Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

SISTEM SKELETAL MUSCLE I

Dosen Pembimbing :
Misbakhul Munir, dr., M.Kes.

Disusun Oleh :
Kelompok B Mata Kuliah Fisiologi Kebidanan

1. 012111233036 Qinola Moyang M. J.


2. 012111233047 Rinez Ananda Ragil
3. 112221016 Naula Safira Mahtidan
4. 112221017 Hana Ayu Wulandari
5. 112221018 Fildzah Shabrina S.
6. 112221019 Yulia Purnama Sari
7. 112221020 Rhena Thea Nugraha
8. 112221021 Mauluna Dafiza A.
9. 112221022 Ananda Wilda S. P. P.
10. 112221023 Nabila Lintang Ariqoh
11. 112221024 Eka Rahmaningrum
12. 112221025 Savira Durrotul Jannah
13. 112221026 Metta Vimala
14. 112221027 Haifa Rafiqa Sabrina
15. 112221028 Salwa Fatharani Azhima
16. 112221029 Azzah Farahiyah Anwar
17. 112221030 Salma Luqyana Salsabila

PROGRAM STUDI KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Otot lurik secara umum tersusun dari inti sel yang melekat pada serat otot. Inti sel
tersebut tersebar secara merata di tepi bagian dari membran sel otot lurik, semakin besar
volume massa otot seseorang, maka semakin banyak sel otot yang terbentuk. Kemudian
dalam serabut otot terdapat suatu struktur berbentuk silindris yang terdiri dari
filamen-filamen (miofibril) yang tersusun dari filamen aktin, miosin, dan titin. Interaksi
antara filamen aktin dan miosin akan menghasilkan kontraksi otot. Hubungan antara panjang
dan tegangan otot serta biomekanik dalam sistem muskuloskeletal akan menentukan
kekuatan otot. Kontraksi otot dapat dijelaskan menggunakan sliding mechanism theory
yang mana filamen myosin menempel pada filamen aktin membentuk ikatan pintas,
kemudian ikatan pintas menarik filamen aktin dan bergeser melewati miosin disebut power
stroke. Sehingga, kontraksi dapat terjadi sebab adanya peran dari membran serat otot skeletal
yang bekerja dengan menyebarkan potensial aksi dan menghubungkannya ke bagian akhir
untuk melepaskan kalsium intraseluler dan memicu kontraksi secara mekanik.
Oleh karena itu, pada praktikum kali ini kami mengamati perubahan periode pada otot
juga efek panjang frekuensi dan tegangan pada kontraksi otot rangka.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah praktikum adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana perubahan periode pada kedutan otot?
2. Bagaimana pengaruh tegangan stimulus terhadap kontraksi otot rangka?
3. Bagaimana pengaruh frekuensi stimulus terhadap kontraksi otot rangka?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan praktikum adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kedutan otot dan laporan lab periode laten.
2. Untuk mengetahui pengaruh tegangan stimulus terhadap kontraksi otot rangka dengan
laporan lab.
3. Untuk mengetahui pengaruh frekuensi stimulus terhadap kontraksi otot rangka dengan
laporan lab.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Struktur Otot Skeletal


Pada dasarnya otot manusia dapat dibedakan menjadi 3 tiga macam, yaitu otot polos,
otot jantung dan otot rangka. Massa otot manusia kira-kira 40%-50% dari masa tubuh, terdiri
dari 40% otot rangka dan 10% otot polos dan otot jantung. Sebuah serabut otot dasarnya
adalah satu sel otot, sel yang berbentuk silinder panjang, mempunyai ukuran garis tengah
yang bervariasi antara 10-100 mikron, dengan panjang bisa lebih dari 30 cm. Miofibril yang
terdiri dari filamen aktin dan miosin adalah bagian terkecil dari serabut otot.
Terdapat tiga lapisan jaringan ikat dalam serabut otot rangka, lapisan terluar yang
melapisi seluruh otot disebut epimisium, di dalam lapisan ini terdapat lapisan perimisium dan
fasikuli. Masing-masing serabut otot di dalam fasikulus dibungkus oleh jaringan ikat yang
disebut endomisium. Setiap serabut otot dikelilingi oleh pembungkus endomisium yang
memisahkan tiap sel dengan sel lainnya. Kumpulan serabut otot dibungkus dalam satu ikatan
yang disebut fasikuli. Kumpulan fasikuli-fasikuli tadi dibungkus secara bersama oleh
jaringan pengikat yang disebut perimisium, yaitu lapisan serabut-serabut kolagen yang
elastis. Seluruh jaringan yang diikat dalam perimisium yang pada ujungnya diikat oleh
tendon kemudian disebut sebagai otot.
Serabut otot bergaris mempunyai ciri-ciri yang menonjol antara lain:
1) Inti (nukleus) banyak, di tepi
2) Sel berbentuk silinder dengan penampang 0,1 mm
3) Sel berukuran besar dan panjang
Dalam otot rangka nukleus berbentuk bulat panjang, terletak dan tersebar di tepi dan
sejajar dengan sarkolema. Pada beberapa vertebrata yang lain kadang-kadang nukleus terletak
lebih ke dalam. Nukleus fibroblast-fibroblast di dalam endomysium terletak di luar
permukaan serabut otot, kadang-kadang pada potongan memanjang sulit dibedakan dari inti
sel otot.

Sarkolema adalah suatu selaput sel (cell membran) yang membungkus serabut otot
bergaris. Sarkolema mempunyai peran penting dalam perjalanan impuls 204 kontraksi, sebab
sarkolema mempunyai permeabilitas yang khas seperti halnya axolemma pada saraf, yakni
dalam hal polaritas elektrik. Sarkolema dapat mempertahankan konsentrasi ion-ion Na dan Cl
yang lebih tinggi di luar daripada di dalam sel dan dapat mempertahankan konsentrasi ion-ion
K yang lebih tinggi di dalam daripada di luar serabut otot. Sarkolema juga sanggup
mempertahankan perbedaan potensi kurang lebih 10 milivolt antara luar dan dalam serabut
otot. Garis-garis Z berhubungan dengan sarkolema melalui perantara atau sistem
cytomembran intern di dalam sitoplasma yang disebut “sarcoplasmic reticulum”. Sistem ini
terdiri dari pipa-pipa berselaput (membran tubulus) yang di beberapa tempat melebar menjadi
gelembung-gelembung (vesikel). Walaupun tipis sarkolema dapat dilihat dengan baik pada
penampang melintang. Sarkolema memiliki fungsi sebagai konduktor dalam menyalurkan
impuls pada waktu berkontraksi.

Sarkoplasma adalah matriks yang terdiri dari unsur-unsur intraselular yang di dalamnya
mengandung protein-protein selular, organel, dan miofibril. Miofibril berjalan longitudinal
dan mempunyai garis-garis melintang, tampak sebagai bintik-bintik yang dipisahkan oleh
sitoplasma yang berwarna pucat. Miofibril merupakan struktur threadlike berjumlah banyak
yang mengandung protein kontraktil. Miofibril ini disusun oleh dua tipe filamen protein
yaitu, filamen tebal yang disusun oleh protein miosin dan filamen tipis yang disusun oleh
protein aktin. Di dalam aktin terdapat tambahan protein yaitu troponin dan tropomiosin,
molekul ini berukuran kecil di dalam otot, namun memegang peranan penting dalam regulasi
proses kontraksi otot. Letak dari filamen filamen inilah yang mengakibatkan terbentuknya
penampakan striae pada serabut-serabut otot. Dalam sarkoplasma serat otot terdapat
retikulum sarkoplasmik atau dengan nama lain retikulum endoplasma. Struktur ini penting
untuk menimbulkan kontraksi otot yang cepat, semakin banyak retikulum sarkoplasmik,
maka semakin cepat kontraksi suatu otot.
Miofibril kemudian dapat dibagi lagi kedalam segmen-segmen tersendiri yang disebut
sebagai sarkomer. Sarkomer ini kemudian dipisahkan oleh selaput tipis protein struktural
yang disebut garis Z. Filamen miosin terletak terutama di daerah gelap dari sarkomer, bagian
ini dinamakan sebagai pita A, sedangkan filamen aktin terletak terutama di daerah terang
pada sarkomer, bagian ini dinamakan sebagai pita I. Pada pertengahan sarkomer, terdapat
bagian dari filamen miosin yang tidak saling bertumpang tindih dengan aktin, bagian ini
disebut sebagai zona H. Cairan sarkoplasma mengandung kalium, magnesium, fosfat, enzim
protein dalam jumlah besar, dan mitokondria dalam jumlah yang banyak yang terletak di 11
antara dan sejajar dengan miofibril. Terdapatnya mitokondria dalam jumlah yang banyak
serta terletak di antara dan sejajar dengan miofibril menunjukkan bahwa miofibril-miofibril
yang berkontraksi membutuhkan sejumlah besar adenosin trifosfat (ATP) yang dibentuk oleh
mitokondria.

2.2. Kontraksi Otot


Potensial aksi tunggal menyebabkan kontraksi singkat yang kemudian diikuti dengan
relaksasi. Respon ini disebut sebagai kontraksi kedutan otot (muscle twitch). Kedutan timbul
kira-kira 2 mdet setelah dimulainya depolarisasi membrane, sebelum repolarisasi selesai.
Lamanya kontraksi kedutan beragam, sesuai dengan jenis serabut otot yang dirangsang.
Serabut otot cepat, yang terutama berperan dalam gerakan halus, cepat dan tepat, mempunyai
lama kedutan 7,5 mdet. Serabut otot lambat, yang terutama berperan dalam gerakan kuat,
menyeluruh, dan dipertahankan, memiliki lama kedutan sampai 100 mdet.
Adapun tahap-tahap kontraksi pada otot :
1) Pelepasan muatan oleh neuron motorik
2) Pelepasan transmitter (asetilkolin) di end-plate motorik
3) Pengikatan asetilkolin ke reseptor asetilkolin nikotinik
4) Peningkatan konduktansi Na+ dan K+ di membrane end-plate
5) Pembentukan potensial end-plate
6) Pembentukan potensial aksi pada serabut-serabut otot
7) Penyebaran depolarisasi ke dalam di sepanjang tubulus T
8) Pelepasan Ca2+ dari sisterna terminalis retikulum sarkoplasma serta difusi Ca2+ ke
filamen tebal dan filamen tipis
9) Pengikatan Ca2+ ke troponin C, sehingga membuka tempat pengikatan miosin di
molekul aktin
10) Pembentukan ikatan silang (cross linkage) antara aktin dan miosin pada pergeseran
filamen tipis pada filamen tebal, sehingga menghasilkan gerakan

2.3. Aksi potensial tunggal

Aksi potensial tunggal menyebabkan kontraksi singkat yang diikuti dengan relaksasi
otot. Peristiwa itu disebut kedutan otot. Durasi otot berkedut bervariasi dengan jenis otot
yang diuji. Kedutan otot ini mempunyai 3 fase, yaitu periode laten, fase kontraksi dan fase
relaksasi.

1. Periode laten adalah periode waktu yang berlalu antara aksi potensial dalam sel otot
dan awal dari kontraksi otot. Dimara periode ini melepaskan kalsium dari retikulum
sarkoplasma (SR).
2. Fase kontraksi dimulai ketika periode laten berakhir dan berakhirnya puncak
ketegangan otot.
3. Fase relaksasi adalah periode atau jangka waktu dari ketegangan otot sampai
berakhirnya kontraksi otot.

Kontraksi otot dari force summation berarti menambahkan secara bersamaan kontraksi
kedutan untuk meningkatkan intensitas keseluruhan kontraksi otot. Sumasi terjadi dalam dua
cara:

1. Dengan meningkatkan jumlah kontraksi motor unit secara bersamaan. Peristiwa itu
disebut summation serabut ganda.

2. Dengan meningkatkan frekueni kontraksi dapat disebut summation frekuensi dan


dapat menyebabkan tetanus.

2.4. Eksitasi

Eksitasi terjadi sewaktu kalsium dipompa kembali ke dalam retikulum sarkoplasma


serat otot melemah. Pemompaan kalsium adalah suatu proses aktif yang terjadi
di membran retikulum Sarkoplasma. Proses ini menggunakan energi yang berasal dari
penguraian molekul ATP yang lain. Sewaktu kadar kalsium turun sampai sekitar 10-7, maka
troponin dan tropomiosin kembali menghambat pengikatan aktin serta miosin dan kontraksi
otot berhenti.
Tahap-tahap terjadinya relaksasi:

1. Ca2+ dipompakan kembali ke dalam retikulum sarkoplasmik.


2. Lepasnya Ca2+ dari troponin.
3. Terhentinya interaksi antara aktin dan miosin.

2.5. Penggabungan Eksitasi-Kontraksi

Penyampaian potensial aksi oleh neuron motorik ke serat otot rangka yang
menyebabkan neuron melepaskan asetilkolin (Ach) ke taut neuromuskular kemudian Ach
berdifusi ke end plate dan berikatan dengan reseptor. Otot yang eksitasi
menyebabkan channel Na terbuka sehingga ion-ion Na masuk kedalam sel dan
menimbulkan depolarisasi lalu terjadi potensial aksi kemudian disalurkan ke serat otot
sehingga terjadi depolarisasi serat otot kemudian menyebar ke serat via tubulus
transversus yg berjalan antara pita A dan I.

Bila bagian dalam sel positif maka ion-ion kalsium dibebaskan dari kompartemen
intrasel (retikulum sarkoplasma) sehingga kadar kalsium intrasel meningkat yang
menyebabkan terjadinya kontraksi otot. Kontraksi Isometrik dan Isotonik. Kontraksi otot
dikatakan isometrik bila otot tidak memendek selama kontraksi.

Contoh dari otot kontraksi isometrik antara lain:

1. M. Gastrocnemius berkontraksi saat berlari atau melompat.


2. M. Soleus berkontraksi untuk menyokong tubuh secara terus menerus terhadap gaya
gravitasi. Kontraksi otot dikatakan isotonik bila otot memendek tetapi tegangan pada
otot konstan.

2.6. Sumber Energi Otot


Kontraksi yang terjadi pada otot bergantung pada energi yang dihasilkan oleh ATP
(Adenosin Trifosfat). Sejumlah energi yang dibutuhkan kontraksi disalurkan untuk :
1. Memompa ion kalsium dan sarkoplasma ke dalam retikulum sarkoplasma setelah
kontraksi selesai.
2. Memompa ion natrium dan kalium melewati membran serabut otot agar dapat
mempertahankan lingkungan yang ionik sehingga menjadi aman bagi pembentukan
potensial aksi serabut otot.
Konsentrasi ATP sebesar empat millimolar di dalam serabut otot dapat
mempertahankan kontraksi penuh selama satu sampai dua detik. Ketika ATP terpecah
membentuk ADP (Adenosin Difosfat) dikarenakan energi dipindah ke perangkat kontraksi
serabut otot sehingga ADP mengalami proses refosforilasi yakni pembentukan ATP dari ADP
yang membiarkan otot melanjutkan proses kontraksinya. Dalam proses refosforilasi ini
sehingga ATP dapat terbentuk kembali terdapat sumber-sumber energi yang dibutuhkan
diantaranya substansi keratin fosfat, proses glikolisis, dan metabolisme oksidatif.
Keratin Fosfat merupakan ikatan gugus fosfat yang dipecahkan sehingga pecahan ion
fosfat dapat diikat dengan ADP kemudian dapat membentuk ATP.
Proses glikolisis yang berasal dari glikogen berada dalam sel otot dan dapat
berlangsung secara anaerob. Kemampuan bekerja dengan kondisi tanpa oksigen
menyebabkan kontraksi otot dapat tetap berlangsung dengan bantuan glikolisis ini bahkan
jika tanpa oksigen yang dibawa oleh eritrosit. Selain kemampuan anaerob proses glikolisis
memiliki kecepatan kurang lebih 2,5 kali kecepatan pembentukan ATP biasa. Tetapi, banyak
produk akhir glikolisis berkumpul dalam sel otot sehingga glikolisis kehilangan kemampuan
untuk mempertahankan kontraksi otot setelah satu menit.
Metabolisme oksidatif merupakan suatu proses pengkombinasian oksigen dengan
produk akhir glikolisis dan berbagai zat makanan untuk membebaskan ATP. Proses
metabolisme oksidatif menjadi proses yang paling banyak terjadi di sel otot sebagai sumber
energi kontraksi jangka panjang. Prosentase banyaknya kejadian metabolisme oksidatif di sel
otot mencapai lebih dari 95%. Zat makanan yang yang dimaksud adalah karbohidrat, lemak
dan protein.
BAB III
HASIL PRAKTIKUM

3.1. Exercise 2: Skeletal Muscle Physiology: Activity 1: The Muscle Twitch and the
Latent Period Lab Report

Review Result

Pre-lab Quiz Results

1. Skeletal muscles are connected to bones by?


Answer : b. tendons.

2. Skeletal muscles are composed of hundreds to thousands of individual cells called?


Answer.: c. fibers.

3. The term motor unit refers to?


Answer : c. one motor neuron and all of the skeletal muscle fibers it innervates.

4. The motor neuron and muscle fiber intersect at what is called?


Answer : d. the neuromuscular junction.

5. A twitch is?
Answer.: a. one contractile response to a single action potential.

Experiment Results

Predict Question:

Predict Question: Will changes to the stimulus voltage alter the duration of the latent period?
Answer : b. No, changing the stimulus voltage will not change the latent period duration.

Stop & Think Questions:

What is the period of time that elapses between the generation of an action potential and the
start of muscle tension development in a muscle fiber?
Answer : c. the latent period

What occurs during the latent period of these isometric contractions?


Answer : b. All the steps of excitation-contraction coupling occur.
Experiment Data

Post-lab Quiz Results

1. An action potential in a motor neuron triggers the release of which neurotransmitter?


Answered : b. acetylcholine
2. The term skeletal muscle fiber refers to?
Answered : a. an individual skeletal muscle cell.

3. The graded depolarization in the skeletal muscle fiber that is elicited in response to one
action potential from the motor neuron is called?
Answered : c. an EPP (end-plate potential).

4. Which of the following is not a phase of a skeletal muscle twitch?


Answered : b. hyperpolarization phase

5. A skeletal muscle twitch is?


Answered : a. one contractile response to a single action potential.

6. Which of the following correctly matches the twitch phase with its definition?
Answered : d. the contraction phase: the time between the end of the latent period and peak
muscle tension

Review Sheet Results

1. Define the terms skeletal muscle fiber, motor unit, skeletal muscle twitch, electrical
stimulus, and latent period!
Jawaban :
● Skeletal muscle fiber merupakan sel otot yang membentuk otot rangka dan terdiri dari
banyak miofibril yang berkontraksi saat distimulasi.
● Motor unit merupakan satu neuron motor dan sejumlah serabut otot yang diinervasi
membentuk kesatuan fungsional.
● Skeletal muscle twitch merupakan sebuah kontraksi yang dihasilkan saat terjadinya
suatu potensial aksi.
● Electric stimulus merupakan suatu cara yang digunakan untuk menghasilkan
kontraksi otot menggunakan impuls listrik.
● Latent period merupakan periode waktu yang berlalu antara pembentukan potensial
aksi dalam sel otot dan awal kontraksi otot.

2. What is the role of acetylcholine in a skeletal muscle contraction?


Jawaban :
Peran acetylcholine pada kontraksi otot adalah sebagai berikut :
● Menginisiasi terjadinya kontraksi otot. Dalam neuromuscular junction akan terjadi
transmisi sinaptik kimiawi yaitu suatu proses stimulasi dari bagian saraf ke bagian
otot dengan pelepasan asetilkolin. Asetilkolin yang berikatan dengan reseptornya akan
memicu masuknya ion sodium yang bermuatan positif ke dalam sel yang
menyebabkan adanya aksi potensial yang kemudian menginisiasi terjadinya kontraksi
sel.
● Menentukan kecepatan dan kekuatan kontraksi. Konsentrasi neurotransmitter
asetilkolin dapat menentukan cepat dan kuatnya suatu kontraksi.

3. Describe the process of excitation-contraction coupling in skeletal muscle fibers!


Jawaban :
Penggabungan eksitasi-kontraksi (ECC) terjadi pada saat proses depolarisasi serabut otot
yang kemudian memicu terjadinya kontraksi. Urutan terjadinya kontraksi pada otot rangka
meliputi:
1. Aksi potensial dihantarkan dan disebar di sepanjang saraf dan berakhir di membran
otot.
2. Pelepasan neurotransmitter asetilkolin pada ujung saraf.
3. Asetilkolin kemudian akan bekerja dan membuka gerbang ion natrium.
4. Ion natrium masuk ke dalam membran otot dengan jumlah banyak yang kemudian
membentuk potensial aksi.
5. Terjadi pembentukan potensial aksi pada serabut-serabut saraf.
6. Penyebaran potensial ke seluruh sistem tubulus transversal (sistem tubulus T),
7. Pelepasan ion kalsium (Ca2+) dari SR (Retikulum Sarkoplasma) dan peningkatan
sementara konsentrasi Ca2+ di sitoplasma.
8. Terjadi pengikatan antara ion Ca2+ dengan troponin-C, sehingga terjadi awal
pengikatan antara aktin dan miosin.
9. Pembentukan ikatan silang (cross linkage) antara aktin dan miosin akan menyebabkan
pergeseran antar kedua filamen ke arah tengah yang disebut kontraksi otot.
10. Kemudian, beberapa waktu setelahnya ion Ca2+ akan kembali ke retikulum
sarkoplasma dan terjadi pelepasan Ca2+ dari troponin dan pelepasan interaksi antara
aktin dan miosin sehingga terjadi relaksasi.

4. Describe the three phases of a skeletal muscle twitch!


Jawaban :
1. Fase pertama adalah periode laten yaitu periode waktu yang berlalu antara
pembentukan potensial aksi dalam sel otot dan awal kontraksi otot. dalam fase ini,
potensial aksi disebarkan sepanjang sarkolema dan ion kalsium dilepaskan dari
retikulum sarkoplasma di mana akan terjadi penggabungan eksitasi-kontraksi.
2. Fase kontraksi, Ion kalsium dalam sarkoplasma telah berikatan dengan troponin,
tropomiosin telah berpindah dari tempat pengikatan aktin, terbentuk ikatan silang
(crossing linkage), dan sarkomer secara aktif memendek ke titik tegangan puncak.
3. Fase relaksasi, saat kontraksi berhenti. Ion Ca2+ kembali ke retikulum sarkoplasma,
dan ikatan silang (crossing linkage) berhenti, dan menyebabkan otot berelaksasi.

5. Does the duration of the latent period change with different stimulus voltages? How well
did the results compare with your prediction?
Jawaban :
Pada percobaan yang telah kami lakukan didapati bahwa periode laten tidak menunjukan
perubahan setelah kami mencoba beberapa tingkat stimulusnya. Dari percobaan pertama,
kami mencoba menggunakan tekanan stimulus paling rendah dan terus ditingkatkan tetap
tidak merubah periode laten tersebut.

6. At the threshold stimulus, do sodium ions start to move into or out of the cell to bring
about the membrane depolarization?
Jawaban :
Depolarisasi terjadi ketika membran sel berubah dari negatif menjadi positif. Membran
depolarisasi dihasilkan ketika ion sodium yang bermuatan positif akan bergerak ke dalam sel.
3.2. Exercise 2: Skeletal Muscle Physiology: Activity 2: The Effect of Stimulus Voltage
on Skeletal Muscle Contraction Lab Report

Review Result

Pre-lab Quiz Results

1. Skeletal muscle fibers are innervated (stimulated) by?


Answered: c. motor neurons.

2. A single action potential propagating down a motor axon results in?


Answered: d. a single action potential and a single contractile event in the muscle fibers it
innervates.

3. In resting skeletal muscle, calcium is stored in?


Answered: c. the sarcoplasmic reticulum.

4. During the latent period for an isometric contraction?


Answered: c. the cellular events involved in excitation-contraction coupling occur.

Experiment Results

Predict Question:

Predict Question: As the stimulus voltage is increased from 1.0 volt up to 10 volts, what will
happen to the amount of active force generated with each stimulus?
Your answer : a. The active force will continually increase.

Stop & Think Questions:

1. What do you see in the active force display when the stimulus voltage is set to 0.0,
and why does this observation make sense?
Answered: a. 0.00 g;there was no activation of skeletal muscle fibers by this stimulus.

2. What is the lowest stimulus voltage that induces active force in the skeletal muscle?
Answered : b. threshold voltage

3. Enter the threshold voltage for this experiment in the field below and then click
Submit Data to record your answer in the lab report!
Answered: 0.8 volts

4. Enter the maximal voltage for this experiment in the field below and then click
Submit Data to record your answer in the lab report!
Answered : 10.0 volts
Experiment Data
Post-lab Quiz Results

1. Motor unit recruitment refers to?


Answered: a. an increase in the number of active muscle fibers to increase the force
developed in a muscle.

2. Active tension (or force) in a skeletal muscle fiber results from?


Answered: a. activation of cross bridge cycling via increased intracellular calcium levels.

3. The ________ is the minimal stimulus needed to cause a depolarization of the muscle
plasma membrane (sarcolemma)?
Answered: d. threshold voltage

4. By definition, the ________ is the amount of stimulus required to successfully recruit all
the muscle fibers into developing active force?
Answered: c. maximal voltage

5. Why was a maximal voltage observed in this experiment?


Answered: b. At the maximal voltage, all the muscle fibers contained in this muscle are
depolarized and they all develop active force (that is, they were all successfully recruited).

6. A sufficiently strong electrical stimulus applied to an isolated, mounted skeletal muscle


induces the development of muscle force, or muscle tension. Which of the following
statements concerning this observation is true?
Answered: c. The electrical stimulus mimics acetylcholine release at a neuromuscular
junction

Review Sheet Results

1. Describe the effect of increasing stimulus voltage on isolated skeletal muscle. Specifically,
what happened to the muscle force generated with stronger electrical stimulations and why
did this change occur? How well did the results compare with your prediction?
Jawaban :
Berdasarkan hasil diskusi kami bahwa otot akan mengalami kontraksi yang terus-menerus
sehingga pada tegangan tertentu otot akan mengalami kelelahan dikarenakan otot sudah
bekerja secara maksimal dan ketika otot bekerja maksimal maka tegangan sebesar apapun
yang diberikan tidak akan bereaksi lagi pada otot. Hal ini yang dinamakan dengan nilai
ambang batas. Pada percobaan diketahui nilai ambang batasnya yaitu 8.5 volt. Kelelahan otot
atau yang lebih dikenal dengan nama fatigue merupakan suatu keadaan yang terjadi setelah
kontraksi otot yang kuat dan lama. Dimana otot tidak mampu berkontraksi dalam jangka
waktu yang tertentu.

2. How is this change in whole-muscle force achieved in vivo?


Jawaban :
Kerja otot dalam kehidupan sehari-hari sangatlah variatif, sesuai dengan tujuan gerak. Kerja
otot sifatnya statik dan dinamik. Kerja otot yang bekerja secara statik misalnya gerakan
menahan, mendorong. dan mengangkat, sedangkan kerja otot secara dinamik menyebabkan
perpindahan tubuh, misalnya berjalan, berbicara, berlari, atau melompat. Saat melakukan
kerja tersebut, komponen biomolekul dalam aktin dan miosin melakukan bentuk perubahan
yang tidak sama. Kejadian molekuler pada aktin dan miosin juga berbeda saat otot melakukan
kontraksi yang kuat, sedang, atau lemah. Dalam rekrutmen otot motorik saat otot
berkontraksi secara kuat maka semua otot akan ikut serta, maka mustahil untuk bergantian
sedangkan untuk rekrutmen otot motorik saat otot berkontraksi secara lemah, hanya sebagian
otot yang berkontraksi sehingga otot dapat bekerja secara bergantian. Secara in vivo
kontraksi otot dikontrol oleh sistem saraf pusat.

3. What happened in the isolated skeletal muscle when the maximal voltage was applied?
You did not answer this question.
Jawaban :
Kekuatan otot sebagai force atau tegangan suatu otot atau sekelompok otot yang dapat
digunakan untuk menahan beban pada suatu usaha yang maksimal. Dan otot tidak mampu
merespon lagi ketika diberi tegangan maksimal. Pada nilai active forcenya akan menunjukkan
nilai yang sama ketika diberi tegangan kembali. Kekuatan merupakan kondisi fisik
menyangkut kemampuan otot untuk menerima suatu beban dan mempergunakan otot-ototnya
untuk menerima beban dalam waktu tertentu. Dalam hal ini diartikan bahwa ketika
mengalami tegangan otot secara maksimal kita menggunakan kapasitas dari otot untuk
menggunakan tenaganya semaksimal mungkin saat menerima beban. Suatu kekuatan untuk
menahan tegangan otot harus dilatih secara kontinu agar otot terbiasa saat menerima tegangan
atau rangsangan yang cukup besar pada sewaktu-waktu.
3.3. Exercise 2: Skeletal Muscle Physiology: Activity 3: The Effect of Stimulus
Frequency on Skeletal Muscle Contraction Lab Report

Review Result

Pre-lab Quiz Results

1. During a single twitch of a skeletal muscle?

Answer: b. maximal force is never achieved.

2. When a skeletal muscle is repetitively stimulated, twitches can overlap each other and
result in a stronger muscle contraction than a stand-alone twitch. This phenomenon is known
as?

Answer: c. wave summation.

3. Wave summation is achieved by?

Answer: a. increasing the stimulus frequency (the rate of stimulus delivery to the muscle).

4. Wave summation increases the force produced in the muscle. Another way to increase the
force produced by a muscle is to?

Answer: d. increase the number of activated motor units

Experiment Results

Predict Question:

Predict Question 1: As the stimulus frequency increases, what will happen to the muscle
force generated with each successive stimulus? Will there be a limit to this response?

Your answer : d. As the stimulus frequency increases, the muscle force generated by each
successive stimulus will first increase and then decrease as the stimulus frequency becomes
very high.

Predict Question 2: In order to produce sustained muscle contractions with an active force
value of 5.2 grams, do you think you will need to increase the stimulus voltage?

Your answer : a. yes

Stop & Think Questions:

1. Was there any change in the force generated by the muscle during the second stimulated
twitch?

Answer: c. Yes, the second twitch generated more muscle force.


2. Is the total muscle force generated by the higher frequency stimulation greater than the
force generated in previous simulations?

Answer: a. Yes, it is greater than the previous simulations.

3. Does the force generated by the muscle change with each additional stimulus?

Answer: b. As the stimulus frequency increased, the muscle tension generated by each
successive stimulus also increased, and a limiting maximum value was observed.

Experiment Data:
Post-lab Quiz Results

1. Which of the following is not one of the ways that the body can increase the force
produced by a skeletal muscle?

Answer: d. application of higher voltages to the whole muscle

2. When a muscle receives a stimulus frequency that causes non-overlapping twitches to


follow each other closely in time such that the peak tension of each twitch rises in a
stepwise fashion up to a plateau value, the result is known as?

Answer: c. treppe.

3. In this experiment the isolated skeletal muscle is repetitively stimulated such that
individual twitches overlapped with each other and resulted in a stronger muscle
contraction than a standalone twitch. This phenomenon is known as?

Answer: c. wave summation.

4. Wave summation is achieved by?

Answer: a. increasing the rate of stimulus delivery (frequency) to the muscle

Review Sheet Results

1. What is the difference between stimulus intensity and stimulus frequency?


Jawaban:
perbedaan antara intensitas stimulus dan frekuensi stimulus dapat dilihat dari
pemberian rangsangannya. dimana rangsangan yang dapat diberikan pada intensitas
stimulus hanya tunggal dan menghasilkan gaya aktif yang berbeda apabila voltase
dinaikkan. sedangkan pada frekuensi stimulus, rangsangan yang dapat diberikan bisa
tunggal, ganda atau lebih, dalam sekali percobaan dengan voltase yang sama akan
menghasilkan gaya otot dan kontraksi gaya aktif yang berbeda.
2. In this experiment you observed the effect of stimulating the isolated skeletal muscle
multiple times in a short period with complete relaxation between the stimuli.
Describe the force of contraction with each subsequent stimulus. Are these results
called treppe or wave summation?
Jawaban:
Treppe (staircase effect) merupakan meningkatnya kekuatan otot secara
berulang-ulang yang dihasilkan ketika otot distimulasi secara berurutan. Diikuti
dengan adanya kedutan otot dimana setiap kedutan otot berturut-turut memuncak
lebih tinggi dari kedutan otot sebelumnya. Untuk beberapa kedutan pertama, setiap
kedutan berturut-turut menghasilkan lebih banyak kekuatan daripada kedutan
sebelumnya selama otot dibiarkan relaksasi sepenuhnya di antara rangsangan.
Wave summation : merupakan peningkatan kekuatan otot yang dirangsang berulang
kali dalam waktu singkat sehingga kedutan otot tumpang tindih satu sama lain dan
menghasilkan kontraksi otot yang lebih kuat dari sebelumnya. Wave summation ini
terjadi ketika serabut otot mengalami ketegangan yang distimulasi sebelum otot
mengalami relaksasi.
Sehingga hasil yang kami dapatkan dari praktikum disebut sebagai treppe atau
staircase effect karena pada praktikum otot distimulasi secara berulang setelah otot
mengalami relaksasi di antara rangsangan sehingga menghasilkan kedutan yang lebih
tinggi dari sebelumnya.

3. How did the frequency of stimulation affect the amount of force generated by the
isolated skeletal muscle when the frequency of stimulation was increased such that the
muscle twitches did not fully relax between subsequent stimuli? Are these results
called treppe or wave summation? How well did the results compare with your
prediction?
Jawaban:
semakin banyak frekuensi yang diberikan ketika rangsangan otot, maka gaya aktif
yang diperoleh juga semakin tinggi karena frekuensi diberikan saat otot sedang
mengalami kontraksi. Hal tersebut disebut wave summation (gelombang sumasi),
dimana frekuensi simulasi ditingkatkan sehingga sebelum kontraksi pertama selesai,
kontraksi berikutnya sudah dimulai.
4. To achieve an active force of 5.2 g, did you have to increase the stimulus voltage
above 8.5 volts? If not, how did you achieve an active force of 5.2 g? How well did
the results compare with your prediction?
Jawaban:
Tidak, kita bisa menaikkan gaya aktif sebesar 5.2g tanpa harus menaikkan voltase
stimulus diatas 8.5g. Yaitu dengan cara melakukan percobaan dengan stimulus tetap
yang dilakukan secara berulang-ulang dalam kurun waktu yang sama sampai
diperoleh hasil 5.2g.

5. Compare and contrast frequency-dependent wave summation with motor unit


recruitment (previously observed by increasing the stimulus voltage). How are they
similar? How was each achieved in the experiment? Explain how each is achieved in
vivo.
Jawaban:
● Frequency-dependent wave summation bergantung pada tingkat stimulasi
sistem saraf. Wave summation dapat dicapai dengan mengaplikasikan stimulus
dengan cepat tanpa menunggu adanya relaksasi otot.
● Motor unit recruitment bergantung pada jumlah motor fibers yang tersedia
untuk diaktifkan. Motor unit recruitment dapat dicapai dengan meningkatkan
stimulus voltage.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Activity 1: The Muscle Twitch and the Latent Period Lab Report
Skeletal muscle fiber merupakan sel otot yang membentuk otot rangka dan terdiri dari
banyak miofibril yang berkontraksi saat distimulasi. Dalam skeletal muscle fiber terdapat
Motor unit yang merupakan satu neuron motor dan sejumlah serabut otot yang diinervasi
membentuk kesatuan fungsional dalam proses bekerja otot. Mekanisme kerja otot sangat
dipengaruhi oleh skeletal muscle twitch yang merupakan sebuah kontraksi yang dihasilkan
saat terjadinya suatu potensial aksi. Suatu cara yang digunakan untuk menghasilkan kontraksi
otot adalah menggunakan impuls listrik dengan cara memberikan Electric stimulus. Dalam
proses penyaluran impuls listrik untuk menciptakan kontraksi otot, maka akan terjadi 3 fase
dalam kontraksi otot; yang pertama adalah Latent period (Periode Laten) merupakan periode
waktu yang berlalu antara pembentukan potensial aksi dalam sel otot dan awal kontraksi otot,
dalam fase ini potensial aksi disebarkan sepanjang sarkolema dan ion kalsium dilepaskan dari
retikulum sarkoplasma di mana akan terjadi penggabungan eksitasi-kontraksi, Yang Kedua
Fase kontraksi, Ion kalsium dalam sarkoplasma telah berikatan dengan troponin, tropomiosin
telah berpindah dari tempat pengikatan aktin, terbentuk ikatan silang (crossing linkage), dan
sarkomer secara aktif memendek ke titik tegangan puncak, Yang ketiga Fase relaksasi, saat
kontraksi berhenti. Ion Ca2+ kembali ke retikulum sarkoplasma, dan ikatan silang (crossing
linkage) berhenti, dan menyebabkan otot berelaksasi.

Pada percobaan yang kami lakukan ditemukan bahwa periode laten tidak terpengaruh oleh
seberapa besar frekuensi voltase yang diberikan. Kami mencoba memberikan voltage sebesar
10.0, hasil yang didapat ialah tidak ada pengaruh yang merubah periode laten. Dari data yang
diambil, terlihat bahwa periode laten akan stabil pada gelombang yang sama karena periode
tersebut adalah fase dimana otot akan bersiap untuk berkontraksi. Frekuensi voltase hanya
berpengaruh pada jumlah active force yang akhirnya mempengaruhi total force saja.

4.2. Activity 2: The Effect of Stimulus Voltage on Skeletal Muscle Contraction Lab
Report
Otot rangka sangat mengorganisir jaringan. Seluruh otot terdiri atas serabut-serabut
individu, yang terdiri dari miofibril-miofibril unit yang lebih kecil. Miofibril terdiri dari
filamen aktin dan miosin, yang mana aktin dan miosin akan bertaut saat terjadi kontraksi.
Setiap otot utuh dipersarafi oleh sejumlah neuron motorik yang berlainan. Unit motorik
adalah satu neuron motorik ditambah semua serat otot yang dipersarafinya. Untuk kontraksi
lemah suatu otot hanya satu atau beberapa unit motorik yang diaktifkan, sedangkan kontraksi
yang lebih kuat, lebih banyak unit motorik yang diaktifkan atau dirangsang untuk
berkontraksi, fenomena ini dikenal dengan rekrutmen unit motorik yaitu banyak atau
tidaknya jumlah otot yang diaktifkan saat melakukan kontraksi.

Tabel Hubungan Antara Besarnya Rangsangan Listrik dengan Total Gaya Kontraksi
Dari hasil praktikum yang telah kami lakukan, kontraksi awal dari tegangan 0.8 volt dan
memiliki ambang batas kekuatan otot pada 9.0 volt. Saat otot menerima aksi potensial maka
akan terjadi kontraksi otot, ini ditunjukan dari nilai active force yang diberikan tegangan 0.8
volt. Dimana saat otot mencapai kekuatan maksimalnya maka sebesar apapun tegangan listrik
yang diberikan, otot tidak bisa meresponnya lebih kuat lagi. Pada tabel diatas saat tegangan
dinaikkan pada 9.0 -10.0 volt active force-nya tetap. Hal itu menunjukan nilai active force
terus menerus akan sama saat diberi rangsangan saat sudah melebihi batas ambangnya.
Stimulus ambang adalah voltase listrik minimum yang menyebabkan kontraksi
serabut otot tunggal. Respons all-or-none serabut otot jika stimulasi ambang telah tercapai,
maka serabut otot akan merespons secara maksimal atau tidak sama sekali selama kondisi
lingkungan serabut tidak berubah. Dengan meningkatkan stimulus sampai melebihi ambang
batasnya, tidak akan memperbesar respons serabut otot tunggal. kedutan Otot (i) jika preparat
otot distimulasi, maka setiap serabut otot dalam otot akan mematuhi semua hukum
all-or-none tetapi serabut yang berbeda memiliki ambang yang berbeda pula. 5(ii) jika derajat
voltase stimulus meningkat maka serabut tambahan turut merespons. (iii) Kedutan otot
(kontraksi maksimum keseluruhan otot) akan terjadi saat intensitas stimulus cukup untuk
seluruh serabut (Guyton, 1981).

Efek Stimulasi Listrik Terhadap Kontraksi otot Skeletal


Otot Rangka terdiri dari sel yang mempunyai striae, berbentuk silindris dan mempunyai
banyak inti berada dibawah kontrol kesadaran. Energi kontraksi otot dibagi menjadi 3 macam
yaitu :
1. Kontraksi Isotonik
Kontraksi ini terjadi perubahan panjang otot dimana otot akan memendek untuk
melawan beban yang ringan dan konstan. Pada kontraksi ini terbentuk kerja eksternal
yang mana saat otot memendek tegangan pada otot tetap konstan selama bereaksi.
2. Kontraksi Isometrik
Pada kontraksi isometrik tidak terjadi perubahan panjang otot, walaupun terjadi
kontraksi. Pemendekan otot dapat dicegah dan tidak terjadi kerja eksternal, tetapi
tercipta sesuatu tegangan dan terjadi produksi energi dalam bentuk panas. Kontraksi
ini dapat terjadi pada saat mengangkat beban yang berat.
3. Kontraksi Isokinetik
Kontraksi Isokinetik adalah kontraksi otot maksimal pada kecepatan yang tetap pada
pergerakan.

4.3. Activity 3: The Effect of Stimulus Frequency on Skeletal Muscle Contraction Lab
Report
Praktikum yang kami lakukan adalah upaya untuk melihat adanya kontraksi dari otot
yang sudah terlepas dari tubuh manusia.Penggunaan rangsangan elektrik untuk memberi
kejutan pada otot yang lumpuh dan mengembalikan gerakan fungsional dari otot tersebut
dengan lesi motoneuron dikenal dengan Functional Electrical Stimulation (FES). FES
diperkenalkan pertama kali oleh Lieberson dan teman kolega nya saat itu.
Kami menggunakan sebuah stimulus frekuensi atau rangsangan listrik dari sebuah alat
praktikum pada aplikasi.Instruksi pada aplikasi menunjukan bahwa harus menekan tombol
stimulasi sekali. Perintah selanjutnya menunjukan kita harus menekan sampai beberapa kali
tanpa jeda. Berikut adalah data yang kami dapatkan dari percobaan tersebut:

Hasil rekap data yang kami kumpulkan pada tabel diatas menunjukan bahwa semakin besar
frekuensi stimulus yang diberikan pada otot akan berbanding lurus dengan bertambahnya
active force dan berpengaruh pada total force di hasil akhir percobaan.
Pemberian stimulus dapat menunjukan perbedaan pada intensitas stimulus dan
frekuensi stimulus. Intensitas stimulus memberikan stimulus secara tunggal dan gaya aktif
yang dihasilkan akan berubah seiring dengan voltase yang dinaikkan. Pada frekuensi
stimulus, stimulus yang diberikan dapat tinggal, ganda, atau lebih, dan dengan voltase yang
sama akan menghasilkan gaya aktif yang berbeda.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum muskuloskeletal kami adalah bahwa ketika otot berkedut
terdapat 3 fase: 1) Periode laten adalah periode waktu yang berlalu antara aksi potensial
dalam sel otot dan awal dari kontraksi otot. Dimara periode ini melepaskan kalsium dari
retikulum sarkoplasma. 2) Fase kontraksi dimulai ketika periode laten berakhir dan
berakhirnya puncak ketegangan otot. 3) Fase relaksasi adalah periode atau jangka waktu dari
ketegangan otot sampai berakhirnya kontraksi otot. Pengaruh frekuensi stimulus terhadap
kontraksi otot rangka yaitu semakin banyak frekuensi yang diberikan ketika rangsangan otot,
maka gaya aktif yang diperoleh juga semakin tinggi karena frekuensi diberikan saat otot
sedang mengalami kontraksi. Sedangkan pengaruh tegangan stimulus terhadap kontraksi otot
rangka yaitu otot akan mengalami kontraksi yang terus-menerus sehingga pada tegangan
tertentu otot akan mengalami kelelahan dikarenakan otot sudah bekerja secara maksimal dan
ketika otot bekerja maksimal maka tegangan sebesar apapun yang diberikan tidak akan
bereaksi lagi pada otot.
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, A. C., & JE, H. 1990. Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit (Human
physiology and mechanism of disease). Edisi Ke III. Penerjemah: Petrus Andrianto.
Kedokteran EGC. Jakarta.

Guyton, A. C., & Hall, J. E. 2007. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC.

Hall, J. E., & Guyton, A. C. 2011. Buku ajar fisiologi kedokteran (Edisi 12). Jakarta: EGC.

Kim Barret, Heddwen Brooks, Scott Boitano and Susan Barman. 2010. Ganong’s Review of
Medical Physiology (Edisi 23). New York: McGraw-Hill.

Maulana, dkk. 2013. Sistem Syaraf Otot , Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman.

Madri, M. 2017. Kontraksi otot skelet. Jurnal Menssana, II(2), pp. 69-79.

Witkowski, S., Lovering, R. M. & Spangenburg, E. E., 2010. High-frequency electrically


stimulated skeletal muscle contractions increase. FEBS Letters, DLXXXIV(13), pp.
2891-2895.

Anda mungkin juga menyukai