Anda di halaman 1dari 47

PNEUMONIA

BEATRICE ELIAN. T

PEMBIMBING : dr. Edi Pasaribu, Sp. A


PNEUMONIA
 Definisi: Inflamasi yang mengenai parenkim paru
EPIDEMIOLOGI

 Angka kematian akibat pneumonia sudah menurun (9% tahun


1970  2% tahun 2007)

KENAPA?
KARENA…..
 Penggunaan antibiotik
 Penggunaan vaksin (Hib, Measles, PCV)
 Meningkatnya akses ke area rural negara berkembang
ETIOLOGI
Mikroorganisme Non-Infeksius

 Bakteri  Aspirasi
 Virus  Makanan
 Asam lambung
 Benda asing
 Hidrokarbon

 Rekasi hipersensitivitas
 Drug/radiation induced
pneumonitis
ETIOLOGI UTAMA PNEUMONIA ANAK

S.
S. aureus
pneumoniae

H. influenzae
ETIOLOGI PNEUMONIA ANAK DENGAN HIV

M.
tuberculosis

Pneumocystis atypical
jiroveci mycobacteria

E. coli Salmonella
ETIOLOGI PNEUMONIA ANAK SESUAI USIA
Usia Etiologi yang sering Etiologi yang jarang
Lahir – 20 hari Bakteri Bakteri
E. colli Bakteri anaerob
Streptococcus group B Streptococcus group D
Listeria monocytogenes Haemophilus influenza
Streptococcus pneumoniae
Ureaplasma urealyticum
Virus
Cytomegalovirus
Herpes Simplex Virus
ETIOLOGI PNEUMONIA ANAK SESUAI USIA
Usia Etiologi yang sering Etiologi yang jarang
3 minggu – 3 bulan Bakteri Bakteri
Chlamydia trachomatis Bordetella pertussis
Streptococcus pneumoniae Haemophilus influenza tipe
B
Virus Moraxella catharalis
Adenovirus Staphylococcus aureus
Influenza virus Ureaplasma urealyticum
Virus parainfluenza 1,2,3 Virus
Respiratory Syncytial Virus Cytomegalovirus
ETIOLOGI PNEUMONIA ANAK SESUAI USIA
Usia Etiologi yang sering Etiologi yang jarang
4 bulan – 5 tahun Bakteri Bakteri

Chlamydia pneumoniae Haemophilus influenza tipe


B
Mycoplasma pneuomiae Moraxella catharalis
Streptococcus pneumoniae Neisseria meningitidis
Virus Staphylococcus aureus
adenovirus Virus
Influenza virus Varicella zooster
Parainfluenza virus
Rhinovirus
Respiratory Syncytial Virus
ETIOLOGI PNEUMONIA ANAK SESUAI USIA

Usia Etiologi yang sering Etiologi yang jarang


5 tahun-remaja Bakteri Bakteri
Chlamydia pneumoniae Haemophilus influenzae
Mycoplasma pneumoniae Legionella sp
Streptococcus pneumoniae Staphylococcus aureus
Virus
Virus Adeno
Virus Eipstein-Barr
Virus Influenza
Virus Rino
Respiratory Syncytial Virus
Virus Varicella Zooster
ETIOLOGI DAN TERAPI
ANTIMIKROBA EMPIRIS UNTUK
PNEUMONIA PADA PASIEN
TANPA RIWAYAT TERAPI
ANTIBIOTIK
Kategori Usia Patogen yang Pasien rawat Pasien yang Pasien yang
umum terjadi jalan (dengan membutuhka membutuhka
total n rawat inap n perwatan
perawatan 7- (dengan total intensif
10 hari) perawatan 10- (dengan total
14hari) perawatan
selama 10-
14hari)

Neonatus Streptokokus Sebaliknya Ampisilin + Ampisilin+sefot


(<1 bulan) Grup B, tidak Sefotaksim aksim atau
Escherichia dilakukan atau aminoglikosid
coli, bakteri perawatan aminoglikosid ditambah
gram negatif, sebagai pasien ditambah dengan
Streptococcus rawat jalan preparat anti- preparat anti-
pneumoniae,Ha stafilokokus stafilokokus
emophilus apabila apabila
influenzae dicurigai dicurigai
adanya infeksi adanya infeksi
S. aureus S.aureus
1-3 bulan Respiratory Tidak Sefuroksim Sefotaksim
syncytial virus, disarankan atau atau
virus untuk sefotaksim seftriakson
respiratorik melakukan atau ditambah
lainnya(parainfl rawat jalan seftriakson dengan
uenza virus, pada ditambah preparat
influenza virus, perawatan dengan nafsilin atau
adenoviruses), awal nafsilin atau oksasilin
S.pneumoniae, oksasilin
H.influenzae

Eritromisin, Eritromisin, Eritromisin,


Chlamydia Azitromisin, azitromisin Azitromisin,
trochomatis, atau atau atau
Mycoplasma klaritromisin, klaritromisin klaritromisin
hominis, dengan plus
Ureaplasma pemantauan sefotaksim
urealyticum, ketat atau
Sitomegalovirus seftriakson
plus nafcillin
atau oksasilin
3-12 Respiratory Amoksisilin, Ampisilin Sefuroksim
bulan syncytial eritromisin, atau atau
virus, virus azitromisin sefuroksi seftriakson
respiratorik atau m ditambah
lainnya (virus klaritromisin eritromisin
parainfluenza, atau
influenza klaritromisi
virus, n
adenovirus)
S.pneumoniae,
H.influenzae,
C.trachomatis,
Mycoplasma
pneumoniae,
Streptokokus
grup A
12-60 bulan Virus saluran Amoksisilin, Ampisilin Sefuroksim
respiratori eritromisin,a atau atau
(virus zitromisin, sefuroksi seftriakson
parainfluenza, atau m ditambah
influenza virus, klaritromisi eritromisin,
adenovirus), n azitromisin
S.pneumoniae, , atau
H.influenzae, klaritromis
M.pneumoniae, in
Chlamydophila
pneumoniae,
S.aureus group
A streptococci
5-18 tahun M.pneumoniae, Eritromisi Eritromisin,a Sefuroksim
S.pneumoniae, n,Azitromi zitromisin,at atau
C.pneumoniae, sin, atau au seftriakson
H.influenzae, klaritromi klaritromisin ditambah
influenzavirus, sin dengan eritromisin
adenovirus, ataupun atau
virus saluran tanpa klaritromis
respiratori ditambahkan in
lainnya preparat
sefuroksim
atau
ampisilin
≥ 18tahun M.pneumoniae, Eritromisin, Maxifloxacin, Sefotaksim,
S.pneumoniae, azitromisin, gatifloxacin, seftriakson,
C.pneumoniae, klaritromisin, levofloxacin, atau ampisilin-
H.influenzae, doksisklin, atau sulbactam
influenzavirus, Moxifloxacin, gemifloxacin ditambah
adenovirus, gatifloxacin, atau azitromisin
Legionella levofloxacin, azitromisin atau
pneumophila atau atau klaritromisin
gemifloxacin klaritromisin atau
ditambah moxifloxacin,ga
sefotaksim,seftr tifloxacin,
iakson, atau levofloxacin,
ampisilin- atau
sulbaktam gemifloxacin
PATOGENESIS
GAMBARAN KLINIS
Gejala infeksi umum Gejala gangguan respiratori

 Demam (viral < bakterial)  Batuk


 Sakit kepala  Sesak

 Gelisah  Retraksi dada

 Malaise  Takipnea

 Penurunan nafsu makan  Napas cuping hidung

 Keluhan GI (mual, muntah,  Air hunger


diare)  Merintih

 Sianosis
GAMBARAN KLINIS
 Anak yang masih kecil sulit diauskultasi
 Pada anak dapat dijumpai
 miring ke salah satu sisi  mengurangi pleuritic pain
 Improve ventilation  knee chest position
GAMBARAN KLINIS
 Pada tahap awal
 Menghilangnya suara nafas
 Crackles yang tersebar
 Ronki pada paru yang terkena

 Sesuai perkembangan meningkatnya konsolidasi / komplikasi


(efusi pleura/empiema)
 Perkusi pekak dapat ditemukan
 Suara nafas dapat menghilang
 Abdominal distensi
 Abdominal pain ( lower lobe pneumonia)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Darah perifer lengkap
 C-Reactive Protein

 Uji serologis

 Pemeriksaan Mikrobiologis

 Pemeriksaan Rontgen Toraks


DARAH PERIFER LENGKAP
 Pneumonia virus dan mikoplasma
 Leukosit dalam batas normal atau sedikit meningkat
 Penumonia bakteri
 Leukositosis (15.000-40.000/mm3)  predominan PMN
 Leukopenia (<5.000/mm3)  prognosis buruk
 Leukositosis hebat (>30.000/mm3)  saat fase baketeremi, risiko
komplikasi lebih tinggi
 Dapat ditemukan anemia ringan dan LED meningkat  tidak
dapat membedakan infeksi virus atau bakteri
C-REACTIVE PROTEIN
 Merupakan protein fase akut yang diproduksi hepatosit sebagai
respons infeksi atau inflamasi jaringan
 Produksi distimulasi oleh sitokin (IL-6 dan TNF)

 CRP lebih rendah ada infeksi virus dan bakteria superfisialis


daripada infeksi bakteri profunda
UJI SEROLOGIS
 Tidak bermanfaat untuk diagnosis infeksi bakteri tipik
 Untuk bakteri atipik dan virus, peningkatan antibodi IgM dan IgG
dapat mengkonfirmasi diagnosis
PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGIS
 Tidak rutin dilakukan, hanya untuk pneumonia berat yang
dirawat di RS
 Spesimen:
 Usap tenggorok, sekret nasofaring, bilasan bronkus, darah, punksi
pleura atau aspirasi paru
 Diagnosis definitif bila kuman + pada: darah, cairan pleura,
aspirasi paru
PEMERIKSAAN RONTGEN TORAKS
 Pneumonia ringan  tidak rutin dilakukan
 Direkomendasikan untuk pneumonia berat yang dirawat

 Ulangan foto rontgen dilakukan bila


 Gejala klinis menetap, penyakit memburuk, atau untuk tindak lanjut

 Ditemukannya infiltrat pada foto PA dan lateral mendukung


diagnosis
GAMBARAN FOTO TORAKS
 Infiltrat interstitial  peningkatan corakan bronkovaskular,
peribronchial cuffing, hiperaerasi
 Infiltrat alveolar  konsolidasi paru dengan air bronchogram.

 Bronkopneumonia –> gambaran difus merata pada kedua paru,


berupa bercak infiltrat yang meluas ke perifer paru + peningkatan
corakan peribronkial

 Lesi pneumonia terbanyak pada paru kanan lobus atas


 Bila ditemukan pada paru kiri dan di lobus bawah  prediktor
penyakit lebih berat dan risiko infeksi
GAMBARAN FOTO TORAKS
 Pneumonia virus  penebalan peribronkial, infiltrat interstitial
merata dan hiperinflasi
 Pnemumonia bakteri  konsolidasi segmen atau lobar,
bronkopneumonia, air bronchogram
 Pneumonia Stafilokokus  ditemukan abses-abses kecil dan
pneumatokel
KLASIFIKASI PNEUMONIA
KLASIFIKASI PNEUMONIA
 Penumonia rekuren
 Terdapat 2/> episode dalam 1 tahun atau 3/> episode sebelumnya

 Dengan gambaran radiologi yang bersih diantara kedua fase

 Harus dicari tahu penyebab dasar


DIAGNOSIS

 Pneumonia pada anak: berdasarkan gambaran klinis yang


menunjukkan keterlibatan sistem respiratorius dan gambaran
radiologi

 Prediktor kuat: demam, sianosis, dan lebih dari 1 gejala respiratori


sebagai berikut:
 Takipneu
 Batuk
 Napas cuping hidung
 Retraksi
 Ronki
 Suara napas melemah
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan bila ditemukan :
 Sesak nafas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan
tarikan dinding dada
 Takipneu (kriteria menurut WHO) :
 Anak umur < 2bulan : ≥ 60 x/menit
 Anak umur 2-11 bulan : ≥ 50 x/menit

 Anak umur 1-5 tahun : ≥ 40 x/menit

 Anak umur ≥ 5 tahun : ≥ 30 x/menit

 Ronkhi basah sedang nyaring (crackles)


 Chest indrawing (subcostal retraction)
PEDOMAN DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA
BERDASARKAN WHO
BAYI USIA < 2 BULAN
Pneumonia Bukan pneumonia Tanda Bahaya

Bila ada napas cepat (> 60 Tidak ada napas cepat atau Malas minum
x/menit) atau sesak napas sesak napas Kejang
Kesadaran menurun
Harus dirawat dan diberikan Tidak perlu dirawat, cukup Stridor
antibiotik diberikan pengobatan Mengi
simptomatis Demam/badam terasa dingin
BAYI DAN ANAK USIA 2 BULAN – 5
TAHUN
Pneumonia berat Pneumonia ringan Bukan Pneumonia Tanda Bahaya
Bila ada sesak napas dan Bila tidak ada sesak Bila tidak ada napas Tidak dapat minum
nafas cepat, dengan napas cepat dan sesak napas Kejang
tambahan gejala minimal Ada napas cepat dengan Kesadaran menurun
satu di bawah ini: laju napas Tidak perlu dirawat dan
Kepala terangguk- >50x/menit untuk anak
Stridor
antibiotik, hanya
angguk usia 2 bulan – 1 tahun diberikan pengobatan Gizi buruk
Pernapasan cuping >40x/menit untuk anak simptomatis.
hidung usia >1-5 tahun
Tarikan dinding dada Tidak perlu dirawat,
bagian bawah ke dalam diberikan antibiotik oral
Foto dada menunjukkan
gambaran pneumonia
(infiltrat luas,
konsolidasi)
Harus dirawat dan
diberikan antibiotik
TATALAKSANA
 Indikasi rawat:
 Toksik
 Distress pernapasan
 Tiak mau makan/minum
 Ada penyakit dasar lain
 Usia pasien (neonatus/bayi kecil)
 Dasar tatalaksana:
 Pengobatan kasual dengan AB yang sesuai dan tindakan suportif
TINDAKAN SUPORTIF
 Cairan intravena
 Terapi oksigen

 Koreksi gangguan keseimbangan asam basa, elektrolit, gula darah

 Untuk nyeri/demam  analgetik/antipiretik


PNEUMONIA RAWAT JALAN
 Pneumonia ringan
 Antibiotik lini pertama per oral diberikan 2 kali sehari
 Amoksisilin 25 mg/kgBB
 Kotrimoksazol 4 mg/kgBB TMP – 20 mg/kgBB sulfametoksazol

 Penggunaan makrolid digunakan bila dicurigai ada akitivitas


ganda terhadap S. pneumoniae dan bakteri atipik
 Eritromisin 30-50 mg/kgBB/hari setiap 6 jam selama 10-14 hari
 Klaritromisin 15 mg/kgBB 2 kali sehari

 Anjurkan ibu untuk memberi makan anak. Nasihati ibu untuk


membawa kembali anaknya setelah 2 hari, atau jika keadaan
anak memburuk atau terdapat tanda bahaya
PNEUMONIA RAWAT JALAN
Ketika anak kembali:
 Jika pernapasannya membaik (melambat), demam berkurang,
nafsu makan membaik, lanjutkan pengobatan sampai seluruhnya
3 hari.
 Jika frekuensi pernapasan, demam dan nafsu makan tidak ada
perubahan, ganti ke antibiotik lini kedua dan nasihati ibu untuk
kembali 2 hari lagi.
 Jika ada tanda pneumonia berat, rawat anak di rumah sakit
PNEUMONIA RAWAT INAP
 AB lini pertama: golongan beta laktam/kloramfenikol
 Atau bila tidak responsif dibri gentamisin, amikasin. atau
sefalosporin
 Terapi diteruskan hingga pasien afebris selama 72 jam dan total
pemberian tidak kurang dari 10 hari
 Pada neonatus dan bayi kecil  AB IV sesegera mungkin  dapat
sepsis dan meningitis
 Rekomnedasi: broad spectrum (beta laktam/klavulanat dengan
aminoglikosid atau sefalosporis gen III)
PENATALAKSANAAN RAWAT INAP
a. Terapi oksigen
- Untuk semua anak dengan saturasi oksigen <90%
- Gunakan nasal prong
- Gunakan pulse oximetry untuk memantau terapi oksigen
b. Terapi antibiotik
- Ampisilin dan gentamisin.
2 bulan-5 tahun : Ampisilin 25-50 mg/kgBB IM/IV tiap 6 jam
dan Gentamisin 7.5 mg/kgBB IM/IV tiap 24 jam
<2 bulan : Ampisilin 100 mg/kgBB/IM/IV 24 jam, tiap 12 jam
dan Gentamisin 2.5 mg/kgBB IM/IV setiap 12 jam
• Jika anak tidak ada perbaikan dalam 48 jam dan staphylococcal
pneumonia dicurigai, beralih ke Gentamisin 7,5 mg/kg IM atau IV sekali
hari dan cloxacillin 50 mg/kg IM atau IV setiap 6 jam.
• Gunakan ceftriaxone (80 mg/kg IM atau IV sekali sehari) dalam kasus
kegagalan firstline pengobatan.
PENATALAKSAAN PENUNJANG
 Bila anak disertai demam (> 39 C)  paracetamol.
 Bila ditemukan adanya wheezing,  bronkodilator kerja cepat
 Bila terdapat sekret kental di tenggorokan yang tidak dapat dikeluarkan
oleh anak suction
 Pastikan anak memperoleh kebutuhan cairan yang cukup
 Anjurkan pemberian ASI dan cairan oral.
 Jika anak tidak bisa minum, pasang pipa nasogastrik dan berikan cairan dalam
jumlah sedikit tetapi sering
 Bujuk anak untuk makan
LEPAS RAWAT JIKA
 Distress pernapasan telah diselesaikan

 Tidak ada hipoksemia ( saturasi oksigen, > 90 % )

 Anak makan dengan baik

 Anak dapat minuml obat oral atau telah menyelesaikan suatu


program parenteral antibiotik

 Orang tua memahami tanda-tanda pneumonia, faktor risiko


untuk kembali ke dokter
KOMPLIKASI
 Empiema torasis
 Perikarditis purulenta

 Pneumotoraks

 Infeksi ekstrapulmoner  meningitis purulenta

Anda mungkin juga menyukai