Anda di halaman 1dari 23

Sistem Otot Rangka

Dosen Pengampu:
Apt. Ulfa Syafli Nosa, S. si,
M. Farm
Anggota Kelompok 4:
1. 1801197 Dinda Dwi Aprilia

2. 19013038 Mery Susanti

3. 20011001 A. Habil Abdullah

4. 20011005 Ahmad Ramadhani. R

5. 20011009 Alfatihatusy Syarifah

6. 20011013 Amri

7. 20011017 Andriany Fadhilla Putri

8. 20011021 Anisa Putri

9. 20011213 Yola Oktaviani


1. Pendahuluan
Sistem Otot Rangka
Kira-kira 40-50 % dari berat tubuh merupakan otot rangka. Unit-unit
seluler dari otot rangka adalah serabut otot. Otot rangka dapat menimbulkan
gerakan tulang dan sering disebut sebagai otot volunter karena individu dapat
mengontrol otot tersebut dengan baik, tetapi ada beberapa otot yang kerjanya
otomatis misalnya kontraksi otot- otot diafragma. Setiap serabut otot dilapisi oleh
membran sel yang disebut sarkolema. Pada ujung serabut otot lapisan luar
sarkolema ini bersatu dengan serabut tendo yang membentuk tendo otot dan
kemudian menyisip ke dalam tulang. Setiap serabut otot mengandung
beberapa ratus sampai beberapa ribu miofibril yang masing- masing dibagi menjadi
lempengan Z yang disebut sarkomer. (Pujiatun, 2001: 4)
Myofibril adalah unit penting otot rangka sebab mengandung elemen
protein kontraktil yang menyebabkan otot berkontraksi. Terdapat ratusan
sampai ribuan myofibril pada setiap serabut otot, sementara setiap myofibril
terdiri atas 1500 myosin dan 3000 aktin. Dibawah mikroskop myosin yg
merupakan filamen tebal akan tampak gelap (A-band), sementara aktin yang
merupakan filamen tipis terlihat terang (I-band). Aktin selalu terhubung
dengan protein lainnya membentuk kompleks aktin-troponin-tropomyosin
yang saat kontraksi terjadi akan berikatan dengan protein myosin. Bagian akhir
aktin melekat pada suatu protein lain yang disebut Z disk, dan daerah antara
dua Z disk disebut sarkomer, yang merupakan suatu unit kontraksi otot. Bila
otot berkontraksi ukuran sarkomer sekitar 2 mikrometer. (Sauder Elsevier,
2011: 2)
Otot Rangka:
• Inti banyak
• Kontraksi di bawah kesadaran (saraf somatik)
• Retikulum sarkoplasma berkembang dengan baik sehingga menyimpan ion Kalsium yang
banyak= Tidak tergantung pada ion Kalsium ekstrasel
• Protein kontraktilnya antara lain : aktin, miosin, troponin dan tropomiosin
• Mekanisme kontraksi- relaksasi utamanya berbasis aktifitas saraf (excitation-contraction
coupling)
• Batas antara sel-sel otot berupa tight junction sehingga kontraksi tidak dapat menyebar
ke otot lainnya. (Sauder Elsevier, 2011: 2)
2. Kontraksi Isometrik dan
Isotonik

Kontraksi Isometrik:
lsometrik berasal dari kata iso = sama, dan metric = ukuran. Kontraksi
isometrik menimbulkan tenaga dengan cara peningkatan tegangan intramuskuler
tanpa disertai perubahan panjang eksternal otot. Kontraksi otot melibatkan unsur
kontraktil, tetapi karena otot mempunyai unsur elastis dan kenyal dalam
rangkaian dengan mekanisme kontraktil, maka mungkin kontraksi timbul tanpa
suatu penurunan yang berarti dalam panjang otot secara keseluruhan.
Kontraksi isometrik tidak memerlukan banyak pergeseran miofibril satu
sama lainnya. Panjang otot saat kontraksi mempengaruhi tegangan intramuskuler
yang terjadi. Tegangan intramuskuler yang berkembang sebanding dengan
jumlah hubungan silang antara filamen aktin dan miosin. Bila otot diregangkan,
maka tumpang tindih antara filamen aktin dan miosin berkurang sehingga
hubungan silang berkurang. Sebaliknya bila otot dipendekkan maka tumpang
tindih antara filamen aktin dan miosin dan filamen tipis juga mengurangi
hubungan silang. (Pujiatun, 2001: 4)
Kontraksi Isotonik:
Kontraksi isotonik merupakan terjadinya tegangan intra-muskuler disertai
dengan perubahan panjang otot baik memendek atau memanjang. Kontraksi
isotonik kadang-kadang disebut kontraksi konsentrik atau kontraksi dinamik.
Konsentrik berarti adanya pemendekan otot pada saat kontraksi. Sebenarnya
lebih akurat menggunakan istilah kontraksi dinamik.
Secara harafiah isotonik berarti tegangan sama atau konstan (iso = sama
dan tonik tegangan), dengan kata lain kontraksi isotonik adalah terjadinya
sejumlah tegangan yang sama pada saat memendek selama menahan tahanan
yang konstan. Hal tersebut tidak benar karena tegangan yang digunakan oleh
otot selama memendek dipengaruhi oleh beberapa faktor penting, tiga
diantaranya adalah :
(1) panjang awal dari serabut otot,
(2) sudut tarikan dari otot terhadap tulang, dan
(3) kecepatan memendek yang dipengaruhi oleh distribusi jenis otot yaitu
tipe I atau tipe II. (Pujiatun, 2001: 4)
Pada kontraksi isotonik sebuah beban digerakkan yang
melibatkan fenomena inersia yaitu beban atau obyek lain yang
digerakkan mula-mula harus dipercepat, dan bita kecepatan itu telah
dicapai, maka beban mempunyai daya gerak yang menyebabkan
iadapat terus bergerak walaupun kontraksinya telah berhenti.
Oleh karena itu kontraksi isotonik pada hakekatnya berlangsung lebih
lama Kontraksı ısotonık dari pada kontraksi isometrik pada otot yang
sama.
Kontraksi isotonik mengikuti pelaksanaan kerja luar, oleh karena
itu sesuai dengan efek Fenn sejumlah besar energi diperlukan oleh otot.
(Pujiatun, 2001: 4)
3. Struktur Otot Rangka
1. Sarcolema. Selaput yang membungkus serabut otot bergaris. Walaupun tipis sarcolema dapat dilihat
dengan baik pada penampang melintang.
2. Nucleus (inti). Nucleus berbentuk bulat panjang, terletak dan tersebar di tepi dan sejajar dengan
sarcolema.
3. Garis-garis melintang. Pada penampang memanjang dari serabut otot bergaris dapat dilihat pita-pita
yang gelap dan terang yang saling melintang.
4. Myofibril. Dengan Elektro Myograph (EM) dapat dilihat, bahwa serabut otot bergaris terdiri dari
serabut-serabut otot yang di sebut myofibril.
5. Sarcomere. Sarcomere adalah bagian myofibril yang terletak diantara garis Z sampai garis Z
berikutnya, panjangnya 2-3 mm. Sarcomere adalah satu unit kontraktil otot bergaris.
6. Sarcoplasma. Oleh karena serabut otot bergaris di dalam keinerjanya membutuhkan banyak energi,
maka disekitarnya terdapat banyak kapiler, zat asam, dan bahan makanan. (Sary, Maryam Novita,
2007)
7. Sarcolemma. Adalah suatu selaput sel ( cell
memberane).
8. Sarcolemma mempunyai peran penting di dalam
perjalanan impuls kontraksi, sebab sarcolemma
mempunyai permialibilitas yang khas
9. seperti halnya axolemma pada saraf, iialah dalam
hal polaritas elektrik.
10. Motor Unit. Adalah saraf gerakik besrta serabut
otot (muscle fibers) yang dilayaninya.
11. Motor and Plate Neuromuscular Junction. Adalah
bagian akhir ujung serabut saraf yang menempel
atau berhubungan erat dengan sarcolemma dari
serabut otot. (Sary, Maryam Novita, 2007)
4. Neuromuscular juntion

Neuromuscular junction adalah daerah pertemuan atau sinaps


antara membran sel saraf dan membran otot. Di daerah inilah terjadi stimulasi
dari bagian saraf ke bagian otot melewati proses yang disebut transmisi sinaptik
kimiawi dengan pelepasan asetilkolin. Asetilkolin yang dipeaskan dari bagian
saraf selanjutnya akan diterima oleh reseptor yang berada di bagian otot,
sehingga ikatan antara asetilkolin dengan reseptornya memicu masuknya ion
Natrium ke dalam sel- sel otot sehingga terjadi aksi potensial di otot dan hal
inilah yang menginisiasi kontraksi otot. Bagian otot yang berada di daerah
neuromuscular junction ini biasa disebut motor end plate.
(Sauder Elsevier, 2011: 4)
Konsentrai neurotransmiter asetilkolin menentukan kecepatan dan
kekuatan kontraksi otot yang terjadi, dan dalam sinaps tersedia enzim
asetilkolinesterase yang akan menginaktivasi asetilkolin agar kontraksi otot
tidak terjadi terus menerus. Juga terdapat beberapa zat yang dapat
menghambat neurotransmitter yang secara normal menginhibisi konduksi
sinyal akibat ikatan antara asetilkolin dengan reseptornya seperti GABA dan
glysin, yang jika hal ini terjadi akan terjadi konduksi terus menerus sehingga
terjadi tetani. Sebaliknya jika asetilkolin tidak cukup banyak atau tidak
mencapai reseptornya oleh karena suatu sebab (obat, racun, toksin bakteri)
maka kontraksi tidak akan terjadi pada otot. Jadi hubungan antara
neurotransmitter asetilkolin dengan reseptornya, juga kehadiran
asetilkolinesterase dan rangsangan inhibisi oleh neurotrasmitter lainnya
(GABA) sangat penting untuk membentuk kontraksi otot yang normal. (Sauder
Elsevier, 2011: 4)
5. Mekanisme Kontraksi

Kontraksi otot secara umum mengikuti urutan proses berikut :

1. Aksi potensial dihantarkan sepanjang saraf dan berakhir pada membran otot
2. Pada ujung saraf dilepaskan neurotrasnmitter asetilkolin
3. Asetilkolin akan bekerja pada membran serabut otot dan membuka gate
Natrium
4. Masuknya ion Natrium dalam jumlah banyak memulai terjadinya aksi potensial
pada membran otot
5. Aksi potensial dihantarkan sepanjang membran otot sebagaimana yang terjadi
pada membran saraf
6. Aksi potensial yang terjadi di membran otot akhirnya sampai ke bagian tengah
otot yang menstimulasi retikulum sarkoplasma melepaskan ion Kalsium
7. Ion Kalsium akan berikatan dengan troponin-C, dan ini mengawali ikatan antara
aktin dengan myosin. (Sauder Elsevier, 2011: 2)
8. Ikatan antara aktin dan myosin menyebabkan kedua filamen ini saling menarik ke
arah tengah (sliding filament mechanism) dan inilah yang disebut kontraksi otot
9. Setelah beberapa waktu, ion Kalsium dipompa kembali ke retikulum sarkoplasma,
lalu terjadi pelepasan ikatan antara aktin dan myosin (relaksasi).

Kontraksi yang terjadi melalui sliding filament mechanism, akibat


terbentuknya cross-bridge yang disusun oleh filamen myosin dan aktin, yang akan
menarik aktin ke arah myosin (tengah). Kekuatan untuk menarik diperoleh dari ATP
yang tersedia di kepala myosin dan akan aktif saat aksi potensial mencapai bagian
otot. (Sauder Elsevier, 2011: 2)
6. Sumber Energi Dalam
Kontraksi Otot
Terdapat 3 jenis sumber energi untuk kontraksi otot rangka:
1) Fosfokreatin yang mengandung banyak ATP dan dapat langsung
digunakan oleh otot tetapi cepat habis (sekitar 5-8 detik)
2) Proses glikolisis dari glikogen membentuk asam piruvat dan
asam laktat.
Reaksi ini tidak memerlukan oksigen dan pembetukan energi
2,5 kali lebih cepat dari mekanisme fosforilasi oksidatif. Namun
karena akumulasi asam laktat biasanya otot mudah mengalami
kelelahan dalam beberap menit.
3) Fosforilasi oksidatif merupakan kombinasi antara oksigen
dengan produk glikolisis tetapi membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkan
energi. Umumnya 95% sumber energi otot didapatkan dari sumber ini. (Sauder
Elsevier, 2011: 3)
(Sauder Elsevier, 2011: 3)
7. Kelelahan Otot
Kontraksi otot yang kuat dan lama mengakibatkan keadaan
yang dikenal sebagai kelelahan otot. Kelelahan otot didefinisikan
sebagai penurunan kapasitas tenaga maksimal yang ditimbulkan
dan merupakan reaksi yang umum terhadap aktivitas otot.
Tempat yang pasti dan penyebab kelelahan belum diketahui
secara jelas. Kelelahan otot kemungkinan besar terjadi pada
neuromuscular junction, mekanisme otot itu sendiri dan sistem
saraf pusat.
Neuromuskular Junction adalah sinaps yang berkembang
antara saraf motorik dan serat otot yang terdiri dari beberapa
komponen: presinaps saraf terminal, membrane otot
postsinaptik dan intervensi celah. (Pujiatun, 2001: 11)
8. Hutang Oksigen

Otot mampu beraktivitas dalam keadaan anaeorob menggunakan energi glikolisis,


hasilnya asam laktat akan meningkat dalam otot.
Apabila aktivitas telah selesai maka sebagian kecil (1/5) asam laktat
akan dioksidasi dan sebagian besar (4/5) akan dikonversi kembali menjadi
karbohidrat (biasanya glikogen), sehingga dapat dikatakan bahwa dalam keadaan
darurat (kurang oksigen) otot akan “menghutang” oksigen dan apabila keadaan
darurat ini telah terlampaui maka hutang oksigen akan segera “dibayar”. (Seowolo.
2000: 7)
9. Jenis-Jenis Serat Otot

Serat-serat otot terdiri atas dua jenis serabut, yaitu


1. serabut otot tipe I, serabut lambat, serabut merah, atau serabut
oksidatif lambat (slow-twitch muscle fiber) dan
2. serabut otot tipe II, serabut cepat, serabut putih, atau serabut
otot anaerobik (fast-twitch muscle fiber). (Ongko J. 2016: 4)
10. Gerakan Otot
1. Gerak vertebrata: melibatkan otot dan tulang.
2. Gerak invertebrata: gerak amoeboid, gerak silia, dan gerak flagela.Gerak amoeboid:
merupakan gerak yang dilakukan oleh spesies Amoeba.
Teori gerak amoeboid “perubahan kekentalan sitoplasma”. Terbagi atas
tektoplasma (bagian tepi) dan endoplasma (bagian tengah): plasmagel dan
plasmasol.
3. Gerak silia tidak simetris (gerak awal cepat dan kuat dan kaku. Gerak balik lambat, lemah dan
lentur sampai ke posisi semula). Gerak silia ini akan menyebabkan air terdorong sejajar
dengan permukaan yang bersilia tersebut. 4 macam gerakan silia: Gerakan pendulum, gerak
undulasi, geraka fleksuralg gerakan corong.
4. Gerak Flagela: bergerak simetris dengan undulasi mirip gerakan ular, sehingga air akan
didorong sejajar dengan sumbu flagela. (Nita Nuraini. 2015: 7)
Daftar Pustaka
Guyton and Hall : Textbook of Medical Physiology, 12th edition, Saunder Elsevier, 2011

Nita Nuraini. 2015. Sistem Gerak dan Otot Team Teaching. Semarang.

Ongko J. 2016. Fitness trainer study guide. Jakarta: APKI.

Pujiatun. (2001). Perbandingan Latihan isotonic dan Latihan isometric terhadap kekuatan
otot kuadriseps femoris. Semarang: UNDIP.

Sary, Maryam Novita. "SKELETAL MUSCLE: STRUCTURE AND FUNCTION"(OTOT RANGKA:


STRUKTUR DAN FUNGSI).“

Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta: Departemen Pendidikan


Nasional.
Terima
kasih 

Anda mungkin juga menyukai