LABORATORIUM TOKSIKOLOGI
DIVISI FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI
SEKOLAH KEDOKTERAN HEWAN DAN BIOMEDIS
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Sianida merupakan zat yang bekerja cepat dan secara tradisional dikenal
sebagai racun (Graham dan Taylor 2022). Sianida menjadi salah satu racun anorganik
yang paling kuat dan bekerja cepat dan dapat menyebabkan keracunan pada hewan,
terutama pada ruminansia. Sianida dilepaskan ke lingkungan dalam berbagai bentuk
dengan sumber alami ion sianida dari tanaman yang mengandung glikosida sianogenik
yang cukup adalah penyebab paling penting dari hidrogen keracunan sianida pada
ternak ruminansia (Gensa 2019).
Gejala klinis yang diakibatkan oleh paparan dari sediaan ini dapat berupa rasa
nyeri kepala, mual, sesak nafas, koma, hingga kematian pada manusia. Hewan dapat
menunjukkan salivasi berlebihan, sesak nafas, hingga kematian karena daya kerja nya
yang menghambat utilisasi oksigen pada sel tubuh hewan. Toksikokinetika dan
toksikodinamika dari eksposur sianida secara oral sangat unik yang mengakibatkan
eksposur dosis dalam skala tinggi menunjukkan gejala klinis yang parah dengan onset
simptom yang lambat (Hendry-Hofer et al. 2019). Penanganan keracunan akut sianida
pada hewan harus langsung ditangani dan pada kasus emergensi hanya harus dilakukan
hanya berdasarkan diagnosis klinis (Lawson-Smith et al. 2011)
1.2 Tujuan
1.3 Metode
Alat yang dipersiapkan pada praktikum ini yaitu syringe, tabung reaksi, mortar,
penangas air, kertas pikrat, penjepit tabung reaksi, dan sumbat tabung reaksi. Bahan
yang digunakan yaitu kelinci, NaCN, NaOH, NaNO2, FeSO4, FeCl3, HCl, Na2S2O3,
serta daun singkong.
Metode
Tahapan pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan sebuah tabung reaksi yang
berisi larutan NaCN 1%. Setelah itu, menambahkan 1 mL NaOH 50%, 3 tetes FeSO4,
dan 3 tetes FeCl3 secara berurutan ke dalam tabung reaksi berisi NaCN 1 % yang
telah disiapkan sebelumnya. Tabung berisi campuran seluruh larutan tadi selanjutnya
dipanaskan dalam penangas air sekitar 1 menit kemudian didinginkan. Tabung reaksi
yang sudah dingin selanjutnya ditambahkan beberapa tetes HCl pekat hingga terlihat
perubahan warna menjadi biru berlin/prussian blue.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sianida
Sianida adalah senyawa kimia dari kelompok Siano, yang terdiri dari 3 buah
atom karbon yang berikatan dengan nitrogen (C=N), dan dikombinasi dengan unsur-
unsur lain seperti kalium atau hidrogen. Sianida dapat terbentuk secara alami maupun
dibuat oleh manusia dan memiliki sifat racun yang sangat kuat dan bekerja dengan
cepat (Cahyawati et al. 2017). Senyawa sianida terurai menghasilkan asam sianida
(HCN), yang dapat menghambat penyerapan oksigen pada sistem pernafasan sehingga
terjadi kekejangan tenggorokan yang kemudian diikuti sesak nafas, hilang kesadaran
bahkan kematian (Sari et al. 2018). Tingkat ketoksikan sianida ditentukan jenis,
konsentrasi dan pengaruhnya terhadap organisme hidup. Kompleks sianida kurang
toksik bila dibandingkan dengan sianida bebas. Sianida sederhana secara cepat dapat
membebaskan sianida bebas dan menjadi sangat toksik, sedangkan kompleks sianida
yang stabil tidak bersifat toksik selama tidak terurai menjadi sianida bebas (Pitoi 2015).
Natrium nitrit merupakan obat yang paling sering digunakan untuk keracunan
sianida. Dosis awal standar adalah 3 % larutan natrium nitrit 10ml, memerlukan waktu
kira-kira 12 menit untuk membentuk kira-kira 40% methemoglobin. Dosis awal untuk
natrium tiosulfat adalah 50ml. Penggunaan natrium nitrat tidak tanpa risiko karena bila
berlebihan dapat mengakibatkan methemoglobinemia yang dapat menyebabkan
hipoksia atau hipotensi. Untuk itu maka jumlah methemoglobin harus dikontrol.
Penggunaan natrium nitrit tidak direkomendasikan untuk pasien yang memiliki
kekurangan glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6DP) dalam sel darah merahnya karena
dapat menyebabkan reaksi hemolisis yang serius (Suciadi 2008).
Pada pengamatan gejala klinis keracunan sianida, terlihat gejala awal pada
menit ke-0 setelah penginjeksian sianida pada kelinci berupa dyspnoea, peningkatan
frekuensi pernapasan, dan berdebar. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Cahyawati et al. (2017) bahwa tanda-tanda awal keracunan sianida pada sistem
respirasi antara lain pernapasan yang cepat dan dalam. Perubahan pada sistem respirasi
ini disebabkan oleh adanya stimulasi pada kemoreseptor perifer dan sentral dalam
batang otak, dalam upaya mengatasi hipoksia jaringan. Sianida menginaktifkan enzim
3+
dalam bentuk Ferri (Fe ) dan kobalt sehingga menghilangkan integritas struktural dan
efektivitas enzim. Sianida juga menyebabkan kelinci mengalami hipoksia intraseluler
akibat ikatan irreversible dengan cytochrome oxidase a3 di mitokondria. Ikatan ini
menimbulkan hambatan enzim terminal dalam rantai respirasi, rantai transpor elektron
dan proses oksidasi fosforilasi. Fosforilasi oksidatif diperlukan untuk produksi ATP
dan respirasi seluler, sementara pada kondisi ini mitokondria tidak mampu
menggunakan oksigen sehingga tidak dapat menghasilkan ATP. Metabolisme sel akan
berubah menjadi anaerob dan menyebabkan timbunan asam laktat serta metabolik
asidosis. Keracunan sianida juga menyebabkan penghambatan enzim karbonik
anhidrase yang memperparah kondisi metabolik asidosis dan menimbulkan ikatan
dengan methemoglobin sehingga oksigen tidak mampu terangkut (Cahyawati et al.
2017). Pada menit ke-14, terjadi hipersalivasi pada kelinci. Hal ini sesuai dengan
pernyataan dari Yuningsih (2012) bahwa gejala keracunan sianida ialah susah bernapas,
denyut nadi cepat, lemah, tremor, mata terbelalak, kembung, dan kadang-kadang terjadi
salivasi dan muntah, kejang-kejang, dan lapisan mukosa berwarna merah terang.
Antidota dari sianida yang digunakan pada praktikum keracunan sianida ialah
natrium tiosulfat dan natrium nitrit. Setelah pemberian kedua antidota tersebut, kelinci
kembali ke keadaan normal pada menit ke-23. Natrium tiosulfat adalah senyawa kimia
yang bekerja dengan mempercepat proses eliminasi. Natrium tiosulfat mengandung
sulfur persulfida yang berikatan dengan sianida pada tubuh kelinci dan berubah menjadi
tiosianat yang bersifat non toksik. Tiosianat ini nantinya akan diekskresikan oleh
kelinci melalui urin. Sementara itu, natrium nitrit merupakan antidota sianida yang
bekerja dengan mekanisme penghambatan distribusi. Natrium nitrit akan menyebabkan
pembentukan methemoglobin dan akan mengoksidasi sebagian hemoglobin.
Akibatnya, aliran darah akan mengandung ion ferri, yang oleh ion sianida akan diikat
menjadi sianmethemoglobin. Sianmethemoglobin selanjutnya akan mengaktifkan
kembali aliran oksigen (Saudah et al. 2015). Natrium nitrat dan natrium tiosulfat
memiliki efek antidota level tinggi, sehingga injeksi kombinasi tiosulfat dan sodium
nitrit merupakan pengobatan yang cukup efektif (Yuningsih 2012).
8 menit Vasodilatasi
14 menit Hipersalivasi
15 menit Konvulsi
23 menit Kelinci Kembali ke keadaan normal
setelah diinjeksikan antidota secara
intravena berupa Na2S2O3 sebanyak 2,5
mL pada menit ke-17 dan NaNO3
sebanyak 2,5 mL pada menit ke-21
SIMPULAN
Hendry-Hofer TB, Ng PC, Witeof AE, Mahon SB, Brenner M, Boss GR, Bebarta VS.
2019. A review on ingested cyanide: Risks, clinical presentation, diagnostics,
and treatment challenges. Journal of Medical Toxicology. 128-133.
Kurnia N, Marwatoen F. 2013. Penentuan kadar sianida daun singkong dengan variasi
umur daun dan waktu pemetikan. Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia
“Hydrogen”. 1(2): 117-121.
Pitoi MM. 2015. Sianida: klasifikasi, toksisitas, degradasi, analisis (Studi Pustaka).
JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE. 4 (1): 1-4.
Saddamiah SFA, Normasari R, Abrori C. 2018. Toksisitas akut ekstrak etanol daun
singkong (Manihot esculenta) terhadap histopatologi hepar tikus putih galur
wistar. Journal of Agromedicine and Medical Sciences. 4(1): 45-49.
Sari FDN, Astili R. 2018. Kandungan asam sianida dendeng dari limbah kulit singkong.
Jurnal Dunia Gizi. 1(1): 20-29.
Saudah EN, Yusriana C S, Dewi T. 2015. Uji efektivitas ketepatan waktu pemberian
kombinasi natrium tiosulfat dan natrium nitrit sebagai antidotum ketoksikan
akut kalium sianida pada mencit (Mus musculus). Jurnal Permata Indonesia.
6(1): 21-28.
Suciadi BH. 2008. Dosis efektif kombinasi natrium tiosulfat sebagai antidot dan
diazepam sebagai terapi suportif keracunan sianida akut pada mencit jantan
galur Swiss [skripsi]. Fakultas Farmasi. Universitas Sanata Dharma.
Yuningsih. 2012. Keracunan sianida pada hewan dan upaya pencegahannya. Jurnal
Litbang Pertanian. 31(1): 21-26.