Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN KASUS

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

PEMBIMBING :
DR. ELSA FURY, SP.OG

DISUSUN OLEH :
ABEDNEGO TRI NOVRIANTO
112016331
BAB I
STATUS PASIEN
IDENTITAS
Identitas Pasien Identitas Suami Paien
• Nama : ny. AK • Nama : tn. S
• Usia : 29 tahun • Usia : 41 tahun
• Pendidikan : SMP • Pendidikan : SD
• Pekerjaan : Wirausaha • Pekerjaan : Wirausaha
• Agama : Islam • Agama : Islam
• Suku bangsa : Jawa • Suku bangsa : Jawa
• Alamat : Jatijajar • Alamat : Jatijajar
• No RM : 1703106392
ANAMNESIS
• Dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 28 november 2017 pukul 12.30 WIB di bangsal
mawar IV.

• KELUHAN UTAMA :
Nyeri hebat pada perut kanan bawah kurang lebih 30 menit SMRS.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
• 5 hari SMRS pasien merasakan nyeri pada perut bagian bawah. Kemudian pasien berobat dan diberikan
obat anti nyeri dan keluhan pun membaik. 30 menit SMRS saat pasien bekerja, pasien merasakan nyeri
hebat yang timbul secara mendadak diperut kanan bawah dan kemudian dibawa ke Rumah Sakit
Simpangan Depok. Nyeri dirasaka secara terus menerus. Pasien juga mengeluhkan pusing-pusing, lemas,
dan keluar keringat dingin dari badannya. Pasien juga mengeluhkan mual-mual dan muntah 1x pada saat
akan dibawa ke RS. Didapati darah keluar dari vagina. Riwayat trauma disangkal, riwayat merokok dan
minum alkohol disangkal.

Riwayat Haid
• Menarche : 12 tahun
• Siklus haid : 28 hari, teratur
• Lama haid : 5-7 hari
• Nyeri haid : tidak ada
• HPHT : 2 oktober 2017
Riwayat Perkawinan
Status perkawinan : Sudah menikah
Jumlah perkawinan : 1 x (11 tahun)

Riwayat Obstetrik
G2P1AO
No. Tahun Usia kehamilan Penolong Jenis BB/PB lahir Keadaan
partus kelamin sekarang
1. 2008 Aterm Dokter, RS Laki-laki 3000 g / Hidup
50 cm
2. Hamil ini

Riwayat KB
(+) Pil KB (-) Suntikan (-) IUD (-) Susuk KB (+) Kondom
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

• Tidak ada

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


• Ibu pasien memiliki riwayat polip rahim, mioma uteri dan ca cervix namun sudah
dinyatakan sembuh.
STATUS GENERALIS

• Keadaan umum : tampak sakit sedang


• Kesadaran : compos mentis
• Tekanan darah : 130/90 mmhg
• Nadi : 89 x / menit
• Pernafasan : 20 x / menit
• Suhu : 36,4 oc
• Tinggi badan : 156 cm
• Berat badan : 65 kg
• BMI : 26,7 (pre obesitas)
PEMERIKSAAN FISIK
• Kepala : normosefali
• Rambut : rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
• Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor diameter 3 mm, reflex cahaya langsung
+/+, refleks cahaya tidak langsung +/+
• Telinga : normotia, darah -/-, pus -/-
• Hidung : deviasi septum -, sekret -/-
• Mulut : sianosis -, lidah tidak kotor, oral hygiene baik.
• Tinggorokan : tonsil T1/T1 tenang, faring tidak hiperemis

• Leher :
JVP : tidak dilakukan
Kelenjar tiroid : tidak membesar
Kelenjar getah bening : tidak membesar
PEMERIKSAAN FISIK
• Thorax :
Paru-paru
• Inspeksi : simetris kiri dan kanan saat statis maupun dinamis, tidak ada bagian dada yang
tertinggal, tidak ada retraksi sela iga.
• Palpasi : vocal fremitus kanan dan kiri teraba sama kuat
• Palpasi : sonor pada kedua lapang paru
• Auskultasi : vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/-

Jatung
• Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
• Palpasi : ictus cordis teraba pada ICS V, line midclavicularis sinistra
• Perkusi
• Batas kanan : ICS IV linea sternalis dextra
• Batas atas : ICS II linea sternalis sinistra
• Batas kiri : ICS V 1/3 lateral dari linea midclavicularis sinistra
• Batas bawah : ICS VI linea midclavicularis sinistra
• Auskultasi : BJ I II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
PEMERIKSAAN FISIK
• Abdomen
• Inspeksi : bentuk perut datar, tidak membuncit, warna kulit sawo matang, tidak ada pelebaran
pembuluh darah.
• Auskultasi : bising usus (+), normoperistaltik
• Palpasi : nyeri tekan (+) pada perut kanan bawah
• Hati : hati tidak teraba membesar
• Limpa : tidak teraba membesar
• Ginjal : tidak teraba, ballottement negative
• Perkusi : timpani pada seluruh lapang abdomen, ascites (-)

• Genitalia : tidak dilakukan


• Inspeksi : genitalia eksterna dalam batas normal
• Colok vagina : tidak ada kelainan, portio tebal dan lunak, vaginal discharge (+), nyeri goyang serviks
(+)

• Rectal touche : tidak dilakukan


PEMERIKSAAN FISIK
• EKSTREMITAS
Lengan Kanan Kiri
Otot
Tonus Normotonus Normotonus
Massa Tidak teraba massa Tidak teraba massa
Sendi Normal, tidak ada nyeri Normal, tidak ada nyeri
Gerakan Aktif Aktif
Kekuatan Normal (5555) Normal (5555)
Oedem Tidak ada Tidak ada

Tungkai dan kaki Kanan Kiri


Luka Tidak ada Tidak ada
Varises Tidak ada Tidak ada
Otot
Tonus Normotonus Normotonus
Massa Tidak teraba massa Tidak teraba massa
Sendi Normal, tidak ada nyeri Normal, tidak ada nyeri
Gerakan Aktif Aktif
Kekuatan Normal (5555) Normal (5555)
Edema Tidak ada Tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK
• REFLEKS
Refleks Kanan Kiri
Refleks tendon +2 +2
Biseps +2 +2
Triseps +2 +2
Patella +2 +2
Refleks kulit Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Rafleks patologis Negatif Negatif
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• DARAH RUTIN • DARAH :-
• HB : 10,5 GR/DL • NITRIT :+

• LEUKOSIT : 10.200 MM3 • KETON :-


• UROBILINOGEN : 0,1
• HEMATOKRIT : 30 %
• TROMBOSIT : 243000 MM3

• WAKTU PENDARAHAN : 2’58” • SEDIMEN :


• EPITEL :+
• WAKTU PEMBEKUAN : 9’36”
• LEUKOSIT : 1-3
• ERITROSIT : 3-6
• URINALISA : • KRISTAL AMORF :-
• WARNA : KUNING • SILINDER :-
• KEJERNIHAN : JERNIH • JAMUR :-
• BERAT JENIS : 1.020 • BAKTERI :-
• PH REAKSI : 6,5
• GLUKOSA :-
• BILIRUBIN :- • ΒHCG TEST :+
RESUME
• Pasien datang dengan keluhan nyeri perut kanan bawah kurang lebih 30 menit SMRS. Nyeri yang
dirsakan timbul secara mendadak dan terus menerus. 5 hari SMRS pasien sudah merasakan nyeri
pada perut kanan bawah, kemudian pasien berobat dan diberikan obat antinyeri dan keluhanpun
mereda. 30 menit SMRS pasien merasakan nyeri hebat pada perut kanan bawah yang timbul
secara mendadak dan terus menerus. Pasien merasakan mual-mual dan muntah 1x pada saat
dibawa ke RS.
• Dari pemeriksaan fisik didapati nyeri tekan pada perut kanan bawah dan nyeri goyang serviks.
Pada pemeriksaan penunjang didapati βhcg test positif.
DIAGNOSIS
• Diagnosis kerja
Kehamilan Ektopik Terganggu

• Diagnosis banding
Apendisitis
Salphingitis

PEMERIKSAAN ANJURAN
• USG Abdomen
PENATALAKSANAAN
• Laparotomi KET
• Infus RL
• Analgesik
• Antibiotik
PROGNOSIS
• Ibu : • Janin :
• Ad vitam : dubia ad bonam • Ad vitam : malam
• Ad fungsional : dubia ad bonam • Ad fungsional : malam
• Ad sanationam : dubia ad bonam • Ad sanationam : malam
FOLLOW UP
S O A P
27/11/2017 Flatus (-) KU/Kes : Baik/CM P1A0, post laparotomi - Obs. KU, TTV,
12.00 BAK 70 cc TD : 120/90 mmHg Perdarahan
Mobilisasi (-) N : 76 x/mnt - terpasang infus RL
Nyeri luka operasi (+) RR : 16 x/mnt 20 tpm + D/C
S : 36,2 oC - Mobilisasi
27/11/2017 Flatus (+) KU/Kes : Baik/CM P1A0, post laparotomi - obs. KU, TTV,
18.00 BAK 1500 cc TD : 130/90 mmHg perdarahan
Mobilisasi (-) N : 78 x/mnt - terpasang infus RL
Nyeri luka operasi (+) RR : 20 x/mnt 20 tpm + D/C
S : 36,5 oC -Mobilisasi bertahap
- cefotaxime 1 amp
- pronalges per rectal
FOLLOW UP
28/11/2017 Flatus (+) KU/Kes : baik/CM P1A0, post laparotomi -obs KU, TTV,
06.00 BAK 4000 cc TD : 120/90 mmHg perdarahan
Mobilisasi (+) N : 74x/mnt -aff infus + D/C
Nyeri luka operasi (+) RR : 18x/mnt -Th/ Oral :
S : 36,0 oC Cefadroxil 2x500 mg
As. Mefenamat 3 x
500 mg
Sangobion 1 x 1
28/11/2017 Flatus (+) KU/Kes : Baik/CM P1A0, post laparotomi -obs. KU, TTV,
12.00 BAK spontan TD : 130/90 mmHg perdarahan
Mobilisasi (+) N : 76 x/mnt -Th/ oral
Nyari bekas operasi RR : 18 x/mnt
(+) S : 36,3 oC
FOLLOW UP

28/11/2017 Flatus (+) KU/Kes : Baik/CM P1A0, post -obs. KU, TTV,
18.00 BAK Spontan TD : 130/90 laparotomi perdarahan
Mobilisasi (+) MmHg -Th/ oral
Nyeri bekas operasi N : 76x/mnt -pasien
(+) RR : 18 x/mnt direncanakan
S : 36,3 oC pulang
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
• Kehamilan ektopik adalah kehamilan, dengan ovum yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh tidak
di tempat yang normal yaitu dalam endometrium kavum uteri.
KEHAMILAN NORMAL
• Telur dibuahi akan berjalan menuju uterus.
• Pembelahan mulai terjadi beberapa jam setelah
pembuahan.
• Zygote  2 sel  4 sel  morula  blastula (cavum
uteri)
• Blastula dilindungi oleh kapsul trofoblas yg dapat
menghancurkan dan mencairkan jaringan.
• Blastula dengan bagian yang berisi massa sel dalam
(inner-cell mass) akan masuk ke dalam desidua,
menyebabkan luka kecil yang kemudian sembuh dan
menutup lagi.
• Nidasi dapat mengakibatkan sedikit perdarahan (hartman
sign)
EPIDEMIOLOGI
• Frekuensi 2,7 – 12,9 per 1000 diagnosis konsepsi, kehamilan atau kelahiran hidup
• Angka kejadian cenderung meningkat, faktor-faktor yang berpengaruh antaralain meningkatnya
pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim, penyakit radang panggul, usia ibu yang lanjut,
pembedahan pada tuba, dan pengobatan infertilitas dengan terapi induksi superovulasi.
• Pada tahun 1980-an, kehamilan ektopik menjadi komplikasi yang serius dari kehamilan, terhitung
sebesar 11% kematian maternal terjadi di amerika serikat.
FAKTOR RESIKO
• Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya
• Penggunaan kontrasepsi spiral dan pil progesteron
• Kerusakan dari saluran tuba:
• Faktor dalam lumen tuba: endosalpingitis, hipoplasia uteri, sterilisasi yang tak sempurna
• Faktor dinding tuba : endometriosis, divertikel tuba kongenital atau ostium assesorius tubae
• Faktor di luar dinding tuba : perlekatan peritubal, dan tumor.

• Faktor lain :
• Migrasi luar ovum yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri atau sebaliknya.
• Fertilisasi in vitro.
PATOFISIOLOGI
• Implantasi secara kolumner yaitu telur berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping.
Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati
secara dini dan kemudian diresorpsi.
• Pada nidasi secara interkolumner telur bernidasi antara dua jonjot endosalping. Setelah tempat
nidasi tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan jaringan yang menyerupai
desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua di tuba tidak sempurna,
dengan mudah vili korialis menembus endosalping dan masuk ke dalam lapisan otot-otot tuba
dengan merusak jaringan dan pembuluh darah.
• Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi dan kemudian dikeluarkan
berkeping-keping atau dilepaskan secara utuh. Perdarahan pervaginam yang dijumpai pada
kehamilan ektopik terganggu berasal dari uterus dan disebabkan oleh pelepasan desidua yang
degeneratif.
• Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu.
JENIS-JENIS KEHAMILAN EKTOPIK

• Kehamilan pars interstisialis tuba


• Kehamilan ektopik ganda
• Kehamilan ovarial
• Kehamilan servikal
• Kehamilan ektopik lanjut
MANIFESTASI KLINIS
• Nyeri hebat pada perut bagian bawah secara tiba-tiba disertai dengan perdarahan.
• Tekanan darah dapat menurun, nadi meningkat ujung ekstremitas pucat basah dan dingin.
• Rasa nyeri menjalar ke bagian tengah atau keseluruh perut bawah bila darah sudah mulai masuk
rongga perut dan bila membentuk hematokel retrouterina menyebabkan defekasi nyeri.
• Perdarahan pervainam
• Serviks nyeri bila digoyangkan
• Kavum douglas menonjol dan nyeri bila diraba
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboraturium
• Pemeriksaan Hb dan sel darah merah untuk deteksi perdarahan.
• βhCG test untuk mendeteksi kehamilan

Kuldosentesis
• Mendeteksi adanya darah pada kavum douglas
• Positif : terdapat darah berwarna coklat sampai hitam
• Negatif : cairan jernih, nanah, darah segar berwarna merah yg dalam beberapa menit akan membeku.

USG
• Kurang sensitif pada KET namun dapat menyingkirkan diagnosis adanya kehamilan intrauterin.

Laparoskopi
• Menilai langsung keadaan alat kandungan bagian dalam
TATALAKSANA
• Laparotomi
• Perlu dipertimbangkan :
• Kondisi penderita saat itu
• Keinginan penderita akan fungsi reproduksinya
• Lokasi kehamilan ektopik
• Kondisi anatomik organ pelvis
• Salpingektomi? Salpingostomi? reanastomosis tuba? Apabila kondisi penderita buruk, misalnya dalam
keadaan syok, lebih baik dilakukan salpingektomi.

• Kemoterapi : MTX
• Kriteria kemoterapi :
1. Kehamian di pars ampularis tuba belum pecah
2. Diameter kantong gestasi ≤ 4cm
3. Perdarahan dalam rongga perut ≤100 ml
4. Tanda vital baik dan stabil
PROGNOSIS
• Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan diagnosis dini dan
persediaan darah yang cukup. Sebagian perempuan menjadi steril setelah mengalami kehamilan
ektopik lagi pada tuba yang lain. Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan antara 0-
14,6%. Untuk perempuan dengan jumlah anak yang sudah cukup, sebaiknya pada operasi
dilakukan salpingektomi bilateralis dan sebelumnya perlu mendapat persetujuan suami dan isteri.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
• Kehamilan ektopik didefinisikan sebagai setiap kehamilan yang terjadi di luar kavum uteri, yaitu bila
sel telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri. Sekurangnya 95 %
implantasi ektopik terjadi di tuba fallopii. Di tuba sendiri, tempat yang paling sering adalah pada
ampulla, kemudian berturut-turut pada pars ismika, infundibulum dan fimbria, dan pars intersisialis.
• Gejala yang paling sering timbul pada kasus ini adalah nyeri abdomen, nyeri tekan abdomen dan
perdarahan pervaginam, dalam menegakan diagnosis di perlukan pemeriksaan lain seperti
pemeriksaan ginekologi, pemeriksaan laboratorium, USG, kuldosintesis dan laparatomi.
• Penatalaksanaan yang dilakukan untuk kehamilan ektopik adalah tindakan pembedahan berupa
salpingiotomi linear, reseksi segmental dan salpingektomi. Sedangkan untuk terapi obat-obatannya
diberikan metrotexat (MTX).
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai