Anda di halaman 1dari 6

Sambungan neuromuskular

Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian

Sambungan neuromuskular (atau sambungan mioneural)


adalah sinapsis kimia yang dibentuk oleh kontak antara neuron motorik dan
serat otot.[1] Pada sambungan neuromuskular inilah neuron motorik dapat
mengirimkan sinyal ke serat otot, yang menyebabkan kontraksi otot.

Otot memerlukan persarafan untuk berfungsi dan menghindari atrofi. Transmisi


sinaptik pada sambungan neuromuskular dimulai ketika sebuah potensial
aksi mencapai terminal prasinaptik dari neuron motorik, yang
mengaktifkan kanal ion yang memungkinkan ion kalsium memasuki neuron.
Ion kalsium memicu pelepasan neurotransmitter dari neuron motorik ke
dalam celah sinaptik. Pada vertebrata, neuron motorik
melepaskan asetilkolin (ACh), sejenis neurotransmitter, yang kemudian
berdifusi melintasi celah sinaptik dan berikatan dengan reseptor nicotinic
acetylcholine (nAChRs) pada sarcolemma. Pengikatan asetilkolin ke reseptor
dapat mendepolarisasi serat otot, yang pada akhirnya akan menghasilkan
kontraksi otot

meng-
artikan kekuatan sebagai, "Kemampuan otot
untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu
tahanan. Oleh karena itu latihan yang cocok
untuk mengembangkan kekuatan tubuh adalah
latihan tahanan (resistance exercises). Contoh
latihan tahanan adalah mengangkat, mendorong
atau menarik suatu beban. Beban yang dimak-
sud bisa berupa beban anggota tubuh sendiri,
ataupun beban dari luar." Agar efektif hasilnya,
latihan-latihan tahanan dilakukan dengan meng-
upayakan agar tenaga yang dikeluarkan untuk
menahan beban semaksimal mungkin.
Suharjana (2007, p.46) menyatakan latihan ke-
kuatan menghasilkan hypertrophy otot dan daya
tahan otot untuk meningkatkan jumlah kapiler.
Salah satu tujuan latihan kekuatan adalah
meningkatkan ukuran besarnya serabut otot
atau yang disebut hypertrophy otot. Hypertro-
phy akan terjadi setelah latihan selama delapan
minggu atau lebih, sehingga ukuran pada otot
akan kelihatan. Program latihan dengan meng-
gunakan beban dari luar tubuh (weight training)
akan mempercepat proses terjadinya hypertro-
phy otot (Sukadiyanto, 2005, p.91). Terjadinya
hypertrophy otot menurut Bompa dalam
Sukadiyanto (2005, p.91) sebagai akibat dari
bertambahnya myofibril pada setiap serabut
otot, meningkatnya densitas (kepadatan) kapiler
pada setiap serabut otot, meningkatnya jumlah
protein, dan bertambah jumlah serabut otot. Mc
Ardle, et.al dalam Sukadiyanto (2005, p.91)
menyatakan hypertrophy akan terjadi pada
orang yang melakukan latihan dengan beban
yang ditandai dengan bertambah besarnya otot
putih (cepat) kira-kira 45 % apabila dibanding-
kan dengan orang awam atau olahragawan yang
memerlukan ketahanan.
Rai, Hamid & Tsiang (2007, p.29) me-
nyatakan bahwa hypertrophy otot adalah per-
tumbuhan massa otot yang menyebabkan sera-
but otot bertambah besar atau tebal. Perekrutan
serabut otot yang maksimal (maximum muscle
fibre recruitmen) terjadi saat seluruh serabut
otot yang dilatih benar-benar terpakai semua
untuk menggerakan tekanan beban yang ditem-
patkan pada bagian otot tersebut. Perekrutan
serabut otot yang maksimal harus terjadi untuk
bisa mendapatkan pertumbuhan otot yang mak-
simal, karena tanpa perekrutan seluruh serabut
otot pada bagian tubuh yang dilatih, potensi
perkembangan otot hanya sekecil jumlah sera-
but otot yang dipakai. Artinya, semakin banyak
atau maksimal serabut otot direkrut dalam satu
sesi latihan, semakin besar potensi perkem-
bangan massa otot (hypertrophy).
Jadi dapat disimpulkan, hypertrophy ada-
lah akibat dari peningkatan jumlah filamen
aktin dan miosin dalam setiap serabut otot.
Selama terjadi hypertrophy, sintesis protein
kontraktil otot berlangsung lebih cepat dari
penghancurannya, sehingga menghasilkan jum-
lah filamen aktin dan miosin bertambah banyak
dalam myofibril. Myofibril sendiri akan meme-
cah dalam serabut otot untuk membentuk
myofibril yang baru, hal ini yang disebut
hypertrophy otot.
Schoenfeld (2010, p.2857) menyatakan
bahwa meskipun hypertrophy otot dapat dicapai
melalui berbagai program pelatihan resistensi,
prinsip kekhususan menyatakan beberapa ruti-
nitas akan memromosikan hypertrophy lebih
besar daripada yang lain. Binaragawan umum-
nya berlatih dengan beban moderat dan interval
istirahat yang cukup pendek yang menginduksi
jumlah stress metabolik yang tinggi. Hyper-
trophy otot dapat dianggap berbeda dan terpisah
dari hiperflasia otot. Selama hypertrophy, ele-
men kontraktil memperbesar dan matriks eks-
traseluler memperluas untuk mendukung per-
tumbuhan. Hal ini berbeda dengan hiperflasia,
yang menghasilkan pe-ningkatan jumlah serat
dalam otot. Kontraktil hypertrophy dapat terjadi
baik dengan me-nambahkan sarkomer secara
seri atau paralel. Sel-sel satelit diperkirakan
memfasilitasi hypertrophy otot dalam beberapa
cara.
Umumnya ada dua kategori jenis jaringan otot, volunter dan involunter. Otot volunter adalah
jaringan otot yang bekerja di bawah pengaruh kesadaran, karena geraknya tersambung oleh
saraf otak. Anda akan tahu mana saja yang termasuk otot volunter jika Anda bisa tahu dan
memerintahkan bagian tubuh tersebut untuk bergerak dan berhenti saat ini juga. Misalnya
otot kaki untuk menendang atau berjalan dan otot tangan untuk mengetik.

Sementara otot involunter adalah otot yang bekerja di luar pengaruh kesadaran. Anda tidak
akan pernah menyadari gerak otot involunter, serta juga tidak pernah bisa
memerintahkannya untuk mulai atau berhenti bergerak. Ini karena geraknya dipengaruhi
oleh saraf otonom tubuh.

1. Otot rangka (skeletal muscle)

Otot rangka adalah jaringan otot volenter. Otot rangka secara sadar menciptakan dan
mengendalikan respon yang dikirim oleh sel-sel saraf.

Gerakan fisik yang Anda lakukan seperti menulis, mengetik, bicara, hingga berjalan,
sejatinya membutuhkan kerja otot rangka.

Rangka akan bergerak ketika otot rangka yang menempel pada tulang berkontraksi.
Biasanya jaringan otot rangka ada di dua tulang sepanjang persendian tubuh. Maka itu,
otot-otot yang berdekatan satu sama lain ini dapat berfungsi menggerakkan bagian-bagian
tulang.

Sel otot rangka sama dengan sel otot jantung yaitu memiliki lurik (motif garis) apabila dilihat
secara mikroskopis. Namun, sel otot rangka berbentuk silindris bercabang dan memiliki inti
sel banyak di setiap jaringannya.

2. Otot jantung (cardiac muscle)

Jaringan otot jantung termasuk jaringan otot involunter alias bekerja otomatis setiap saat
tanpa perlu Anda perintahkan secara sadar. Otot jantung berfungsi untuk membuat jantung
memompa darah ke seluruh tubuh. Otot jantung dibantu oleh hormon dan sinyal otak untuk
menyesuaikan kontraksi otot jantung.

Umumnya jantung berdetak sekitar 100.000 kali per hari, 36 juta kali per tahun, dan sekitar
2,5 miliar kali selama satu kali seorang hidup.

Jaringan otot jantung memiliki wujud garis-garis atau lurik yang berwarna terang dan gelap.
Terang dan gelapnya jaringan otot ini dipengaruhi oleh susunan serat protein di dalam
tubuh. Sel otot jantung berbentuk silindris memanjang, dengan satu inti sel di tengah.
Jaringan otot seperti ini hanya ditemukan di jantung saja.

3. Otot halus (smooth muscle)

Jaringan otot halus letaknya ada di seluruh tubuh. Anda bisa menemukannya di dinding
organ berlubang seperti:
 saluran pencernaan
 sistem reproduksi
 saluran tabung seperti pembuluh darah
 saluran udara
 lokasi lain, misalnya di bagian dalam mata.

Mengapa jaringan ini dinamakan otot halus? Ini karena otot halus bentuknya tidak berlurik
atau bergaris-garis seperti otot jantung dan otot rangka apabila dilihat di mikroskop.

Sama dengan otot jantung, jaringan otot polos bekerja secara tidak sadar atau di bawah
kendali. Otot halus kadang-kadang juga dikenal sebagai otot visceral, karena otot ini
merupakan otot yang banyak terdapat di organ (visceral) dalam Anda.

Sel otot polos berbentuk gelendong dan memiliki satu inti sel di tengah. Otot polos
berkontraksi secara perlahan dan berirama.

Anda mungkin juga menyukai