Anda di halaman 1dari 14

DASAR TEORI

Otot adalah spesialis kontraksi pada tubuh. Kontraksi otot rangka menyebabkan tulang
tempat otot melekat mampu bergerak. Kontraksi otot yang menghasilkan panan penting untuk
mengatur suhu. Karena kemampuan yang tinggi untuk kontraksi sel-sel otot mampu memendek
dan membentuk tegangan yang memungkinkan mereka menghasilkan gerakan dan melakukan
kerja.
Sebagai respon terhadap sinyal listrik, otot mengubah energy kimia ATP menjadi energy
mekanis yang dapat bekerja pada lingkungan. Otot digunakan sebagai volunteer atau involunteer
beergantung apakah dipersarafi oleh system saraf somatic dan berada dibawah pengaruh
kesadaran atau oleh system saraf otonom dan tidak dibawah kontrol kesadaran.
Otot rangka dirangsang untuk berkontraksi melalui pengeluaran asetilkolin (AcH) di
neuromuscular junction antara ujung-ujung akhir neuron motoric dan sel otot. Salah satu ciri
menonjol otot rangka adalah banyaknya nucleus di sel otot, banyaknya mitokondria karena
tingginya kebutuhan energy bagi jaringan seaktif otot rangka. Ciri structural yang paling
menonjol pada serat otot rangka adalah banyaknya neurofibril. Setiap neurofibril terdiri dari
susunan teratur sitoskeleton yang sangat terorganisasi yaitu filament tebal dan filament tipis.
Filament tebal adalah susunan khusus dari protein myosin. Dalam filament tebal tersebut tedapat
pita gelap atau lebih dikenal dengan pita A. Pada daerah yang lebih terang di dalam bagian
tengah pita A terdapat filament-filamen tipis yang tidak bertemu dikenal sebagai zona H. pita
terang hanya berisi filament tipis. Garis tengah setiap pita I yang memadat terlihat garis Z
vertical. Daerah di antara dua garis Z disebut sarkomer.

Otot rangka memiliki empat karakteristik fungsional sebagai berikut :


1. Kontraktilitas : kemampuan untuk memendek karena apa adanya gaya.
2. Eksitabilitas : kapasitas otot untuk merespon sebuah rangsang.
3. Ekstensibilitas : kemampuan otot untuk memanjang.
4. Elastisitas : kemampuan otot untuk kembali ke panjang normal setelah mengalami
pemanjangan.
Setiap serat otot diperasarafi oleh neuron motoric. Setiap serat otot memiliki ambang
rangsang yang berbeda beda. Oleh karena itu apabila seberkas otot dirangsang dalam arus
tertentu yang relative kecil maka tidak semua myofilamen otot berkontraksi karena mempunyai
batas threshold yang berbeda-beda. Intensitas (kuat) rangsang dapat dibedakan menjadi :
1. Subminimal/subliminal/subthreshold/dibawah ambang
Rangsang terkecil yang belum mampu menghasilkan respon.
2. Minimal/liminal/threshold/ambang
Rangsang terkecil yang mampu menimbulkan respon.
3. Submaksimal
Rangsang dengan intensitas yang bervariasi dari minimal sampai maksimal.
4. Maksimal
Rangsangan dengan intensitas terbesar dan hasil responnya maksimal.
5. Supramaksimal
Rangsang dengan intensitas lebih besar dari maksimal tetapi respon yang dihasilkan
sama dengan respon maksimal.
Serat otot dalam keadaan relaksasi tidak terjadi kontraksi. Aktin tidak mampu berikatan
dengan jembatan silang karena posisi dua jenis protein di dalam molekul aktin yaitu tropomiosin
dan troponin. Molekul tropomiosin adalah protein berbentuk benang disepanjang aluur spiral
aktin yang menutupi bagian-bagian aktin yang berikatan dengan jembatan silang sehingga
molekul ini interaksi antara aktin dan myosin yang akan menghasilkan kontraksi otot.
Tropomiosin distabilisasi dalam posisi menghambat ini oleh molekul troponin. Troponin adalah
suatu kompleks protein yang terdiri dari tiga jenis polipeptida:
 Troponin T : mengikat tropomiosin
 Troponin I : menghambat ikatan aktin dengan myosin
 Troponin C : berikatan dengan Ca2+

Urutan peristiwa yang terjadi pada kontraksi dan relaksasi otot rangka adalah sebagai berikut,
1. Asetilkolin akan merangsang otot rangka untuk kontraksi.
2. Asetilkolin dilepaskan oleh neuron motoric, lalu bergabung dengan reseptor di motor
end-plate pada serat otot. Sehingga menghasilkan potensial aksi.
3. Potensial aksi berjalan menuruni tubulus transversus. Potensial aksi mengaktifkan
reseptor dihidropiridin di tubulus transversus.
4. Reseptor dihidropiridin aktif sehingga merangsang pembukaan saluran pengeluaran Ca2+.
5. Ca2+ di kantung lateralis pada reticulum sarcoplasm akan keluar dari reticulum
sarkoplasma melalui saluran pengeluaran Ca2+ yaitu reseptor rianodin.
6. Ca2+ dibebaskan ke sitosol.
7. Ca2+ yang telah dibebaskan kan berikatan dengan filament aktin yaitu troponin.
8. Ca2+ yang telah berikatan dengan troponin akan menggeser tropomiosin untuk membuka
penutup jembatan silang.
9. Jembatan silang myosin berikatan dengan aktin. Lalu menarik aktin ke bagian tengan
sarkomer.
10. Apabila tidak ada lagi potensial aksi, Ca2+ akan kembali diserap oleh reticulum
sarkoplasma.
11. Ca2+ tidak ada lagi, tropomiosin bergeser kembali menutupi tempat pengikatan aktin dan
myosin.
12. Otot relaksasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan kontraksi otot :
1. Suhu
Suhu yang meningkat atau menurun akan menyebabkan reaksi enzimatik terganggu dan
terjadi denaturasi protein. Hal ini menyebabkan kekuatan kontraksi menurun. Bila
kekuatan kontraksi menurun terjadi peningkatan masa laten, masa kontraksi, dan masa
relaksasi pada mekanomiogram.
2. Initial length
Panjang otot sebelum berkontraksi juga mempengaruhi kekuatan kontraksi otot. Untuk
setiap serat otot terdapat panjang optimal yang pada panjang tersebut dapat dicapai gaya
maksimum pada kontraksi tetanus berikutnya. Tegangan yang dicapai selama tetanus
akan lebih besar jika dimulai pada panjang optimal otot daripada ketika kontraksi dimulai
dengan panjang otot lebih besar atau lebih kecil daripada panjan optimal tersebut.
3. Jenis pembebanan
Beban merupakan penentu penting kecepatan pemendekan. Selama kontraski konsentrik,
semakin besar beban semakin rendah kecepatan saat sebuah serat otot memendek.
Sehingga beban dan kecepatan pemendekan berbanding terbalik. Untuk kontraksi
eksentrik, beban dan kecepatan pemanjanga berbanding lurus. Semakin besar gaya
eksternal (beban) yang meregangkan otot yang sedang berkontraksi untuk menahan
regangan, semakin besar kecepatan pemanjangan otot.
4. Cara perangsangan
a. Rangsang langsung.
Rangsang langsung pada otot tidak melalui saraf motoriknya. Serat otot yang
berkontraksi adalah serat otot yang secara mekanik langsung dipengaruhi oleh
stimulator.
b. Rangsang tidak langsung.
Perangsangan otot melalui saraf motoriknya. Semua saraf otot dengan ambang
rangsang terendah dalam satu motor unit akan berkontraksi.
Berbagai faktor yang memepengaruhi tingkat ketegangan yang dapat dihasilkan yaitu :
1. Frekuensi rangsangan.
2. Panjang serat pada permukaan kontraksi.
3. Tingkat kelelahan.
4. Ketebalan serat.
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
TATA CARA

I. OTOT RANGKA I
I.I. TUJUAN
Pada akhir percobaan ini mahasiswa harus dapat :
1. Membuat sediaan otot katak sesuai dengan petunjuk umum praktikum
2. Menggunakan alat stimulator induksi sehingga dapat merangsang sediaan oto dengan
berbagai macam kekuatan: arus tunggal buka dan arus tunggal tutup serta mencatat
saat pemberian rangsangdengan menggunakan sinyal magnit
3. Membuat pencatatan kontraksi otot (mekaniomiogram)pada kimograf dan
memfiksasikannya
4. Merangsang otot katak dengan beberapa macam kekuatan raksang, yakni rangsang:
- Bawah rangsang (sub threshold)
- Ambang (threshold)
- Submaksimal
- Supramaksimal
Masing-masing untuk rangsang buka dan tutup
5. Menarik kesimpulan dari hasil latihan ini tentang pengaruh kekuatan rangsang terhadap
kekuatan kontraksi otot

Alat dan Binatang yang diperlukan :


1. Kimograf +kertas + perekat
2. Statip + kle + pencatat otot + klem femur + batang kuningan
3. 2 buah sinyal maknit:
- 1 untuk mencatat waktu
- 1 untuk mencatat tanda rangsang
4. Stimulator induksi + elktroda perangsang + sakelar + kawat-kawat listrik
5. Papan fiksasi + jarum pentul + penusuk katak + katak
6. Benang + kapas + gelas arloji
7. Botol plastik berisi larutan Ringer + pipet + baskom kecil

I.II. TATA KERJA


Hubungan antara Kekuatan Rangsang dan Tinggi Mekanomiogram Akibat Kerutan
Otot
1. Pasanglah semua alat sesuai dengan gambar
2. Buatlah sediaan otot menurut petunjuk umum. Sebelum digunakan, bungkuslah sediaan
otot tersebut dengan kapas yang dibasahi dengan larutan Ringer dan letakkanlah di gelas
arloji
3. Pasanglah sediaan otot sesuai dengan gambar
P.II.1.1. Manakah yang harus disediakan lebih dahulu, apakah pemasangan alat atau
pembuatan sediaan otot?
Jawab : Pemasangan alat terlebih dahulu, agar setelah itu percobaan bisa dimulai.

4. Dengan tromol tetap diam, otot dirangsang sehingga terdapat suatu kerutan
P.II.1.2. Bila hasil pencatatan kontraksi otot sangat kecil, bagaimana
memperbesarkannya?
Jawab : Dengan menaikkan voltase rangsangan
P.II.1.3. Bila hanya sebagian kontraksi yang tercatat, apa yang harus
diperhatikan/diperbaiki?
Jawab : Beri waktu istirahat kepada otot nya dan berikan lagi cairan ringer agar dapat
berkontraksi lagi.

5. Pencatatan selalu dilakukan pada tromol yang diam. Berilah waktu istirahat selama 15
detik sesudah tiap perangsangan. Putarlah tromol sepanjang ½ cm pada tiap kali sesudah
pemberian rangsang tutup dan 2 cm pada tiap kali sesudah rangsang buka.
P.II.1.4. Mengapa harus diberi waktu istirahat?
Jawab : Agar otot dapat berelaksasi sehingga tidak terjadinya kelelahan otot dan supaya
hasil yang didapatkan nanti akurat

6. Rangsanglah sediaan otot dengan rangsang tutup dan rangsang buka berturut-turut
dengan kekuatan rangsang yang setiap kali diperbesar 0,5 V, sehingga didapatkan
mekaniomiogram sebagai hasil perangsangan bawah ambang, ambang, submaksimal,
maksimal, dan supramaksimal
P.II.1.5. Apa yang dimaksud rangsang bawah ambang (subthreshold)?
Jawab : Rangsang bawah ambang (subthreshold) adalah rangsangan terkecil yang tidak
dapat menimbulkan respon
P.II.1.6. Mengapa efek fisiologis arus buka lebih besar daripada arus tutup walaupun
voltase maksimal?
Jawab : Karena pada arus terbuka otot tidak sempat melakukan relaksasi, sehingga
membutuhkan energi yang lebih besar
P.II. I.7. Bagaimana kita dapat membedakan rangsang maksimal dengan
supramaksimal?
Jawab : Rangsang maksimal adalah respon maksimal dari kontraksi otot saat diberikan
tegangan maksimal, sedangkan rangsang supramaksimal adalah respon maksimal dari
kontraksi otot walaupun diberikan tegangan yang lebih besar dari maksimal.

II.III. KENDALA
Sediaan otot katak yang diberikan tidak dapat berkontraksi dengan baik dikarenakan otot
katak sudah digunakan beberapa kali sehingga data yang dihasilkan kurang akurat.

II. OTOT RANGKA II


II.I. TUJUAN
Pada akhir latihan ini, mahasiswa harus dapat:
1. Merangsang sediaan otot katak dengan arus faradic dengan pelbagai kekuatan rangsang
2. Membebani sediaan otot katak dengan cara pembebanan langsung dan tak langsung
3. Mendemonstrasikan hubungan antara panjang awal otot dengan kekuatan kontraksi
4. Menghitung kerja sediaan otot katak
5. Mendemonstrasikan hubungan antara pembebanan dengan kerja otot
6. Mengukur kekuatan kontraksi otot ekstensor dan otot fleksor manusia dalam pelbagai
sikap tubuh

Alat dan Binatang Percobaan yang diperlukan:


1. Kimograf + kertas + perekat
2. Statif + klem-klem +pencatat otot + klem femur
3. Stimulator induksi + elektroda perangsang
4. Papan fiksasi + jarum-jarum pentul + penusuk katak + katak
5. Beban-beban dengan penggantungnya
6. Benang + kapas + gelas arloji
7. Botol plastic berisi Larutan Ringer + pipet + baskom + gelas beker
8. Dynamometer

II.II. TATA KERJA


A. Pengaruh Panjang Awal (Initial Length) Otot Katak terhadap Kekuatan Kerutan
1. Pasanglah semua alat sesuai dengan gambar
2. Buatlah sediaan otot menurut petunjuk umum praktikum. Sebelum digunakan,
bungkuslah sediaan otot tersebut dengan kapas yang dibasahi dengan larutan Ringer dan
letakkan di gelas arloji
3. Pasanglah sediaan otot sesuai dengan gambar
P.II.2.1. Manakah yang harus diselesaikan lebih dahulu, pemasangan alat atau
pembuatan sediaan otot?
Jawab : Pemasangan alat terlebih dahulu, agar setelah itu percobaan bisa dimulai.
4. Bebanilah otot dengan beban seberat 20 gram. Kendorkan sekrup penumpu sehingga
terjadi pembebanan langsung. Dengan memutar tromol, buatlah garis sepanjang ± 10 cm
dan tulislah : “garis dasar 20” pada ujung akhir garis tersebut.
P.II.2.2. Apa yang dimaksud dengan pembebanan langsung?
Jawab : Pembebanan langsung adalah beban yang langsung diberikan pada ujung otot
agar otot bisa langsung menerima beban

5. Angkatlah seluruh pembebanan sehingga otot kembali ke panjang semula. Buatlah sekali
lagi garis sepanjang ± 10 cm tepat di atas garis yang pertama dan tulislah: “garis dasar 0”
pada ujung akhir garis tersebut.
P.II.2.3. Mengapa setelah beban diangkat otot kembali ke panjang semula?
Jawab : Karena sifat otot elastis, maka saat otot diregangkan akan memanjang dan saat
beban diangkat otot akan kembali ke bentuk semula

6. Gantungkanlah lagi beban 20 gram dan dengan sekrup penumpu kembalikan ujung
pencatat otot ke garis dasar 0, sehingga terjadi pembebanan tidak langsung.
P.II.2.4. Apa yang dimaksud pembebanan tidak langsung?
Jawab : Pembebanan tidak langsung adalah pembebanan yang diberikan pada otot,
namun menggunakan tumpuan,sehingga otot tidak menanggung beban langsung

7. Dengan melakukan pencatatan pada awal garis dasar 0 carilah kekuatan rangsang faradic
maksimal. Rangsangan diberikan paling lama 1 detik. Berilah waktu istirahat selama 30
detik sesudah setiap rangsang
P.II.2.5. Mengapa harus diberi waktu untuk istirahat?
Jawab : Agar otot dapat berelaksasi, sehingga tidak terjadinya kelelahan otot dan supaya
hasil yang didapatkan nanti akurat
P.II.2.6. Apa yang dimaksud dengan rangsang faradic maksimal?
Jawab : Arus faradik, seperti yang dijelaskan oleh Faraday sendiri, adalah arus bolak
balik frekuensi rendah tidak beraturan. Arus faradik dalam penggunaan umum adalah
terdiri dari pulsa rektanguler dengan durasi fase 1 ms dan fase interval 19 ms,
menghasilkan frekuensi 50 Hz. Rangsang faradic maksimal adalah rangsangan berulang
yang menghambat arus searah (DC) dalam durasi singkat yang memberikan respon
maksimal pada otot

8. Gunakan selalu kekuatan rangsang faradic maksimal sub.6 untuk perangsangan


selanjutnya
9. Putarlah tromol sejauh 1 cm setiap kali sesudah perangsangan. Carilah besar pembebanan
yang pada perangsangan menghasilkan mekanomiogram setinggi 1 cm. Untuk percobaan
selanjutnya tetap digunakan beban ini
10. Putarlah tromol sejauh 2 cm dan catatlah sekali lagi mekanomiogram yang terakhir
11. Putarlah tromol sejauh 1 cm dan kemudian turunkan ujung pencatat otot sehingga terletak
tepat di tengah-tengah antara garis dasar 20 dan garis dasar 0 (gunakan sekrup penumpu).
Putarlah lagi tromol sejauh 1 cm dan ulangilah perangsangan dan pencatatan
P.II.2.7. Apa yang kita harapkan terjadi akibat tindakan tersebut?
Jawab : Untuk mengetahui pengaruh panjang awal (initial length) terhadap kontraksi otot

12. Putarlah tromol sejauh 1 cm dan turunkanlah ujung pencatat otot sampai garis dasar 20,
putar tromol lagi sejauh 1 cm dan ulangilah sekali lagi perangsangan dan pencatatan

B. Pengaruh Beban terhadap Kerja Otot


1. Buatlah garis dasar 0 yang baru sepanjang mungkin
2. Dengan menggunakan kekuatan rangsang sebesar ad.I.6. buatlah mekanomiogram pada
tromol yang diam. Pencatatan selalu dimulai pada garis dasar 0 dengan mengatur sekrup
penumpu
3. Ulangi perangsangan dan pencatatan, dimulai dengan pembebanan 10 gram, sehingga
dicapai beban maksimal. Setiap kali setelah pencatatan, putarlah tromol sepanjang 1 cm
dan berilah otot istirahat selama 30 detik
P.II.2.8. Apa yang dimaksud dengan beban maksimal?
Jawab : Beban maksimal adalah beban terbesar yang mampu ditumpu oleh otot serta
menimbulkan respon kontraksi yang maksimal

4. Hitunglah kerja sediaan otot pada setiap pembebanan yang diberikan


P.II.2.9. Bagaimana saudara menghitung besar kerja sediaan otot?
Jawab : Besar kerja otot dapat dilihat dengan menilai kekuatan kontraksi yang terlihat
pada grafik tromol dan tergantung pada panjang awal (initial length) otot

5. Simpulkan pengaruh beban terhadap kerja otot


Jawab : Beban berpengaruh terhadap kemampuan otot untuk berkontraksi. Semakin berat
beban yang ditanggung otot, semakin rendah pula kemampuan otot untuk berkontraksi,
hal ini karena otot yang semakin meregang kontraksinya lebih besar dan lebih cepat
kelelahan.

C. Pengaruh Regangan terhadap Kekuatan Kerutan Otot Ekstensor dan Fleksor pada
Manusia
Untuk latihan ini disediakan sebuah alat dynamometer yang pada dasarnya terdiri atas
meja dan timbangan pegas untukmengukur kekuatan kerutan otot fleksor dan
ekstensor pada manusia.

1) Mengukur Kekuatan Kerutan Otot Ekstensor


1. Suruhlah o.p. duduk di pinggir meja alat tersebut dengan membelakangi timbangan dan
dengan tungkai bawahnya tergantung secara bebas
2. Pasanglah ban kulit pada salah satu pergelangan kaki dan hubungkanlah ban kulit tersebut
dengan kawat baja yang dapat menarik timbangan melalui katrol
3. Suruhlah o.p. meluruskan tungkainya sekuat tenaga dan catatlah kekuatan kerutan otot
ekstensor untuk tiap-tiap sikap berikut ini:
a. Duduk tegak
b. Duduk sambal membungkukkan badan sejauh-jauhnya
c. Berbaring terlentang
2) Mengukur Kekuatan Otot Fleksor
1. Suruhlah o.p. duduk di pinggir meja alat tersebut menghadap timbangan dan dengan
tungkai bawah tergantung secara bebas
2. Pasanglah ban kuli seperti pada A.2
3. Suruhlah o.p.membengkokkan tungkainya sekuat tenaga dan catatlah kekuatan keruan
otot fleksor untuk tiap-tiap sikap seperti pada A.3
P.II.2.10. Apakah terdapat perbedaan kekuatan kerutan otot ekstensor dan otot fleksor
pada sikap tersebut?
Jawab : Ya, ada. Otot ekstensor paling kuat saat o.p.berada dalam keadaan duduk tegak,
sedangkan otot fleksor paling kuat saat o.p. berada dalam posisi duduk sambal
membungkuk.

II.III. KENDALA
Sediaan otot katak yang diberikan tidak dapat berkontraksi dengan baik dikarenakan otot
katak sudah digunakan beberapa kali sehingga data yang dihasilkan kurang akurat.

HASIL PRAKTIKUM
A. HASIL PRAKTIKUM OTOT RANGKA I
TABEL PRAKTIKUM OTOT RANGKA I

Tinggi saat Tinggi saat


Intensitas
rangsang terbuka rangsang tertutup
Rangsangan
(cm) (cm)
(Volt)
0,1 1 10 0,1 1 10
5 - - 3.1 - - -
10 - 0.5 3.4 - - 0.5
15 - 1.6 2.7 - - 0.4
20 - 2.2 2.6 - - -
25 - 2.7 1.5 - - -
30 - 2.8 2.5 - - 0.5
35 - 3.0 1.8 - - 0.6
40 - 3.4 2.0 - - 0.6
45 1.6 4.5 2.4 - - 1.2
50 2.6 4.7 2.0 - 4.3 0.6

GRAFIK PRAKTIKUM OTOT RANGKA I

Series 3
6

5 5

3 3

22 2

0
Category 1 Category 2 Category 3 Category 4

Series 3

HASIL DISKUSI
Pada percobaan otot rangka I, otot diberi dua macam rangsangan arus, yaitu arus
buka dan arus tutup. Dari hasil percobaan didapat bahwa pada rangsang buka, respon
kontraksi otot lebih besar dari rangsang tutup, hal itu dapat dilihat dari panjang grafik
kimograf yang dihasilkan.
B. HASIL PRAKTIKUM OTOT RANGKA II
I. Pengaruh panjang awal ( initial length) otot katak terhadap kekuatan
kerutan
Beban Langsung: skrup dilonggarkan
 10 gr dengan rangsangan 0,5-2,5 V à tidak/sangat sedikit memberikan respons
 10 gr dengan rangsangan 3,0-4,0 V à memberikan respons yang ditandai dengan
goresan pada kertas grafik sepanjang dengan panjang yang sama yaitu 0,5 cm
à3,0 V adalah rangsang maksimal
 20 gr dengan rangsangan 0,5-3,5 V à tidak/sangat sedikit memberikan respons
 20 gr dengan rangsangan 4,0 V à memberikan respons yang ditandai dengan
goresan pada kertas grafik sepanjang 0,2 cm
Beban Tidak Langsung: skrup tidak dilonggarkan
 Dengan beban 10 gr tidak memberikan respons

Hasil Diskusi :

Pada percobaan ini, otot dibuat bekerja pada dua kondisi, yaitu:
1) Pembebanan langsung
2) Pembebanan tidak langsung
Pada kondisi A, otot tidak dibiarkan memanjang pada saat pemberian beban
karena adanya tumpuan, sedangkan pada B ketiadaan tumpuan menyebabkan otot
dapat memanjang pada saat beban ditambahkan.
Berdasarkan hukum Starling yang berbunyi ”Kuat kontraksi otot berbanding
lurus dengan panjang mula-mula otot tersebut”, maka jelas kerja otot yang
dihasilkan pada keadaan B akan lebih besar dari pada kerja otot yang dihasilkan pada
keadaan A. Hasil yang didapat dalam percobaan ini sudah sesuai dengan hukum
Starling, dimana pada ”pembebanan langsung” kekuatan otot yang dihasilkan
lebih besar dari pada kerja otot pada ”pembebenan tidak langsung”.

II. Pengaruh beban terhadap kerja otot


Ditinjau dari besarnya berat dengan pemberian rangsangan maksimal:
 10 gr à 0,5 cm
 20 gr à 0,2 cm
 30 gr à tidak memberikan respons à beban maksimal adalah 20 gr

Dari hasil di atas, kerja otot dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
W = F x S,dengan W = kerja otot, F = Gaya = beban x gravitasi, dan
S = Jarak pengangkatan; 20 gr merupakan beban maksimal
Berat Beban = B Gaya Jarak Pengangkatan = Kerja Otot = W
(kg) (Bx10 m/s) S (m) (Joule)
0,01 0,1 0,005 0,0005
0,02 0,2 0,002 0,0004
 Dari hasil di atas dapat terlihat bahwa semakin berat beban semakin rendah kerja
otot
 Beban juga merupakan penentu penting untuk kecepatan pemendekan. Semakin
besar beban, semakin rendah kecepatan serat-serat otot memendek. Kecepatan
pemendekan maksimum apabila tidak terdapat beban eksternal dan menurun
secara progresif seiring dengan peningkatan beban, dan menjadi nol (tidak ada
pemendekan) apabila beban tidak dapat diatasi oleh ketegangan maksimum
(Sherwood, 2001)
Maka dapat disimpulkan : semakin berat bebannya → semakin sedikit
pemedekan otot → semakin kecil kerja otot

III. Pengaruh Regangan terhadap Kekuatan Kerutan Otot Ekstensor dan


Fleksor pada Manusia

1. OTOT EKSTENSOR
Orang percobaan : Arin
Jenis kelamin : Perempuan

No. Posisi Beban yang mampu diangkat


Kaki kiri Kaki kanan

1. Duduk tegak 20 kg 22 kg
Duduk sambil 17 kg
2. 19 kg
membungkuk
3. Berbaring 19 kg 20 kg

2. OTOT FLEKSOR
Orang percobaan : Arin
Jenis kelamin : Perempuan

No. Posisi Beban yang mampu diangkat


Kaki kiri Kaki kanan

1. Duduk tegak 10 kg 8 kg
Duduk sambil 12 kg
2. 10 kg
membungkuk
3. Berbaring 5 kg 3 kg
Hasil Diskusi
Setelah melakukan percobaan kami dapat menyimpulkan bahwa kekuatan dari otot fleksor
maupun ekstensor kaki dipengaruhi oleh posisi tubuh dimana dalam percobaan dilakukan posisi
duduk tegak, duduk sambil membungkuk, dan berbaring. Untuk otot fleksor akan berkontraksi
secara maksimal ketika dalam posisi duduk sambil membungkukan badan, sedangkan untuk otot
ekstensor akan berkontraksi secara maksimal ketika dalam posisi duduk tegak.

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai