Anda di halaman 1dari 27

KELELAHAN OTOT

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

Muhammad Demas Akira


Nindya Rizqi Anjani M
Veronica Regina Rosselle
Ully Nafisah Wardi
Sepdhyo Wahyu N
Maya Eka Ramadhani
RauhansenBosafino R
Naimatus Sholihah
Yasinta Izzah A
Fajariana Fitriani
Vita Ariesta A
Cendy Putri O
Lutfi Malia R
Giftania Nuri S

021511133001
021511133002
021511133003
021511133004
021511133005
021511133006
021511133007
021511133008
021511133009
021511133010
021511133012
021511133015
021511133016
021511133017

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga


2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Teori
a. Metabolisme Otot
Empat langkah di eksitasi, kontraksi dan proses relaksasi yang
membutuhkan ATP:
1. ATP yang dipisahkan oleh myosin ATPase memberikan energi
untuk power stroke dari cross bridge.
2. Pengikatan (tapi bukan pemisahan) dari sebuah molekul ATP
yang segar ke myosin membuat cross bridge lepas dari filamen
actin pada akhir power stroke sehingga siklus dapat berulang. ATP
ini nantinya akan berpisah untuk menyuplai energi pada power
stroke selanjutnya.
3. Transpor aktif dari Ca kembali pada sacs lateral dari reticulum
sarcoplasma selama relaksasi bergantung pada energi yang
didapatkan dari pemecahan ATP.
4. Transpor aktif Na ke cairan extraseluler dan K ke cairan
intraseluler diikuti dengan generasi dari kontraksi induksi potensial
aksi pada sel otot yang dilakukan oleh ATP yang bergantung pada
pompa Na - K.1
ATP nantinya akan dihidrolisis untuk menyediakan energi saat kontraksi otot.
ATP yang tersimpan dalam otot akan memulai aktivitas kontraktil, tetapi akan terpakai
setelah beberapa kontraksi. Dalam waktu tiga detik, semua ATP yang tersimpan dalam
otot akan habis. Disinilah dibutuhkan resintesis ATP, ada tiga cara dimana serabut otot
dapat meresintesis ATP dari ADP selama aktivitas kontraktil :
1. Fosforilasi ADP oleh creatine phosphate.
Secepatnya setelah ATP yang tersimpan dalam otot habis, ATP

melakukan regenerasi menggunakan energi yang dikeluarkan oleh


defosforilasi creatine phosphate cadangan dari serabut otot.
2. Glikolisis
Setelah creatine phosphate cadangan habis, sumber energi penting
selanjutnya yang digunakan untuk menyusun kembali ATP dan
phospocreatine adalah glikogen (sebelumnya tersimpan dalam sel
otot) dengan proses glikolisis yang dapat mempertahankan kontraksi
otot selama satu menit.

Berdasarkan figur diatas, setiap molekul glikogen setelah glikolisis


akan memproduksi dua molekul asam piruvat dan dua molekul
ATP. Perubahan selanjutnya untuk asam piruvat tergantung pada
ketersediaan oksigen.

Pada ketidakadaan oksigen (keadaan anaerobik), asam piruvat


dirubah menjadi asam laktat yang di lepaskan kedalam darah.
Dari darah , asam laktat diambil oleh ginjal dan hati dimana

akan dirubah kembali menjadi glukosa dan dilepaskan kembali


ke peredaran darah (cori cycle).

Jika oksigen ada (keadaan aerobic), asam piruvat masuk ke


dalam siklus kreb.

Sejumlah 38 molekul ATP dibentuk selama pemecahan setiap


molekul glikogen. 3
Selama olahraga, peningkatan pada cardiac output (CO) dan suplai
substrat untuk energi kebanyakan dikoordinasi oleh sistem saraf
simpatis.
Peningkatan epinephrine akan meningkatkan pengeluaran glukosa oleh hati dan
pengeluaran asam lemak dari jaringan adiposa, sehingga akan menyediakan lebih
banyak substrat untuk metabolisme oksidatif pada otot yang digunakan untuk
berolahraga.

Otot juga memiliki suplai interseluler glikogen yang menyediakan

glukosa-6-fosfat. Fosforilasi oksidatif glukosa mendukung beberapa menit awal saat


olahraga dan selama fase intermediate, glukosa dan asam lemak digunakan sekitar
proporsi yang sama. Olahraga yang lebih berkepanjangan sebagian besar didukung oleh
oksidasi asam lemak.2
b. Kelelahan Otot
Kegagalan otot untuk menjaga tekanan sebagai hasil dari aktivitas kontraktil
sebelumnya dikenal sebagai kelelahan otot. Jika otot diistirahatkan setelah mengalami
kelelahan otot, akan mengembalikan kemampuannya untuk berkontraksi. Kelelahan
mengacu pada kelelahan otot setelah melakuakan olahraga berkepanjangan seperti lari
maraton dan pertandingan sepak bola.3
Kelelahan otot adalah mekanisme pertahanan yang melindungi otot dari
mencapai poin dimana otot tidak bisa lagi menghasilkan ATP.

Sebuah

ketidakmampuan untuk memproduksi ATP dapat menghasilkan rigor mortis (dengan


jelas bukan hasil yang dapat diterima saat berolahraga). Sebab utama dari kelelahan
otot masih belum jelas. Faktor utama yang terlibat adalah sebagai berikut:

Pertambahan lokal fosfat inorganik dari pemecahan ATP


dianggap sebagai sebab utama dari kelelahan otot. Pertambahan
level inorganik fosfat mengurangi kekuatan kontraksi dengan
mengganggu power strokemyosin head. Sebagai tambahan,
pertambahan inorganik fosfat muncul untuk mengurangi
sensitivitas dari peraturan protein untuk Ca2+ dan untuk
mengurangi jumlah Ca2+ yang dilepaskan dari lateral sacs.

Habisnya cadangan energi glikogen juga dapat menyebabkan


kelelahan otot pada olahraga yang melelahkan. 1

Hasil glikolisis yaitu asam laktat, karena oksigen belum tersedia.


Sel akan lelah dalam hitungan menit dan mengurangi
pengembangan tekanan meskipun motor neuron berulang kali
memberikan rangsangan.2

1.2 Masalah
a. Apakah terjadi kelelahan saat melakukan kerja frekuensi rendah?
b. Apakah perubahan peredaran darah berpengaruh pada kelelahan otot?
c. Apakah istirahat dan pemijatan berpengaruh terhadap kelelahan otot?
d. Apakah yang timbul rasa nyeri karena kekurangan aliran darah (ischemia) ?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui adanya pemulihan sempurna dari kelelahan otot setelah
melakukan kerja dengan frekuensi rendah.
b. Mengetahui pengaruh perubahan peredaran darah terhadap
kelelahan.
c. Mengetahui pengaruh istirahat dan pemijatan (massage) terhadap
kelelahan.
d. Mengetahui timbulnya rasa sakit karena kekurangan darah
(ischaemia).

BAB II
METODE KERJA

2.1 Alat
1. Ergograf jari
2. Manset sphygmomanometer
3. Metronom
4. Beban

Gambar 2.1 A. Ergograf jari, B. Manset sphygmomanometer, C. Metronom, D. Beban.

2.2 Cara kerja


I.

Pemulihan sempurna dari kelelahan otot setelah melakukan kerja frekuensi


rendah
1. Ergograf disiapkan (kertas, penulis, panjang tali dsb diperhatikan)
2. Orang percobaan meletakkan lengan bawah kanannya di atas meja,
kemudian memegang pegangan ergograf, sedangkan jari telunjuknya
diletakkan/dimasukkan pada penarik.
3. 1/3 dari beban maksimal yang dapat ditarik dipasang.
4. Tarikan setiap 4 detik dilakukan mengikuti irama metronom sampai melalui
panjang kertas pencatat.
5. Orang percobaan hendaknya memusatkan perhatian pada tugas ini tanpa
melihat hasilnya pada kertas pencatat dan melakukan setiap tarikan sekuat-

kuatnya dengan jari telunjuk tanpa mengikutsertakan otot jari lainnya,


seperti otot tangan dan otot lengan.
II. Pengaruh gangguan sirkulasi darah kelelahan
1. Kertas ergograf baru dipakai pada percobaan ini.
2. Manset sphygmomanometer dipasang pada lengan atas kanan pada orang
percobaan yang sama.
3. Besar beban tetap seperti pada percobaan I.
4. Tarikan dilakukan setiap 4 detik mengikuti irama metronom sebanyak 12
tarikan.
5. Pada tarikan ke-13 manset mulai dipompa sampai denyut arteri ardialis
tidak teraba lagi.
6. Tarikan dilakukan sehingga amplitude tarikan mengecil hingga
amplitudo awal, tekanan diturunkan di dalam manset agar peredaran darah
pulih kembali. Ergogram diberi tanda pada saat tekanan di dalam manset
mulai dinaikkan dan diturunkan.
7. Tarikan dilakukan terus sehingga amplitude tarikan kembali seperti pada
awal percobaan.
III. Pengaruh istirahat dan pemijatan (massage) terhadap kelelahan
Percobaan ini dilakukan oleh orang lain.
1. Beban dipasang sebesar 1/3 dari beban maksimal yang dapat ditarik.
2. Tarikan dilakukan setiap 1 detik mengikuti irama metronom hingga
amplitude tarikan mengecil hingga amplitudo awal.
3. Lengan diberi istirahat selama 3 menit (selama istirahat lengan tetap di
tempat semula), sambal lengan dipijat (massage) kea rah proksimal oleh
temannya.
4. Tarikan dilakukan lagi seperti poin 2.
5. Lengan diberi istirahat lagi selama 3 menit, lengan tetap di tempat semula
tetapi tanpa dipijat (massage).
6. Tarikan dilakukan lagi seperti poin 2.
IV. Timbulnya rasa nyeri karena kekurangan aliran darah

1. Percobaan ini dilakukan oleh orang coba lain dan dilakukan tanpa
menggunakan kertas pencatat.
2. Pembebanan diberi sedemikian rupa sehingga penarikan hanya akan
memberikan amplitude tarikan yang kecil saja.
3. Manset dipasang pada lengan atas kanan orang coba dan manset dipompa
sehingga denyut arteri radialis tidak terapa lagi.
4. Tarikan dilakukan setiap 1 detik mengikuti irama metronom sampai terjadi
rasa nyeri yang tidak tertahankan tersebut.
5. Tekanan diturunkan di dalam manset pada saat rasa nyeri yang tidak
tertahankan tersebut.
6. Suhu dan warna lengan bawah kanan diperhatikan selama percobaan di
atas. Suhu ditentukan dengan meraba dan membandingkannya dengan
lengan bawah kiri (perubahan yang terjadi diamati tiap 7 detik).

BAB III
HASIL
3.1 Pemulihan Sempurna Dari Kelelahan Otot Setelah Melakukan Kerja Frekuensi
Rendah

Gambar 1. Percobaan 1 Kelompok A


(pemulihan sempurna dari kelelahan otot setelah melakukan kerja dengan frekuensi rendah)
dengan beban sebesar 840 gram (1/3 beban maksimal)

Gambar 2. Percobaan 1 Kelompok B


(pemulihan sempurna dari kelelahan otot setelah melakukan kerja dengan frekuensi
rendah)
dengan beban sebesar 1840 gram (1/3 beban maksimal)

Pada percobaan 1, kelompok A menggunakan beban sebesar 840 gram (1/3


beban maksimal), sedangakan kelompok B menggunakan beban sebesar 1840 gram (1/3

beban maksimal). Dari kedua gambar terlihat adanya garis-garis sejajar yang konstan
dari awal hingga akhir.

3.2 Pengaruh Gangguan Sirkulasi Darah Terhadap Kelelahan

Gambar 3. Percobaan 2 Kelompok A (Pengaruh Gangguan Sirkulasi Darah Terhadap


Kelelahan)

Tabel 1. Tabel kontrol


Beban maksimal

5.515 gram

1/3 beban dari beban maksimal

1.840 gram

Tekanan darah normal

100 mmHg

Tabel 2. Panjang amplitudo akibat perubahan tekanan yang diberikan melalui manset
tensimeter
Amplitudo

Panjang Amplitudo

Awal (detik ke-0)

3.5 cm

Tekanan Dinaikkan (tarikkan ke-13)

3.2 cm

Tekanan diturunkan

1.2 cm

Kembali seperti awal percobaan

3.5 cm

Tabel 3. Warna telapak tangan pada saat awal dan sesudah percobaan
Hasil Kontrol

Warna Telapak Tangan

Awal Percobaan

Merah muda

Sesudah Percobaan

Biru keunguan

Suhu Telapak Tangan


Suhu tubuh normal
manusia (37oC)
Dibawah suhu tubuh
normal manusia (<37oC)

Gambar 4. Percobaan 2 Kelompok B (Pengaruh Gangguan Sirkulasi Darah Terhadap


Kelelahan)

Tabel 1. Tabel kontrol


Beban maksimal

2.500 gram

1/3 beban dari beban maksimal

840 gram

Tekanan darah normal

110 mmHg

Tabel 2. Panjang amplitudo akibat perubahan tekanan yang diberikan melalui manset
tensimeter
Amplitudo

Panjang Amplitudo

Awal (detik ke-0)

3.3 cm

Tekanan Dinaikkan (tarikkan ke-13)

3 cm

Tekanan diturunkan

0.7 cm

Kembali seperti awal percobaan

3.3 cm

Tabel 3. Warna telapak tangan pada saat awal dan sesudah percobaan

Hasil Kontrol

Warna Telapak Tangan

Awal Percobaan

Merah muda

Sesudah Percobaan

Biru keunguan

Suhu Telapak Tangan


Suhu tubuh normal
manusia (37oC)
Dibawah suhu tubuh
normal manusia (<37oC)

3.3 Pengaruh Istirahat & Pemijatan Terhadap Kelelahan

Gambar. 5 Percobaan 3 Kelompok A (Istirahat dan Pemijatan Terhadap Kelelahan)

Gambar 6. Percobaan 3 Kelompok B (sebelum pemijatan)


Dari gambar diatas dapat dilihat otot mengalami kelelahan seiring berjalannya waktu,
dapat dilihat dari amplitudo yang menurun.

Gambar 7. Percobaan 3 Kelompok B (setelah iatirahat pertama dan dilakukan


pemijatan)
Dari gambar diatas dapat dilihat terjadi pemulihan dan kelelahan terjadi dalam
waktu yang lama

Gambar 8. Percobaan 3 Kelompok B (setelah iatirahat kedua dan tanpa


dilakukan pemijatan)
Dari gambar di atas, setelah istirahat tanpa dilakukan pemijatan, tetap terjadi
pemulihan namun otot lebih cepat lelah.
Dari percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa pemijatan dapat membantu
memperlancar sirkulasi darah sehingga proses pemulihan kelelahan otot lebih cepat
daripada tanpa pemijatan.

3.4 Ischemia

Gambar 9. Percobaan 4 (Ischemia)

Gejala
Obyektif

Subyektif yang
dirasakan oleh

Detik ke:

orang coba
Warna
Control

Pink
/
Langsat

Suhu

Kuning +++

Keringat
+

Normal

Pink

++

Normal

Pink Pucat

++

++

14

Pucat Kebiruan

++

++

21

Sangat Biru

+++

+++

Tabel 1. Hasil pengamatan praktikum ischemia Kelompok A

Gejala
Detikke

Obyektif

Subyektif

yang

dirasaknoleh orang coba


Warna

Suhu

Keringat

Kontrol MerahMuda

+++

Normal

AgakMembiru

Nyeri

Pucat

Nyeriberkurang

14

Pucat

Biasa

21

Pucat

Biasa

28

Pucat

Biasa

35

Pucat

Biasa

42

Pucat

Biasa

49

Pucat

Biasa

56

MerahMuda

++

Biasa

63

MerahMuda

+++

Biasa

Tabel 2. Hasil pengamatan praktikum ischemia Kelompok B


Keterangan:
+++

Hangat

++

Biasa (normal)

Dingin

Keringat

Tidak ada keringat

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Diskusi Hasil
4.1.1 Pemulihan sempurna dari kelelahan otot setelah melakukan kerja frekuensi
rendah
a. Struktur Otot
Sistem muskular (otot) terdiri dari sejumlah besar otot yang bertanggung jawab
atas gerakan tubuh. Otot-otot volunter melekat pada tulang, tulang rawan, ligamen,
kulit, atau otot lain melalui struktur fibrosa yang disebut tendon dan aponerosis.
Serabut-serabut otot volunter bersama selubung sarkolema, masing-masing tergabung
dalam kumparan oleh endomisium dan dibungkus oleh perimisium.
Kelompok saraf tersebut (fasikulus) digabungkan oleh selubung yang lebih
padat (disebut epimisium). Semua otot memiliki suplai darah yang baik dari arteri-arteri
didekatnya. Arteriol pada perimisium memberi cabang kapiler yang berjalan dalam
endomisium dan melintasi serabut-serabut. Pembuluh darah dan saraf memasuki otot
bersama-sama didaerah hilum. Otot skelet dipersarafi oleh saraf sensoris dan motoris.
Ujung sensoris (aferen) menimbulkan sensasi ketidaknyamanan dan nyeri, seperti ketika
otot sedang mengalami kelelahan.
Otot terdiri dari beberapa komposisi. Komposisi otot meliputi : 75% air, 20%
protein, serta 5% garam mineral, glikogen, dan lemak

b. Kerja Otot
Bila suatu otot berkontraksi, salah satu ujungnya biasanya diam sedangkan
ujung yang lain bergerak kearah ujung yang diam. Ujung yang diam disebut origo,
sedangkan yang bergerak disebut insersi. Otot hanya bekerja melalui kegiatan kontraksi
dan kegiatan menarik. Otot tidak bisa mendorong, meskipun bisa berkontraksi tanpa
memendek sehingga mempertahankan sendi diam pada posisi tertentu. Bila kontraksi
hilang, otot menjadi lunak, tetapi tidak memanjang sampai ia teregang oleh kontraksi
otot yang berlawanan kerjanya (otot antagonis).

Otot tidak pernah bekerja sendiri. Setiap otot harus berkontraksi dan setiap otot
antagonis harus rileks untuk memungkinkan gerakan yang halus tanpa sentakan. Kerja
harmonis otot-otot ini disebut koordinasi otot.

c. Mekanisme Kontraksi Otot


Tibanya impuls saraf pada pertautan neuromuscular yang mengakibatkan
dilepaskannya asetilkolin akan menghasilkan perubahan permeabilitas membran yang
mengelilingi serabut otot. Hal ini memungkinkan aliran ion K keluar dari sel-sel serabut
dan aliran ion Na masuk ke dalam sel. Pertukaran ion juga disertai dengan depolarisasi
membrane yang diikuti pula oleh kontraksi serabut.
Melalui pemeriksaan mikroskop cahaya, sarkolemma serabut otot terdiri atas
nucleus yang banyak, mitokondria, sitoplasma yang tidak terdiferensiasi (sarkoplasma),
dan material bersilia (cross-striated). Melalui mikroskop electron akan terlihat bahwa
silia terdiri atas sarkomer yaitu unit kontraktil terkecil dari serabut otot. Tiap sarkomer
terdiri atas filament tebal dan tipis yang tersusun beraturan. Filamen tebal terdiri atas
myosin dan yang tipis terdiri atas aktin.
Miosin memiliki sifat enzim dan dalam otot yang istirahat kecenderungan
membentuk aktomiosin dicegah dengan keberadaan ATP. Setelah otot dirangsang, ATP
akan terhidrolisis menjadi ADP, dan terbentuklah aktinomiosin. Dalam reaksi ini
dihasilkan asam fosfat. Reaksi ini juga diatur oleh keberadaan sarkoplasma yang
mengeluarkan ion Ca yang tinggi konsentrasinya. Jika ion Ca berkurang, reaksi kimia
antara aktin dan myosin terhenti dan otot berelaksasi. Pada saat yang sama berlangsung
pula tiga reaksi lain yang menyediakan energy yang diperlukan bagi kontraksi otot.
Pertama, pemakaian glikolitik dari glikogen melalui aksi enzim fosforilasi dan
fosfofruktokinase yang akan mengeluarkan asam piruvat dan asam laktat. Kedua,
kreatinin fosfat direduksi menjadi kreatinin dan asam fosfat. Ketiga terdapat pasokan
oksigen yang mengatur reaksi biokimia ini dan pembuangan CO2, yang pada gilirannya
memainkan peranannya dalam control respirasi yang diperlukan untuk pemasukan
oksigen.

Pasokan darah arteri dan pengembalian vena jelas diperlukan untuk memasok
elemen biokimia ini dan menghilangkan produk samping metabolisme. Produk-produk
samping ini meliputi asam yang telah disebutkan tadi dan garam-garam yang terbentuk
kemudian. Kesemuanya berpotensi mengiritasi ujung saraf sensoris dalam otot jika
dibiarkan tetap berada disana. Oleh karena itu, banyak kebutuhan agar fungsi bisa
efektif dan banyak kemungkinan untuk disfungsi termasuk kelelahan otot, spasme dan
cedera.
d. Kelelahan Otot
Aktifitas kontraksi di otot tidak bisa berlangsung terus-menerus. Pada akhirnya
ketegangan otot menurun seiring dengan timbulnya kelelahan. Horrobin (1968)
mengatakan bahwa kelelahan tidak disebabkan oleh kegagalan dalam tranmisi
neuromuscular, selain itu bukti-bukti eksperimen mengisyaratkan bahwa kelelahan
dikarenakan kegagalan pasokan darah untuk memasok elemen metabolisme yang
esensial atau membuang hasil metabolisme atau untuk melaksanakan kedua fungsi
tersebut. Kurangnya oksigen dan akumulasi metabolit asam mungkin terlibat disini.
Selama latihan keras, asam laktat terakumulasi di otot. Asam laktat di otot
menyebabkan otot mudah lelah dan sakit. Namun asam laktat secara berkala terbawah
aliran darah menuju hati. Kemuadian asam laktat diubah menjadi asam piruvat oleh sel
hati. Proses fermentasi asam laktat untuk menghasilkan ATP ini disebut juga respirasi
anaerob. Ketika detak jantung dan napas bertambah kencang , hal ini memberikan lebih
banyak udara pada sel otot sehingga sel otot mampu melakukan respirasi secara normal
(respirasi aerob). Sebagian besar ATP yang dihasilkan mitokondria melalui proses
fosforilasi oksidatif. Proses ini menggunakan energy kimia yang berasal dari
katabolisme karbohidrat, lemak atau protein. Jika kita berhenti sesaat, kita akan tetap
bernafas kencang beberapa saat. Oksigen tambahan ini digunakan untuk mengubah
banyak asam laktat menjadi glikogen kembali.
Menurut Guyton, lamanya kerja otot dapat dipengaruhi juga oleh banyaknya
latihan yang dilakukan oleh otot itu. Hal ini dikarenakan dengan banyaknya latihan

yang dilakukan maka ukuran otot akan semakin besar sehingga glikogen yang tersimpan
semakin banyak dan menyebabkan ketahanan terhadap kelelahan semakin meningkat.
Kelelahan otot dapat diatasi dengan waktu istirahat yang cukup setelah otot
melakukan kerja, karena dengan adanya waktu istirahat ini asam laktat dapat kembali
diubah menjadi sumber energi. Apabila waktu istirahat terlalu pendek dan kemudian
langsung melakukan aktivitas kerja oto kembali, maka sebagian besar asam laktat masih
akan tertumpuk di otot dan tidak diubah menjadi sumber energi sehingga lebih cepat
lagi menimbulkan kelelahan.
4.1.2

Pengaruh Gangguan Sirkulasi Darah Terhadap Kelelahan

Darah adalah jaringan fungsional yang terdiri dari plasma darah dan selsel darah. Fungsi utama darah adalah untuk mengangkut sari-sari makanan dan
oksigen ke seluruh tubuh serta untuk membawa sisa metabolisme untuk dibuang
melalui sistem eksresi. Sel darah terdiri dari eritrosit (sel darah merah), leukosit
(sel darah putih), dan trombosit (keping darah). Fungsi eritrosit adalah sebagai
pembawa sari-sari makanan dan oksigen karena mengandung hemoglobin.
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh gangguan peredaran
darah terhadap kelelahan otot dengan cara memompa manset tensimeter sampai
denyut arteria radialis tidak teraba lagi. Tensimeter adalah alat untuk mengukur
tekanan darah. Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung, viskositas darah,
elastisitas dinding pembuluh darah, dan tahanan tepi. Tekanan darah juga
dipengaruhi oleh peredaran darah yang tidak lancar. Denyut nadi dipengaruhi
oleh posisi (lebih cepat jika berdiri daripada tiduran), usia, jenis kelamin, dan
aktivitas fisik.
Pada kedua kertas ergograf hasil percobaan pengaruh gangguan sirkulasi
darah terhadap kelelahan, terlihat bahwa pada 12 tarikan pertama memiliki
amplitudo yang sama panjang sehingga, menunjukkan bahwa kerja yang
dilakukan oleh orang percobaan stabil, sama seperti pada kerja steady state.
Namun pada tarikan ke-13 dan seterusnya diberikan tekanan dan terlihat bahwa
panjang garis makin lama makin menurun. Setelah tekanan diturunkan, dapat

diamati bahwa kerja otot perlahan-lahan mulai pulih kembali, dilihat dari
panjang garis yang kembali naik seperti pada awal percobaan.
Sewaktu otot kita bekerja berlebihan, maka akan terjadi pelepasan kalsium yang
meregulasi kontraksi dan aktivitas metabolik. Pelepasan kalsium mengakibatkan
terjadinya peningkatan konsentrasi kalsium yang merangsang otot untuk berkontraksi
secara terus menerus, sehingga terjadi kelelahan otot dan jaringan tubuh. Di samping
itu, kebutuhan otot akan oksigen juga meningkat 70 kali di atas normal (istirahat).
Kebutuhan yang cepat dan panjangnya kelelahan otot akan meningkatkan aliran darah
lokal, begitu pula densitas pembuluh darah pada otot yang bersangkutan akan
meningkat. Aktivitas otot ini membutuhkan suplai oksigen, nutrisi dan hormon-hormon
dalam jumlah yang lebih banyak. Kondisi seperti ini juga menyebabkan tubuh tidak
dapat mengusir produksi panas dan produk metabolik lain seperti asam laktat.
Hasil percobaan menunjukkan peubahan warna telapak tangan dari warna merah
muda berubah menjadi warna biru keunguan dan suhu tubuh awal yaitu 37oC berubah
menjadi <37oC. Hal ini membuktikan bahwa telah terjadi pembendungan darah pada
extremitas superior yang mengakibatkan suplai darah yang mengandung nutrisi dan O2
tidak ada.
Peningkatan tekanan pada manset tensimeter akan menyumbat aliran darah yang
mengandung oksigen, padahal oksigen sangat diperlukan tubuh untuk melakukan proses
metabolisme untuk menghasikan energi. Sehingga terjadilah akumulasi asam laktat
selama kerja fisik berat sebagai proses pertahanan tubuh berupa oksidasi asam laktat
yang dibuat konstan. Bila ambang batas ini terlewati, maka akan terjadi proses glikolisis
aerob. Semua ini dilakukan oleh tubuh sebagai upaya menyimpan energi karena asam
laktat dapat dipecah kembali bila terdapat cukup oksigen yang bisa diperoleh bila kita
cukup beristirahat. Pemecahan asam laktat tersebut dapat dipakai kembali oleh tubuh
menjadi sumber energi baru. Jadi asam laktat sebenarnya bukanlah produk buangan,
tetapi merupakan mekanisme tubuh untuk mempertahankan diri terhadap stres karena
kerja berat. Saat kita beristirahat, maka oksigen secara perlahan tapi pasti akan
tercukupi dan asam laktat akan digunakan sebagai sumber energi kembali.

Singkatnya, peredaran darah yang tidak lancar akan mempercepat


terjadinya kelelahan otot. Karena dapat mengakibatkan metabolisme glukosa
dalam otot terganggu. Pemompaan manset pada lengan pembendungan
aliran darah ke daerah ekstremitas suplai darah yang mengandung nnutrisi
dan O2 tidak ada asam laktat yang menumpuk pada saat otot berkontraksi
tidak dapat diubah kembali menjadi sumber energi terjadi kelelahan otot.
Ketika kontraksi, akan ada penumpukan asam laktat akibat pengubahan
glikogen (gula otot) menjadi sumber energi. Dan karena tidak terdapat suplai
oksigen, maka asam laktat tidak dapat diubah kembali menjadi sumber energi.
Akibatnya kelelahan terjadi lebih cepat.

4.1.3 Pengaruh Istirahat dan Pemijatan Terhadap Kelelahan


Pada percobaan kelelahan otot ini diberikan beban sebesar 1/3
dari bebean maksimal yang dapat ditarik oleh orang coba. Dibandingkan dengan
percobaan lainnya waktu yang diberikan pada percobaan ini lebih cepat yaitu
menarik beban setiap 1 detik. Artinya kerja otot yang diperlukan semakin berat.
Kerja otot terus dilakukan hingga mencapai kelelahan otot yang ditandai dengan
garis yang digambar hanya sepanjang amplitudo awal.
Setelah didapat kelelahan otot yang sempurna, kemudian otot
akan diberi istirahat selama 3 menit sambil dipijat kemudian dilanjutkan kembali
tarikan seperti sebelumnya sampai mengalami kelelahan sempurna. Setelah itu
diberi istirahat lagi selama 3 menit tapi tanpa di pijat.
Terlihat pada gambar hasil percobaan bahwa grafik setelah
pemijatan adalah grafik yang lebih panjang dibandingkan dengan yang tanpa
pemijatan. Ini menunjukkan bahwa kelelahan otot lebih teratasi ketika setelah
diberi pemijatan. Karena sebenarnya pemijatan bertujuan untuk melancarkan
sirkulasi darah sehingga proses pemulihan dari kelelahan otot dapat berjalan
lebih cepat. Itu terbukti pada percobaan ini bahwa waktu yang dibutuhkan dari
fase istirahat sampai kelelahan terjadi kembali lebih panjang ketika orang coba

dipijat. Pemijatan akan memperlancar aliran oksigen ke jaringan otot sehingga


kelelahan yang dialami orang coba lebih cepat pulih dari kerja berat yang telah
dilakukan sebelumnya.

4.1.4 Timbulnya rasaNyeri Karena Kekurangan Aliran Darah (Ischemia)


Pada percobaan ini, diperoleh rasa nyeri dikarenakan pada saat aliran
darah yang menuju arteri pada lengan menjadi terhambat. Hal ini dikarenakan
metabolisme yang terjadi pada arteri semakin cepat. Hingga orang coba
merasakan nyeri otot yang hebat. Keadaan kekurangan darah inilah yag disebut
dengan iskemia. Pada keadaan iskemia ini sejumlah asam laktat berkumpul
dalam jaringan yang terbentuk akibat metabolisme anaerobik (metabolisme
tanpa oksigen). Asam laktat yang terkumpul ini akan merangsang rasa nyeri.
Dalam percobaan ini, kita menggunakan 3 indikator yaitu warna kulit,
suhu dan keringat yang timbul. Sebagai kontrol, warna kulit yang terlihat adalah
merah muda, suhunya hangat dan tidak berkeringat. Setelah dilakukan
percobaan, pada detik ke-7 terjadi perubahan yaitu warna kulit menjadi pucat,
suhu tangan dingin, dan berkeringat pada detik ini nyeri yang dirasakan orang
coba mulai berkurang. Pada detik ke-14 warna kulit masih pucat, suhu tangan
masih dingin, tidak lagi berkeringat, dan rasa nyeri sudah tidak dirasakan lagi.
Hal-hal tersebut terjadi karena berkurangnya suplai oksigen akibat tidak
terjadinya suplai darah yang lancer, kondisi ini disebut Ischemia. Ischemia
adalah suatu kondisi organ atau jaringan yang terjadi akibat berkurangnya aliran
darah ke organ tersebut. Kelelahan yang diakibatkan pratikum ini adalah
kelelahan yang bersifat lokal, disebabkan karena akumulasi produksi asam laktat
di otot dan darah.
Proses ini berhubungan dengan mekanisme resintesa energi selama
proses kontraksi-kontraksi otot didalam serabut otot fast twitch yang lebih
banyak berperan dalam aktivitas fisik karena serabut otot fast twitch memiliki

kemmapuan sistem anaerobik lebih tinggi daripada sistem aerobik, sehingga


cepat terbentuk asam laktat. Pada saat tangan dipasangkan manset hingga arteri
radialis tidak teraba, aliran darah mulai terganggu atau tidak lancar, baik arteri
maupun vena. Perubahan warna terjadi karena kurangnya oksigen dan
terhambatnya darah pada ujung jari tangan. Nyeri terjadi karena tingginya
produksi asam laktat akibat metabolisme anaerob yang terjadi di ujung tangan
sebagai akibat dari tidak lancarnya sirkulasi darah dan oksigen.
Intinya adalah, manset yang dipasang dengan kuat meyebabkan
terganggunya aliran darah yang mengalir ke otot. Beban maksimal yang
diberikan menyebabkan otot menjadi bekerja lebih keras untuk menghasilkan
tenaga atau energy (ATP). Energy terbentuk melalui proses metabolism ototo
secara anaerob karena kurangnya suplai oksigen ke otot, dan hasil sampingnya
adalah asam laktat. Asam laktat yang menumpuk adalah penyebab terjadinya
nyeri.

4.2 Diskusi Jawaban Pertanyaan

Percobaan 1
Pertanyaan : Apakah terjadi kelelahan pada percobaan ini?
Pada percobaan ini tidak terjadi kelelahan, karena pada gambar percobaan 1
dapat kita lihat bahwa adanya garis-garis sejajar yang sama panjangnya. Hal ini
menunjukkan bahwa pada kerja steady state, kerja otot adalah stabil dan tidak
mengalami kelelahan. Otot tidak mengalami kelelahan karena beban yang diberikan
tidak berat dan tidak diberikan faktor luar yang dapat menganggu kerja otot ini.

Percobaan 2
Pertanyaan : Terangkan pengaruh perubahan peredaran darah terhadap
kelelahan!
Kelelahan disebabkan karena produksi asam laktat. asam laktat menyebabkan
penurunan pH sehingga fungsi sel tidak dapat berlangsung akibat tidak berfungsinya
enzim-enzim. Pengaruhnya sebagai berikut:
1. Menghambat kerja enzim-enzim yang terlibat pada metabolisme aerobik dan
anaerobik.
2. Menghambat enzim yang berperan pada proses aerobik, sehingga menurunkan
kapasitas ketahanan aerobik.
3. Menghambat terbentuknya kreatin fosfat sehingga mengganggu koordinasi
dalam gerakan otot.
4. Menghambat kerja enzim fosfofruktokinase
5. Menyebabkan pelepasan ion Ca pada kontraksi otot rangka
6. Menghambat aktifitas mATP ase terutama pada serabut otot cepat, karena
mATP ase pada serabut otot cepat peka terhadap kondisi asam. Untuk
memulihkan kelelahan, maka diperlukan sirkulasi darah untuk membawa asam
laktat untuk didaur ulang (di hati) dan dibuang oleh tubuh.

Percobaan 3
Pertanyaan : Apa kesimpulan percobaan ini?
Nyeri dapat terjadi akibat adanya penyumbatan aliran darah, sedangkan
otot terus dipaksa melakukan aktivitas (otot berkontraksi) yang juga akhirnya
berakibat pada perubahan suhu, warna, dan keringat pada orang coba. Hal ini
terjadi karena metabolisme otot yang membutuhkan bantuan peredaran
terganggu sehingga otot tidak mendapatkan suplai oksigen. Namun nyeri, suhu,
warna, dan keringat dapat kembali normal (berangsur membaik) beberapa detik
setelah penyumbatan aliran darah dilepas, salah satunya dengan cara melakukan
pemijatan

Percobaan 4
Pertanyaan : Apakah kesimpulan percobaan ini ?
Ischemia adalah suatu keadaan kekurangan oksigen pada jaringan yang
bersifat sementara dan reversibel sehingga aliran darah dapat mengalami
perubahan fungsional pada sel normal. Sehingga iskemia dapat diartikan sebagai
pembatasan dalam suplai darah ke jaringan, yang menyebabkan kekurangan
oksigen dan glukosa (untuk menjaga agar jaringan tetap hidup). Iskemia
umumnya disebabkan oleh permasalahan dengan pembuluh darah. Ditambah
dengan adanya tekanan dari sphygmomanometer makan akan terjadi tekanan
yang membuat terjadinya sumbatan aliran darah yang akan menghambat dan
mengurangi suplai oksigen dan glukosa untuk metabolisme. Hal inilah yang
menyebabkan munculnya rasa nyeri.

DAFTAR PUSTAKA

Sherwood L. Human Physiology: From Cells to Systems. Edisi 8. California,


Brooks/cole. 2013: pp.,278, 281.

Raff H and Levitzky M. Medical Physiology: A System Approach. New York, The
McGraw-Hill Companies, Inc. 2011: pp.,91,745.

Khurana I. Medical Physiology: For Undergraduate Students. Haryana, Elsevier. 2012 :


pp.,80,82.

Anda mungkin juga menyukai