Dosen Pembimbing :
Misbakhul Munir, dr., M.Kes.
Disusun Oleh :
Kelompok B Mata Kuliah Fisiologi Kebidanan
1.3. Tujuan
Adapun tujuan praktikum adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kedutan otot dan laporan lab periode laten.
2. Untuk mengetahui pengaruh tegangan stimulus terhadap kontraksi otot rangka dengan
laporan lab.
3. Untuk mengetahui pengaruh frekuensi stimulus terhadap kontraksi otot rangka dengan
laporan lab.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sarkolema adalah suatu selaput sel (cell membran) yang membungkus serabut otot
bergaris. Sarkolema mempunyai peran penting dalam perjalanan impuls 204 kontraksi, sebab
sarkolema mempunyai permeabilitas yang khas seperti halnya axolemma pada saraf, yakni
dalam hal polaritas elektrik. Sarkolema dapat mempertahankan konsentrasi ion-ion Na dan Cl
yang lebih tinggi di luar daripada di dalam sel dan dapat mempertahankan konsentrasi ion-ion
K yang lebih tinggi di dalam daripada di luar serabut otot. Sarkolema juga sanggup
mempertahankan perbedaan potensi kurang lebih 10 milivolt antara luar dan dalam serabut
otot. Garis-garis Z berhubungan dengan sarkolema melalui perantara atau sistem
cytomembran intern di dalam sitoplasma yang disebut “sarcoplasmic reticulum”. Sistem ini
terdiri dari pipa-pipa berselaput (membran tubulus) yang di beberapa tempat melebar menjadi
gelembung-gelembung (vesikel). Walaupun tipis sarkolema dapat dilihat dengan baik pada
penampang melintang. Sarkolema memiliki fungsi sebagai konduktor dalam menyalurkan
impuls pada waktu berkontraksi.
Sarkoplasma adalah matriks yang terdiri dari unsur-unsur intraselular yang di dalamnya
mengandung protein-protein selular, organel, dan miofibril. Miofibril berjalan longitudinal
dan mempunyai garis-garis melintang, tampak sebagai bintik-bintik yang dipisahkan oleh
sitoplasma yang berwarna pucat. Miofibril merupakan struktur threadlike berjumlah banyak
yang mengandung protein kontraktil. Miofibril ini disusun oleh dua tipe filamen protein
yaitu, filamen tebal yang disusun oleh protein miosin dan filamen tipis yang disusun oleh
protein aktin. Di dalam aktin terdapat tambahan protein yaitu troponin dan tropomiosin,
molekul ini berukuran kecil di dalam otot, namun memegang peranan penting dalam regulasi
proses kontraksi otot. Letak dari filamen filamen inilah yang mengakibatkan terbentuknya
penampakan striae pada serabut-serabut otot. Dalam sarkoplasma serat otot terdapat
retikulum sarkoplasmik atau dengan nama lain retikulum endoplasma. Struktur ini penting
untuk menimbulkan kontraksi otot yang cepat, semakin banyak retikulum sarkoplasmik,
maka semakin cepat kontraksi suatu otot.
Miofibril kemudian dapat dibagi lagi kedalam segmen-segmen tersendiri yang disebut
sebagai sarkomer. Sarkomer ini kemudian dipisahkan oleh selaput tipis protein struktural
yang disebut garis Z. Filamen miosin terletak terutama di daerah gelap dari sarkomer, bagian
ini dinamakan sebagai pita A, sedangkan filamen aktin terletak terutama di daerah terang
pada sarkomer, bagian ini dinamakan sebagai pita I. Pada pertengahan sarkomer, terdapat
bagian dari filamen miosin yang tidak saling bertumpang tindih dengan aktin, bagian ini
disebut sebagai zona H. Cairan sarkoplasma mengandung kalium, magnesium, fosfat, enzim
protein dalam jumlah besar, dan mitokondria dalam jumlah yang banyak yang terletak di 11
antara dan sejajar dengan miofibril. Terdapatnya mitokondria dalam jumlah yang banyak
serta terletak di antara dan sejajar dengan miofibril menunjukkan bahwa miofibril-miofibril
yang berkontraksi membutuhkan sejumlah besar adenosin trifosfat (ATP) yang dibentuk oleh
mitokondria.
Aksi potensial tunggal menyebabkan kontraksi singkat yang diikuti dengan relaksasi
otot. Peristiwa itu disebut kedutan otot. Durasi otot berkedut bervariasi dengan jenis otot
yang diuji. Kedutan otot ini mempunyai 3 fase, yaitu periode laten, fase kontraksi dan fase
relaksasi.
1. Periode laten adalah periode waktu yang berlalu antara aksi potensial dalam sel otot
dan awal dari kontraksi otot. Dimara periode ini melepaskan kalsium dari retikulum
sarkoplasma (SR).
2. Fase kontraksi dimulai ketika periode laten berakhir dan berakhirnya puncak
ketegangan otot.
3. Fase relaksasi adalah periode atau jangka waktu dari ketegangan otot sampai
berakhirnya kontraksi otot.
Kontraksi otot dari force summation berarti menambahkan secara bersamaan kontraksi
kedutan untuk meningkatkan intensitas keseluruhan kontraksi otot. Sumasi terjadi dalam dua
cara:
1. Dengan meningkatkan jumlah kontraksi motor unit secara bersamaan. Peristiwa itu
disebut summation serabut ganda.
2.4. Eksitasi
Penyampaian potensial aksi oleh neuron motorik ke serat otot rangka yang
menyebabkan neuron melepaskan asetilkolin (Ach) ke taut neuromuskular kemudian Ach
berdifusi ke end plate dan berikatan dengan reseptor. Otot yang eksitasi
menyebabkan channel Na terbuka sehingga ion-ion Na masuk kedalam sel dan
menimbulkan depolarisasi lalu terjadi potensial aksi kemudian disalurkan ke serat otot
sehingga terjadi depolarisasi serat otot kemudian menyebar ke serat via tubulus
transversus yg berjalan antara pita A dan I.
Bila bagian dalam sel positif maka ion-ion kalsium dibebaskan dari kompartemen
intrasel (retikulum sarkoplasma) sehingga kadar kalsium intrasel meningkat yang
menyebabkan terjadinya kontraksi otot. Kontraksi Isometrik dan Isotonik. Kontraksi otot
dikatakan isometrik bila otot tidak memendek selama kontraksi.
3.1. Exercise 2: Skeletal Muscle Physiology: Activity 1: The Muscle Twitch and the
Latent Period Lab Report
Review Result
5. A twitch is?
Answer.: a. one contractile response to a single action potential.
Experiment Results
Predict Question:
Predict Question: Will changes to the stimulus voltage alter the duration of the latent period?
Answer : b. No, changing the stimulus voltage will not change the latent period duration.
What is the period of time that elapses between the generation of an action potential and the
start of muscle tension development in a muscle fiber?
Answer : c. the latent period
3. The graded depolarization in the skeletal muscle fiber that is elicited in response to one
action potential from the motor neuron is called?
Answered : c. an EPP (end-plate potential).
6. Which of the following correctly matches the twitch phase with its definition?
Answered : d. the contraction phase: the time between the end of the latent period and peak
muscle tension
1. Define the terms skeletal muscle fiber, motor unit, skeletal muscle twitch, electrical
stimulus, and latent period!
Jawaban :
● Skeletal muscle fiber merupakan sel otot yang membentuk otot rangka dan terdiri dari
banyak miofibril yang berkontraksi saat distimulasi.
● Motor unit merupakan satu neuron motor dan sejumlah serabut otot yang diinervasi
membentuk kesatuan fungsional.
● Skeletal muscle twitch merupakan sebuah kontraksi yang dihasilkan saat terjadinya
suatu potensial aksi.
● Electric stimulus merupakan suatu cara yang digunakan untuk menghasilkan
kontraksi otot menggunakan impuls listrik.
● Latent period merupakan periode waktu yang berlalu antara pembentukan potensial
aksi dalam sel otot dan awal kontraksi otot.
5. Does the duration of the latent period change with different stimulus voltages? How well
did the results compare with your prediction?
Jawaban :
Pada percobaan yang telah kami lakukan didapati bahwa periode laten tidak menunjukan
perubahan setelah kami mencoba beberapa tingkat stimulusnya. Dari percobaan pertama,
kami mencoba menggunakan tekanan stimulus paling rendah dan terus ditingkatkan tetap
tidak merubah periode laten tersebut.
6. At the threshold stimulus, do sodium ions start to move into or out of the cell to bring
about the membrane depolarization?
Jawaban :
Depolarisasi terjadi ketika membran sel berubah dari negatif menjadi positif. Membran
depolarisasi dihasilkan ketika ion sodium yang bermuatan positif akan bergerak ke dalam sel.
3.2. Exercise 2: Skeletal Muscle Physiology: Activity 2: The Effect of Stimulus Voltage
on Skeletal Muscle Contraction Lab Report
Review Result
Experiment Results
Predict Question:
Predict Question: As the stimulus voltage is increased from 1.0 volt up to 10 volts, what will
happen to the amount of active force generated with each stimulus?
Your answer : a. The active force will continually increase.
1. What do you see in the active force display when the stimulus voltage is set to 0.0,
and why does this observation make sense?
Answered: a. 0.00 g;there was no activation of skeletal muscle fibers by this stimulus.
2. What is the lowest stimulus voltage that induces active force in the skeletal muscle?
Answered : b. threshold voltage
3. Enter the threshold voltage for this experiment in the field below and then click
Submit Data to record your answer in the lab report!
Answered: 0.8 volts
4. Enter the maximal voltage for this experiment in the field below and then click
Submit Data to record your answer in the lab report!
Answered : 10.0 volts
Experiment Data
Post-lab Quiz Results
3. The ________ is the minimal stimulus needed to cause a depolarization of the muscle
plasma membrane (sarcolemma)?
Answered: d. threshold voltage
4. By definition, the ________ is the amount of stimulus required to successfully recruit all
the muscle fibers into developing active force?
Answered: c. maximal voltage
1. Describe the effect of increasing stimulus voltage on isolated skeletal muscle. Specifically,
what happened to the muscle force generated with stronger electrical stimulations and why
did this change occur? How well did the results compare with your prediction?
Jawaban :
Berdasarkan hasil diskusi kami bahwa otot akan mengalami kontraksi yang terus-menerus
sehingga pada tegangan tertentu otot akan mengalami kelelahan dikarenakan otot sudah
bekerja secara maksimal dan ketika otot bekerja maksimal maka tegangan sebesar apapun
yang diberikan tidak akan bereaksi lagi pada otot. Hal ini yang dinamakan dengan nilai
ambang batas. Pada percobaan diketahui nilai ambang batasnya yaitu 8.5 volt. Kelelahan otot
atau yang lebih dikenal dengan nama fatigue merupakan suatu keadaan yang terjadi setelah
kontraksi otot yang kuat dan lama. Dimana otot tidak mampu berkontraksi dalam jangka
waktu yang tertentu.
3. What happened in the isolated skeletal muscle when the maximal voltage was applied?
You did not answer this question.
Jawaban :
Kekuatan otot sebagai force atau tegangan suatu otot atau sekelompok otot yang dapat
digunakan untuk menahan beban pada suatu usaha yang maksimal. Dan otot tidak mampu
merespon lagi ketika diberi tegangan maksimal. Pada nilai active forcenya akan menunjukkan
nilai yang sama ketika diberi tegangan kembali. Kekuatan merupakan kondisi fisik
menyangkut kemampuan otot untuk menerima suatu beban dan mempergunakan otot-ototnya
untuk menerima beban dalam waktu tertentu. Dalam hal ini diartikan bahwa ketika
mengalami tegangan otot secara maksimal kita menggunakan kapasitas dari otot untuk
menggunakan tenaganya semaksimal mungkin saat menerima beban. Suatu kekuatan untuk
menahan tegangan otot harus dilatih secara kontinu agar otot terbiasa saat menerima tegangan
atau rangsangan yang cukup besar pada sewaktu-waktu.
3.3. Exercise 2: Skeletal Muscle Physiology: Activity 3: The Effect of Stimulus
Frequency on Skeletal Muscle Contraction Lab Report
Review Result
2. When a skeletal muscle is repetitively stimulated, twitches can overlap each other and
result in a stronger muscle contraction than a stand-alone twitch. This phenomenon is known
as?
Answer: a. increasing the stimulus frequency (the rate of stimulus delivery to the muscle).
4. Wave summation increases the force produced in the muscle. Another way to increase the
force produced by a muscle is to?
Experiment Results
Predict Question:
Predict Question 1: As the stimulus frequency increases, what will happen to the muscle
force generated with each successive stimulus? Will there be a limit to this response?
Your answer : d. As the stimulus frequency increases, the muscle force generated by each
successive stimulus will first increase and then decrease as the stimulus frequency becomes
very high.
Predict Question 2: In order to produce sustained muscle contractions with an active force
value of 5.2 grams, do you think you will need to increase the stimulus voltage?
1. Was there any change in the force generated by the muscle during the second stimulated
twitch?
3. Does the force generated by the muscle change with each additional stimulus?
Answer: b. As the stimulus frequency increased, the muscle tension generated by each
successive stimulus also increased, and a limiting maximum value was observed.
Experiment Data:
Post-lab Quiz Results
1. Which of the following is not one of the ways that the body can increase the force
produced by a skeletal muscle?
Answer: c. treppe.
3. In this experiment the isolated skeletal muscle is repetitively stimulated such that
individual twitches overlapped with each other and resulted in a stronger muscle
contraction than a standalone twitch. This phenomenon is known as?
3. How did the frequency of stimulation affect the amount of force generated by the
isolated skeletal muscle when the frequency of stimulation was increased such that the
muscle twitches did not fully relax between subsequent stimuli? Are these results
called treppe or wave summation? How well did the results compare with your
prediction?
Jawaban:
semakin banyak frekuensi yang diberikan ketika rangsangan otot, maka gaya aktif
yang diperoleh juga semakin tinggi karena frekuensi diberikan saat otot sedang
mengalami kontraksi. Hal tersebut disebut wave summation (gelombang sumasi),
dimana frekuensi simulasi ditingkatkan sehingga sebelum kontraksi pertama selesai,
kontraksi berikutnya sudah dimulai.
4. To achieve an active force of 5.2 g, did you have to increase the stimulus voltage
above 8.5 volts? If not, how did you achieve an active force of 5.2 g? How well did
the results compare with your prediction?
Jawaban:
Tidak, kita bisa menaikkan gaya aktif sebesar 5.2g tanpa harus menaikkan voltase
stimulus diatas 8.5g. Yaitu dengan cara melakukan percobaan dengan stimulus tetap
yang dilakukan secara berulang-ulang dalam kurun waktu yang sama sampai
diperoleh hasil 5.2g.
PEMBAHASAN
4.1. Activity 1: The Muscle Twitch and the Latent Period Lab Report
Skeletal muscle fiber merupakan sel otot yang membentuk otot rangka dan terdiri dari
banyak miofibril yang berkontraksi saat distimulasi. Dalam skeletal muscle fiber terdapat
Motor unit yang merupakan satu neuron motor dan sejumlah serabut otot yang diinervasi
membentuk kesatuan fungsional dalam proses bekerja otot. Mekanisme kerja otot sangat
dipengaruhi oleh skeletal muscle twitch yang merupakan sebuah kontraksi yang dihasilkan
saat terjadinya suatu potensial aksi. Suatu cara yang digunakan untuk menghasilkan kontraksi
otot adalah menggunakan impuls listrik dengan cara memberikan Electric stimulus. Dalam
proses penyaluran impuls listrik untuk menciptakan kontraksi otot, maka akan terjadi 3 fase
dalam kontraksi otot; yang pertama adalah Latent period (Periode Laten) merupakan periode
waktu yang berlalu antara pembentukan potensial aksi dalam sel otot dan awal kontraksi otot,
dalam fase ini potensial aksi disebarkan sepanjang sarkolema dan ion kalsium dilepaskan dari
retikulum sarkoplasma di mana akan terjadi penggabungan eksitasi-kontraksi, Yang Kedua
Fase kontraksi, Ion kalsium dalam sarkoplasma telah berikatan dengan troponin, tropomiosin
telah berpindah dari tempat pengikatan aktin, terbentuk ikatan silang (crossing linkage), dan
sarkomer secara aktif memendek ke titik tegangan puncak, Yang ketiga Fase relaksasi, saat
kontraksi berhenti. Ion Ca2+ kembali ke retikulum sarkoplasma, dan ikatan silang (crossing
linkage) berhenti, dan menyebabkan otot berelaksasi.
Pada percobaan yang kami lakukan ditemukan bahwa periode laten tidak terpengaruh oleh
seberapa besar frekuensi voltase yang diberikan. Kami mencoba memberikan voltage sebesar
10.0, hasil yang didapat ialah tidak ada pengaruh yang merubah periode laten. Dari data yang
diambil, terlihat bahwa periode laten akan stabil pada gelombang yang sama karena periode
tersebut adalah fase dimana otot akan bersiap untuk berkontraksi. Frekuensi voltase hanya
berpengaruh pada jumlah active force yang akhirnya mempengaruhi total force saja.
4.2. Activity 2: The Effect of Stimulus Voltage on Skeletal Muscle Contraction Lab
Report
Otot rangka sangat mengorganisir jaringan. Seluruh otot terdiri atas serabut-serabut
individu, yang terdiri dari miofibril-miofibril unit yang lebih kecil. Miofibril terdiri dari
filamen aktin dan miosin, yang mana aktin dan miosin akan bertaut saat terjadi kontraksi.
Setiap otot utuh dipersarafi oleh sejumlah neuron motorik yang berlainan. Unit motorik
adalah satu neuron motorik ditambah semua serat otot yang dipersarafinya. Untuk kontraksi
lemah suatu otot hanya satu atau beberapa unit motorik yang diaktifkan, sedangkan kontraksi
yang lebih kuat, lebih banyak unit motorik yang diaktifkan atau dirangsang untuk
berkontraksi, fenomena ini dikenal dengan rekrutmen unit motorik yaitu banyak atau
tidaknya jumlah otot yang diaktifkan saat melakukan kontraksi.
Tabel Hubungan Antara Besarnya Rangsangan Listrik dengan Total Gaya Kontraksi
Dari hasil praktikum yang telah kami lakukan, kontraksi awal dari tegangan 0.8 volt dan
memiliki ambang batas kekuatan otot pada 9.0 volt. Saat otot menerima aksi potensial maka
akan terjadi kontraksi otot, ini ditunjukan dari nilai active force yang diberikan tegangan 0.8
volt. Dimana saat otot mencapai kekuatan maksimalnya maka sebesar apapun tegangan listrik
yang diberikan, otot tidak bisa meresponnya lebih kuat lagi. Pada tabel diatas saat tegangan
dinaikkan pada 9.0 -10.0 volt active force-nya tetap. Hal itu menunjukan nilai active force
terus menerus akan sama saat diberi rangsangan saat sudah melebihi batas ambangnya.
Stimulus ambang adalah voltase listrik minimum yang menyebabkan kontraksi
serabut otot tunggal. Respons all-or-none serabut otot jika stimulasi ambang telah tercapai,
maka serabut otot akan merespons secara maksimal atau tidak sama sekali selama kondisi
lingkungan serabut tidak berubah. Dengan meningkatkan stimulus sampai melebihi ambang
batasnya, tidak akan memperbesar respons serabut otot tunggal. kedutan Otot (i) jika preparat
otot distimulasi, maka setiap serabut otot dalam otot akan mematuhi semua hukum
all-or-none tetapi serabut yang berbeda memiliki ambang yang berbeda pula. 5(ii) jika derajat
voltase stimulus meningkat maka serabut tambahan turut merespons. (iii) Kedutan otot
(kontraksi maksimum keseluruhan otot) akan terjadi saat intensitas stimulus cukup untuk
seluruh serabut (Guyton, 1981).
4.3. Activity 3: The Effect of Stimulus Frequency on Skeletal Muscle Contraction Lab
Report
Praktikum yang kami lakukan adalah upaya untuk melihat adanya kontraksi dari otot
yang sudah terlepas dari tubuh manusia.Penggunaan rangsangan elektrik untuk memberi
kejutan pada otot yang lumpuh dan mengembalikan gerakan fungsional dari otot tersebut
dengan lesi motoneuron dikenal dengan Functional Electrical Stimulation (FES). FES
diperkenalkan pertama kali oleh Lieberson dan teman kolega nya saat itu.
Kami menggunakan sebuah stimulus frekuensi atau rangsangan listrik dari sebuah alat
praktikum pada aplikasi.Instruksi pada aplikasi menunjukan bahwa harus menekan tombol
stimulasi sekali. Perintah selanjutnya menunjukan kita harus menekan sampai beberapa kali
tanpa jeda. Berikut adalah data yang kami dapatkan dari percobaan tersebut:
Hasil rekap data yang kami kumpulkan pada tabel diatas menunjukan bahwa semakin besar
frekuensi stimulus yang diberikan pada otot akan berbanding lurus dengan bertambahnya
active force dan berpengaruh pada total force di hasil akhir percobaan.
Pemberian stimulus dapat menunjukan perbedaan pada intensitas stimulus dan
frekuensi stimulus. Intensitas stimulus memberikan stimulus secara tunggal dan gaya aktif
yang dihasilkan akan berubah seiring dengan voltase yang dinaikkan. Pada frekuensi
stimulus, stimulus yang diberikan dapat tinggal, ganda, atau lebih, dan dengan voltase yang
sama akan menghasilkan gaya aktif yang berbeda.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum muskuloskeletal kami adalah bahwa ketika otot berkedut
terdapat 3 fase: 1) Periode laten adalah periode waktu yang berlalu antara aksi potensial
dalam sel otot dan awal dari kontraksi otot. Dimara periode ini melepaskan kalsium dari
retikulum sarkoplasma. 2) Fase kontraksi dimulai ketika periode laten berakhir dan
berakhirnya puncak ketegangan otot. 3) Fase relaksasi adalah periode atau jangka waktu dari
ketegangan otot sampai berakhirnya kontraksi otot. Pengaruh frekuensi stimulus terhadap
kontraksi otot rangka yaitu semakin banyak frekuensi yang diberikan ketika rangsangan otot,
maka gaya aktif yang diperoleh juga semakin tinggi karena frekuensi diberikan saat otot
sedang mengalami kontraksi. Sedangkan pengaruh tegangan stimulus terhadap kontraksi otot
rangka yaitu otot akan mengalami kontraksi yang terus-menerus sehingga pada tegangan
tertentu otot akan mengalami kelelahan dikarenakan otot sudah bekerja secara maksimal dan
ketika otot bekerja maksimal maka tegangan sebesar apapun yang diberikan tidak akan
bereaksi lagi pada otot.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, A. C., & JE, H. 1990. Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit (Human
physiology and mechanism of disease). Edisi Ke III. Penerjemah: Petrus Andrianto.
Kedokteran EGC. Jakarta.
Guyton, A. C., & Hall, J. E. 2007. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC.
Hall, J. E., & Guyton, A. C. 2011. Buku ajar fisiologi kedokteran (Edisi 12). Jakarta: EGC.
Kim Barret, Heddwen Brooks, Scott Boitano and Susan Barman. 2010. Ganong’s Review of
Medical Physiology (Edisi 23). New York: McGraw-Hill.
Maulana, dkk. 2013. Sistem Syaraf Otot , Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman.
Madri, M. 2017. Kontraksi otot skelet. Jurnal Menssana, II(2), pp. 69-79.