Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wilayah Indonesia meliputi banyak kepulauan sehingga berpotensi besar


untuk memperluas hasil pertanian dari berbagai jenis bahan pangan. Salah satu jenis
tanaman pangan yang sudah lama dikenal dan dibudidayakan oleh petani diwilayah
Indonesiaadalah singkong atau lebih dikenal dengan ubi kayu.

Ubi kayu dikenal juga dengan nama latin Manihot esculenta adalah pohon tahunan
dan sub tropika yang berasal dari keluarga Euphorbiaceace dan merupakan tanaman dengan
karbohidrat tinggi dan miskin protein. Ubi kayu menghasilkan umbi yang mengandung pati
dan pada umbi inilah terdapat racun yang dikenal dengan nama Asam Sianida (HCN)
Ubi kayu bersifat tidak tahan lama serta mudah mengalami kerusakan , kerusakan ini
disebabkan proses fisiologis dan serangan mikroba. Semakin bertambah tua ubi kayu, maka
ubi kayu juga akan makin mengalami kerusakan sehingga meningkatkan kadar Asam Sianida
(HCN).
Asam Sianida pada ubi kayu dapat menimbulkan rasa pahit, rasa pahit itu menandakan
bahawa kadar Asam Sianida pada ubi kayu itu cukup tinggi dan apabila ubi kayu itu
dikonsumsi, maka akan mengakibatkan keracunan bagi konsumen dan dapat berujung pada
kematian. Asam sianida sangat berbahaya bagi manusia apalagi racun ini terdapat pada salah
satu bahan makanan yang sering dikonsumsi oleh manusia yaitu ubi kayu.

1.2 Tujuan Pratikum

- untuk menentukan kadar asam sianida pada ubi kayu dengn menggunakan alat
spektrofotometer

- untuk menentukan bahaya dari asam sianida pda ubi kayu

1.3 Prinsip Pratikum

Dalam suasana netral, HCN dalam ubi kayu dengan AgNO3 akan membentuk AgCN.
Kelebihan AgNO3 dengan K2CrO4 membentuk endapan merah muda.
1.4. Manfaat Pratikum

- Untuk menambah pengetahuan dalam mengadakan penelitian agar bisa mengaplikasikan ilmu
pengetahuan yang diperoleh, khususnya dalam disiplin ilmu Kimia
-Mahasiswa mampu menentukan kadar HCN pada ubi kayu dengan metode mohr.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar halogenida dan


senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu.
Metode argentometri disebut juga metode pengendapan karena pada argentometri
memerlukan pembentukan senyawa yang relative tidak larut atau endapan. (Gandjar,2007)
Ada beberapa metode dalam titrasi argentometri yaitu metode Mohr, metode Volhard,
Metode K. Fajans,

1. Metode Mohr
Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam
suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan penambahan larutan kalium
kromat sebagai indkator. Pada permulaan titrasi akan terjadi endapan perak klorida
dan setelah tercapai titik ekuivalen, maka penambahan sedikit perak nitrat akan
bereaksi dengan kromat dengan membentuk endapan perak kromat yang berwarna
merah. (Gandjar,2007)

2. Metode Volhard

Perak dapat ditetapkan secara teliti dengan suasana asam dengan larutan baku kalium dan
ammonium tiosianat yang mempunyai hasil kali kelarutan 7,1 x 10-13. Kelebihan tiosianat
dapat ditetapkan secara jelas dengan garam besi (III) ntrat atau besi (III) ammonium sulfat
sebagai indicator yang membentuk warna merah dari kompleks besi (III)-tiosianat dalam
lingkungan asam nitrat 0,5-1,5N. Titrasi ini harus dilakukan dalam suasana asam, sebab ion
besi (III) akan diendapkan menjadi Fe(OH) 3 jika suasana basa sehingga titik akhir tidak dapat
ditunjukan. pH larutan dibawah 3, Pada titrasi terjadi perubahan warna 0,7 – 1 % sebelum
titik ekuaivalen. Untuk mendapatkan hasil yang teliti pada waktu akan mencapai titik akhir,
titrasi digojog kuat-kuat supaya ion perak yang diarbsorbsi oleh endapan perak tiosianat dapat
bereksi dengan tiosianat. Metode volhard dapat digunakan untuk menetapkan asam klorida,
bromide, dan iondida dalam suasana asam. (Gandjar,2007)

3. Metode K. Fajans

Pada metode ini digunakan indicator arbsorbsi, yang mana pada titik ekuivalen, indicator
terarbsorbsi oleh endapan. Indicator ini tidak membeikan warna pada larutan, tetapi pada
permukaan endapan. (Gandjar,2007)

Singkong, yang juga dikenal sebagai ketela pohon atau ubi kayu, dalam bahasa
Inggris bernama cassava, adalah pohon tahunan tropika dan subtropika dari famili
Euphorbiaceae. Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan
daunnya sebagai sayuran. Singkong merupakan pohon tahunan tropika dan subtropika yang
dapat ditanam sepanjang tahun. Bagian yang dimakan dari tanaman singkong selain bagian
umbi atau akarnya juga daunnya, biasanya dimanfaatkan untuk ragam masakan.

Ubi kayu merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan fisik rata-rata
bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis singkong yang ditanam.
Daging umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Umbi singkong tidak tahan simpan
meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Umbi singkong merupakan sumber energi yang
kaya karbohidrat namun sangat miskin protein. Sumber protein yang bagus justru terdapat
pada daun singkong karena mengandung asam amino metionin

Asam sianida adalah zat molekular yang kovalen, namun mampu terdisosiasi dalam
larutan air, merupakan gas yang sangat beracun (meskipun kurang beracun dari H 2S), tidak
bewarna dan terbentuk bila sianida direaksikan dengan sianida. Dalam larutan air, HCN
adalah asam yang sangat lemah, pK25°= 9,21 dan larutan sianida yang larut terhidrolisis tidak
terbatas namun cairan murninya adalah asam yang kuat.

Asam bebas HCN mudah menguap dan sangat berbahaya, sehingga semua eksperimen,
dimana kemungkinan asam sianida akan dilepas atau dipanaskan, harus dilakukan didalam
lemari asam (Vogel, 1990).

Asam sianida cepat terserap oleh alat pencernaan dan masuk kedalam aliran darah lalu
bergabung dengan hemoglobin di dalam sel darah merah. Keadaan ini menyebabkan oksigen
tidak dapat diedarkan dalam sistem badan. Sehingga dapat menyebabkan sakit atau kematian
dengan dosis mematikan 0,5-3,5 mg HCN/kg berat badan.

Glikosida sianogenetik merupakan senyawa yang terdapat dalam bahan makanan nabati
dan secara potensial sangat beracun karena dapat terurai dan mengeluarkan hidrogen sianida.
Asam sianida dikeluarkan dari glikosida sianogenetik pada saat komoditi dihaluskan,
mengalami pengirisan atau mengalami kerusakan.

Senyawa glikosida sianogenetik terdapat pada berbagai jenis tanaman dengan nama
senyawa berbeda-beda, seperti amigladin pada biji almond, apricot, dan apel, dhurin pada biji
shorgun dan linimarin pada kara dan singkong. Nama kimia amigladin adalah glukosida
benzaldehida sianohidrin, dhurin adalah glukosida p-hidroksi-benzaldehida sianohidrin dan
linamarin glikosida aseton sianohidrin (Winarno, 2002).

Bagian yang dimakan dari tumbuhan singkong atau cassava ialah umbi akarnya dan
daunnya. Baik daun maupun umbinya, mengandung suatu glikosida cyanogenik, artinya
suatu ikatan organik yang dapat menghasilkan racun biru atau HCN (cyanida) yang bersifat
sangat toksik. Zat glikosida ini diberi nama Linamarin.

Penyebab keracunan singkong adalah asam cyanida yang terkandung didalamnya.


Bergantung pada jenis singkong kadar asam cyanida berbeda-beda. Namun tidak semua
orang yang makan singkong menderita keracunan. Hal ini disebabkan selain kadar asam
cyanida yang terdapat dalam singkong itu sendiri, juga dipengaruhi oleh cara pengoahannya
sampai di makan. Diketahui bahwa dengan merendam singkong terlebih dahulu di dalam air
dalam jangka waktu tertentu, kadar asam cyanida (HCN) dalam singkong akan berkurang
oleh karena HCN akan larut dalam air.

HCN adalah suatu racun kuat yang menyebabkan asfiksia. Asam ini akan mengganggu
oksidasi (pengakutan O2) ke jaringan dengan jalan mengikat enzym sitokrom oksidasi. Oleh
karena adanya ikatan ini, 02 tidak dapat digunakan oleh jaringan sehingga organ yang sensitif
terhadap kekurangan 02 akan sangat menderita terutama jaringan otak. Akibatnya akan
terlihat pada permukaan suatu tingkat stimulasi daripada susunan saraf pusat yang disusul
oleh tingkat depresi dan akhirnya timbul kejang oleh hypoxia dan kematian oleh kegagalan
pernafasan. Kadang-kadang dapat timbul detak jantung yang ireguler.

Berdasarkan kandungan sianidanya, singkong dibagi ke dalam tiga jenis (varietas) yaitu

1 . Singkong manis dengan kandungan HCN 50 mg/kg umbisegar

2. Singkong (tidak manis dan tidak pahit) dengan kandungan HCN antara 50 - 100 mg/kg
umbi segar

3. Singkong pahit dengan kandungan HCN di atas 100 mg/kg umbi segar.

Singkong manis, umbi dan daunnya dapat dikonsumsi oleh manusia maupun ternak karena
kandungan sianidanya rendah
BAB III

METODE

3.1 Alat dan Bahan

- Alat

1. Labu ukur 100 ml


2. Timbangan analitik
3. Neraca analitik
4. Pipet volume 25 ml
5. Pipet ukur 10 ml
6. Beaker glass
7. Erlemenyer 250 ml
8. Buret
9. Klem dan statif
10. Corong

- Bahan

1. Ubi kayu
2. AgNO3
3. K2CrO4

3.2 Skema Kerja

- standarisasi larutan

Larutan bahan

← ditimbang NaCl 0,1 N

← dimasukkan dalam gelas kimia

← dilarutkan dalam aquades

← dipindahkan ke labu ukur


← ditambahkan aquades

NaCl 0,1 N

← dipipet 10 ml NaCl 0,1 N

← dimasukkan dalam erlemenyer 100 ml

← ditambah 8 tetes K2Cr2O4

← di kocok, dititrasi dengan AgNO3 0,1 N

Agak kemerahan

- prosedur penentuan kadar sianida pada ubi kayu

Ubi Kayu

← timbang 10 gram, kemudian gerus

← dilarutkan dengan aquades didalam labu ukur 100 ml

← pipet 10 ml larutan bahan, masukkan kedalam erlemenyer

← tambahkan 8 tetes K2Cr2O4, kocok sampai rata

← titrasi dengan AgNO3 0,1 N

Agak kemerahan

DAFTAR PUSTAKA

Almatsir, Sunita. Prinsip dasar ilmu gizi. 2003. gramedia pustaka utama. jakarta

Cooper Lenna F,B.S.,M.A,M.H.E,Sc.D, dkk. Nutrition in Health and Disease,

Thirteenth Edition.

Hasan Rusepno, dr, dkk, 1985. Ilmu Kesehatan Anak, Edisi Ketiga, Fakultas

Sediaoetama Achrnad Djaeni Prof.Dr, 1989. Ilmu gizi, Jilid II, Dian Rakyat: Jakarta

Kedokteran Universitas Indonesia.


Soemirat, Juli. Toksikologi Lingkungan. 2005. gajah mada university press: Yogyakarta

http//www.library.usu.co.id

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Asam sianida adalah zat molekular yang kovalen, namun mampu terdisosiasi dalam
larutan air, merupakan gas yang sangat beracun (meskipun kurang beracun dari H 2S), tidak
bewarna dan terbentuk bila sianida direaksikan dengan sianida. Asam sianida dalam ubi akyu
dapat ditentukan oleh metode argentometri.

5.2 Saran

1. Jika masih ada yang kurang dalam Laporan ini, mohon diberi petunjuk agar pada
praktikum selanjutnya bisa lebih baik.
2. Untuk mencapai praktikum yang lebih baik, waktu harus dipergunakan sebaik-baiknya
serta keaktifan para praktikan dalam melakukan praktek harus diperhatikan.
ILMU KIMIA DASAR

LAPORAN PENENTUAN KADAR SIANIDA

DALAM UBI KAYU

PENYUSUN:

GINA DWI ATTARI PO7131313

SEPTI MASNA SARI PO7131313 562

THERESIA MARGARETTA PO7131313

TINGKAT IB GIZI
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU

JURUSAN GIZI

PEKANBARU

2013

Anda mungkin juga menyukai