Dosen Pengampu:
Apt. Ulfa Syafli Nosa, S. si,
M. Farm
Anggota Kelompok 4:
1. 1801197 Dinda Dwi Aprilia
6. 20011013 Amri
Kontraksi Isometrik:
lsometrik berasal dari kata iso = sama, dan metric = ukuran. Kontraksi
isometrik menimbulkan tenaga dengan cara peningkatan tegangan intramuskuler
tanpa disertai perubahan panjang eksternal otot. Kontraksi otot melibatkan unsur
kontraktil, tetapi karena otot mempunyai unsur elastis dan kenyal dalam
rangkaian dengan mekanisme kontraktil, maka mungkin kontraksi timbul tanpa
suatu penurunan yang berarti dalam panjang otot secara keseluruhan.
Kontraksi isometrik tidak memerlukan banyak pergeseran miofibril satu
sama lainnya. Panjang otot saat kontraksi mempengaruhi tegangan intramuskuler
yang terjadi. Tegangan intramuskuler yang berkembang sebanding dengan
jumlah hubungan silang antara filamen aktin dan miosin. Bila otot diregangkan,
maka tumpang tindih antara filamen aktin dan miosin berkurang sehingga
hubungan silang berkurang. Sebaliknya bila otot dipendekkan maka tumpang
tindih antara filamen aktin dan miosin dan filamen tipis juga mengurangi
hubungan silang. (Pujiatun, 2001: 4)
Kontraksi Isotonik:
Kontraksi isotonik merupakan terjadinya tegangan intra-muskuler disertai
dengan perubahan panjang otot baik memendek atau memanjang. Kontraksi
isotonik kadang-kadang disebut kontraksi konsentrik atau kontraksi dinamik.
Konsentrik berarti adanya pemendekan otot pada saat kontraksi. Sebenarnya
lebih akurat menggunakan istilah kontraksi dinamik.
Secara harafiah isotonik berarti tegangan sama atau konstan (iso = sama
dan tonik tegangan), dengan kata lain kontraksi isotonik adalah terjadinya
sejumlah tegangan yang sama pada saat memendek selama menahan tahanan
yang konstan. Hal tersebut tidak benar karena tegangan yang digunakan oleh
otot selama memendek dipengaruhi oleh beberapa faktor penting, tiga
diantaranya adalah :
(1) panjang awal dari serabut otot,
(2) sudut tarikan dari otot terhadap tulang, dan
(3) kecepatan memendek yang dipengaruhi oleh distribusi jenis otot yaitu
tipe I atau tipe II. (Pujiatun, 2001: 4)
Pada kontraksi isotonik sebuah beban digerakkan yang
melibatkan fenomena inersia yaitu beban atau obyek lain yang
digerakkan mula-mula harus dipercepat, dan bita kecepatan itu telah
dicapai, maka beban mempunyai daya gerak yang menyebabkan
iadapat terus bergerak walaupun kontraksinya telah berhenti.
Oleh karena itu kontraksi isotonik pada hakekatnya berlangsung lebih
lama Kontraksı ısotonık dari pada kontraksi isometrik pada otot yang
sama.
Kontraksi isotonik mengikuti pelaksanaan kerja luar, oleh karena
itu sesuai dengan efek Fenn sejumlah besar energi diperlukan oleh otot.
(Pujiatun, 2001: 4)
3. Struktur Otot Rangka
1. Sarcolema. Selaput yang membungkus serabut otot bergaris. Walaupun tipis sarcolema dapat dilihat
dengan baik pada penampang melintang.
2. Nucleus (inti). Nucleus berbentuk bulat panjang, terletak dan tersebar di tepi dan sejajar dengan
sarcolema.
3. Garis-garis melintang. Pada penampang memanjang dari serabut otot bergaris dapat dilihat pita-pita
yang gelap dan terang yang saling melintang.
4. Myofibril. Dengan Elektro Myograph (EM) dapat dilihat, bahwa serabut otot bergaris terdiri dari
serabut-serabut otot yang di sebut myofibril.
5. Sarcomere. Sarcomere adalah bagian myofibril yang terletak diantara garis Z sampai garis Z
berikutnya, panjangnya 2-3 mm. Sarcomere adalah satu unit kontraktil otot bergaris.
6. Sarcoplasma. Oleh karena serabut otot bergaris di dalam keinerjanya membutuhkan banyak energi,
maka disekitarnya terdapat banyak kapiler, zat asam, dan bahan makanan. (Sary, Maryam Novita,
2007)
7. Sarcolemma. Adalah suatu selaput sel ( cell
memberane).
8. Sarcolemma mempunyai peran penting di dalam
perjalanan impuls kontraksi, sebab sarcolemma
mempunyai permialibilitas yang khas
9. seperti halnya axolemma pada saraf, iialah dalam
hal polaritas elektrik.
10. Motor Unit. Adalah saraf gerakik besrta serabut
otot (muscle fibers) yang dilayaninya.
11. Motor and Plate Neuromuscular Junction. Adalah
bagian akhir ujung serabut saraf yang menempel
atau berhubungan erat dengan sarcolemma dari
serabut otot. (Sary, Maryam Novita, 2007)
4. Neuromuscular juntion
1. Aksi potensial dihantarkan sepanjang saraf dan berakhir pada membran otot
2. Pada ujung saraf dilepaskan neurotrasnmitter asetilkolin
3. Asetilkolin akan bekerja pada membran serabut otot dan membuka gate
Natrium
4. Masuknya ion Natrium dalam jumlah banyak memulai terjadinya aksi potensial
pada membran otot
5. Aksi potensial dihantarkan sepanjang membran otot sebagaimana yang terjadi
pada membran saraf
6. Aksi potensial yang terjadi di membran otot akhirnya sampai ke bagian tengah
otot yang menstimulasi retikulum sarkoplasma melepaskan ion Kalsium
7. Ion Kalsium akan berikatan dengan troponin-C, dan ini mengawali ikatan antara
aktin dengan myosin. (Sauder Elsevier, 2011: 2)
8. Ikatan antara aktin dan myosin menyebabkan kedua filamen ini saling menarik ke
arah tengah (sliding filament mechanism) dan inilah yang disebut kontraksi otot
9. Setelah beberapa waktu, ion Kalsium dipompa kembali ke retikulum sarkoplasma,
lalu terjadi pelepasan ikatan antara aktin dan myosin (relaksasi).
Nita Nuraini. 2015. Sistem Gerak dan Otot Team Teaching. Semarang.
Pujiatun. (2001). Perbandingan Latihan isotonic dan Latihan isometric terhadap kekuatan
otot kuadriseps femoris. Semarang: UNDIP.