Objek Material:
Indonesia.
Suatu wilayah yang sesungguhnya amat penuh dengan potensi. Alasan mengapa bangsa
asing begitu gencar mengincar wilayah dengan nama tersebut sejak dulu kala. Bahkan dengan
berbagai cara, dan mungkin juga lewat berbagai intrik. Selama ratusan tahun lamanya
wilayah ini menjadi ladang perebutan kekuasaan oleh bangsa asing secara bergantian dalam
kurun waktu tersebut. Menunjukkan betapa menggiurkan suatu potensi yang dimiliki wilayah
yang sekarang telah merdeka dan menjadi tanah air kita. Potensi? Cobalah kita tengok di
berbagai literatur tentang fakta dunia. Menjadi negeri dengan jumlah penduduk terbesar
nomor 3 di dunia dan semestinya kedepannya akan memetik bonus demografi. Menjadi
negeri dengan luas wilayah kepulauan, laut, dan mempunyai garis pantai terpanjang di dunia
dengan berbagai sumber daya alam hayati maupun non-hayati di dalamnya . Menjadi negeri
yang penuh keberagaman suku bangsa dan keunikan khas tiap daerah. Menjadi negeri dengan
pangsa pasar ekonomi terbesar, bersyukur juga bahwa negeri ini adalah negeri demokrasi
yang mengizinkan kebebasan berpendapat.
Jika kita telisik justru berbagai masalah muncul di negeri ini. Bahkan, seolah membuat
kita lupa bahwa negeri ini dulunya adalah apa yang disebut Zamrud Khatulistiwa. Suatu
negeri penuh potensi dan yang seharusnya menikmati hasilnya, malah harus sibuk bergelut
dengan permasalahan politik, ekonomi, bahkan dalam segi sosial budaya. Dan selama kurun
waktu yang lama, masalah ini terus bergulir tanpa perbaikan masif. Lalu apakah yang salah
dengan negeri ini? Dari segi-segi tersebut misalnya? Mari kita coba renungkan bersamasama. Begitu pula saya bersama dengan tulisan saya ini akan mencoba merenungkan dan juga
mengkaji segi-segi yang acap kali menjadi sumbu permasalahan negeri . Dari segi-segi
tersebut yang bisa diperbaki dengan berikut ini:
Objek Formal:
1. Segi Ekonomi
Dalam segi ekonomi, tentu Indonesia masih harus banyak memperbaiki aspek jika
ingin sejajar dengan negara seperti Malaysia maupun Brunei Darussalam. Apa yang
mendasari semua ini tentu saja pertama bisa ditinjau dari segi sifat masyarakat
Indonesia yang cenderung konsumtif daripada produktif, meski di usia muda. Itu
diperparah dengan konsumsi masyarakat kita yang lebih suka menggunakan produk
luar negeri daripada menggunakan produk lokal yang sudah diberdayakan
pemerintah. Di sisi pemerintah di mana terdapat juga masalah dengan banyaknya
kekayaan alam yang dikuasai pemodal asing seperti Freeport yang membuat dalam
sisi ekonomi Indonesia seolah kehilangan plasenta alamnya sendiri yang bisa
digunakan untuk mensejahterakan ekonomi rakyat. Usaha perbaikan yang mungkin
pertama dapat dilakukan adalah mengurangi sifat konsumtivisme masyarakat
dengan cara seperti pendidikan konsumen (untuk mengontrol dan memberi
pendidikan pada konsumen agar mereka bisa belajar menyeimbangkan kemampuan
untuk mengurangi para aktor politik yang menyeleweng. Kemudian bisa juga pada
suatu saat nanti ketika pemilihan calon kepala daerah/anggota parlemen disertai
seleksi oleh psikolog, sehingga dapat diketahui apakah janji yang diucapkan saat itu
selaras dengan tujuan dalam pikiran mereka para bakal calon pemimpin. Sehingga
penyelewengan penyelewengan bisa sedikit lebih dihindari dari awal sistem. Selain
itu perlindungan terhadap lembaga independen yurisdiksi baik resmi seperti KPK
maupun yang bukan milik negara seperti ICW harus ditingkatkan secara maksimal
baik secara fisik maupun hukum. Sehingga iklim politik ke depannya juga akan
lebih sehat karena maksimalnya pengawasan selain juga otomatis oleh masyarakat
sendiri.