penting adalah kualitas dari serum lipoprotein bukan dari kuantitasnya.
STATIN DAN RESIKO ATHEROSCLEROSIS
Ada suatu penelitian pada orang sehat yang mempelajari hubungan antara faktor
hemostatic dengan resiko vena thromboembolisme. Metode yang dipakai adalah analisa cross-
sectional dari 6814 laki-laki dan wanita sehat yang berusia 45-84 tahun, tidak memiliki penyakit
cardiovascular. 1001 menggunakan statin, sedangkan yang lain tidak. Hasilnya adalah partisipan
yang menggunakan statins memiliki kadar D-dimer yang lebih rendah, C-reaktive protein yang
lebih rendah dan faktor VIII yang lebih rendah di banding yang tidak menggunakan statin.
Antioxidant dikenal sebagai penetral dari system ROS sebelum mereka masuk
berinteraksi dengan sel , serta merubah struktur dengan fungsinya. Berdasarkan teori anti aging
bahwa antioksidan mempunya peran dan keunggulan di dalam tubuh kita, beberapa timbul
kesimpulan bahwa semua antioksidan baik dan berguna untuk tubuh. Sedangkan antioksidan ada
berbagai macam, seperti tinggi lipofilic dan mempunyai rantai alkali yang panjang (vitamin E,
carotenoid), dan yang larut dalam air (vitamin C). ukuran antioksidan juga bervariasi dari yang
berukuran kecil serta yang berukuran besar.
Antioksidan bekerja dalam beberapa mekanisme dalam tubuh kita. Mekanisme pertama,
antioksidan membantu menghambat kerusakan dengan mengubah stress oksidative menjadi
bentuk yang kurang reaktiv. Mekanisme kedua antioksidan bekerja di dalam pemecahan rantai
oxidative stress, menangkap radikal bebas sebelum mereka mulai merusak.
GEBBERS, J.-O. 2007. Atherosclerosis, cholesterol, nutrition, and statins–a critical review. GMS German
Medical Science, 5.
GOSZCZ, K., DEAKIN, S. J., DUTHIE, G. G., STEWART, D., LESLIE, S. J. & MEGSON, I. L. 2015. Antioxidants in
cardiovascular therapy: panacea or false hope? Frontiers in cardiovascular medicine, 2, 29.
HALL, J. E. 2010. Guyton and Hall textbook of medical physiology e-Book, Elsevier Health Sciences.
HUSIN, W., HUDAJA, O. & KRISTIANTO, Y. 2006. Oklusi Arteri Perifer pada Ekstrimitas Inferior.
Maranatha Journal of Medicine and Health, 6.
KUMAR, V., ABBAS, A. K., FAUSTO, N. & ASTER, J. C. 2014. Robbins and Cotran pathologic basis of
disease, professional edition e-book, elsevier health sciences.
LINTONG, P. 2009. Perkembangan konsep patogenesis aterosklerosis. JURNAL BIOMEDIK: JBM, 1.
OTSUKA, F., SAKAKURA, K., YAHAGI, K., JONER, M. & VIRMANI, R. 2014. Has our understanding of
calcification in human coronary atherosclerosis progressed? Arteriosclerosis, thrombosis, and
vascular biology, 34, 724-736.
YUDANARDI, M. R. R., SETIAWAN, A. A. & SOFIA, S. N. 2016. Hubungan Tingkat Adiksi Merokok Dengan
Derajat Keparahan Aterosklerosis Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner. Diponegoro University.