Kelompok : B11
Orang Percobaan : 1.
2. Novelia Widyanto
- Untuk mengukur tingkatan kontraksi otot yang menyebabkan kelelahan pada otot.
- Untuk mengetahui pengaruh istirahat dan massage terhadap otot setelah berkontraksi.
- Untuk mengetahui perubahan suhu dan warna kulit akibat iskemia.
2. Manset sfigmomanometer
3. Ergograf
Cara Kerja :
4. Percobaan 4 : Rasa nyeri, perubahan warna dan suhu kulit akibat iskemia
- Latihan ini dilakukan pada orang percobaan lain dan tanpa pencatatan erogram.
- Pasanglah manset pada lengat atas kanan orang percobaan dan berikan pembebanan yang
cukup berat sehingga penarikan hanya akan memperlihatkan penyimpangan ujung
pencatat yang kecil saja.
- Perhatikan suhu dan warna kulit lengan bawah kanan orang percobaan.
- Lakukan satu tarikan tiap satu detik sampai diadakan oklusi sehingga terjadi kelelahan
total atau sampai terjadi rasa sakit yang tak tertahan.
- Hentikan tindakan oklusi segera setelah orang percobaan merasa nyeri yang hebat sekali.
Perhatikan suhu dan warna kulit lengan bawah kanan orang percobaan.
Hasil Pemeriksaan
1. Percobaan 1:
Pada percobaan ini otot diberikan beban minimal dengan selang waktu yang cukup (4
detik sebelum tarikan) untuk dapat melakukan kontraksi dan relaksasi, sehingga otot
dapat bekerja lebih lama serta tidak mudah mengalami kelelahan. Hal ini dikarenakan
otot yang tidak mengalami oklusi dapat bergerak bebas. Selang waktu yang diberikan
dapat memungkinkan pengangkutan oksigen dari peredaran darah ke otot, sehingga
glikolisis aerob dapat menghasilkan energi yang cukup untuk kontraksi otot.
2. Percobaan 2
Pada percobaan kedua, dalam 12 tarikan pertama terlihat garis sejajar seperti pada
percobaan I. Pada tarikan ke-13 dan seterusnya, hasil pembacaan pada ergograf
mengalami sedikit penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa otot mengalami kelelahan,
dikarena manset yang dipompa dapat menghambat peredaran darah ke otot. Suplai
oksigen juga tidak mencukupi untuk proses glikolisis aerob, sehingga terjadilah
glikolisis anaerob. Hasil sampingan dari glikolisis anaerob yang berupa asam laktat.
Penimbunan dari asam laktat juga memungkinkan penghambatan enzim-enzim kunci
pada jalur-jalur penghasil energi atau proses penggabungan eksitasi-kontraksi sehingga
dapat mengakibatkan kelelahan pada otot.
3. Percobaan 3
Pada percobaan ketiga, aktivitas dilakukan dengan sela waktu 1 detik serta beban
ditambah sampai OP mengalami kelelahan. Pada saat otot beristirahat selama 2 menit
tanpa dilakukan massage, peredaran darah pada lengan tidak sebaik semula. Hal ini
disebabkan otot hanya mengalami istirahat dalam waktu yang singkat. Setelah istirahat
tersebut, otot kembali melakukan tarikan sampai mengalami kelelahan untuk kedua
kalinya. Pada istirahat kali ini dilakukan massage pada otot. Hal ini bertujuan untuk
melancarkan peredaran darah kembali pada lengan sehingga otot dapat melakukan
aktivitasnya dengan lebih baik. Adapun manfaat dilakukannya massage ini jelas terlihat
saat aktivitas berikutnya dilakukan.
4. Percobaan 4
Pada percobaan keempat, OP diberikan oklusi serta beban yang berat agar otot lebih
cepat mengalami kelelahan. Selain itu, OP juga diberikan frekuensi tarikan yang lebih
cepat agar proses kelelahan otot menjadi semkain cepat. Akibatnya, warna kulit di
lengan bawah pun menjadi pucat dan lama-lama berubah menjadi kebiruan. Selain itu,
suhu pada lengan menjadi rendah akibat kurangnya oksigen yang dapat memecah
tumpukan asam laktat diotot.
Pembahasan:
Otot rangka dirangsang untuk berkontraksi melalui pengeluaran asetil kolin (ACh) di taut
neuromuskulus antara ujung- ujung akhir neuron motorik dan sel otot.
1. Asetilkolin yang dikeluarkan dari ujung terminal neuron motorik mengawali potensial
aksi di sel otot yang merambat keseluruh permukaan membrane.1
2. Aktivitas listrik permukaan dibawa kebagian tengah (sentral) serat otot oleh tubulus T.1
3. Penyebaran potensial aksi ketubulus T mencetuskan pelepasan simpanan Ca2+ dari
kantung- kantung lateral reticulum sarkoplasma di dekat tubulus.1
4. Ca2+ yang dilepaskan berikatan dengan troponin dan mengubah bentuknya, sehingga
kompleks troponin- tropomiosin secara fisik tergeser kesamping, membuka tempat
pengikatan jembatan silang aktin.1
5. Bagian aktin yang telah terpajan tersebut berikatan dengan jembatan silang miosin, yang
sebelumnya telah mendapat energy dari penguraian ATP menjadi ADP + Pi + energy oleh
ATPase miosin di jembatan silang.1
6. Pengikatan aktin dan miosin di jembatan silang menyebabkan jembatan silang menekuk,
menghasilkan suatu gerakan mengayun kuat yang menarik filamen tipis kea rah dalam.
Pergeseran kearah dalam dari semua filamen tipis yang mengelilingi filament tebal
memperpendek sarkomer (yaitu kontraksi otot).1
7. Selama gerakan mengayun yang kuat tersebut, ADP dan Pi dibebaskan dari jembatan
silang.1
8. Perlekatan sebuah molekul ATP baru memungkinkan terlepasnya jembatan silang, yang
mengembalikan bentuknya kekonformasi semula.1
9. Penguraian molekul ATP yang baru oleh ATPase myosin kembali memberikan energy
bagi jembatan silang.1
10. Apabila Ca2+ masih ada sehingga kompleks troponin- tropomiosin tetap tergeser
kesamping, jembatan silang kembali menjalani siklus pengikatan dan penekukan,
menarik filament tipis selanjutnya.1
11. Apabila tidak lagi terdapat potensial aksi local dan Ca2+ secara aktif telah kembali
ketempat penyimpanannya di kantung lateral reticulum sarkoplasma, kompleks troponin-
tropomiosin bergeser kembali keposisinya menutupi tempat pengikatan jembatan silang
aktin, sehingga aktin dan myosin tidak lagi berikatan di jembatan silang, dan filament
tipis bergser kembali keposisi istirahat seiring dengan terjadinya proses relaksasi.1
Kontraksi otot memerlukan suplai oksigen yang mencukupi agar otot dapat bekerja dengan
efektif. Kontraksi otot secara terus menerus akan mengakibatkan kelelahan otot. Otot semakin
lama semakin lemah karena serabut otot kekurangan energi.
Rasa nyeri adalah dikarenakan oleh pengumpulan asam laktat. Dengan bertambahnya asam
laktat, konsentrasi H+ meningkat dan pH menurun.Peningkatan ini menghambat proses rangkaian
eksitasi oleh menurunnya sejumlah Ca2+ yang dikeluarkan dari reticulum sarkoplasma dan
gangguan kapasitas mengikat Ca2+ kepada troponin. Peningkatan konsentrasi ion H+ juga
menghambat kegiatan fosfofruktokinase, enzim kunci yang terlibatdi dalam anaerobic glikolikis.
Demikian lambatnya hambatan glikolisis, mengurangi penyediaan ATP untuk energi.
Kesimpulan
Daftar Pustaka
1. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. 2th ed. Jakarta: Penerbit Buku
Kedoteran EGC; 1996.p. 221.
Daftar Pustaka