Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Teori

A. Pengertian Otot Lurik

Otot lurik adalah sejenis otot yang menempel pada rangka tubuh dan digunakan
untuk pergerakan. Otot ini mempunyai pigmen mioglobin. Otot ini disebut lurik, karena
pada otot ini tampak daerah gelap (aktin) dan terang (miosin) yang berselang seling.
Disebut juga otot rangka, karena melekat di rangka dan juga otot sadar, karena bekerja di
bawah kesadaran (volunter). Otot rangka di bentuk oleh sejumlah serabut yang
diameternya berkisar dari 10-80 m. Serabut ini terbuat dari rangkaian sub unit yang
lebih kecil sebagian besar otot rangka serabutnya membentang di seluruh panjang otot
kecuali pada sekitar 2 persen serabut , masing masing serabut biasanya hanya di persarafi
oleh ujung saraf yang terletak di bagian tengah serabut.

B. Struktur Otot Lurik

Tendon, yang menhubungkan otot rangka dengan tulang


Serabut otot rangka, Otot rangka di bentuk oleh serabut yang diameternya berkisar dari
10-80m terbuat dari rangkaian subunit yang lebih kecil, masing-masing serabutnya
membentang di seluruh otot.
Sarkolema, membran tipis yang memebungkus serabut otot yang terdiri atas membran sel
yang sebenarnya yang di sebut membran plasma terdiri atas satu lapisan tipis polisakarida
yang mengandung sejumlah fibril kolagen tipis lapisan permukaan sarkolema bersatu
dengan serabut tendon.
Miofibril, tersusun dari filamen aktin dan miosin, yang mengandung beberaparatus
sampai beberapa ribu miofibril yang berbentuk bulatan bulatan kecil pada potongan
melintang ,setiap miofibril tersusun oleh sekitar 1.500filamen miosin dan 3000 filamen
aktin yang merupakan molekul protein. Filamen dapat di lihat pada pandangan
longitudinal dengan mikrograft elektron. Pita-pita terang hanya mengandung filamen
aktin, pita-pita gelap mengandung filamen miosin dan ujung-ujung filamin aktin yang
bersifat anisotropik terhadap cahaya yang di polarisasikan. Ujung-ujung filamen aktin
melekat pada lempeng Z filamen tersebut memanjang kedua arah untuk saling bertautan
dengan filamen miosin. Seluruh otot mempunyai pita terang dan pita gelap yang terdapat
di miofibril, bagian miofibril atau serabut otot utuh yang terletak antara dua lempeng Z,
filamen aktin tumpang tindih seluruhnya dengan filamen miosin.
Titin, molekul berbentuk filamen menjaga filamen miosin dan aktin tetap berada di
tempat setiap molekul titin mempunyai berat molekul terbesar dalam tubuh. Titin juga
sangat elastis dan terikat pada lempeng Z. Molekul titin berfungsi kerangka yang
menahan filamen myosin dan aktin agar tetap berada di tempatnya sehingga perangkat
sarkomer dapat bekerja.
Sarkoplasma, merupakan cairan intraseluler di antara miofibril, setiap serabut otot
terletak saling bersisian dalam serabut otot. Ruang antara miofibril di isi oleh intraseluler
yang di sebut sarkoplasma yang mengandung kalium,magnesium dan fosfat, terdapat
sejumlah besar mitokondria yang terletak sejajar dengan miofibril.
Retikulum sarkoplasma: merupakan retikulum endoplasma khusus pada otot rangaka. Di
sebut retikulum sarkoplasma karena mempunyai susunan khusus yang sangat penting
pada pengaturan kontraksi otot.
C. Mekanisme Kontraksi dan Relaksasi otot
1. Suatu potensial aksi berjalan di sepanjang sebuah saraf motorik sampai ke ujungnya
pada serabut otot.
2. Disetiap ujung, saraf menyekresi zat neurotransmitter yaitu asetilkolin dalam jumlah
sedikit.
3. Asetilkolin bekerja pada daerah setempat pada membrane serabut otot untuk membuka
banyak kanal kation berpintu asetilkolin melalui molekul protein yang terapung
pada membrane.
4. Terbukanya kanal berpintu asetilkolin memungkinkan sejumlah besar ion natrium
untuk berdifusi ke bagian dalam membrane serabut otot. Hal ini menyebabkan
depolarisasi setempat yang kemudian menyebabkan pembukaan kanal natrium
berpintu listrik (voltagegated sodium channels). Peristiwa ini akan menimbulkan suatu
potensial aksi pada membrane.
5. Potensial aksi akan berjalan disepanjang membrane serabut otot dengan cara yang
sama seperti potensial aksi yang berjalan disepanjang membrane serat saraf.
6. Potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membrane otot, dan banyak aliran
listrik potensial aksi mengalir melalui pusat serabut otot. Di sini, potensial aksi
menyebabkan reticulum sarcoplasma melepaskan sejumlah besar ion kalsium. Yang
telah tersimpan di dalam reticulum ini.
7. Ion kalsium menginisiasi kekuatan menarik antara filament aktin dan myosin yang
menyebabkan kedua filament tersebut bergeser satu sama lain dan menghasilkan
proses kontraksi.
8. Setelah kurang dari satu detik ion kalsium dipompa kembali ke dalam reticulum
sarcoplasma oleh pompa membrane kalsium, dan ion ini tetap disimpan dalam
reticulum samapi potensial aksi otot yang baru datang lagi. Pengeluaran ion kalsium
dari myofibril akan menyebabkan kontraksi otot sendiri.

D. Kepekaan Saraf Perifer


Satu serat saraf seperti nervus ischiadicus terdiri dari banyak serabut saraf, dengan
masing-masing mempunyai safat listrik yang bebeda. Bila kita merangsang saraf dengan
intensitas rangsangan bertahap dari rangsangan yang paling kecil kemudian diperbesar,
maka kita akan dapat membagi intensitas menjadi:
a. Subliminal, merupakan rangsangan yang intensitasnya lebih kecil dari nilai ambang
yang hanya mengakibatkan terjadinya respon berupa potensial local
b. Luminal, merupakan rangsangan terkecil yang sudah dapat menimbulkan potensial
aksi kerena rangsangan tersebut sudah merupakan nilai ambang.
c. Supraliminal, merupakan rangsangan yang intensitanya melebihi luminal, potensial
aksi sama atau lebih rendah daripada luminal.
d. Submaksimal, merupakan rangsanagn yang intensitasnya lebih kecil dari maksimal ,
namun dapat mengaktifkan hampir semua sel saraf.
e. Maksimal, merupakan rangsangan terkecil yang dapat mengaktifkan semua serat saraf
untuk menimbulkan potensial aksi yang maksimal.
f. Supramaksimal, merupakan rangsanagn dengan intensitas lebih besar daripada
rangsangan maksimal namun kekuatan yang dihasilkan sama atau lebih rendah dari
pada maksimal.
Pada umumnya ini tingkat intensitas rangsangan dapat dilihat dari besarnya
kontraksi otot gastrocnemius. Hal ini dikarenakan nervus ischiadicus mengandung serat-
serat motorik yang memelihara otot-otot gastrocnemius, sehingga rangsangan pada
nervus ischiadicus akan mengakibatkan kontraksi dari otot gastrocnemius dimana kuat
kontraksinya sebanding dengan besarnya rangsangan.

E. Kontraksi After loaded dan Kontraksi Pre Loaded


Sebuah otot akan berkontraksi sangat cepat bila ia berkontraksi tanpa melawan
beban, mencapai keadaan kontraksi penuh kira-kira dalam 0,1 detik untuk rata-rata. Bila
beban diberikan : kecepatan kontraksi akan menurun secara progresif seiring penambahan
beban. Jadi bila beban telah ditingkatkan sampai sama dengan kekuatan maximum yang
dapat dilakukan otot tersebut, kecepatan kontraksi sama dengan nol dan tidak terjadi
kontraksi sama sekali, walau terjadi aktivitas serabut otot.
Penurunan kecepatan kontraksi dengan beban ini disebabkan oleh kenyataan
bahwa beban pada otot yang berkontraksi adalah kekuatan berlawanan arah yang
melawan kekuatan kontraksi akibat kontraksi otot. Oleh karena itu kekuatan netto yang
tersedia untuk menimbulkan kecepatan pemendekan akan berkurang secara sesuai.
Kontraksi After loaded adalah otot mendapat pembebanan setelah otot
berkontraksi akibat rangsangan. Untuk membuat after loaded pada percobaan ini, sekrup
penyangga dikencangkan, sehingga garis dasar penulis tidak berubah.
Kontraksi preload adalah otot memberi pembebanan dahulu barulah otot
berkontraksi. Pada percobaan ini dilakukuan pelonggaran sekrup penyangga, sehingga
saat diberi beban otot secara langsung menahan beban.

F. Kontraksi Sumasi dan Tetani


Sumasi berarti penjumlahan kontraksi kedutan otot untuk meningkatkan intensitas
seluruh kontraksi otot. Sumasi ada 2 yaitu :
a. Sumasi Spatial
Diakibatkan oleh peningkatan jumlah unit motorik yang berkontraksi secara terarah.
b. Sumasi Temporal
Terjadi karena peningkatan frekuensi rangsangan kontraksi tiap unit motorik
Pada sumasi serabut multiple, bila sistem saraf pusat mengirimkan sinyal yang
lemah untuk menimbulkan kontraksi otot, yang lebih sering terangsang adalah unit
motorik dalam otot yang mengandung serabut otot yang lebih kecil daripada unit motorik
yang lebih besar. Kemudian, ketika kekuatan sinyal meningkat, unit motorik yang mulai
terangsang juga semakin besar, dengan unit motorik yang terbesar sering kali memiliki
kekuatan kontraksi 50 kali lebih kuat daripada kekuatan kontraksi unit yang paling kecil.
Hal ini disebut prinsip ukuran. Peristiwa tersebut bersifat penting, karena dapat
menghasilkan gradasi kekuatan otot untuk menimbulkan kontraksi lemah pada tahap
kecil. Sementara tahap tahap ini secara progresif akan menjadi semakin besar saat
diperlukan sejumlah besar daya. Penyebab prinsip ukuran ini adalah unit motorik yang
lebih kecil dan motoneuron kecil dalam medula spinalis lebih mudah terangsang daripada
motoneuron yang besar, sehingga secara alami motoneuron kecil yang pertama kali akan
terangsang. Gambaran penting lainnya dari sumasi serabut multiple adalah bahwa
berbagai unit motorik dirangsang secara tidak sinkron oleh medula spinalis, sehingga
terjadi kontraksi yang saling bergantian diantara satu unit motorik dan unit motorik
lainnya, sehingga menimbulkan kontraksi yang halus bahkan pada frekuensi sinyal saraf
yang rendah.
Tetani terjadi apabila frekuensi mencapai titik kritis, terjadinya kontraksi
berikutnya akhirnya menjadi begitu cepat sehingga kontraksi kontraksi tersebut benar
benar bersatu bersama - sama, dan kontraksi secara keseluruhan nampak halus dan
berlangsung terus menerus. Pada frekuensi yang sedikit lebih tinggi, kekuatan otot
kontraksi akan mencapai tingkat maksimumnya, sehingga tambahan peningkatan apapun
tidak akan memberi efek peningkatan kekuatan kontaksi lebih lanjut. Hal ini terjadi
karena terdapat lebih cukup ion calsium yang dipertahankan dalam sarkoplasma otot,
bahkan di antara potensial aksi, sehingga terjadi keadaan kontraksi penuh yang
berlangsung terus menerus tanpa memungkinkan adanya relaksasi apapun di antara
potensial aksi. Terdapat ciri/jenis dari daripada tetani yaitu tetani gerigi yang berarti
incomplete tetani, sumasi gelombang dimana rangsangan datang pada awal fase relaksasi,
dan tetani lurus yang berarti tidak adanya fase relaksasi frekuensi rangsangan cukup
tinggi.
1.2 Permasalahan
1. Apakah bedanya antara rangsangan liminal dan nilai ambang ?
2. Apakah perbedaan antara rangsangan maksimal dan supramaksimal, kontraksi maksimal
dan supramaksimal ?
3. Bagaimana menerangkan hubungan antara hokum all or none dengan peristiwa-
peristiwa pada percobaan ini ?
4. Apa bedanya antara tetani dan sumasi ?
5. Bilamana didapatkan kontraksi tetani bergerigi dan tetani lurus ?
6. Apakah yang terjadi bila rangsangan multiple diberikan terus dalam waktu yang lama?

1.3 Tujuan Praktikum


1. Mempelajari kepekaan saraf perifer terhadap berbagai intensitas rangsangan.
2. Mempelajari dan mengetahui perbedaan dan pengaruh dari kontraksi After Loaded dan
Pre Loaded.
3. Mengetahui bagaimana terjadinya kontraksi tetani dan sumasi.
BAB II
METODE KERJA

2.1 Alat dan Bahan Praktikum


Alat :
1. Kimograf beserta pencatatnya
2. Jarum Penusuk
3. Seperangkat alat bedah
4. Benang
5. Pipet tetes
6. Papan fiksasi
7. Jarum pentul
8. Beban @ 10 gram
9. Elektroda perangsang
10. Pengukur waktu

Bahan :
1. Katak
2. Larutan ringer

2.2 Tata Kerja Praktikum

2.2.1 PERSIAPAN
Ada 4 tahap persiapan yang harus dilakukan yaitu:
A. Merusak otot katak dan medulla spinalis
Tujuannya :
Menghilangkan pengaruh SSP yang dapat mengganggu jalannya percobaan.
Katak percobaan tidak merasa sakit.
Caranya :

1. Pegang katak dengan tangan kiri, sedemikian rupa sehingga jari telunjuk
diletakkan dibagian belakang kepala dan ibu jari di bagian punggung. Tekan
jari telunjuk agar kepala sedikit tunduk, sehingga terdapat lekukan antara
cranium dan columna vertebralis (sela interspinalisnya lebar)
2. Bagian perut dan kaki katak jangan dipegang terlalu keras agar tidak rusak
3. Tusukkan jarum penusuk pada lekukan antara cranium dan columna
vertebralis
4. Arahkan jarum penusuk pada rongga tengkorak dan gerakkan kesana kemari
untuk merusak otak katak
5. Pindahkan arah jarum ke jurusan medulla spinalis. Putar jarum kea rah yang
berlainan untuk merusak medulla spinalis
6. Tanda bahwa jarum masuk ke dalam rongga dan medulla spinalis adalah
kekejangan dari kedua otot kaki

B. Membuat sedian otot gastrocnemius


1. Letakkan katak tengkurap pada papan
2. Gunting kulit tungkai kanan melingkar setinggi pergelangan kaki
3. Angkat kulit yang telah lepas ke atas dengan pinset
4. Pisahkan tendon achiles dari jaringan sekitarnya dengan alat tumpul (jaringan
dipotong dulu)
5. Ikat bagian insertio tendon achiles dengan ikatan mati yang kuat
6. Potong tendon achiles pada bagian distal dari ikatan benang
7. Pasang iktan benang yang kuat pada tulang tibia, fibula, serta otot otot yang
melekat padanya kira kira 5mm di bawah lutut
8. Potonglah tulang tulang beserta otot otot yang telah diikat tersebut di
bawah ikatan benang
9. Kembalikan kulit tadi ke bawah sehingga menutupi kembali otot
gastrocnemius untuk melindungi agar tidak kering

C. Membuat sediaan nervus ischiadicus


1. Letakkan katak telungkup, guntinglah kulit memanjang pada bagian paha
belakang kanan, sehingga ototnya terbuka
2. Cari saraf ishiadicus dengan memisahkan otot otot pada daerah paha dengan
alat tumpul. Hati hati jangan sampai merusak pembulu darah yang berjalan
bersama sama saraf tersebut
3. Buat simpul longgar pada saraf ischiadicus, kemudian kembalikan saraf
diantara otot otot

D. Mempersiapkan sediaan saraf otot untuk percobaan selanjutnya


1. Letakkan katak tertelngkup pada papan katak.
2. Fiksir kaki kanan, dengan lutut pada tepi bawah papan, sehingga nantinya
otot gastrocnemius dapat tergantung bebas.
3. Fiksir ketiga kaki yang lain sehingga paha kanan dalam posisi tegak lurus
untuk memudahkan pemasangan electrode
4. Hubungkan tali pada ujung tendon achiles dengan penulis.
5. Atur posisi penulis, tanda rangsang dan tanda waktu sehingga ujung dari
ketiganya pada posisi vertical.

2.2.2 PELAKSANAAN

A. Kepekaan Saraf Perifer

Satu saraf seperti n. Ischiadus terdiri dari banyak serabut saraf, dengan
masing-masing mempunyai sifat listrik yang berbeda-beda (waktu latent,
threshold, potensial aksi, dsb.).
Bila kita merangsang saraf dengan intensitas rangsangan yang bertahap
dari rangsangan yang paling kecil kemudian tiap kali diperbesar, maka kita akan
dapat membagi intensitas rangsangan menjadi:

Rangsangan Subliminal
Rangsangan Luminal
Rangsangan Supraliminal
Rangsangan Submaksimal
Rangsangan Maksimal
Rangsangan Supramaksimal

Pada percobaan ini tingkat intensitas rangsangan dapat dilihat dari


besarnya kontraksi M. Gastroenemius. Hal ini dikarenakan N. Ischiadus
mengandung serat-serat saraf motorik yang memelihara M.Gastroenemius
sehingga rangsangan pada N. Ischiadus akan mengakibatkan kontraksi dari M.
Gastroenemius dimana kuat kontraksinya sebanding dengan besarnya rangsangan.

Cara Kerja :

1. Siapkan preparat katak untuk sediaan saraf otot


2. Tahan penulis otot dengan sekrup penyangga
3. Berikan rangsangan tunggal dengan intensitas rangsangan yang minimal
4. Seterusnya beri rangsangan berturut-turut dengan interval 30 detik dengan
tiap kali menambah intensitas rangsangan, sehabis tiap rangsangan drum
diputar 0.5cm
5. Cari rangsangan dengan kontraksi sub luminal, luminal, supraliminal,
submaksimal, maksimal dan supramaksimal

B. Kontraksi After Loaded Otot Katak

After Loaded artinya setelah otot berkontraksi akibat rangsangan, barulah otot
mendapat pembebanan (After Stimulated Loaded).
1. Atur sekrup penyangga sehingga ujung sekrup menyangga penulis dan garis
dasar (base line) penulis tidak berubah. Dengan demikian panjang otot tidak
akan berubah (tidak diregangkan) oleh beban meskipun tempat beban diisi
beban.
2. Rasanglah dengan rangsangan tunggal yang maksimal (dengan voltage yang
diperoleh pada percobaan A, dan voltage yang dicapai ini dinaikan sedikit).
Jangan merubah voltage ini selama percobaan selanjutnya.
3. Putar kimograf cm setiap kali memberi rangsangan
4. Beri otot katak istirahat selama 20 detik antara satu rangsangan dengan
rangsangan berikutnya
5. Beri beban 10 gram, putar kimograf cm dan rangsanglah lagi
6. Ulangi tindakan no.7 dengan setiap kali menambah beban sebesar 10 grm
hingga otot tidak dapat mengangkat beban lagi.

C. Kontraksi Pre Loaded Otot Katak


1. Ambil semua beban yang dipasang pada percobaan C
2. Longgarkan sekrup penyangga yang menyangga penulis sehingga kini otot
katak secara langsung menahan beban
3. Atur letak penulis sehingga posisinya horizontal
4. Rangsanganlah dengan rangsangan tunggal yang maksimal (dengan voltage
yang diperoleh pada percobaan A)
5. Putar kimograf , beri beban 10 gram, putar lagi kimograf cm,
kembalikan penulis pada posisi horizontal, putar lagi kimograf cm daan
berilah rangsangan
6. Ulang tindakan no.5 dengan setiap kali menambah beban 10 gram, hingga
otot tidak dapat mengangkat beban lagi.
7. Kontraksi Tetani
8. Siapkan sediaan saraf otot katak
9. Atur pemasangan elektrode perangsangan dan tindakan lain seperti pada
percobaan kepekaan saraf perifer
10. Tentukan besarnya rangsangan berulang maksimal (dengan voltage yang
diperoleh pada percobaan A)
11. Lakukan rangsangan (multipel) dengan frekuensi rendah selama 3-5 detik.
Beri istirahat 60 detik sebelum rangsangan berikutnya
12. Seterusnya lakukan rangsangan berkali kali dengan frekuensi yang makin
tinggi, sehingga di dapatkan kontruksi tetani lurus, jangan lupa member
istirahat tiap kali sebelum member rangsangan berikutnya.
BAB III

HASIL PRAKTIKUM

3.1 KEPEKAAN SARAF PERIFER

Menggunakan rangsangan pertama sebesar 0,01 V namun tidak terjadi kontraksi sampai
pada rangsangan sebesar 0,1 V barulah kontraksi terjadi, pada rangsangan ini disebut rangsangan
luminal. Setelah 1 V terjadi kontraksi maksimal yang kemudian rangsangan ini disebut
rangsangan maksimal, meskipun rangsangan ditambah hingga 1,1 V tetapi kontraksi yang sama
ditimbulkan melebihi rangsangan dari rangsangan maksimal disebut rangsangan supramaksimal

Tabel kepekaan saraf perifer:

KEPEKAAN SARAF PERIFER

Rangsangan Kontraksi (cm)


(volt)
0,1 0,2
0,2 0,3
0,3 0,4
0,4 0,6
0,5 0,7
0,6 0,8
0,7 1
0,8 1,1
0,9 1,2
1,0 2,5
1,1 2,5

Gambar Kepekaan Saraf Perifer

3.2 KONTRAKSI AFTERLOAD dan PRELOAD


Tabel Kontraksi After Loaded

KONTRAKSI AFTER LOADED

Beban (g) Kontraksi (cm)


10 1,6
20 1
30 0,3
40 0

Gambar Kontrasi After Load

Table Kontraksi Pre Load

Beban (g) Kontraksi (cm)

10 2.2 cm
20 2.6 cm
30 2.7 cm
40 2.8 cm
50 2.8 cm

Gambar Kontraksi Pre Load

3.3 KONTRAKSI TENANI dan SUMASI


3.4 PENGHITUNGAN HASIL PRAKTIKUM

d b
c a

Ket:
d = panjang kontraksi
a = pemendekan otot
c = jarak penulis dengan engsel = 20cm (2 x 10-1m)
b = jarak dari engsel ke beban = 25cm (25 x 10-2m)

Tugas:
1. Hitunglah kerja otot untuk tiap tiap beban pada percobaan A dan B
Rumus = pemendekan otot x beban
2. Gambarlah pada suatu grafik, kerja otot pada percobaan A dan B
Absys = besarnya beban
Ordinat = besarnya kerja otot
3. Beri kesimpulan dan diskusi tentanggrafik yang diperoleh tersebut

Jawaban Perhitungan:

Rumus :


= =

Kerja Otot = beban x pemendekan otot

=

=

=

Ket :
W = kerja otot (joule)
m = beban (kg)
g = percepatan grafitasi (10 m/s2)
a = pemendekan otot (m)
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Diskusi
A. Kepekaan saraf perifer
1. Apakah bedanya antara rangsangan liminal dengan nilai ambang?
Rangsangan liminal adalah Keadaan dimana terdapatnya rangsangan terkecil yang
bisa merangsang potensial aksi untuk bekerja. Bilamana rangsangan meningkat
kemudian tiba tiba timbul potensial aksi yang baru itu disebut dengan nilai dari
ambang.
2. Apakah perbedaan antara rangsangan maksimal dan supramaksimal, kontraksi
maksimal dan supramaksimal?
Rangsangan maksimal adalah rangsangan kecil yang diterima tetapi sudah bisa
mengaktifkan serat saraf dan menimbulkan potensial aksi, dan rangsangan
supramaksimal adalah rangsangan yang diterima lebih kecil daripada rangsangan
maksimal tetapi sudah bisa merangsang sel saraf. Sedangkan kontraksi maksimal
adalah intensitas rangsangan yang lebih kecil daripada kontaksi supramaksimal tetapi
respon yang diterima adalah sama.
3. Bagaimana menerangkan hubungan antara hokum all or none dengan peristiwa
pada percobaan ini?
Bahwa setelah suatu potensial aksi dicetuskan pada satu tempat di membrane serabut
yang normal maka proses depolarisasi akan berjalan keseluruh membrane. Ia bisa
diterapkan untuk semua jaringan peka rangsang yang normal. Walaupun kadang
kadang bila serabut dalam keadaan abnormal, impuls akan mencapai suatu titik pada
membrane tempat potensial aksi tidak membentuk voltage yang cukup untuk
merangsang daerah membrane sekitarnya. Bila ini terjadi maka penyebaran
depolarisasi akan berhenti.
B. Kontraksi Tetani
1. Apakah bedanya antara summasi dan tetani ?
Sumasi adalah rangsangan yang diterima ketika sebelum akhir dari relaksasi
Tetani adalah rangsangan yang diterima pada saat awal dari relaksasi
2. Bila mana didapatkan kontraksi tetani bergerigi dan tetani lurus ?
Tetani bergerigi didapatkan saat awal relaksasi sehingga saat baru saja relaksasi dia
akan mendapatkan rangsangan lagi sedangkan tetani lurus adalah berupa rangsangan
yang sangat tinggi sehingga fase relaksasi tidak terjadi dan sampai pada akhirnya dia
akan fatigue (capek)
3. Apakah yang terjadi bila rangsangan multiple di berikan terus dalam waktu yang
lama ?
Akan meningkatkan kontraksi dengan menambah motor unit. Dan jika di berikan
dalam waktu yang lama, otot akan sakit dan kejang sehingga tidak akan
menghasilkan hasil yang akurat atau tidak akan mendapatkan hasil praktikum yang
maksimum.

Anda mungkin juga menyukai